Anda di halaman 1dari 14

Penentuan Faktor Kritis Keberhasilan Implementasi ERP di Perusahaan Baja

menggunakan Formulasi Keberhasilan dari DeLone & McLean 2016

Mochammad Nadjib1, Sudarmono Moedjari2,


Hanan Nasrullah3, Arista Nugroho Hadiputro4
1,2,3
Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Al Khairiyah
Kampus Al Khairiyah; Jalan Enggus Arja No 1; Kota Cilegon, Banten
4
Politeknik Krakatau
Komplek Bonakarta Blok B07 Lantai 3, Jl. SA. Tirtayasa No.49, Masigit, Kec. Jombang,
Kota Cilegon, Banten 42414

Email:
1
mnajib.ymhclg@gmail.com.,2moedjari.sudarmono@gmail.com,
3
hanan_nasrullah@yahoo.com, 4polka.corner@gmail.com

Abstrak

Investasi Teknologi Informasi secara global meningkat tajam. Sayangnya peningkatan investasi
tersebut ditengarai oleh Robert Solow tidak identik dengan peningkatan produktifitas. Padahal, Badan Usaha
Milik Negara – Republik Indonesia telah mencanangkan dalam Sasaran Strategisnya untuk menyiapkan
”Pengembangan sistem informasi yang modern”, maka patut dilakukan evaluasi terhadap investasi Teknologi
Informasi tersebut. Posisi aset BUMN yang mencapai Rp 2.962 trilyun pada tahun 2011 dengan belanja modal
sebesar 142 trilyun menempatkan investasi BUMN jauh diatas belanja modal Pemerintahan secara keseluruhan
yang mencapai Rp 121 triliun pada APBN 2011. Maka investasi BUMN harus dilakukan secara tepat sasaran.
Post Implementation Review harus dilakukan untuk memetakan tingkat keberhasilan Teknologi Informasi (yang
didalamnya implementasi ERP) pada setiap perusahaan termasuk untuk BUMN. Kajian faktor kritis
keberhasilan implementasi ERP di Perusahaan Baja merupakan langkah awal dalam melakukan evaluasi
menyeluruh terhadap investasi Teknologi Informasi pada BUMN khususnya, Indonesia pada umumnya. Riset
dilakukan di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. (PTKS) sebagai satu-satunya industri baja milik negara
(BUMN) di Indonesia. PTKS telah mengimplementasikan Enterprise Resources Planning sejak 2010. Faktor
kritis keberhasilan yang diuji meliputi: Perencanaan (Sinkronisasi antara Perencanaan SI dan Perencanaan
Bisnis), Pengorganisasian Proyek (Peran & Intensitas Manajer Proyek (PM), Struktur & Level PM), Staffing
(Kompetensi PM, Training, Peran Konsultan), Kepemimpinan (Peran Manajemen Puncak, Peran Champion
dan Efektifitas Manajemen), dan Pengendalian (Peran dan intensitas Panitia Pengarah).

Kata kunci: Post Implementation Review, Enterprise Resources Planning, Elemen dan Faktor Kritis
Keberhasilan, BUMN.

Determination of Critical Factors for Successful ERP Implementation


in Steel Companies using IS Sucess Formulation from DeLone & McLean 2016

Abstract

Information Technology Investment globally has increased sharply. Unfortunately the increase in investment is
suspected by Robert Solow not synonymous with increased productivity. In fact, the State-Owned Enterprise
(SOE, BUMN)- the Republic of Indonesia has set out in its Strategic Targets to prepare "Development of a
modern information system", it is worth evaluating the Information Technology investment. The position of
BUMN assets which reached Rp 2,962 trillion in 2011 with a Capital Expenditure of 142 trillion placed SOE
investments far above the overall Government capital expenditure which reached Rp 121 trillion (APBN 2011).

54 Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019


So BUMN investment must be done on target. Post Implementation Review is carried out to map the level of
ERP implementation success in BUMNs. The study of the critical factors for the success of ERP implementation
in steel companies is the first step in conducting a comprehensive evaluation of Information Technology
investments in BUMNs in particular, Indonesia in general. Research conducted at PT. Krakatau Steel (Persero)
Tbk. (PTKS) as the only state-owned steel industry in Indonesia. PTKS has implemented Enterprise Resources
Planning since 2010. Critical factors of success tested include: Planning (Synchronization between IS Planning
and Business Planning), Project Organizing (PM Roles & Intensity, PM Structure & Level), Staffing (PM
Competence, Training, Role of Consultants ), leadership (Role of Top Management, Role of Champion and
Effectiveness of Management), and Control (Role and intensity of Steering Committee).

Keywords: Post Implementation Review, Enterprise Resources Planning, Elements and Critical Factors of
Success, BUMN

usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor


1. PENDAHULUAN swasta dan koperasi; turut aktif memberikan
bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
Perubahan ekonomi dan teknologi dan
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan
terutama perkembangan teknologi informasi secara
masyarakat.
signifikan telah mengubah lingkungan kerja dan
manajemen usaha. BUMN, sebagai pilar utama Dari dasar tersebut, patut diapresiasi
perekonomian nasional, memiliki peran penting
langkah Kementerian BUMN yang menancapkan
karena BUMN bertugas memberikan sumbangan
Visi, institusinya sebagai: “Menjadi Pembina
bagi perkembangan perekonomian nasional pada
BUMN yang Profesional untuk meningkatkan nilai
umumnya dan penerimaan Negara pada BUMN”. Lebih jauh, Kementerian BUMN juga
khususnya(Indonesia, Undang Undang No 19 telah merumuskan misi organisasinya sebagaimana
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
dinyatakan sebagai berikut: mewujudkan organisasi
2003).
modern sesuai dengan tata kelola pemerintahan
yang baik; meningkatkan daya saing BUMN di
Hal ini patut disadari mengingat dari sisi
tingkat nasional, regional, dan internasional;
total aktiva seluruh BUMN pada tahun 2011 setara meningkatkan kontribusi BUMN kepada ekonomi
dengan Rp 2.962 trilyun, belanja modal sebesar Rp nasional.(Kementerian BUMN, 2012).
142 trilyun dan belanja operasi Rp 1.226 trilyun
(Kementerian BUMN , 2012). Pada tahun yang
Dengan spirit di atas, maka tidak ada jalan
sama, total APBN Indonesia setara dengan Rp
lain, Kementerian BUMN dan BUMN harus
1.311 trilyun, dan alokasi belanja modal dalam
meningkatkan efisiensi, produktifitas dan
APBN 2011 mencapai Rp 121 triliun(Departemen efektifitasnya. Penerapan Teknologi Informasi
Keuangan, 2010). Dengan membandingkan kedua menjadi suatu keharusan, karena implementasi
data tersebut, maka nilai belanja modal BUMN
Teknologi Informasi mampu meningkatkan
lebih besar dibandingkan rencana belanja APBN.
produktifitas, efisiensi dan efektifitas (Thatcher,
Hal ini menunjukkan peran investasi BUMN
2011). Dengan tujuan tersebut, tidak berlebihan
menjadi sangat strategis dan penting untuk apabila Kementerian BUMN menerapkan salah
diperhatikan. satu Sasaran Strategis dalam kerangka Balance
Scorecard pada Perspektif Pembelajaran dan
Memandang lebih jauh tentang BUMN,
Pertumbuhan (Learning and Growth) sebagai:
lembaga yang bertanggung jawab secara langsung
”Pengembangan sistem informasi yang modern”
untuk memonitor dan menggerakkan roda BUMN
dengan cara meningkatkan ”Persentase pencapaian
terletak pada Kementerian BUMN. Dengan Service Level Agreement Index (SLAI) sistem
demikian arah dan strategi Kementerian ini cukup informasi” (Kementerian BUMN, 2012).
penting diamati. Dalam rencana strategis BUMN,
disebutkan beberapa tujuan BUMN adalah
Penelitian ini memanfaatkan Skema
(Kementerian BUMN , 2012): memberikan
Penelitian Dosen Pemula, sebagai langkah awal
sumbangan bagi perkembangan perekonomian
Peneliti untuk menjadi Peneliti pada skema-skema
nasional pada umumnya dan penerimaan negara lainnya. Dalam proses penelitian ini, Peneliti dapat
pada khususnya; mengejar keuntungan; mempelajari dan mendalami mekanisme,
menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa
metodologi, dan proses operasionalisasi dari
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu
gagasan penelitian.
tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup
orang banyak; menjadi perintis kegiatan-kegiatan

Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019 55


2. TINJAUAN PUSTAKA
Sejak 1992 DeLone dan McLean
Gambar 2: Updated DeLone and McLean IS
mengembangkan model keberhasilan implementasi
Success Model (2016)
Teknologi Informasi untuk mencerminkan saling
ketergantungan antar sifat proses Sistem Informasi.
Perjalanan panjang ini menempatkan model Sejak awal DeLone mengingatkan bahwa
DeLone dan McLean (Model D&M) menjadi peneliti harus teliti dalam memilih variabel dari
rujukan utama bagi setiap peneliti dampak masing-masing konstruksi ini untuk
implementasi Teknologi Informasi. Sampai tanggal mengembangkan keseluruhan pengukuran
7 Oktober 2018 model awal DeLone dan Mc Lean keberhasilan Teknologi Informasi. Pemilihan
telah dicititasi 28.041 kali (Google, n.d.). ukuran keberhasilan juga harus mempertimbangkan
Perkembangan Teknologi Informasi dan variabel kontingensi, seperti variabel independen
popularitas ini telah menghantarkan DeLone dan yang diteliti; strategi organisasi, struktur, ukuran
McLean melakukan perbaikan pada model dan dan lingkungan organisasi sedang dipelajari;
mengusulkan Model Sukses DeLone dan McLean teknologi yang digunakan; dan karakteristik tugas
IS yang Diperbarui pada tahun 2002. Pada model dan individual dari sistem yang diselidiki.
yang diperbarui ini DeLone membahas juga (Rosa, 2006)melakukan benchmarking
kegunaan model untuk mengukur keberhasilan gejala IT Productivity paradox pada sektor
sistem e-commerce(McLean, 2003). manufakturing. Mereka memodelkan produksi
Setelah publikasi Model D & M yang layanan informasi menggunakan Data Envelopment
diperbarui tahun 2003, DeLone dan McLean telah Analysis (DEA) untuk menilai dampak teknologi
membuat dua perubahan tambahan. Pertama, dalam informasi (TI) terhadap produktivitas dalam sektor
D & M Model yang diperbarui (ditunjukkan pada manufaktur. Pengujian kinerja TI dilakukan dengan
Gambar 1) DeLone menggunakan istilah "Net cara: (1) menyelidiki hubungan antara alokasi
Benefit" untuk mewakili ukuran akhir keberhasilan. sumber daya anggaran TI dan biaya yang
Selanjutnya DeLone mempertimbangkan kembali dikeluarkan seperti biaya tenaga kerja (input) untuk
nama ini dan menyimpulkan bahwa "Net Impact" produktivitas yang dicapai (output), (2) melakukan
akan menjadi judul yang lebih baik daripada "New pembandingan (benchmarking) nilai relatif bisnis
Benefits" karena "Benefits" menyiratkan hanya TI dalam sektor manufaktur. Isu-isu ini diperiksa
hasil yang positif. Dengan terminologi ini model dengan menggunakan data kinerja yang
mengakui ada hasil yang positif dan bisa terjadi dikumpulkan dari database CompustatTM dan
hasil menjadi negatif. Dengan hasil positif, ini akan survei Information WeekTM (IW) untuk eksekutif
mengarah pada lebih banyak “Penggunaan” TI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, melalui
(McLean., 2016). skala efisiensi, perusahaan yang efisien dapat
meningkatkan kinerja mereka dengan mengurangi
investasi tertentu.

Namchul Shin melakukan penelitian


tentang kerangka integrasi untuk faktor kontekstual
yang berpengaruh terhadap implementasi
Teknologi Informasi. Menurut Namchun tidak
hanya faktor-faktor individu yang berperan dalam
kesuksesan implementasi TI, tetapi juga faktor
lingkungan secara keseluruhan. Namchun
Gambar 1: DeLone and McLean IS Success Model menggunakan model konversi efektivitas Weill
(2003) untuk mengembangkan dan mengintegrasikan
kerangka berbagai tingkat dan faktor-faktor
kontekstual yang mempengaruhi implementasi TI.
Mereka membahas hubungan antara faktor-faktor
kontekstual dan isu lintas batas dalam lingkungan
global outsourcing. Mereka menganggap
interpretasi holistik faktor individu merupakan
langkah awal menuju pemahaman kompleksitas
lingkungan perusahaan dan pengaruhnya terhadap
kesuksesan implementasi TI. Kerangka tersebut
dapat membantu perusahaan dengan memberi alat
kerja yang berguna untuk mengevaluasi lingkungan
perusahaan saat ini, menentukan kekuatan dan
kelemahan, dan menilai bagaimana hal ini akan

56 Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019


mempengaruhi implementasi TI. (Namchul Shin, Ming-Lang Tseng bersama dengan Kuo-
2007) Jui dan Thi Thoa Nguyena melakukan studi kasus
yang diterbitkan Information Technology In Supply
Myung Ko mengindikasikan investasi Chain Management: A Case Study (Tseng,
Teknologi Informasi (TI) pada organisasi di AS 2011).Dalam studi ini mereka mencoba untuk
yang terus meningkat sejak 1980-an tetapi setelah membuktikan dampak Teknologi Informasi (TI)
dilakukan penelitian pada dampak investasi TI pada dalam manajemen rantai suplai (SCM). Kriteria
produktivitas organisasi hasilnya tidak selalu yang disampaikan meliputi aplikasi TI untuk
positif. Dalam studi ini, Peneliti Myung Ko mendapatkan performa kinerja tinggi perusahaan
menggunakan teknik data mining - regresi yang terdiri dari pemasaran, kinerja keuangan, dan
multivarian splines adaptif – Multivariate Adaptive kepuasan pelanggan. Metode Dematel fuzzy
Regression Splines (MARS). Metode ini dapat diterapkan untuk menunjukkan keterkaitan antara
mengatasi banyak kekurangan dari pendekatan semua kriteria. Hasil penelitian mereka
tradisional, yang mengasumsikan hubungan linear menemukan bahwa pengaruh TI yang maju akan
antara variabel dependen dan independen dan menyebabkan kriteria yang mengarah ke kinerja
normalitas distribusi kesalahan. MARS pemasaran dan kepuasan pelanggan yang lebih
menawarkan teknik regresi yang fleksibel yang baik.
dapat mengungkap berbagai kemungkinan
hubungan dalam data, termasuk hubungan Paradok Produktifitas akibat investasi
nonlinear (jika ada), dan dapat memberikan Teknologi Informasi juga diteliti oleh Saban(Saban
wawasan tambahan untuk menyelidiki masalah & Efeoğlu, 2012). Saban melakukan penelitian
yang kompleks, seperti dampak TI pada berdasarkan pada pandangan bahwa perubahan
produktivitas. (Ko, Osei-Bryson, & Kweku- ekonomi dan teknologi dan terutama
Muata, Reexamining the impact of information perkembangan teknologi informasi secara
technology investment on productivity using signifikan telah mengubah lingkungan kerja dan
regression tree and multivariate adaptive regression manajemen usaha. Saban telah menguji efek pada
splines (MARS), 2008) akuntansi manajerial dalam bisnis besi dan baja,
yang telah mengikuti dan mengadopsi teknologi
Selanjutnya, informasi di Turki. Studi ini meneliti
Winkramasinghe(Wickramasinghe & perkembangan teknologi yang telah menyebabkan
Gunawardena, 2010) mencari korelasi penyebab perubahan dalam akuntansi. manajerial dan
keberhasilan implementasi ERP dengan faktor- bagaimana tingkat perubahan ini.
faktor kritis yang mempengaruhinya Faktor-faktor
kritis tersebut antara lain: Pengelolaan proyek harus 3. METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan dengan baik; Penentuan prioritas Elemen
Kritis yang tepat. Dua masalah tersebut perlu Kerangka Pikir
mendapatkan perhatian dari penelitian. Untuk
menentukan peningkatan kinerja, Winkramasinghe
menentukan variable yang terdiri dari:ketepatan; Penelitian ini meneliti faktor kritis yang
kejelasan; kandungansistem; keluwesan; perbaikan menyebabkan keberhasilan implementasi ERP/SAP
kinerja bisnis/pencapaian tujuan perusahaan yang di PTKS. Faktor kritis yang diuji meliputi faktor
telah ditetapkan; ketepatan waktu; keandalan; perencanaan proyek, pengorganisasian, staffing,
sistem penerimaan dan penggunaan; stabilitas kepemimpinan, pengendalian dalam keberhasilan
sistem; kecepatan respon; kepuasan pengguna; implementasi ERP/SAP di PTKS yang dilakukan
ketepatan anggaran. Sementara itu, elemen kritis oleh PT. Krakatau Information Technology.
yang menjadi perhatian Winkramasinghe antara Untuk menguji keberhasilan, digunakan
lain:ketepatan antara bisnis dan teknologi metode penelitian kuantitatif. Metode ini dapat
informasi; bussiness process reeingineering dan digunakan untuk mengevaluasi kepentingan relatif
kustomisasi yang minimum; rencana bisnis dan visi dari variabel penelitian. Alzoubi mendefinisikan,
perusahaan; manajemen perubahan budaya; penelitian kuantitatif sebagai upaya sistematis
komunikasi yang efektif; kerjasama antar untuk mendefinisikan, mengukur, dan melaporkan
departemen; mengelola harapan pengguna; hubungan antara berbagai faktor yang
pemantauan dan evaluasi kinerja; team sukses menghasilkan data numerik yang dapat dianalisis
proyek; manajemen proyek; kompetensi tim secara statistik(Alzoubi, 2016). Penelitian ini
proyek; komposisi & kerja sama tim; memanfaatkan pendekatan kuantitatif untuk
pengembangan perangkat lunak, pengujian dan memahami faktor-faktor yang berkontribusi
trouble shooting; dukungan manajemen puncak; terhadap keberhasilan ERP. Data dikumpulkan
keterlibatan pengguna; pelatihan dan pendidikan melalui penggunaan survei berbasis web maupun
pengguna cara konvensional (kertas). Skala Likert untuk
mengukur kepuasan pengguna terhadap
keberhasilan implementasi ERP/SAP.

Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019 57


Tujuan utama penelitian ini adalah: didalamnya faktor pelatihan dan peran
1. Menguji tingkat keberhasilan implementasi konsultan.
ERP/SAP berdasarkan peningkatan kinerja 5. Menguji pengaruh faktor kepemimpinan
bisnis dan/atau kepuasan pengguna. terhadap keberhasilan implementasi.
2. Menguji pengaruh faktor perencanaan terhadap 6. Menguji pengaruh faktor pengendalian
keberhasilan implementasi. terhadap keberhasilan implementasi.
3. Menguji pengaruh faktor pengorganisasian
proyek terhadap keberhasilan implementasi. Sehingga, model penelitian dapat ditunjukkan
4. Menguji pengaruh faktor staffing terhadap sebagaimana dalam gambar dibawah ini:
keberhasilan implementasi. Termasuk
secara luas digunakan dalam literatur
PERENCANAAN
sebelumnya(Alzoubi, 2016).
PROYEK (X1)
Analisis faktor digunakan untuk
menyelidiki kemampuan model faktor yang telah
PENGORGANISASIAN
(X2)
ditetapkan sesuai dengan satuan data pengamatan.
IMPLEMENTASI SUKSES
DIMENSI PENINGKATAN
IMPLEMENTASI SUKSES
DIMENSI KEPUASAN
Hal ini juga digunakan untuk membangun
STAF/ STAFFING
(X3)
KINERJA/ SUCCESS
RESULT (Y1)
PENGGUNA/ SUCCESS
PERCEPTION (Y2) keabsahan masing-masing faktor secara terpisah.
Path Coeficient digunakan untuk menemukan
KEPEMIMPINAN/ faktor-faktor kritis Perencanaan Proyek,
LEADERSHIP (X4)
Pengorganisasian, Staf/ Staffing, Kepemimpinan/
PENGENDALIAN/ leadership, dan Pengendalian/ Controlling yang
CONTROLLING (X5)
mempengaruhi pengguna ERP. Pemodelan
persamaan struktural (structural equation modeling -
Gambar 3: Model Penelitian SEM) berbasis PLS digunakan untuk memvalidasi
instrumen berdasarkan analisis faktor konfirmatori
Implemantasi ERP/SAP yang sukses atau
(confirmatory factor analysis - CFA) dan untuk
gagal dalam perspektif peningkatan dinotasikan
menguji hipotesis penelitian. Penelitian ini
sebagai Y1 dan keberhasilan implementasi
dirancang untuk menemukan item kritis dalam
ERP/SAP yang memuaskan pengguna dinotasikan
Perencanaan, Pengorganisasian Proyek, Staffing,
sebagai Y2. Kedua variabel adalah variabel
Kepemimpinan/ leadership, dan
tergantung/ dependen. Kedua variabel dipengaruhi
Pengendalian/Controlling yang diperlukan untuk
variabel Perencanaan Proyek (X1),
membawa dampak positif kepada pengguna ERP.
Pengorganisasian (X2), Staffing (X3),
Alat analisis statistik SmartPLS 3.0 (beta)
Kepemimpinan (X4), dan Pengendalian (X5). Oleh
digunakan untuk SEM, CFA, dan analisis partial
karena itu masing-masing dianggap tersebut sebagai
least squares – PLS (Alzoubi, 2016). Bagian analisis
variabel independen.
data memberikan rincian lebih lanjut tentang metode
penelitian yang digunakan.
Metode Analisis
Model Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi
kasus, yakni penelitian tentang status subyek
Alzoubi (2016) mencatat bahwa kuesioner
penelitian yang berkenaan dengan suatu fase
dapat digunakan untuk mengumpulkan data
spesifik atau khas dari keseluruhan proses bisnis.
demografi dan opini pengguna. Kuesioner dapat
Obyek penelitian pada studi kasus ini adalah PTKS.
terdiri dari pertanyaan yang bersifat tertutup dan
Penelitian dilakukan dengan pola penelitian
terbuka. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan
eksplanasi, yang bersifat noneksperimen dan
dimana jawaban yang diberikan secara bebas,
bertujuan menjelaskan faktor kritis keberhasilan
sedangkan pertanyaan tertutup mewajibkan peserta
implementasi SAP.
untuk memilih jawaban dari pilihan jawaban yang
Pendekatan penelitian yang digunakan
telah disediakan. Ketika mengukur sikap, maka
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
digunakan skala Likert, responden dapat
yang meliputi penggunaan metode numerik dan alat
menempatkan sikap mereka terhadap
statistik untuk mengumpulkan dan menganalisis
pernyataanpernyatan dalam skala Likert mulai dari
data. Penelitian dengan mengumpulkan data yang
ketidaksetujuan yang kuat sampai kesetujuan yang
diperlukan dari pengguna ERP untuk menjawab
kuat. Studi empiris telah menunjukkan bahwa skala
pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis
lima poin memberikan validitas dan reliabilitas
penelitian. Informasi yang tersedia dari penelitian
dalam penelitian. Opsi skala Likert dipilih untuk
sebelumnya dianalisis dan digunakan untuk
survei online maupun yang konvensional (kertas).
memahami materi pelajaran yang lebih baik.
Instrumen survei dikembangkan dari kuesioner

58 Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019


Kuesioner survei dikembangkan untuk dan indikator sebagai berikut:Expertise in ERP
menentukan faktor-faktor utama yang berkontribusi Project; Experise in in Project Management; PM
terhadap faktor keberhasilan implementasi Motivation; PM Incentive (Bradley, 2004)
ERP/SAP. Kuesioner dirancang untuk diselesaikan Selain faktor diatas, secara lebih spesifik
tidak lebih dari 15 menit. Tataletak, jenis dan variabel staffing juga dipengaruhi oleh langkah-
pemilihan ukuran huruf mempertimbangkan langkah pelatihan (training) dengan instrumen dan
kenyamanan bagi responden. Peneliti indikator sbb: Training Attention; Training Process
mengembangkan item survei untuk penelitian ini Bussiness at Chartering Phase; Training Process
berdasarkan definisi konstruk tersedia dalam Bussiness at Project Phase; Training Process
literatur dan sebelumnya digunakan. Bussiness at Shakedown Phase; Training Process
Sebagian besar pertanyaan dalam survei Bussiness at Onward & Upward Phase; Training
diadaptasi dari penelitian sebelumnya yang relevan Software; Training Quality; Training Review;
terkait dengan analisis critical success factor, yaitu Training Material; Training Budgeting.(Bradley,
penelitian Bradley (Bradley, 2004). Kecuali 2004).
disebutkan berbeda, item indikator diukur pada Faktor lain yang dipertimbangkan, secara
skala Likert lima poin mulai dari "sangat tidak lebih spesifik variabel staffing juga dipengaruhi oleh
setuju" sampai ke "sangat setuju." langkah-langkah yang dilakukan pada lingkungan
konsultansi. Instrumen dan indikator sub variabel
Keberhasilan Implementasi ERP Berbasis MD konsultan adalah: Consultant Need; Consultant
2016 Need for PM; Invididual or Company Consultant;
Consultant Time Consume: Chartering; Consultant
Pengukuran tingkat keberhasilan Time Consume: Project; Consultant Time Consume:
implementasi ERP/SAP di PTKS menggunakan Shakedown; Consultant Time Consume: Onward &
kerangka kerja DeLone McLean 2016. Instrumen
Upward; Consultant Intensity: Planning; Vendor
yang diukur antara lain: kualitas sistem (inventory
Selection; Software Instalation; Change Mgmt;
turn over, delivery time, lead time, reliability,
Others Consultant Impact(Bradley, 2004)
response, data accurate), dampak individu (user
fiendly), kualitas informasi (report quality), use
(report frequency, finance report), kepuasan Kepemimpinan (leadership)
pengguna (user satistaction), dampak organisasi Tujuan ke 5 dari penelitian ini bertujuan
(organization performance) (McLean., 2016), untuk menguji pengaruh faktor Kepemimpinan
(Bradley, 2004) (leadership) terhadap keberhasilan implementasi.
Instrumen dan indikator yang digunakan: Top
Management Involve; Champion Efectivity; User
Perencanaan Resistancy; Management Awareness;
Tujuan ke 2 dari penelitian ini bertujuan Communication Skill; Management Effectivity
untuk menguji pengaruh faktor perencanaan
terhadap keberhasilan implementasi. Faktor Pengendalian (Controlling)
perencanaan dimanifestasikan dalam instrumen dan Tujuan ke 6 dari penelitian ini bertujuan
indikator:Bussiness Plan vs IT Master Plan; CEO vs untuk menguji pengaruh faktor Controlling terhadap
CIO Vision; CIO: Knowledge Business Goal; CEO: keberhasilan implementasi. Instrumen dan indikator
Knowledge IT Goal(Bradley, 2004) yang digunakan :Update Progress Project; Steering
Committee; SC: Chief Level; Other control beside
Pengorganisasian Proyek SC; Budget Monitoring.
Tujuan ke 3 dari penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh faktor pengorganisasian
proyek terhadap keberhasilan implementasi. Faktor
Hipotesis
tersebut dimanifestasikan dalam pertanyaan dalam
instrumen dan indikator:PM need; PM Intensity in Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian
Chartering Phase; PM Intensity in Project Phase; ini didefinisikan di bawah ini.
PM Intensity in Shakedown Phase; PM Intensity in H1: Perencanaan yang baik akan
Onward & Upward Phase; PM Authorization Level; menentukan kesuksesan atau kegagalan
Authorization Replace Member; Urgency Level; implementasi ERP/SAP dalam meningkatkan
Report Level; Matrix Organization; Time Alocation; kinerja (success result) dan secara langsung atau
Level Support Senior Manager(Bradley, 2004) simultan juga dapat mempengaruhi persepsi
kepuasan pengguna (success perception).
Staf (Staffing) H2: Pengorganisasian yang baik
Tujuan ke 4 dari penelitian ini bertujuan menentukan kesuksesan atau kegagalan
untuk menguji pengaruh faktor staf (staffing) implementasi ERP/SAP dalam meningkatkan
terhadap keberhasilan implementasi. Faktor tersebut kinerja (success result) dan secara langsung atau
dimanifestasikan dalam pertanyaan dalam instrumen

Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019 59


simultan juga dapat mempengaruhi persepsi SEM berbasis kovarian membutuhkan
kepuasan pengguna (success perception). banyak asumsi parametrik, seperti variabel yang
H3: Staf yang baik akan menentukan diobservasi harus memiliki multivariate normal
kesuksesan atau kegagalan implementasi ERP/SAP distribution yang dapat terpenuhi jika ukuran sampel
dalam meningkatkan kinerja (success result) dan yang digunakan besar (antara 200-800). Dengan
secara langsung atau simultan juga dapat ukuran sampel yang kecil akan memberikan hasil
mempengaruhi persepsi kepuasan pengguna parameter dan model statistik yang tidak baik
(success perception). (Ghozali, 2014). PLS tidak membutuhkan banyak
H4: Kepemimpinan (leadership) yang baik asumsi. Data tidak harus terdistribusi normal
akan menentukan kesuksesan atau kegagalan multivariate dan jumlah sampel tidak harus besar
implementasi ERP/SAP dalam meningkatkan (Ghozali merekomendasikan antara 30-100).
kinerja (success result) dan secara langsung atau Karena jumlah sampel yang digunakan
simultan juga dapat mempengaruhi persepsi pada penelitian ini kecil (<100) maka digunakan
kepuasan pengguna (success perception). PLS sebagai alat analisisnya. Untuk melakukan
H5: Pengendalian (Controlling) yang baik pengujian dengan SEM berbasis komponen atau
akan menentukan kesuksesan atau kegagalan PLS, digunakan bantuan program SmartPLS versi
implementasi ERP/SAP dalam meningkatkan 3.0.
kinerja (success result) dan secara langsung atau PLS mengenal dua macam komponen pada
simultan juga dapat mempengaruhi persepsi model kausal yaitu: model pengukuran
kepuasan pengguna (success perception). (measurement model) dan model struktural
(structural model). Model struktural terdiri dari
konstruk-konstruk laten yang tidak dapat
Sumber Data dan Pengumpulan Data diobservasi, sedangkan model pengukuran terdiri
dari indikator-indikator yang dapat diobservasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah unit Pada pengujian ini juga dilakukan estimasi
organisasi yang terdampak oleh implementasi
koefisien-koefisien jalur yang mengidentifikasi
ERP/SAP. Saat penelitian dilakukan, di PTKS
kekuatan dari hubungan antara variabel independen
memiliki 127 unit organisasi setingkat General
dan variabel dependen. Model pengukuran terdiri
Manager dan Manager, sementara ada 20 unit
dari hubungan antara item-item variabel dapat
organisasi setingkat General Manager dan diobservasi dan konstruk laten yang diukur dengan
Manager pada unit usaha bisnis PT. KHI (anak item-item tersebut.
Perusahaan PTKS pemakai ERP/SAP). Dari total
Untuk melakukan analisis dengan PLS
147 unit organisasi, dipilih organisasi yang
dilakukan dengan 2 tahap:
terdampak langsung pada implementasi ERP/SAP.
Dengan pertimbangan dari Manajer Proyek SAP Tahap 1
PTKS dan GM Finance KHI maka diperoleh daftar Menilai outer model atau measurement
organisasi yang terdampak ERP/SAP sebanyak 43 model. Model pengukuran adalah penilaian terhadap
unit untuk organisasi induk dan 20 unit pada reliabilitas dan validitas variabel penelitian atau
organisasi unit bisnis KHI. didefinisikan sebagai hubungan antara indikator
dengan variabel laten. Ada tiga kriteria untuk
Metode Analisis Data menilai model pengukuran yaitu: convergent
validity, discriminant validity dan composite
Model dianalisis dengan pemodelan reliability.
persamaan struktural (Structural Equation Convergent validity dari model pengukuran
Modelling). Terdapat dua macam model persamaan dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan
struktural, yaitu SEM berbasis kovarian (covariance korelasi antara item score/component score dengan
based) dan SEM berbasis komponen atau varian construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran
(component based) atau dengan Partial Least Square refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi
(PLS) (Ghozali, 2014). lebih dari 0,50 dengan konstruk yang ingin diukur
SEM berbasis komponen dengan (Ghozali, 2014).
menggunakan PLS dipilih sebagai alat analisis pada Discriminant validity dari model
penelitian ini. Teknik Partial Least Squares (PLS) pengukuran dengan indikator refleksif dinilai
dipilih karena perangkat ini banyak dipakai untuk berdasarkan cross loading pengukuran dengan
analisis kausal-prediktif (causal-predictive analysis) konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item
yang rumit dan merupakan teknik yang sesuai untuk pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk
digunakan dalam aplikasi prediksi dan lainnya, maka menunjukkan bahwa konstruk laten
pengembangan teori seperti pada penelitian ini. memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik
daripada ukuran pada blok lainnya.

60 Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019


Composite reliability blok indikator yang Analisis Measurement Model/ Outer Model
mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan Sebagaimana dijelaskan di awal, langkah
dua macam ukuran yaitu internal consistency dan pertama analisis SEM-PLS adalah melakukan
cronbach’s alpha. Dengan menggunakan output evaluasi outer model/measurement model. Outer
yang dihasilkan oleh PLS. Ukuran internal model adalah mengukur korelasi antara indikator
consistency hanya dapat digunakan untuk konstruk dengan konstruk/variabel laten. Dengan mengetahui
indikator refleksif. Chin dalam Ghozali (Ghozali, korelasi antara indikator dan konstruknya akan
2014)menyatakan suatu variabel laten memiliki diketahui validitas dan reliabilitas sebuah model.
reliabilitas yang tinggi apabila nilai composite Untuk mengukur validitas dan reliabilitas konstruk
reliability dan atau conbach’s alpha di atas 0,60. dilakukan dengan melihat validitas konvergen dan
reliabilitas konstruk. (Budiyanto, 2009).
Tahap 2
Menilai inner model atau structural model.
Pengujian inner model atau model struktural
dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk
atau variabel laten, yang dilihat dari nilai R-square
dari model penelitian dan juga dengan melihat besar
koefisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi
ini dievaluasi dengan menggunakan uji t statistik
yang diperoleh lewat prosedur
bootstrapping(Ghozali, 2014).
Dari uraian di atas, berikut ini merupakan
kriteria penilaian model Partial Least Square (PLS)
yang diajukan Ghozali(Ghozali, 2014):
Gambar 4: Model Penelitian pada Software
SmartPLS 3.0
Tabel 1. Kriteria Penilaian PLS
KRITERIA PENJELASAN
Dalam program SmartPLS 3, langkah
Evaluasi Model Pengukuran (Measurement Model/Outer Model)
pertama yang harus dilakukan adalah penggambaran
Convergent validity Nilai korelasi item score dengan loading factor
model. Gambar 4. adalah gambar awal dari model
Discriminant validity
harus di atas 0.50
Cross loading, setiap blok indikator harus memiliki
secara keseluruhan sebelum dilakukan kalkulasi
loading yang lebih tinggi untuk setiap variabel laten
yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk
PLS Algorithm.
variabel laten lainnya. Apabila korelasi indikator
konstruk memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan
Setelah dilakukan analisis dengan
dengan korelasi indikator konstruk terhadap
konstruk lain, maka discriminant validity-nya tinggi. melakukan kalkulasi dengan menjalankan fungsi
Composite reability Diukur dengan internal consistency dan
croncbach’s alpha dan batas bawah composite PLS Algolithm dengan parameter Weighting Scame:
reliability adalah 0.60
Path; Maximum Iteration: 300; Stop Criterion: 7,
Evaluasi Model Struktrural (Structural Model/Inner Model)
didapatkan kesalahan singular matrix problem. Dari
R Square Hasil R square sebesar 0.67, 0.33, 0.19 untuk
variabel laten endogen dalam model struktural penelusuran data, singular matrix problem terjadi
mengindikasikan bahwa model baik, moderat, dan
lemah. pada indikator Org_1. Oleh karena itu indikator
Estimasi koefisien jalur Nilai estimasi untuk hubungan jalur dalam model
struktural harus signifikan. Nilai signifikansi Org_1 didrop dari permodelan. Hasil dari kalkulasi
diperoleh dengan metode bootstrapping.
PLS Algorithm putaran 1 didapatkan beberapa
indikator dengan nilai outer loading nya kurang dari
0,5, oleh karena itu indikator tersebut didrop. Pada
4. HASIL DAN PEMBAHASAN putaran 1 indikator yang didrop antara lain:
Control_1, Control_4, Lead_3, Lead_4, Lead_5,
Org_10, Org_2, Org_3, Org_7, Org_9, Plan_2,
Hasil Pengolahan Data
StafCons_1, StafCons_3, StafCons_8, StafCons_9,
Responden StafTrn_10, StafTrn_2, StafTrn_3, StafTrn_4,
Responden diberikan kepada Manager aktif StafTrn_5, StafTrn_6, StafTrn_9. Pada putaran ke 2,
di PTKS, dan kepada anggota Team Implementasi indikator yang didrop: Lead_2, Org_5, Staf_2. Pada
ERP PTKS. Kuisoner diberikan dalam pola tertulis putaran ke 3, didrop: Org_4, StafCons_11.. Hasil
(paper) dan on-line. Waktu yang diberikan selama 3 kalkulasi PLS Algorithm putaran ke 4 model
bulan mulai Oktober 2014 sampai dengan Desember menjadi sebagaimana gambar 5 dibawah ini.
2014. Dari 147 responden yang dibidik, maka
responden yang kembali sebanyak 29 (20%). 17
responden menggunakan kuisioner tertulis (59 %),
dan 12 responden lainnya mengisi kuisioner
menggunakan media online (41 %).

Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019 61


Dalam paparan tabel diatas menunjukkan
seluruh konstruk Consultant, Control, Lead,
Organizing, Plan, Staf, Sucess Perception success
result maupun Training menunjukkan semua
konstruk indikator memiliki nilai cross loading
lebih besar dari konstruk indikator lainnya.

Composite Reliability
Evaluasi outer model dengan melihat
reliabilitas konstruk variabel latendari blok
indikator. Konstruk dinyatakan reliabel jika nilai
composite reliability diatas 0,60. (Ghozali, 2014).
Nilai composite realibility konstruk semuanya
reliable karena memiliki nilai composite reliability
Gambar 5: Model Penelitian Setelah Putaran ke 4
lebih dari 0,60. Berikut hasil ouput dari SmartPLS:
(data primer, diolah dengan Kalkulasi PLS
Algorithm pada SmartPLS 3.0)
Tabel 3:Nilai Composite Reliability Putaran ke
Discriminant Validity 4(data primer, diolah dengan SmartPLS 3.0)
Tujuan menentukan discriminant validity
adalah untuk membuktikan bahwa konstruk laten
memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik
daripada ukuran pada blok lainnya. (Budiyanto,
2009). Ghozali (Ghozali, 2014)menyebutkan bahwa
discriminant validity dari model pengukuran dengan
refleksif indikator dinilai berdasarkan cross loading
pengukuran dengan konstruk. Apabila nilai korelasi
konstruk dengan item pengukuran lebih besar
daripada nilai korelasi dengan konstruk lainnya,
maka hal tersebut menunjukan bahwa konstruk laten
memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik
daripada ukuran pada blok lainnya. Selain Composite Reliability, Gozali juga
Tabel 2 menunjukkan hasil dari mensyaratkan nilai Cronbachs Alpha minimal 0,60.
discriminant validity yang ditunjukan dari nilai Tabel 4 memperlihatkan nilai Cronbachs Alpha
cross loading masing-masing sebagai berikut: untuk Consultant, Control, Lead, Organizing,
Success Perception, success result, diatas yang
Tabel 2:Nilai Cross Loading Putaran ke 4 dipersyaratkan. Sementara Plan, Staff, dan Training
(Data primer, diolah dengan SmartPLS 3.0) memiliki nilai kurang dari 0,60. Posisi ini akan
dipertimbangkan dalam pengambilan kesimpulan.

Tabel 4: Nilai Cronbachs Alpha Putaran ke 4


(data primer, diolah dengan SmartPLS 3.0)

Analisis Model Struktural (Inner Model)

Model struktural (inner model)


menggambarkan hubungan antar variabel laten

62 Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019


berdasarkan pada substantive theory. Menilai inner nomologis (nomological validity), dapat dinilai
model dapat dilakukan dengan cara melihat model dengan melihat RSquare (R2) dari konstruk-
struktural yang terdiri dari hubungan yang konstruk endogen atau variabel dependen yakni:
dihipotesiskan di antara konstruk-konstruk laten variabel Peningkatan Kinerja Bisnis (success result),
dalam model penelitian. Dengan menggunakan variabel Persepsi Kepuasan Pengguna (success
metode Bootstrapping pada SmartPLS, dapat perception), dan variabel Staf (Staff). Nilai R-
diperoleh kesalahan standar (standard errors), Square di gunakan untuk menilai pengaruh variabel
koefisien jalur (path coefficients/β), dan nilai T- laten independen tertentu terhadap variabel laten
Statistik.Dengan teknik ini, peneliti dapat menilai dependen, apakah mempunyai pengaruh yang
signifikansi statistik model penelitian dengan substantif. Menurut Chin nilai R square sebesar
menguji hipotesis untuk tiap jalur hubungan. Tabel 0.67 (kuat), 0.33 (moderat) dan 0.19 (lemah). Tabel
5 menunjukkan koefisien untuk tiap jalur hipotesis 8 menunjukkan R-Square untuk konstruk-konstruk
dan nilai T-Statistiknya yang diperoleh dari hasil dependen.(Chin, 1996),
output SmartPLS setelah dilakukan kalkulasi
bootstrapping.

Tabel 5: Path Coeficient dan Tabel T Statistik Tabel 8:Nilai R Square pada Penelitian ini
(data primer, diolah dengan SmartPLS 3.0)

Hasil empiris dari pengujian model ini


menunjukkan bahwa Peningkatan Kinerja Bisnis
(success result) dipengaruhi oleh Perencanaan
(Plan), Pengorganisasian (Organizing),
Kepemimpinan (Lead), Pengendalian (Control) dan
Dari tabel statistika, maka didapatkan nilai Staf (Staff) sebesar 47,6 %. Sedangkan Persepsi
T Statistik berdasarkan tingkat signifikansi dengan Kepuasan Pengguna (Success Perception)
degree of freedom (df) sebesar 28 adalah sebagai dipengaruhi oleh Peningkatan Kinerja Bisnis
berikut: (success result), Perencanaan (Plan),
Tabel 6: Nilai Tabel T dengan df = 28 Pengorganisasian (Organizing), Kepemimpinan
(Lead), Pengendalian (Control) dan Staf (Staff)
sebesar 34,2 %. Tetapi Organizing memiliki
pengaruh yang negatif.Kedua variabel dependen
tersebut memiliki kekuatan yang moderat
sebagaimana pendapat Chin (1998).Khusus Staf
(Staff) dipengaruhi oleh Konsultan (Consultant) dan
Tabel 7: Relasi Model Penelitian dengan Pelatihan (Training) sebesar 12,5 %. Sementara itu,
Kesimpulan Dasar yang Mendasarkan Pembanding Pengendalian (Control) memiliki pengaruh yang
Tabel T negatif. Nilai 12,5 termasuk lemah.
Gambar 6 menunjukkan kekuatan
hubungan koefisien jalur antar variabel. Koefisien
jalur ditunjukkan dengan angka/nilai antara variabel
independen ke variable dependen. Nilai R Squre
ditunjukkan dalam angka/nilai yang ditampilkan
dalam lingkaran variabel dependen.

R Square
Kekuatan untuk menjelaskan (explanatory
power) yang dimiliki model, atau validitas

Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019 63


tetapi tidak signifikan karena T hitung lebih lebih
rendah dari T Tabel (T tabel = 1.313).Pada sisi
yang lain, Pengorganisasian (Organizing) memiliki
nilai koefisien jalur sebesar = -0.634 terhadap
Persepsi Keberhasilan (Success Perception) dengan
tingkat signifikansi sebesar 20%, karena T hitung
lebih lebih tinggi dari T Tabel (T tabel = 1.313).
Karena nilai koefisien jalur negatif, maka arah jalur
menjadi terbalik. Jadi pengorganisasian yang buruk
akan meningkatkan Persepsi Keberhasilan (Success
Perception) .
Dalam penelitian ini, hipotesa kedua:
pengorganisasian yang baik tidak signifikan
menentukan kesuksesan atau kegagalan
implementasi SAP pada Persepsi Keberhasilan
(Success Perception). Pada saat yang sama,
Gambar 6.Peta Model Hasil Proses Kalkulasi PLS pengorganisasian yang baik akan menurunkan
Algorithm (Setelah Kalkulasi PLS Algoritm Putaran Persepsi Keberhasilan (Success Perception) .
ke 4, dengan tidak menampilkan indikator) Indikator dari variabel Pengorganisasian
yang valid adalah tingkat otorisasi PM; tingkat
kepentingan; persentase waktu team proyek yang
Pengujian Hipotesis 1 dialokasikan untuk penyelesaian proyek, dan tingkat
Dari hasil olah data menggunakan dukungan manajer senior unit bisnis. Sifat
SmartPLS didapatkan nilai original sampel (O) organisasi yang flat yang bersifat egaliter
yang merupakan nilai koefisien jalur dan nilai T berpeluang menyebabkan peranan PM atau Manajer
statistik untuk menunjukan signifikansinya. Dari Senior tidak dibutuhkan terlalu dominan, peranan
analisis data didapatkan Perencanaan (Plan) PM atau Manajer Senior lebih bersifat koordinatif.
memiliki nilai koefisien jalur sebesar = 0.059 Bahkan bila PM atau Manajer Senior terlalu
terhadap Persepsi Kepuasan Pengguna (Success dominan, daya kreatif anggota team menjadi
Perception) tetapi tidak signifikan, karena T hitung menurun.
lebih lebih rendah dari T Tabel (T tabel = 1.313).
Pada sisi yang lain, Perencanaan (Plan) memiliki Pengujian Hipotesis 3
nilai koefisien jalur sebesar = 0.36 terhadap Pada sub model, Peran Konsultan
Peningkatan Kinerja Bisnis (success result) dengan (Consultant) memiliki nilai koefisien jalur sebesar
tingkat signifikansi sebesar 10 %, karena T hitung = 0.128 terhadap Staf (Staffing) tetapi tidak
lebih lebih tinggi dari T Tabel (T tabel = 1.701). signifikan, karena T hitung lebih lebih rendah dari T
Dengan data tersebut maka Perencanaan Tabel (T tabel = 1.313). Sehingga Peran Konsultan
(Plan) yang baik menentukan kesuksesan tidak signifikan mempengaruhi keberhasilan
implementasi ERP/SAP pada Peningkatan Kinerja implementasi SAP dalam meningkatkan kinerja
Bisnis (success result), tetapi tidak signifikan (success result). Indikator Peran konsultan yang
mempengaruhi Persepsi Kepuasan Pengguna valid meliputi: pemakaian konsultan pada tahap
(Success Perception). chartering, tahap proyek, tahap shakedown, dan
Apabila ditinjau dari 3 indikator variabel tahap onward & upward; intensitas konsultan pada
Perencanaan yang valid, antara lain: Bussiness Plan tahap instalasi software, dan tahap lain-lain; serta
VS IT Master Plan; CIO mengetahui tujuan bisnis; dampak penggunaan konsultan secara keseluruhan.
dan CEO memahami tujuan IT. Ketidak signifikan Hal ini patut ditelusuri lebih lanjut tentang
variabel ini peluang keboleh jadian terjadi akibat efektifitas peran konsultan pada Implementasi
akses responden terhadap dokumen IT Master Plan, ERP/SAP di PTKS. Keboleh jadian persepsi buruk
Bussiness Master Plan yang terbatas. Juga akses ke konsultan terbangun akibat kegagalan PTKS dalam
CEO yang terbatas akibat jenjang hirarki komando penggunaan konsultan pada tahap sebelum PT.
dari CEO dan CIO ke responden cukup jauh. Krakatau Information Technology menggantikan
konsultan yang lama.
Pengujian Hipotesis 2 Dalam sub model yang lain, Pelatihan
Dari hasil olah data didapatkan (Training) memiliki nilai koefisien jalur sebesar =
kesimpulan bahwa Pengorganisasian (Organizing) 0.296 terhadap Staf (Staffing) dengan tingkat
memiliki nilai koefisien jalur sebesar = 0.226 signifikansi sebesar 20%, karena T hitung lebih
terhadap Peningkatan Kinerja Bisnis (success result) lebih tinggi dari T Tabel (T tabel = 1.313).
Sehingga dapat disimpulkan Pelatihan memiliki

64 Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019


kontribusi positif terhadap keberhasilan Pengendalian (Controlling) memiliki nilai koefisien
implementasi SAP dalam meningkatkan kinerja jalur sebesar = -0.046 terhadap Peningkatan Kinerja
(success result). Indikator valid pada Pelatihan Bisnis (success result) tetapi tidak signifikan,
antara lain: pelatihan yang mendapatkan perhatian
karena T hitung lebih lebih rendah dari T Tabel (T
yang baik dalam proyek ini, dan kualitas pelatihan
yang baik diberikan diberikan pada proyek. tabel = 1.313). Pada sisi yang lain, Pengendalian
Secara keseluruhan Staf (Staffing) (Controlling) memiliki nilai koefisien jalur sebesar
memiliki nilai koefisien jalur sebesar = 0.364 = 0.404 terhadap Persepsi Kepuasan Pengguna
terhadap Peningkatan Kinerja Bisnis (success result) (Success Perception) dengan tingkat signifikansi
dengan tingkat signifikansi sebesar 10 %, karena T sebesar 20%, karena T hitung lebih lebih tinggi dari
hitung lebih lebih tinggi dari T Tabel (T tabel = T Tabel (T tabel = 1.313)
1.701).
Dengan demikian dapat disimpulkan
Secara simultan, Staf (Staffing) memiliki
bahwa Pengendalian (Controlling) tidak signifikan
nilai koefisien jalur sebesar = 0.218 terhadap
mempengaruhi keberhasilan implementasi ERP/SAP
Persepsi Kepuasan Pengguna (Success Perception)
terhadap Peningkatan Kinerja Bisnis (success
tetapi tidak signifikan karena T hitung lebih lebih
result), tetapi mempengaruhi persepsi kepuasan
rendah dari T Tabel (T tabel = 1.313)
pengguna (success perception). Indikator valid
Dengan demikian secara keseluruhan Staf
dalam variabel Pengendalian (Controlling) adalah
secara signifikan mempengaruhi keberhasilan
pembentukan SC - Steering Committe; level
implementasi SAP dalam Peningkatan Kinerja
Steering Committe apakah setingkat Chief ataukah
Bisnis (success result), tetapi tidak signifikan
tidak. Keboleh jadian tidak sinkron antara hasil dan
mempengaruhi Persepsi Kepuasan Pengguna
persepsi diatas akibat pemahaman responden
(Success Perception) . Indikator lain yang valid
terhadap istilah “Chief”. Di PTKS terdapat jabatan
pada variabel staf adalah pengalaman manajer
setingkat Manajer non struktural yang diberi nama
proyek pada proyek ERP sebelumnya, dan insentif
jabatan “Chief”. Sehingga jabatan “Chief” di PTKS
bagi manajer proyek. Secara empiris indikator
tidak semakna dengan tingkatan tertinggi dalam
tersebut mempengaruhi keberhasilan implementasi
suatu direktorat/departemen (CIO, COO, CEO).
ERP/SAP. Tetapi pemberian insentif yang
Diluar yang dihipotesakan, dengan data
berlebihan bagi PM menimbulkan perasaan ketidak
dalam tabel diatas dimana Peningkatan Kinerja
adilan dalam sistem sistem remunerasi perusahaan.
Bisnis (success result) memiliki nilai koefisien jalur
sebesar = 0.103 terhadap Persepsi Kepuasan
Pengujian Hipotesis 4 Pengguna (Success Perception) tetapi tidak
Kepemimpinan (leadership) memiliki nilai signifikan, karena T hitung lebih lebih rendah dari T
koefisien jalur sebesar = 0.051 terhadap Persepsi Tabel (T tabel = 1.313). Maka dapat disimpulkan
Kepuasan Pengguna (Success Perception) tetapi bahwa Keberhasilan Implementasi ERP/SAP tidak
tidak signifikan, karena T hitung lebih lebih rendah signifikan mempengaruhi persepsi kepuasan
dari T Tabel (T tabel = 1.313) pengguna (success perception).
Selanjutnya, Kepemimpinan (leadership)
juga memiliki nilai koefisien jalur sebesar = 0.168 5. SIMPULAN
terhadap Peningkatan Kinerja Bisnis (success result) Dari analisis penelitian pada implementasi
tetapi tidak signifikan, karena T hitung lebih lebih ERP/SAP PTKS ini dapatkan disimpulkan:
rendah dari T Tabel (T tabel = 1.313). 1. Tingkat keberhasilan implementasi ERP/SAP di
Dengan demikian Kepemimpinan PTKS berdasarkan persepsi
(leadership) tidak signifikan mempengaruhi karyawan/manajemen berada pada posisi
keberhasilan implementasi SAP dtinjau dari “Sukses Sebagian” dengan frekuensi 55% dan
Peningkatan Kinerja Bisnis (success result) skor rata-rata 3,36.
maupun Persepsi Kepuasan Pengguna (Success 2. Faktor Perencanaan (Plan) menentukan
Perception) . Indikator valid pada Kepemimpinan kesuksesan implementasi ERP/SAP berbasis
(leadership) adalah keterlibatan top management; pada Peningkatan Kinerja Bisnis (success
level champion yang ditugaskan; tingkat kesadaran result) dengan tingkat koefesien jalur sebesar
manajemen; kemampuan komunikasi; efektifitas 0,36.
manajemen. Perlu evaluasi mendalam dengan 3. Faktor Staf (staffing) secara signifikan
wawancara untuk mengungkapkan paradok gejala mempengaruhi keberhasilan implementasi
ini. ERP/SAP berbasis pada Peningkatan Kinerja
Bisnis (success result) dengan tingkat koefesien
Pengujian Hipotesis 5 jalur sebesar 0,218. Pelatihan memiliki
kontribusi positif sebesar 0,296.
Pada perspektif Pengendalian
4. Faktor Pengendalian secara signifikan
(Controlling), maka dalam tabel diketahui bahwa mempengaruhi keberhasilan implementasi

Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019 65


ERP/SAP berbasis pada Persepsi Kepuasan Menuju Akselerasi Ekonomi. Media
Pengguna (Success Perception) dengan tingkat Keuangan, 39.
koefesien jalur sebesar 0,404.
Ghozali, I. (2014). Structural Equation
Ucapan Terima kasih Modelling, Metode Alternatif
dengan PLS. Semarang: Badan
Penilian ini terlaksana dengan pembiayaan
dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Penerbit Universitas Diponegoro.
Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan; Google. (n.d.). William H. DeLone.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan (Google) Retrieved 10 7, 2018,
Tinggi, Republik Indonesia, pada skema Skema from Google Scholar:
Penelitian Kompetitif Nasional https://scholar.google.com/citations
?user=k4zMYE0AAAAJ&hl=en
Daftar Pustaka Indonesia, R. (2003). Undang Undang No
19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara.
Alzoubi, M. (2016). Evaluating the Indonesia, R. (2003). Undang-Undang
Enterprise Resource Planning No.19 tentang Badan Usaha Milik
(ERP) Systems’ Success at the Negara. . Sekretariat Negara.
Individual Level of Analysis in the Kementerian BUMN . (2012). Kinerja
Middle East. Ann Arbor: ProQuest BUMN Tahun 2011-2012.
LLC. Kementerian BUMN. (2012). Rencana
Bradley, J. (2004). Enterprise resource Strategis Kementerian BUMN
planning success: a management Tahun 2012-2014. Jakarta:
theory approach to critical success Kementerian BUMN.
factors. California: ProQuest Ko, M. S. (2003). An Exploration of the
Information and Learning Impact of Information Technology
Company. Investment on Organizational
Budiyanto. (2009). Evaluasi Kesuksesan Performance: An Integrative
Sistem Informasi dengan Approach. Virginia: ProQuest
Pendekatan Model DeLone dan Information and Learning.
McLean. Surakarta: Fakultas Ko, M., Clark, J. G., & Ko, D. (2008).
Ekonomi Universitas Sebelas Revisiting the impact of information
Maret. technology investments on
Chin, W. (1996). The Partial Least Squares Productivity: an empirical
Latent Variable Modelling investigation Using Multivariate
Approach for Measuring Interaction adaptive regression splines (Mars).
Effect a Monte Carlo Simulation (M. Khosrow-Pour, Ed.)
Study and Voice Mail Information Resources Management
Emotion/Adoption Study. Journal, 21(3).
Proceeding of Seventeenth Ko, M., Osei-Bryson, & Kweku-Muata.
International Conference on (2008). Reexamining the impact of
Information System. Claveland information technology investment
Ohio. on productivity using regression
Christ Pang, Y. D. (2013). Market Share tree and multivariate adaptive
Analysis: ERP Software, Worldwide regression splines (MARS). 9, 285–
2013. 299.
Departemen Keuangan. (2010, November). Markus, M. L. (2000). The Enterprise
APBN 2011 Sebuah Momentum Experience - from Adoption to
Success. Framing The Domains of

66 Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019


IT Research: Projecting The Future Managerial Accounting in the
Through The Past. Cincinnati: Turkish Iron and Steel Industry .
Pinnaflex Educational Resources, 03(12).
Inc. Thatcher, M. E. (2011). The Impact of
McLean, W. H. (2003). The DeLone and Technology Investment on a Firm's
McLean Model of Information Production Efficiency, Product
Systems Success: A ten-year Quality, and Productivity. Journal
update. 19(4):9–30. of Management Information
McLean., W. H. (2016). Information Systems, 18, 17.
Systems Success Measurement. Tseng, M.-L. w.-J. (2011). Information
Hanover, USA: now Publishers Inc. Technology in Supply Chain
Namchul Shin, B. H. (2007). An Integrative Management. Procedia-Social and
Framework For Contextual Factors Bahavioral Science,
Affecting Information Technology 25(International Conference on
Implementation. Journal of Asia Pacific Business Innovation &
Information Technology Theory & Techology Management), 257-272.
Application, 21-28. Wickramasinghe, V., & Gunawardena, V.
Rosa, A. o. (2006). Benchmarking the IT (2010). Critical elements that
productivity paradox: Recent discriminate between successful and
evidance from the manufacturing unsuccessful ERP implementations
sector. Mathematical and Computer in Sri Lanka. Journal of Enterprise
Modeling , 44, 30-44. Information Management, 23, 466.
Saban, A. P., & Efeoğlu, Z. (2012, June).
An Examination of the Effects of
Information Technology on

Jurnal IKRA-ITH Informatika Vol 3 No 3, November 2019 67

Anda mungkin juga menyukai