Anda di halaman 1dari 16

Kisi kisi Ujian CPNS 2020

1.

2. Lihat penjelasan diatas


3. SDGs tentang Air bersih dan sanitasi no. 6
4. SDGs tentang konsumsi dan produksi yang berkelanjutan no. 12
5. SDG's ada 5 aspek fundamental yaitu people, planet, prosperity, peace,
dan partnership.
6. UU RI NO. 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

7. CERDIK
CERDIK merupakan perilaku hidup sehat yang mampu menjauhkan Anda dari berbagai
penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit pembuluh darah, jantung, hingga
masalah ginjal.
1. Cek Kesehatan Secara Berkala
memonitor tekanan darah, menimbang berat badan, mengukur tinggi badan,
mengukur lingkar perut, dan perhatikan denyut nadi Anda. Jangan lupa pula
mengecek kadar kolesterol dan gula darah secara teratur.
2. Enyahkan Asap Rokok
3. Rajin Aktivitas Fisik/Olahraga
berolahragalah secara rutin setidaknya minimal selama 30 menit per hari sebanyak
3-5 kali per minggu.
4. Diet Sehat dan Seimbang
mengkonsumsi buah dan sayur 5 porsi per hari. Batasi konsumsi gula tak lebih dari 4
sendok makan per hari per orang dan garam tak lebih dari 1 sendok teh per orang
per hari. Batasi pula konsumsi lemak (GGL) atau minyak tak lebih dari 5 sendok
makan per hari per orang.
5. Istirahat Cukup
tidur selama 7-8 jam sehari.
6. Kelola Stres
Sering-seringlah rekreasi, relaksasi, berpikiran positif dan bercengkrama dengan
orang lain.

8. Tahap rehabilitasi NAPZA


rehabilitasi bagi pecandu narkoba :

1. Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa seluruh


kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang
memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi
gejala putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari jenis
narkoba dan berat ringanya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan,
pengalaman, dan keahlian guna memdeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut.

2. Tahap rehabilitasi nonmedis, tahap ini pecandu ikut dalam program rehabilitasi.
Di Indonesia sudah di bangun tempat-tempat rehabilitasi, sebagai contoh di bawah
BNN adalah tempat rehabilitasi di daerah Lido (Kampus Unitra), Baddoka
(Makassar), dan Samarinda. Di tempat rehabilitasi ini, pecandu menjalani berbagai
program diantaranya program therapeutic communities (TC), 12 steps (dua belas
langkah, pendekatan keagamaan, dan lain-lain.

3. Tahap bina lanjut (after care), tahap ini pecandu diberikan kegiatan sesuai dengan
minat dan bakat untuk mengisi kegiatan sehari-hari, pecandu dapat kembali ke
sekolah atau tempat kerja namun tetap berada di bawah pengawasan.
9. Landasan hukum JKN

UUD 1945 pasal 28 H ayat (1), (2), (3)

UUD 1945 pasal 34 ayat (1), (2) 

10. UU No 24 tahun 2011tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

11. HKN tanggal 12 November

12. Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi yang diberikan untuk mencegah tiga penyakit,
yakni difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus.

vaksin DPT terdiri dari 3 jenis, yaitu vaksin campuran DPT-HB-Hib, vaksin DT,
dan vaksin Td yang diberikan secara bertahap mengacu pada usia anak.
diberikan sebanyak 3 kali (2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan). Selanjutnya, anak akan
diberikan imunisasi lanjutan atau booster pada usia 18 bulan dan usia 5 tahun.

Selain sebagai imunisasi rutin lengkap, vaksin DPT juga bisa diberikan pada
kondisi-kondisi sebagai berikut:

 Orang dewasa atau wanita hamil yang belum pernah mendapatkan imunisasi DPT.
 Orang yang akan berkunjung atau traveling ke negara dengan kasus DPT yang
banyak terjadi.
 Petugas kesehatan yang berpotensi tinggi untuk berhadapan dengan pasien DPT.
 Pengasuh anak (baby sitter) yang sedang mengurus bayi baru lahir.
 Wanita hamil saat trimester ke-3 kehamilan (minggu ke-26 hingga ke-36). Walau
sudah pernah diberikan suntik DPT, pemberian vaksin DPT baru bertujuan untuk
mencegah calon bayi terserang batuk rejan.
13. PELAYANAN KESEHATAN YANG TIDAK DIJAMIN
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur
dalam peraturan yang berlaku;
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja
terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja sampai
nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan kerja;
4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas
yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan
kecelakaan lalu lintas;
5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;
10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she,
chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan
(health technology assessment);
12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);
13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
14. Perbekalan kesehatan rumah tangga;
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar
biasa/wabah; dan
16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan
yang diberikan.
17. Klaim perorangan.

14. PELAYANAN KESEHATAN YANG DIJAMIN


1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan
non spesialistik yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan;
b. Pelayanan promotif dan preventif;
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif;
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan
h. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis.
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan
kesehatan rawat jalan dan rawat inap, yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan;
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan
subspesialis
c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis;
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
f. Rehabilitasi medis;
g. Pelayanan darah;
h. Pelayanan kedokteran forensik klinik;
i. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat inap di fasilitas kesehatan
yang bekerjasama dengan bpjs kesehatan, berupa pemulasaran jenazah tidak termasuk peti
mati dan mobil jenazah;
j. Perawatan inap non intensif; dan
k. Perawatan inap di ruang intensif.
3. Persalinan. Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai dengan anak ketiga, tanpa
melihat anak hidup/meninggal.
4. Ambulan. Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan satu ke
fasilitas kesehatan lainnya, dengan tujuan menyelamatkan nyawa pasien.
15. Yang mengelola jaminan kesehatan di Indonesia adalah BPJS

16. Pengertian KB

 Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang


bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
 Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi.
 WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk:
Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan Program KB

 Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial
ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
 Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
 Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:

1. Keluarga dengan anak ideal


2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

17. Peran
masyarakat dalam pembangunan kesehatan di
puskesmas ?

18. Terapi pada pasien PB:


a. Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di
depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul Rifampisin @ 300 mg (600 mg) dan
1 tablet Dapson/DDS 100 mg.
b. Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet Dapson/DDS
100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan.
c. Pasien minum obat selama 6-9 bulan (± 6 blister).
d. Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, dan DDS 50 mg.
Terapi pada Pasien MB:
a. Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di
depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul Rifampisin @ 300 mg (600 mg), 3
tablet Lampren (klofazimin) @ 100 mg (300 mg) dan 1 tablet dapson/DDS
100 mg.
b. Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet lampren 50 mg
dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan.
c. Pasien minum obat selama 12-18 bulan (± 12 blister).
d. Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, Lampren 150 mg dan
DDS 50 mg untuk dosis bulanannya, sedangkan dosis harian untuk
Lampren 50 mg diselang 1 hari.

Konseling dan Edukasi


1. Individu dan keluarga diberikan penjelasan tentang lepra, terutama cara
penularan dan pengobatannya.
2. Dari keluarga diminta untuk membantu memonitor pengobatan pasien
sehingga dapat tuntas sesuai waktu pengobatan.
3. Apabila terdapat tanda dan gejala serupa pada anggota keluarga lainnya,
perlu dibawa dan diperiksakan ke pelayanan kesehatan.

Rencana tindak lanjut:


1. Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat.
2. Bila terlambat, paling lama dalam 1 bulan harus dilakukan pelacakan.
3. Release From Treatment (RFT) dapat dinyatakan setelah dosis dipenuhi
tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium.
4. Pasien yang sudah RFT namun memiliki faktor risiko: cacat tingkat 1
atau 2, pernah mengalami reaksi, BTA pada awal pengobatan >3 (ada nodul
atau infiltrat), maka perlu dilakukan pengamatan semiaktif.
5. Pasien PB yang telah mendapat pengobatan 6 dosis (blister) dalam waktu
6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium.
6. Pasien MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12 dosis (blister) dalam
waktu 12-18 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan
laboratorium.
7. Default
Jika pasien PB tidak mengambil/minum obatnya lebih dari 3 bulan dan
pasien MB lebih dari 6 bulan secara kumulatif (tidak mungkin baginya
untuk menyelesaikan pengobatan sesuai waktu yang ditetapkan), maka
yang bersangkutan dinyatakan default. Pasien defaulter tidak diobati
kembali bila tidak terdapat tanda-tanda klinis aktif. Namun jika memiliki
tanda-tanda klinis aktif (eritema dari lesi lama di kulit/ ada lesi baru/
ada pembesaran saraf yang baru).
Bila setelah terapi kembali pada defaulter ternyata berhenti setelah
lebih dari 3 bulan, maka dinyatakan default kedua. Bila default lebih dari
2 kali, perlu dilakukan tindakan dan penanganan khusus.
19. Malnutrisi Energi Protein
Marasmus: tampak sangat kurus, tidak ada jaringan lemak bawah kulit,
anak tampak tua, baggy pants appearance.
BB/TB < -3 SD

Kwashiorkor: edema, rambut kuning mudah rontok, crazy pavement


dermatosa
BB/TB ≥ -3 SD

Marasmik- Kwashiorkor : Oedema (+)


BB/TB < -3 SD

laporan kemana???
Rujuk ke PKM / RS  meinggal : dialporkan kepada yang merujuk dan
ditembuskan kepada Dinkes Kab/ Kota untuk tindak lanjut, audit gizi
buruk
Jika sembuh atau pulang paksa : Pendampingan pasca perawatan :
makanan F 100 (30 hari), PMT – Pemulihan 90 hari, konseling

20. KB apa yang mudah dialakukan ??? Kondom or Pil KB

21. Edukasi pasien Stroke 1 bulan yang lalu

Rencana Tindak Lanjut

1. Memodifikasi gaya hidup sehat

a. Memberi nasehat untuk tidak merokok atau menghindari lingkungan perokok

b. Menghentikan atau mengurangi konsumsi alkohol

c. Mengurangi berat badan pada penderita stroke yang obes

d. Melakukan aktivitas fisik sedang pada pasien stroke iskemik atau TIA. Intensitas
sedang dapat didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang cukup berarti hingga berkeringat
atau meningkatkan denyut jantung 1-3 kali perminggu.

2. Mengontrol faktor risiko

a. Tekanan darah

b. Gula darah pada pasien DM

c. Kolesterol

d. Trigliserida
e. Jantung

3. Pada pasien stroke iskemik diberikan obatobat antiplatelet:asetosal, klopidogrel

Konseling dan Edukasi

1. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya agar tidak terjadi

kekambuhan atau serangan stroke ulang

2. Jika terjadi serangan stroke ulang, harus segera mendapat pertolongan segera

3. Mengawasi agar pasien teratur minum obat.

4. Membantu pasien menghindari faktor risiko

22. Trauma Thoraks


23. Pemeriksaan penunjang DBD
Pemeriksaan Penunjang :
1. Darah perifer lengkap, yang menunjukkan:
a. Trombositopenia (≤ 100.000/µL).
b. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
• peningkatan hematokrit (Ht) ≥ 20% dari nilai standar data
• populasi menurut umur
• Ditemukan adanya efusi pleura, asites
• Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
c. Leukopenia < 4000/µL.
2. Serologi Dengue, yaitu IgM dan IgG antiDengue, yang titernya dapat terdeteksi

setelah hari ke-5 demam.

24.
Penatalaksanaan pada Pasien Dewasa

1. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik (Parasetamol 3x500-1000 mg).

2. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi- Alur penanganan pasien dengan demam


dengue/demam berdarah dengue, yaitu: pemeriksaan penunjang Lanjutan
- Pemeriksaan Kadar Trombosit dan Hematokrit secara serial

25. Penatalaksanaan pada Pasien Anak


Demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok
1. Bila anak dapat minum
a. Berikan anak banyak minum
• Dosis larutan per oral: 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan tiap 5 menit.
• Jenis larutan per oral: air putih, teh manis, oralit, jus buah, air sirup, atau susu.
b. Berikan cairan intravena (infus) sesuai dengan kebutuhan untuk dehidrasi sedang.
Berikan hanya larutan kristaloid isotonik, seperti Ringer Laktat (RL) atau Ringer Asetat
(RA), dengan dosis sesuai berat badan sebagai berikut: • Berat badan < 15
kg : 7 ml/kgBB/jam
• Berat badan 15-40 kg: 5 ml/kgBB/jam
• Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

2. Bila anak tidak dapat minum, berikan cairan infus kristaloid isotonik sesuai kebutuhan
untuk dehidrasi sedang sesuai dengan dosis yang telah dijelaskan di atas.

3. Lakukan pemantauan: tanda vital dan diuresis setiap jam, laboratorium (DPL) per 4-6
jam.
a. Bila terjadi penurunan hematokrit dan perbaikan klinis, turunkan jumlah cairan secara
bertahap sampai keadaan klinis stabil.
b. Bila terjadi perburukan klinis, lakukan penatalaksanaan DBD dengan syok.

4. Bila anak demam, berikan antipiretik (Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali) per oral.
Hindari Ibuprofen dan Asetosal.

5. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi.

26. Penatalaksanaan pada Pasien Anak


Demam berdarah dengue (DBD) dengan syok

1. Kondisi ini merupakan gaµat darurat dan mengharuskan rujukan segera ke RS.

2. Penatalaksanaan aµal:

a. Berikan oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung atau sungkup muka.

b. Pasang akses intravena sambil melakukan pungsi vena untuk pemeriksaan DPL.
c. Berikan infus larutan kristaloid (RL atau RA) 20 ml/kg secepatnya.
d. Lakukan pemantauan klinis (tanda vital, perfusi perifer, dan diuresis) setiap 30
menit.
e. Jika setelah pemberian cairan inisial tidak terjadi perbaikan klinis, ulangi pemberian
infus larutan kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau
pertimbangkan pemberian larutan koloid 10-20 ml/kgBB/jam (maksimal 30
ml/kgBB/24 jam).
f. Jika nilai Ht dan Hb menurun namun tidak terjadi perbaikan klinis, pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi. Berikan transfusi darah bila fasilitas tersedia dan
larutan koloid. Segera rujuk.
g. Jika terdapat perbaikan klinis, kurangi jumlah cairan hingga 10 ml/kgBB/jam dalam
2-4 jam. Secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
h. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Hindari
pemberian cairan secara berlebihan.

3. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi. Rencana Tindak Lanjut

27. Anemia pada kehamilan

Penatalaksanaan

1. Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan tablet tambah darah yang
berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg asam folat.Pada ibu hamil dengan anemia,
tablet besi diberikan 3 kali sehari

Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan: Defisiensi asam folat dan
vitamin B12: berikan asam folat 1 x 2 mg dan vitamin B12 1 x 250 – 1000 μg

Konseling dan Edukasi


1. Prinsip konseling pada anemia defisiensi besi adalah memberikan pengertian
kepada pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya,
sehingga meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan
kualitas hidup pasien untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi.
2. Diet bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein heµani
(daging,ikan,susu, telur,sayuran hijau)
3. Pemakaian alas kaki untuk mencegah infeksi cacing tambang

28. Penatalaksaan Khusus sesuai dengan Jenis

29. Abortus

1. Abortus imminens:
a. Pertahankan kehamilan
b. Tidak perlu pengobatan khusus
c. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
d. Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan antenatal
termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan
penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi
e. Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG, nilai kemungkinan
adanya penyebab lain.
f. Tablet penambah darah
f. Vitamin ibu hamil diteruskan

2. Abortus insipiens
a. Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman
selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi paska
keguguran.
b. Jika usia kehamilan < 16 minggu : lakukan evakuasi isi uterus; Jika evakuasi tidak dapat
dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila
perlu)
c. Jika usia kehamilan > 16 minggu: Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan
dan evakuasi hasil konsepsi dari dalam uterus. Bila perlu berikan infus oksitosin 40 IU
dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit
d. Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, Bila kondisi baik
dapat dipindahkan ke ruang raµat.
e. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium
f. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb >
8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang

3. Abortus inkomplit
a. Lakukan konseling
b. Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
c. Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena perdarahan, pasang IV line (bila
perlu 2 jalur) segera berikan infus cairan NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat disusul
dengan darah.
d. Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan <16 minggu, gunakan jari atau
forcep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks
e. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 minggu, lakukan evakuasi isi uterus.
Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan metode yang dianjurkan. Kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan apabila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat
dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila
perlu)
f. Jika usia kehamilan > 16 minggu berikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau
RL dengan kecepatan 40 tetes per menit. Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30
menit selama 2 jam, Bila kondisi baik dapat dipindahkan ke ruang raµat.
g. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium
h. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb >
8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang

4. Abortus komplitTidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita


anemia perlu diberikan sulfas ferosus dan dianjurkan supaya makanannya mengandung
banyak protein, vitamin dan mineral.

Kuret elektif pada Abirtus Insipiens

30. Filariasis
Pemeriksaan Penunjang
1. Identifikasi mikrofilaria dari sediaan darah. Cacing filaria dapat ditemukan dengan
pengambilan darah tebal atau tipis pada µaktu malam hari antara jam 10 malam
sampai jam 2 pagi yang dipulas dengan pewarnaan Giemsa atau Wright. Mikrofilaria
juga dapat ditemukan pada cairan hidrokel atau cairan tubuh lain (sangat jarang).
2. Pemeriksaan darah tepi terdapat leukositosis dengan eosinofilia sampai 10-30%
dengan pemeriksaan sediaan darah jari yang diambil mulai pukul 20.00 µaktu setempat.
3. Bila sangat diperlukan dapat dilakukan Diethylcarbamazine provocative test.

31. D

Anda mungkin juga menyukai