Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hati (liver) merupakan organ terbesar yang dimiliki manusia. Organ
ini terletak di dalam rongga perut, pada bagian kanan atas perut, dan
terlindungi oleh tulang rusuk serta diafragma. Hati berperan dalam
menetralisir racun, sintesis protein, dan pembekuan darah. Hati juga berperan
sebagai organ yang memproduksi empedu untuk pencernaan. Sejumlah faktor
yang bisa menyebabkan gagal hati adalah: Sirosis, Infeksi virus, terutama
hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis E (Irianto, 2012).
Hepatitis A merupakan infeksi hati akut yang disebabkan oleh
hepatitis A virus Karena sifat menularnya maka penyakit ini disebut juga
hepatitis infeksiosa. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan di Indonesia
karena masih sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyakit ini
termasuk common source yang penularan utamanya melalui makanan dan
sumber air, namun bisa juga ditularkan melalui hubungan seksual (WHO
2013).
Pasien hepatitis A dapat disertai dengan berbagai gejala klinis.
Manifestasi klinis dari hepatitis A beragam dari gejala ringan ke gejala berat,
diantaranya adalah demam, kelelahan, nyeriotot, malaise, kehilangan nafsu
makan, diare, mual, perasaan tidak nyaman pada perut, urin berwarna teh, dan
ikterus. Demam akut disertai dengan ikterus merupakan tantangan diagnostik
bagi klinisi, karena banyak infeksi yang disebab kan olehh epatotrophic virus
seperti, malaria, enteric, dengue, dan leptospira dapat timbul dengan gejala
yang sama. HAV,dan leptospirosis memiliki beberapa kemiripan pada gejala
klinis serta syndromaklinis. Kelainanpada liver function juga dapat ditemukan
pada kedua penyakit tersebut.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan temuan kasus
Hepatitis A di Kota Depok, Jawa Barat hingga 3 Desember 2019 sebanyak
262 kasus[ CITATION Ari19 \l 1033 ]. Berdasarkan data Riskesdas 2013, jumlah
orang yang didiagnosis hepatitis di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan

1
2

gejala yang ada mengalami peningkatan dua kali lipat yaitu 0,6 persen pada
2007 menjadi 1,2 di tahun 2013. Dilihat lebih jauh, peningkatan prevalensi
yang cukup besar terjadi di Provinsi NTT dan Papua. Pada 2013, NTT
merupakan provinsi dengan prevalensi penyakit hepatitis tertinggi.
Prevalensinya meningkat dari 1,9 persen pada 2007 menjadi 4,3 persen pada
2013. Di Maluku, pada 2007, prevalensinya hanya 0,4 persen atau masih di
bawah prevalensi penderita hepatitis Indonesia.
Namun, pada 2013 prevalensinya meningkat menjadi 2,3 persen.
Empat provinsi lain dengan prevalensi penyakit hepatitis tertinggi di 2013
yaitu Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Sementara itu, dilihat dari kelompok umurnya, prevalensi penyakit hepatitis
pada 2007 paling banyak diderita penduduk kelompok usia di atas 55 tahun,
yaitu sebanyak 0,9 persen. Pada 2013, terjadi peningkatan hampir disetiap
kelompok usia. Perbedaan peningkatan proporsi kelompok usia 5-14 tahun;
25-34 tahun; 35-44 tahun; dan 45-54 tahun adalah yang tertinggi, yaitu 0,6
persen. Prevalensi hepatitis di Jawa Timur pada 2007 sebesar 0,3 persen
meningkat menjadi 1 persen pada 2013. Kejadian Luar Biasa (KLB) di Jawa
Timur, dan Pacitan khususnya, bukan kali pertama terjadi. Data Pusdatin
Kemenkes mencatat ada sebanyak 287 kasus hepatitis A di Jawa Timur, kasus
tertinggi terjadi di Kabupaten Pasuruan dengan 110 kasus. Sementara itu, di
Kabupaten Pacitan ada 66 kejadian pada 2013.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian
Kesehatan RI tahun 2018, prevalensi pengidap hepatitis di Indonesia adalah
1,2 persen, dua kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Data ini cukup
meresahkan karena di baliknya adalah kurangnya awareness masyarakat
Indonesia, terutamauntuk deteksi dini. Jenis hepatitis yang paling banyak
menginfeksi adalah hepatitis B (21, 8 persen) dan hepatitis A (19,3 persen).
Ahli penyakit dalam dari RS Cipto Mangunkusumo, dr Irsan Hasan, SpPD-
KGEH menyebut fenomena hepatitis di Indonesia seperti gunung es,80
Persen hepatitis itu tanpa gejala[ CITATION Friat \l 1033 ].
3

Penyakit Hepatitis A sampai saat ini masih merupakan salah satu


masalah kesehatan dunia, jumlah pasien cenderung meningkat dan
penyebarannya semakin meluas. Di Indonesia tercatat Hepatitis A masih
merupakan kasus terbanyak dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu
berkisar antara 39,8-68,3%. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
distribusi kasus hepatitis A ini berdasarkan gambaran frekuensi penderita
menurut usia, jenis kelamin, keluhan utama, pemeriksaan SGOT/SGPT yang
dilakukan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari 2011-31
Desember 2011.
Metode penelitian menggunakan observasional deskriptif dengan data
retrospektif berupa data rekam medik pasien hepatitis A di Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung periode Januari 2011 – Desember 2011. Hasil
penelitian didapatkan bahwa 95 kasus hepatitis A dengan kasus terbanyak
didapatkan pada laki-laki (68,42%), kelompok usia yang paling sering
mengalami hepatitis A adalah kelompok usia 10-19 tahun (41,05%), keluhan
utama terbanyak adalah ikterus (72,32%). Peningkatan kadar SGPT terbanyak
adalah lebih dari 30 kali lipat nilai normal (54,74%), peningkatan kadar
SGOT terbanyak adalah kurang dari 30 kali nilai normal (73,68%).
Fenomena yang ada di RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
adalah pasien dengan penyakit Hepatitis A membutuhkan perawatan yang
baik terutama post operasi ,Oleh karena itu, perawat harus dapat memberikan
asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien dengan Hepatitis A.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah Akhir
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. Z dengan Penyakit Hepatitis A
di Ruang Kenanga RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG”.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini
adalah sebagai berikut :
4

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari karya tulisan ini adalah agar dapat melakukan
asuhan keperawatan pada An.Z dengan Hepatitis A di ruang Kenanga 1
RSUP Dr. Hasan Sadikin.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah :
a. Mampu melakukan dan mendokumentasikan pengkajian kesehatan
pada klien dengan Hepatitis A di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
b. Mampu merumuskan dan mendokumentasikan diagnosa
keperawatan yang telah di tentukan pada klien dengan Hepatitis A di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
c. Mampu menyusun dan mendokumentasikan rencana tindakan
keperawatan pada klien dengan Hepatitis A di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
d. Mampu melaksanakan dan mendokumentasikan implementasi
keperawatan pada klien dengan Hepatitis A di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
e. Mampu menganalisa dan mendokumentasikan evaluasi pada klien
dengan Hepatitis A di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
C. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan
metode analisa deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan yaitu
menggambarkan objek peristiwa yang sedang berlangsung, adapun teknik
pengumpulan data yang penulis gunakan. (Setiadi, 2012)
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab yang
berhubungan dengan masalah yang di hadapi klien dan merupakan suatu
komunikasi yang di rencanakan. (Setiadi, 2012)
Wawancara merupakan upaya memperoleh data secara lisan
dengan tatap muka dengan pasien. Penulis melakukan wawancara pada
pasien untuk mendapatkan data (pengkajian), menanyakan respon pasien
5

(implementasi). Selain itu wawancara juga dilakukan pada keluarga


untuk data keluarga (Riwayat penyakit keluarga), serta perawat untuk
data Asuhan Keperawatan.
2. Observasi dan partisipasi
Observasi adalah mendapatkan informasi dengan panca indra.
(Arikunto, 2010). Penulis mendapatkan data selama melakukan Asuhan
Keperawatan yakni pada saat melakukan pengkajian dan observasi
tindakan yang telah dilakukan atau respon yang ditunjukan oleh pasien.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah kajian teoritis, referensi secara literature
ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang
berkembang pada situasi sosial yang di teliti. (Sugiyono,2012)
Studi pustaka dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah
mengumpulkan literatur (buku) dan internet yang berkaitan dengan kasus
pasien untuk melengkapi Bab 2 (Tinjauan teori).
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subyek sendiri atau oleh orang lain tentang subyek.
(Sugiyono,2012)
Dokumentasi pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dari buku
status pasien selama perawatan untuk melengkapi data pengkajian,
tindakan keperawatan, dan lain-lain.
5. Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan secara langsung dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosa
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat sesuai tingkat kebutuhan dasar manusia. Kemudian dapat di
evaluasi tingkat perkembangannya. (Sugiyono, 2012).
Asuhan keperawatan pada penulisan karya tulis ilmiah ini penulis
mengambil kasus demam thypoid dimana penulis berperan langsung
6

memberikan asuhan kepadapasien. Penulis melakukan tindakan secara


langsung terhadap pasien yang di
Dokumentasikan dalam asuhan keperawatan dimulai dari
pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi sampai evaluasi. Yang dilakukan selama 3 hari yang
terlampir dalam BAB III (Tinjauankasus)
D. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan karya tulis ilmiah terdiri atas lima bab dan
masing-masing bab terdiri dari sub bab. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai
berikut :
1. Bab I Pendahuluan berisikan Latar Belakang, Tujuan Penulisan,
Sistematika Penulisan, Pengumpulan Data, Sistematika Penulisan,
Manfaat Penulisan
2. Bab II Tinjauan Teori berisikan Definisi (Pengertian), Etiologi,
Pathofisiologi, Gambaran Klinis, Pengelolaan Kasus, Pathway, Asuhan
Keperawatan Teoritis.
3. Bab III Tinjauan Kasus berisikan data-data asuhan keperawatan yang di
buat secara sistematis.
4. Bab IV Pembahasan berisikan analisa proses keperawatan secara
komprehensif dengan baik dan benar.
5. Bab V Penutup berisikan Kesimpulan dan Penutup.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat memperoleh dan menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan Hepatitis A serta
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.
7

2. Bagi Institusi
Dapat menjadi bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan
untuk mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi sumber
informasi bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
3. Bagi Keluarga
Memperoleh pengetahuan tentang Hepatitis A serta meningkatkan
kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai
acuan bagi keluarga.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas,
walaupun efek utamanya pada hati (Syivia A. Price, 2010). Hepatitis virus
akut adalah penyakit hati yang gejala utamanya berhubungan erat dengan
adanya nekrosis pada hati. Bisanya disebabkan oleh virus yaitu hepatitis A,
virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan lain-lain (Arief Mansjoer, 2011).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh rekasi toksik terhadap obat-
obatan serta bahan-bahan kimia (Sujono Hadi, 2011). Hepatitis virus
merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas (Smeltzer, 2010).
Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas atau
menyebar. Hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan, dimana
merupakanhasil infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari lima golongan
besar jenis virus, antara lain :
1. Virus Hepatitis A (HAV)
2. Virus Hepatitis B (HBV)
3. Virus Hepatitis C (HCV)
4. Virus Hepatitis D (HDV) atau Virus Delta
5. Virus Hepatitis E (HEV)
6. Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri, tetapi
jenis ini jarang ada.
Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama
perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya, seperti : Cytomegalovirus,
Virus Epstein-Barr, Virus Herpes simplex, Virus Varicella-zoster.
B. Etiologi
Virus hepatitis A merupakan virus RNA dari famili Picarnovirus.
Virus ini banyak menyerang anak-anak. Biasanya, jenis hepatitis yang
ditimbulkan mengenai masyarakat golongan ekonomi lemah serta mereka

8
9

yang tinggal di lingkungan tidak bersih mengemukakan bahwa sebagian besar


infeksi VHA (Virus Hepatitis A) terjadi pada usia anak-anak dan bersifat
asimtomatik.
Penularan dapat terjadi melalui fecal-oral dan kontaminasi pada
minuman dan makanan yang tercemar virus hepatitis A, lewat
makanan/minuman mentah atau setengah matang, minum air atau es batu
yang terkontaminasi dengan feses, dan kerang-kerangan yang tidak dimasak.
HVA juga dapat menular melalui hubungan seks oral-anal (mulut-dubur) dan
jarang menular melalui transfusi parenteral (infus).
Hepatitis A dibedakan menjadi empat stadium, yaitu masa inkubasi,
prikterik (prodromal), ikterik, dan masa penyembuhan. Masa inkubasi
berlangsung selama 5-45 hari, dengan rata-rata kurang lebih 25 hari. Masa
prodromal terjadi selama 4 hari sampai 1 minggu atau lebih.
Gejala masa prodromal adalah kelelahan (fatigue), rasa tidak enak
badan (malaise), nafsu makan berkurang, mual, muntah, rasa tidak nyaman di
daerah perut kanan atas, demam (biasanya suhu kurang dari 39°C), merasa
dingin, sakit kepala, gejala seperti flu, keluar ingus (nasal discharge), sakit
tenggorokan, dan batuk.
C. Manifestasi klinis
Ada beberapa manifestasi klinis dari hepatitis. Gejala hepatitis akut
terbagi dalam empat tahap, yaitu fase inkubasi, fase prodormal, fase ikterik,
dan konvalesen.
1. Fase Inkubasi
Fase inkubasi merupakan waktu di antara masuknya virus sampai
timbulnya gejala keluhan.
2. Fase Prodromal
Fase ini adalah fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama
sampai gejala timbulnya ikterus. Fase ini ditandai dengan rasa tidak enak
badan umum (malaise), mialgia, antralgia, mudah lelah, gejala infeksi
saluran napas atas, anoreksia, mual, muntah, diare/konstipasi, demam,
derajat rendah (Hepatitis A), dan nyeri ringan pada abdomen kuadran
10

kanan atas. Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan


infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Keluhan yang lain adalah nafsu
makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, dan nyeri perut
kanan atas (uluh hati). Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang,
bahu, dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat
sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, dan nyeri persendian.
Keluhan gatal-gatal mencolok juga pada virus hepatitis B.
3. Fase Ikterik
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi juga muncul bersamaan
dengan gejala. Setelah timbul ikterus, jarang terjadi perburukan gejala
prodromal, namun justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata. Urine
berwarna seperti the pekat, tinja berwarna pucat, dan terjadi penurunan
suhu badan yang disertai dengan bradikardia. Ikterus muncul pada kulit
dan sclera yang terus meningkat pada satu minggu, kemudian menetap
dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang, fase ini disertai
dengan timbulnya gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu, dan lekas
capek dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase Konvalesen (penyembuhan)
Fase ini dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa
mual, rasa sakit di hulu hati, dan kemudian disusul bertabahnya nafsu
makan. Fase ini berlangsung rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar
kembali, namun lemas dan lekas capek
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penyakit hepatitis A disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, a :
1. Pola hidup yang tak sehat. tubuh dipaksa untuk bekerja keras sampai-
sampai tidak memperhatikan asupan gizi.
2. Pekerja malam atau yang sering bergadang, rentan mengidap penyakit
hati. Ini disebabkan secara biologis fungsi hatinya dipicu untuk bekerja
lebih cepat sehingga detoksifikasi lebih tinggi. akibatnya, kondisi tubuh
mudah drop.
11

3. Adanya infeksi virus atau bakteri


4. Kecandual alkohol
5. Efek samping obat-obatan tertentu yang merupakan racun bagi hati
6. Tidak memperhatikan kebersihan alat-alat makan dan minum
7. Penularan penyakit hati lewat darah, keringat, hubungan seks dan air liur.
E. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan akibat reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan
kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul. Unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembanganya inflamasi
pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai
darah normal pada sel- sel hepar ini menyebabkan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar hepar yang menjadi rusak
dibuang dari tubuh oleh respons sistem imun tubuh dan digantikan oleh sel-
sel hepar baru yang sehat. oleh karenanya, sebagian besar pasien yang
mengalami hepatitis dapat sembuh dengan fungsi hepar normal. Fase ini juga
ditandai dengan inflamasi dan peregangan kapsul hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. timbulnya
ikhterus disebabkan karena kerusakan sel parenkim hati. walaupun jumlah
bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal,
tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrapatik, maka
terjadi kerusakan dalam konjugasi. akibatnya bilirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus. hal ini dikarenakan terjadi retensi
(akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirect), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direct) (Nanda, 2017).
Jadi, ikhterus yang timbul, terutama disebabkan karena adanya
kerusakan dalam pengangkutan, konjungsi, dan ekskresi bilirubin. tinja
mengandung sedikit sterkobilin, sehingga tampak pucat (abolish). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat diekskresi ke dalam
12

kemih, sehingga bilirubin urine menjadi pisitif dan urine berwarna gelap.
peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-
garam empedu dalam darah yang menimbulkan gatal-gatal pada kulit karena
ikhterik (Sujono Hadi, 2011).
F. Pathway

(Sujono Hadi, 2011 & Nanda 2017)


13

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
1) Urobilirubin direk
2) Bilirubin serum total
3) Bilirubin urine
4) Urobilirubin urine
5) Urobilirubin feses
b. Pemeriksaan protein
1) Protein total serum
2) Albumin serum
3) Globulin serum
4) HbsAg
c. Waktu protombin
1) Respon waktu terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
1) AST atau SGOT
2) ALT atau SGPT
3) LDH
4) Amonia serum
2. Radiologi
a. Rontgen abdomen
b. Kolestogram dan kalangiogram
c. Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
a. Laparoskopi
b. Biospi hati
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan pada hepatitis virus lebih ditekankan pada tindakan
pencegahan
14

2. Rawat jalan kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi.
3. Mempertahankan asupan kalori dan cairan memadai
4. Pemberian intraferon alpa pada hepatitis C akut dapat menurunkan risiko
kejadian infeksi kronis.
5. Obat-obatan yang tidak penting harus dihentikan
6. Pemantauan fungsi hati dan serologi hati HVB enam bulan kemudian,
bila terdapat peningkatan titer SGOT-SGTP lebih besar dari sepuluh kali
nilai batas atas normal, koagulopati, ensefalopati, sebab dapat dicurigai
adanya hepatitis fulminan.
7. Pemeriksaan HbeAg, Ig anti-HBc, SGOT/PT, dan USG hati.
8. Terapi antivirus yang terdiri dari antireplikasi virus, imunomodulator,
dan antiproliferasi. Pegylated interferon alfa disebut dengan polythylene
glikol (PEG) yang larut dalam air terdiri dari penginterferon alfa-2a, dan
penginterferonalfa-2b. Ribavirin diberikan bersama interferon alfa untuk
pengobatan hepatitis C kronis. Sementara, tujuan tetapi antivirus adalah :
a. Menekan replikasi virus sehingga mengurangi risiko transmisi,
b. Normalisasi amino transferasi dan perbaikan histologis hati,
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan,
d. Mencegah progretivitas.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
b. Identitas Penanggung Jawab
Pada idenitas penanggung jawab berisi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, serta hubungan dengan pasien
15

c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien hepatitis biasanya mengeluh nyeri, perut
kembung,diare dan nafsu makan menurun.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit hepatitis,
apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lain.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien hepatitis adalah nyeri pada
perut bagian atas, perut kembung, nafsu makan menurun dan
diare.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
hepatitis atau sakit lain
5) Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota
keluarga dari atas hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga
generasi sebelum pasien. Berikan keterangan manakah symbol
pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah meninggal
dunia serta pasien yang sakit.
d. Pengkajian 11 Pola Gordon
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan;penurunan
peristaltik (refleks viseral), kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah,
peningkatan kebutuhan kalori/ status hipermetabolik.
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan
cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan
akumulasi sekret.
16

3) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan


pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan
bendungan vena porta.
4) Hipertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi
darah sekunder terhadap inflamasi hepar
5) Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis
6) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan
berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi
pigmen bilirubin dalam garam empedu
7) Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan
sifat menular dari agent virus.
8) Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan
sifat menular dari agent virus.
9) Intoleransi akivitas berhubungan dengan kelemahan umum;
penurunan kekuatan/ketahanan;nyeri, mengalami keterbatasan
aktivitas;depresi.
10) Harga diri rendah dan rendah situasional berhubungan dengan
gejala jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode
penyembuhan.
11) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi dan kurang mengingat, salah
interpretasi informasi
2. Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
hepatitis A, antara lain :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif ditandai dengan penurunan turgor kulit, membrane mukosa
kering dan kulit kering
17

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan factor biologis dan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan di tandai dengan nyeri abdomen dan
ketidakmampuan memakan makanan
c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai
dengan melaporkan nyeri secara verbal, perubahan selera makan dan
gangguan tidur.
18

3. Rencana asuhan keperawatan


No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit/ Thermoregulation Fever treatment
trauma, peningkatan metabolisme, aktivitas Setelah dilakukan tindakan  Monitor suhu sesering
yang berlebih, dehidrasi keperawatan selama 1x24 jam mungkin
diharapkan suhu tubuh kembali  Monitor warna dan suhu
normal dengan Kriteria Hasil : kulit
 Suhu tubuh dalam rentang  Monitor tekanan darah,
normal nadi dan RR
 Nadi dan RR dalam rentang  Monitor penurunan tingkat
normal kesadaran
Tidak ada perubahan warna kulit dan  Monitor WBC, Hb, dan
tidak ada pusing Hct
 Monitor intake dan output
 Berikan anti piretik
 Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab
demam
19

 Selimuti pasien
 Berikan cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap
2 jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Vital sign Monitoring
20

 Monitor TD, nadi, suhu,


dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Kekurangan volume cairan berhubungan NOC Label : Fluid Balance NIC Label : Fluid
dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan Setelah diberikan asuhan Management
penurunan turgor kulit, membrane mukosa keperawatan selama ... x 24 jam, 1. Pertahankan 
kering dan kulit kering diharapkan pasien tidak mengalami record atau pendataan
kekurangan volume cairan. Dengan mengenai intake dan output
kriteria hasil: cairan.
1. Turgor kulit pasien normal 2. Monitor status hidrasi
(apabila dicubit, akan kembali pasien (misalnya,
21

dalam waktu kurang dari 2 detik). kelembaban membran


2. Membran mukosa pasein tetap mukosa), secara tepat
lembab. 3. Monitor hasil laboratorium
3. Adanya keseimbangan intake dan yang relevan mengenai
output cairan dalam rentang 24 adanya retensi cairan
jam. (misalnya, peningkatan
osmolalitas urine).
4. Monitor vital signs pasien
secara tepat.
5. Berikan terapi intravena
secara tepat
6. Berikan cairan secara tepat.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : Nutritional Status NIC : Nutrition Management
kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji riwayat intake
biologis dan ketidakmampuan untuk mencerna keperawatan selama …x 24 jam makanan.
makanan di tandai dengan nyeri abdomen dan klien menunjukkan keseimbangan 2. Kaji perubahan nafsu
ketidakmampuan memakan makanan nutrisi dengan kriteria hasil : makan dan akibatnya.
1. Intake nutrisi (kalori, 3. Kaji tinggi badan, berat
karbohidrat, protein dan badan dan bandingkan
22

sebagainya) klien baik dengan nilai normal.


2. Klien melaporkan adanya nafsu 4. Atur pola makan sesuai
makan dengan pola hidup pasien
3. Makanan yang diberikan dengan tepat.
dihabiskan oleh klien 5. Kolaborasi dengan ahli
4. Kenaikan berat badan yang nutrisi untuk jumlah kalori
normal dan tipe nutrisi yang
dibutuhkan untuk
pemenuhan nutrisi.
6. Monitor intake nutrisi
klien.
7. Anjurkan klien untuk
makan sedikit tetapi sering.
8. Edukasi klien pentingnya
pemenuhan nutrisi.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera Noc label: Nic label:
biologis ditandai dengan melaporkan nyeri Pain level Analgesic administration
secara verbal, perubahan selera makan dan Setelah diberikan askep selama ....x 1. Catat keluhan nyeri, lokasi,
gangguan tidur. 24 jam diharapkan pasien dapat lamanya, intensitas dan
23

mentoleransi nyerinya kerakteristik nyeri


Dengan kriteria: 2. Kaji ulang factor yang
1. Pasien melaporkan nyeri meningkatkan atau
berkurang secara verbal menurunkan nyeri
3. Diskusikan dan ajarkan
2. Pasien tampak rileks dan tenang
tindakan alternatif
penghilang rasa nyeri tanpa
menggunakan obat

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan interpensi yang direncanakan sebelumnya
BAB III
TINJAUAN KASUS

Nama Mahasiswa : Gus Afif Febyan


NIM : 1920171016
Hari/tanggal : 28 Oktober 2019
Tempat Praktek : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
A. Pengkajian
1. Identitas Data
a. Identitias Pasien
Nama : An Z
Tempat/Tanggal; Lahir : Bandung, 1 Februari 2009
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Alamat : Bojong Pautauy 3/1
Agama : Islam
Diagnosa Medis : Hepatitis A
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. E
Pekerjaan : Wiraswasta
Umur : 35 tahun
Alamat : Bojong Pautauy 3/1
Suku/Bangsa : Sunda
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan badan anaknya panas/demam.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan pasien demam sejak 3 hari minggu yang lalu.
Keluarga sudah membawa pasien berobat ke dokter sebanyak 2 kali,
25

dari dokter pasien diberikan obat penurun panas berupa paracetamol


namun demam yang dialami pasien naik turun, kemudian membawa ke
RS Al-Ihsan pada minggu ke-2 demam sempat turun selama 2 hari,
kemudian demam lagi, pasien juga mengeluhkan mual, nafsu makan
berkurang dan BAB coklat pekat, sehingga keluarga pasien
membawanya ke RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tanggal 15
Oktober 2019 10.20 WIB. Saat dilakukan pengkajian di IGD pasien
dalam kondisi lemah, kesadaran composmentis, akral panas dan
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil TD
90/60mmHg, N: 100x/menit, Suhu: 38,7°C, RR: 24x/menit, BB 29kg,
TB 127 cm, kemudian pasien mendapatkan terapi infus RL 20 tpm, Inj.
paracetamol 300mg. Kemudian pasien di pindah ke ruang Kenanga 1
pada pukul 11.30 WIB untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Prenatal
Saat hamil Ibu tidak mengeluh apapun nutrisi terpenuhi dan Ibu
sehat saat mengandung.
2) Natal
Ibu melahirkan anaknya dengan persalinan normal di tempat
persalinan bidan.
3) Post Natal
Pada waktu lahir keadaan tubuh normal tidak ada kelainan,
APGAR SCORE (tidak diketahui), BBL: 2500 gr, PBL : ibu
tidak mengetahui.
4) Penyakit waktu kecil
Penyakit sejak waktu di lahirkan hanya mengalami batuk pilek
biasa dan dengan di beri obat puskesmas lekas sembuh.
5) Pernah dirawat di RS
Pasien belum pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya.
26

6) Obat – obatan yang digunakan


Pasien pernah minum obat warung seperti obat flu.
7) Alergi
Pasien tidak mempunyai alergi apapun seperti debu, obat–obatan,
dan makanan
8) Kecelakaan
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan.
9) Immunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi lengkap mulai dari BCG 1
kali usia 1 bulan, polio 4 kali usia 1,2,3,4 bulan, DPT 3 kali usia
2,3,4 bulan, dan campak 1 kali pada usia 9 bulan. Reaksi anak
mengalami demam setelah mendapat imunisasi tersebut.
d. Riwayat Keluarga
Keluarga pasien tidak mempunyai penyakit keturunan seperti Jantung,
Diabetes Mellitus, Asma dll, namun keluarga pasien mempunyai
riwayat penyakit Hepatitis.
e. Genogram

Keterangan :
Laki-Laki Perempuan Pasien

Tinggal Serumah Sudah Meninggal Garis keturunan


27

f. Keadaan Kesehatan Saat Ini


1) Diagnosa Medis
Hepatitis A
2) Tindakan Operasi
Pasien tidak memerlukan tindakan operasi
3) Status Nutrisi
Antropometri
BB: 29 kg, TB: 127 cm, IMT BB/TB 17,98 (Kurus)
Biochemical
HB: 12,1 g/dl
Leukosit : 10.400 mmᶾ
Trombosit : 250.000 mmᶾ
Eritrosit : 5,60/ mmᶾ
Hematokrit : 45 %
Clinical
Lemah, kulit teraba panas dan akral teraba panas, mukosa bibir
kering.
Diet
Pasien makan nasi dan minum melalui mulut tanpa alat bantu,
diit bubur nasi.
4) Obat-obatan
Injeksi : Cefotaxime 3x500 mg
Paracetamol 3x300mg
Ranitidin 3x ½ A
Peroral : Antasid 3 x ½ cth
Syirup paracetamol bila panas
Infus : RL 20 tts/menit
5) Tindakan Keperawatan
a) Dilakukan tindakan asuhan keperawatan
b) Terapi obat – obatan injeksi dan oral serta cairan infuse untuk
mengurangi dehidrasi
28

c) Pemeriksaan laborat rutin


3. Pola Fungsional
a. Pola Pernafasan
Pasien mengatakan tidak merasakan sesak RR : 24x/mnt, tidak
terpasang O2 nasal, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
penggunaan otot bantu napas, tidak ada cuping hidung.
b. Kebutuhan Nutrisi
Keluarga pasien mengatakan, pasien hanya mengkonsumsi bubur nasi
dan lauk yang bervariasi yang diberikan Rumah Sakit, pemberiannya
3x sehari dan hanya seperempat porsi bubur nasi yang habis dimakan
pasien setiap kali pemberian, pasien tampak mual dan muntah, nafsu
makan menurun
1) Antropometri
BB: 29 kg, TB: 127 cm, IMT BB/TB 17,98 (Kurus)
2) Biochemical
HB: 12,1 g/dl
Leukosit : 10.400 mmᶾ
Trombosit : 250.000 mmᶾ
Eritrosit : 5,60/ mmᶾ
Hematokrit : 45 %
3) Clinical
Lemah, kulit teraba panas dan akral teraba panas, mukosa bibir
kering
4) Diet
Pasien makan nasi dan minum melalui mulut tanpa alat bantu, diit
bubur nasi.
c. Kebutuhan Eliminasi
Keluarga pasien mengatakan, pasien BAK 3-4 kali sehari ± 200cc, bau
khas urine. Selama pasien dirawat dirumah sakit pasien BAB 1 kali
sehari ±100cc konsistensi padat, tidak ada darah, warna kecoklatan bau
khas feces.
29

Intake :
Makan :200cc
Minum : 200cc
Cairan infuse : 500cc +
= 900cc
Output
BAK : 600cc
BAB : 100cc
Muntah : 200cc +
= 900cc
IWL = (10% x 700) x (38-37) + 14 x 17
= 70 x 1 + 238
= 308
Cairan yang hilang
Intake – Output = 900 – 1208 = -308cc
d. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Keluarga pasien mengatakan, pasien sulit untuk tidur disiang hari dan
pada saat malam hari karena ruangan yang ramai , pasien tidur, ± 6-8
jam pasien tidur dimalam hari dan sering terbangun.
e. Kebutuhan Aktivitas
Keluarga pasien mengatakan, selama pasien dirawat dirumah sakit,
pasien tidak dapat melakukan aktivitas. Pasien hanya berbaring di
tempat tidur
f. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Keluarga pasien mengatakan, pasien merasa kurang nyaman
g. Pengaturan Suhu Tubuh
Keluarga pasien mengatakan, pasien menggunakan pakaian tipis untuk
mengurangi suhu panas tubuhnya
h. Kebutuhan Bekerja
Keluarga pasien mengatakan, pasien tidak bekerja karena ia masih usia
anak-anak
30

i. Kebutuhan Berpakaian
Keluarga mengatakan pasien mengganti bajunya satu kali sehari.
j. Kebutuhan Personal Hygiene
Keluarga pasien mengatakan, pasien biasanya dibilas dibantu oleh
ibunya tidak mandi, dan pasien menggosok gigi setiap habis makan.
k. Kebutuhan Berkomunikasi Dengan Orang Lain
Keluarga pasien mengatakan, pasien jika diajak bicara kadang tidak
menjawab
l. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
Keluarga pasien mengatakan setelah sakit pasien tidak pernah pergi
rekreasi dan hanya di dalam kamar
m. Kebutuhan Spiritual
Keluarga pasien mangatakan, selama sakit pasien tidak melakukan
ibadah sesuai agama yang dianutnya
n. Kebutuhan Belajar
Keluarga pasien mengatakan anaknya tidak belajar selama sakit.
4. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2019
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : composmentis
GCS : E4 M5 V6
TTV : TD 90/60mmHg, RR : 24x/menit, N : 100
x/menit, S : 380C, SPO₂ : 98%, CRT : < 3 detik
BB : 17 kg, TB : 100 cm
Kepala : Mesochepal
Mata : Simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis,
sklera ikterik,
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada perdarahan, tidak
terpasang O₂, tidak ada nafas cuping hidung
31

Telinga : Bentuk simetris kanan kiri, ada serumen sedikit,


dan tidak terjadi penumpukan di dalam telinga,
pendengaran kedua telinga baik
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tida ada tahanan vena jugularis
Mulut : Mukosa bibir kering, gigi terlihat bersih, lidah
bersih, tidak ada stomatitis
Dada : Paru-paru / Thoraks
I : Simetris kanan dan kiri sama
P : Vocal primitus kanan dan kiri sama, tidak ada
nyeri tekan
P : Sonor pada seluruh lapang paru
A : Vesikuler, tidak ada suara tambahan
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Pekak
A : Terdengar bunyi jantung S1 dan S2, regular
Abdomen : I : Simetris kanan dan kiri, datar
A : Peristaltik usus 10x/ menit
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Timpani
Kulit : Kulit kering, tidak ada iritasi/lesi pada kulit, tidak
ada edema, turgor kulit menurun/tidak elastis
Ekstermitas : Atas : Pada tangan kiri terpasang infus RL 20
tts/menit, tidak ada edema, dan tidak ada
deformitas atau kecacatan, kekuatan otot 5/5 dari
(0-5)
Bawah : Kedua kaki tidak edema, masih bisa
melakukan pergerakan
32

Genetalia : Tidak terpasang kateter, genetalia bersih, anus


tidak ada hemoroid, jenis kelamin laki-laki
5. Data Penunjang
1. Hasil laboratorium
a. Tanggal 15 Oktober 2019
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Hematologi
Haemoglobin 12,1 13-18 g/dl
Leukosit 10.400 4.000-11000 /mm3
Trombosit 80.000 150.000- /mm3
Hematokrit 45 500.000 %
Eritrosit 5,6 40-48 juta/mm3
MCV 86 4,5-5,5 Um3
MCH 29,3 82-92 Pg
MCHC 34,2 27-31 %
Hitung jenis leukosit 32-37
(DIFF)
Eosinofil 1 %
Basofil 1 1-3 %
Limfosit 24 0-2 %
Monosit 25 22-40 %
Klorida Darah 92 96-111 mmol/L
Calcium ion 1100 1120-1320 mmol/L
PT (waktu Protrombin) 16.9 10.8-14.4 detik
APTT 48.3 26.4-37.6 detik
Albumin 3.0 3.5-5.2 mg/L
SGPT 1360 <41 mg/L
SGOT 1461 <35 u/L
HbsAg Reaktif Non Reaktif
33

2. Hasil rontgen : -
3. Terapi farmakologis:
Inf RL 20 tpm,
Inj. Cefotaxime 3x400 mg
Inj. Paracetamol 3x300
Inj. Ranitidin 2x½ amp
PO. Sucrafat 3x1 cc
PO. Curcuma 2x1 tab
4. Data tambahan : -

B. Analisa Data
Hari/tgl
No Data Fokus Problem Etiologi
/jam
1 Selasa, Ds : ibu pasien Hipertermi Peningkatan
15 mengatakan An. Z metabolisme
Oktober badannya panas naik penyakit
2019 turun sejak 3 minggu
14.00 yang lalu
WIB Do : badan pasien
teraba panas, kulit dan
mukosa bibir kering,
akral panas,
TD 90/60mmHg, RR :
24x/menit, N : 100
x/menit, S : 380C,
SPO₂ : 98%

2 Selasa, DS : Ibu pasien Kekurangan volume Hipovolemi


15 mengatakan anaknya cairan
Oktober mual-mual dan
2019 muntah 1 kali, tidak
14.00 nafsu makan, hanya
34

WIB menghabiskan
seperempat porsi
bubur nasi dari RS.
DO : Pasien lemah,
turgor kulit menurun,
tidak elastis, mukosa
bibir kering.
Intake :
Makan :200cc
Minum : 200cc
Cairan infuse: 500cc +
= 900cc
Output
BAK : 600cc
BAB : 100cc
Muntah : 200cc +
= 900cc

IWL = (10% x 700) x


(38-37) + 14 x 17
= 70 x 1 + 238
= 308
Cairan yang hilang
Intake – Output = 900
– 1208 = -308cc
3 Selasa, DS : ibu pasien Ketidakseimbangan Intake tidak
15 mengatakan nafsu nutrisi kurang dari adekuat
Oktober makan anaknya kebutuhan tubuh
2019 berkurang, muntah 1
14.00 kali, mual-mual
WIB DO : Pasien tampak
lemas, makan ¼ porsi,
35

dengan menu bubur,


lauk yang bervariasi
A: TB : 127 cm
BB : 29 kg
IMT : BB
(TB²)m
: 29
(1,27)2
: 17,98
(Kurus)
B : HB : 12,1 gr/dl
C : Turgor kulit
kering, pasien lemas,
mukosa bibir kering
D : Pasien makan
habis ¼ porsi dan
minum ¼ gelas air
putih

C. Diagnosa Keperawtan
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipovolemi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
36

D. Intervensi
Hari/ tgl/ No
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional TTD
jam Dx
Selasa, 15 1. Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tanda-tanda vital 1) Tanda-tanda vital merupakan
Oktober keperawatan selama 3x24 jam 2) Anjurkan klien untuk banyak acuan untuk mengetahui
2019 14.15 diharapkan Hipertemia dapat teratasi minum ± 2,5 liter/24 jam keadaan umum klien
WIB dengan KH : 3) Anjurkan untuk tidak 2) Peningkatan suhu tubuh
1. Suhu tubuh dalam batas normal memakai selimut dan mengakibatkan penguapan
(36-37°C). pakaian yang tebal tubuh meningkat sehingga
2. Mukosa lembab tidak ada 4) Kolaborasi dengan tim medis perlu diimbangi dengan
sianosis atau purpura dalam pemberian obat asupan cairanyang banyak.
3. Akral tidak teraba panas 3) Pakaian yang tipis akan
membantu mengurangi panas
dalam tubuh.
4) Pemberian cairan dan obat
antipiretik sangat penting
untuk menurunkan suhu
tubuhnya.
Selasa, 15 2. Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam Manajemen cairan 1. Untuk mengetahui keadaan
Oktober diharapkan masalah kekurangan 1. Kaji tanda-tanda vital umum pasien
37

2019 14.15 volume cairan dapat teratasi dengan 2. Monitor tanda 2. Untuk mengetahui
WIB Kriteria Hasil : kekurangan cairan kekurangan cairan pasien
1. Tekanan darah, nadi, suhu (turgor kulit, 3. Untuk membantu mengatasi
tubuh dalam batas normal kelembapan membra dehidrasi
a. TD (80 mmHg-110 mmHg) mukosa) 4. Untuk membantu mengatasi
b. RR (18-30x/menit) 3. Anjurkan minum air dehidrasi
c. N (70-120x/menit) putih yang banyak
d. S (36,5ºC-37,5º) 4. Kolaborasi dengan tim
2. Output dan Input seimbang medis dalam pemberian
3. Mukosa bibir lembab terapi infus dan obat
oral
Selasa, 15 3. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi 1. Untuk merencanakan
Oktober keperawatan selama 3x24 jam, 1. Kaji nutrisi pasien tindakan keperawatan
2019 14.15 diharapkan masalah kekurangan nutrisi 2. Anjurkan pasien untuk dalam pemenuhan nutrisi
WIB dapat teratasi dengan Kriteria Hasil : makan sedikit – sedikit 2. Makan banyak dapat
1. Adanya peningkatan berat tapi serimg meningkatkan tekanan inta
badan (berat badan ideal) 3. Anjurkan pasien untuk abdomen
2. Tidak ada tanda-tanda mal tidak makan makanan 3. Untuk mencegah terjadinya
nutrisi pedas dan asam distensi pada lambung
38

3. Nafsu makan meningkat 4. Anjurkan pasien berikan 4. Agar dapat meningkatkan


makanan bervariasi nafsu makan
39

E. Implementasi
N Hari / No
Tindakan Respon TTD
o tgl/ jam Dx
1 Selasa, I, Memonitor KU dan DS : Pasien mengatakan
15 II tanda-tanda vital badannya panas
Oktobe DO : Kulit teraba panas,
r 2019 akral panas, mukosa bibir
14.30 kering, TD 90/60mmHg,
WIB RR : 24x/menit, N : 100
x/menit, S : 38°C, SPO 2 :
98%

14.40 Memonitor tanda- DS : -


wib II tanda kekurangan DO :
cairan - Mukosa bibir
kering
- Turgor kulit
menurun, tidak
elastis
14.50 Mengkaji intake dan
wib II output DS : Pasien mengatakan
lemes
DO :
- Intake : anak
minum air putih
100cc
- Output : BAK 1
100cc
15.00 Menganjurkan Muntah 2 kali
wib I, minum air putih
II yang banyak DS : Keluarga memberikan
minum
40

DO : Pasien minum air


15.30 Berkolaborasi putih 50cc
wib dengan tim medis
I, dalam pemberian DS : -
II obat sesuai advis DO : pasien terpasang infus
dokter RL 20 tetes per menit pada
tangan kiri,
Inj. Paracetamol 300mg
16.30 Menganjurkan Inj. Cefotaxime 400 mg
wib pasien untuk makan
sedikit – sedikit tapi DS : Ibu pasien
III sering mengatakan anaknya
makan bubur dan sayur
yang di sediakan RS dan
habis ¼ porsi
DO : Pasien lemah,
16.30 Menganjurkan makanan pasien masih
wib pasien untuk tersisa
diberikan makan –
III makanan yang DS : Ibu pasien
bervariasi mengatakan bahwa sudah
ada lauk dan buah yang
bervariasi
18.30 Mengkaji kebutuhan DO : Makanan diatas meja
wib nutrisi pasien bervariasi, namun pasien
jarang memakannya
III
DS : Ibu pasien
mengatakan bahwa nafsu
makan anaknya menurun
DO : Pasien makan tidak
41

habis 1 porsi
A: TB : 127 cm
BB : 29 kg
IMT : BB
(TB²)m
: 29
(1,27)2
:17,98
(Kurus)
B : HB : 12,1 gr/dl
C : Turgor kulit kering,
pasien lemas, mukosa bibir
20.30 Memonitor KU dan kering.
wib vital sign D : Pasien makan habis ¼
porsi dan minum air putih
II ½ gelas

DS : -
20.35 Mengobservasi kulit DO : Kulit teraba panas.
TD 90/60mmHg, RR :
24x/menit, N : 94 x/menit,
II S : 37,6°C, SPO2 : 98%

DS : -
21.00 Memberikan obat DO : kulit teraba kering
sesuai advis dokter dan akral panas, turgor
kurang elastis, pengisian
I, kapiler 3 detik
II
DS : -
2. Rabu, Memonitor KU dan DO : pasien diberikan
42

16 tanda-tanda vital Inj. Cefotaxime 400 mg


Oktobe Inj. Paracetamol 300 mg
r 2019 Inj. Ranitidin ½ amp
09.15 I,
wib II DS : Pasien bersedia
diperiksa
DO: Kulit teraba hangat
09.20 Mengkaji intake dan TD = 90/60mmHg
wib output S = 37 ºC
N = 96x/menit
RR = 24x/menit

II DS : -
DO :
- Intake : anak
09.30 Memonitor tanda – minum air putih
wib tanda kekurangan 200cc
cairan - Output : BAB 1 kali
lembek, Muntah 1
kali
09.45 II Menganjurkan
wib minum air putih DS : -
yang banyak DO : - Mukosa bibir kering
- Turgor kulit kurang
elastis
10.15 I, Berkolaborasi
wib II dengan tim medis DS : Keluarga memberikan
minum kepada pasien
DO : pasien minum air
putih 50cc
10.25 Memberikan obat
43

wib I, sesuai advis dokter DS : -


II DO : pasien terpasang infus
RL 20 tetes per menit pada
tangan kiri

11.30 Menganjurkan DS : -
wib I, pasien untuk DO : pasien diberikan
II diberikan makan – Inj. Cefotaxime 400 mg
makanan yang Inj. Paracetamol 300 mg
bervariasi Inj. Ranitidin ½ amp

DS : Ibu pasien
mengatakan makanannya
III bervariasi, seperti bubur,
11.35 Mengobservasi kulit sayur, lauk dan buah sayur
wib dan buahnya berbeda
dengan yang kemarin
DO : pasien tampak lebih
13.00 Memonitor KU dan nafsu makan, habis ½ porsi
wib vital sign
DS : -
DO : kulit teraba hangat,
II mukosa bibir sedikit
lembab
13.10 Memonitor tanda –
wib tanda kekurangan DS : -
I, cairan DO : TD = 90/60mmHg
II S = 36,9 ºC
13.35 Mengkaji intake dan N = 90 x/menit
wib output RR = 24 x/menit
44

DS : -
DO : Keadaan pasien
II membaik
3 Kamis, Memonitor KU dan
17 tanda-tanda vital DS : -
Oktobe DO :
r II - Intake : anak
2019 minum air putih
08.15 100cc
wib - Output : BAK
300cc

I, DS : Pasien mengatakan
II Mengkaji intake dan badannya tidak
09.00 output panas/panas menurun
wib DO: Kulit teraba hangat,
pasien tampak tidak lemes
TD 90/60mmHg
S = 36,5 ºC
N = 96x/menit
RR = 24x/menit
Memonitor tanda –
09.15 tanda kekurangan DS : Ibu pasien
wib II cairan mengatakan anaknya sudah
tidak muntah
DO :
- Intake : anak
Memberikan obat minum air putih
10.00 sesuai advis dokter 200cc
wib - Output : BAB 1 kali
lembek
45

II
DS : -
Menganjurkan - DO : - Mukosa bibir
11.30 pasien untuk makan lembab
wib sedikit tapi sering - Turgor kulit
membaik/elastis
I,
II DS : -
DO : pasien diberikan
Inj. Cefotaxime 400 mg
Menganjurkan Inj. Paracetamol 300 mg
12.00 pasien untuk Inj. Ranitidin ½ amp
wib diberikan makan
III makanan yang DS : ibu pasien
bervariasi mengatakan anaknya
makan bubur dan sayur
Mengobservasi kulit yang disediakan RS habis
12.30 3/4 porsi, nafsu makan
wib anak meningkat
DO : makanan pasien
masih tersisa ¼ porsi
III
DS : Ibu pasien
mengatakan kalau
makanannya selalu
berganti menu
DO : Ada menu dari RS,
II jus, roti dll

DS : -
DO : kulit teraba hangat,
46

mukosa bibir lembab


47

F. Evaluasi
No Hari/ tgl/ No. Evaluasi TTD
. jam Dx.
1 Selasa, 15 I S : Keluarga pasien mengatakan badan
Oktober anaknya panas sejak 3 minggu yang
2019 lalu
O : Kulit teraba panas, akral panas,
mukosa bibir kering, pasien tampak lemah
TD 90/60mmHg, RR : 24x/menit, N : 94
x/menit, S : 37,6°C, SPO2 : 98%
A : Masalah belum teratasi (Hipertermia)
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi obat
antipiretik

II S : Keluarga pasien mengatakan anaknya


masih muntah 2x
O : Pasien tampak lemas
- Intake : anak minum air putih
100cc
- Output : BAK 1 100cc
Muntah 2 kali
A : Masalah belum teratasi (Kekurangan
volume cairan)
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Monitor tanda kekurangan cairan
(turgor kulit, mukosa bibir kering)
3. Anjurkan minum air putih yang
banyak
4. Kolaborasi dengan tim medis
48

dalam pemberian terapi infus dan


obat oral

III S : Ibu pasien mengatakan anaknya


muntah, tidak nafsu makan
O : Pasien lemah, makan ¼ porsi yang
disediakan Rumah Sakit
A: TB : 127 cm
BB : 29 kg
IMT : BB
(TB²)m
: 29
(1,27)2
: 17,98 (Kurus)
B : HB : 12,1 gr/dl
HT : 45 %
C : Kulit kering/tidk elastis, akral
panas, mukosa bibir kering
D : Diit bubur nasi
A : Masalah belum teratasi
(Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh)
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji status nutrisi pasien
2. Anjurkan pasien makan sedikit
tapi sering
3. Anjurkan pasien untuk diberikan
makan – makanan yang bervariasi
2 Rabu, 16 I S : Keluarga pasien mengatakan panas
Oktober badan anaknya sudah
2019 menurun/berkurang
O : Kulit teraba hangat, mukosa bibir
sedikit lembab,
49

TD 90/60mmHg, RR : 24x/menit, N : 90
x/menit, S : 36,9°C, SPO2 : 98%
A : Masalah teratasi sebagian
(Hipertermia)
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi obat
antipiretik

II S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih


muntah 1x
O : Turgor teraba hangat, mukosa bibir
sedikit lembab
- Intake : anak minum air putih
200cc
- Output : BAB 1 kali lembek,
Muntah 1 kali
A : Masalah teratasi sebagian
(Kekurangan volume cairan)
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Monitor tanda kekurangan cairan
(turgor kulit, mukosa bibir)
3. Anjurkan minum air putih yang
banyak
4. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi infus dan
obat oral

III S : Ibu pasien mengatakan anaknya


muntah saat makan, masih belum nafsu
50

makan
O : Pasien lemah, makan ½ porsi yang
disediakan Rumah Sakit
A: TB : 127 cm
BB : 29 kg
IMT : BB
(TB²)m
: 29
(1,27)2
: 17,98 (Kurus)
B : HB : 12,1 gr/dl
HT : 45 %
C : Kulit lembab dan dingin, mukosa
bibir kering
D : Diit bubur nasi
A : Masalah belum teratasi
(Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh)
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji status nutrisi pasien
2. Anjurkan pasien makan sedikit
tapi sering
3. Anjurkan pasien untuk diberikan
makan – makanan bervariasi
3 Kamis, 17 I S : Pasien mengatakan badannya tidak
Oktober panas/panas menurun
2019 O : Kulit teraba hangat, mukosa bibir
lembab, pasien tampak tidak lemes
TD 90/60mmHg, RR : 24x/menit, N : 96
x/menit, S : 36,5°C, SPO2 : 98%
A : Masalah teratasi (Hipertermia)
P : Pertahankan intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital
51

II S : Keluarga pasien mengatakan anaknya


tidak muntah
O:
- Intake : anak minum air putih
200cc
- Output : BAB 1 kali lembek
- Mukosa bibir lembab,
- Kulit elastis,
- Kelopak mata tidak cekung
A : Masalah teratasi (Kekurangan volume
cairan)
P : Pertahankan intervensi

III S : Keluarga mengatakan anaknya tidak


muntah, pasien mengatakan nafsu makan
meningkat
O : Pasien lemah, makan sisa ¼ porsi,
habis ¾ posrsi yang disediakan
Rumah Sakit
A: TB : 127 cm
BB : 29 kg
IMT : BB
(TB²)m
: 29
(1,27)2
: 17,98 (Kurus)
B : HB : 13,6 gr/dl
HT : 47%
C : Kulit elastis dan mukosa bibir
lembab
D : Diit bubur nasi
52

A : Masalah teratasi sebagian


(Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh)
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji status nutrisi pasien
2. Anjurkan pasien makan sedikit
tapi sering
3. Anjurkan pasien untuk diberikan
makan – makanan bervariasi
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini menguraikan analisa dan tinjauan teori yang ada di bab II
dan tinjauan kasus yang ada di bab III, seperti yang dijelaskan sebelumnya
“asuhan keperawatan pada An.Z dengan Hepatitis A di ruang Kenanga 1 RSUP
Dr. Hasan Sadikin”, menggunakan teori keperawatan Virginia Henderson sebagai
dasar konseptual. Pembahasan pada kasus ini mencakup tahapan Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Tindakan Keperawatan dan Evaluasi.
Berikut pelaksanaanya dengan membandingkan antara teori dan kasusnya nyata.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Budiono, 2015)
Adapun pengkajian biodata pada pasien dimasukkan untuk lebih
mengenal pasien. Hingga diketahui latar belakang yang memungkinkan
mempengaruhi intervensi yang akan diberikan pada pasien tersebut.
Pengkajian riwayat kesehatan digunakan untuk mengetahui adanya keluhan
utama, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan dahulu dalam
pengkajian kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan keluarga. Dalam
pengkajian kesehatan sekarang dimasukan untuk mengetahui jenis penyakit
dan lokasinya.
Pada kasus Hepatitis A, analisa data hasil pengkajian penulis
menggunakan Teori Virginia Handersone tentang pola fungsional. Pola
fungsional Virginia Henderson adalah membantu individu yang sakit dan
yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap
kesehatan dan penyembuhanya dimana individu tersebut akan mampu
mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan
pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini dilakukan dengan cara membantu
mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin. Pendekatan yang
sistematis ini memungkinkan perawat untuk mampu memeriksa dan menilai
54

lebih komperhensif mengenai tindakan dan respon pasien, mengidentifikasi


masalah kesehatan pasien dan mengevaluasi dari hasil perawatan.
Pengkajian pada kasus ini sejak hari pertama pasien di rawat di ruang
Kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin pada tanggal 15 Oktober 2019, jam
11.30 WIB, dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari. Dari pengkajian
ini akan diperoleh data-data dari pasien itu sendiri, baik secara subyektif
maupun obyektif. Pengkajian yaitu observasi, wawancara dan pemeriksaan
fisik. Untuk sumber data yang diperoleh baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengakajian yang penulis lakukan sebagai langkah untuk
menentukan intervensi apa yang akan dilakukan oleh penulis, maka penulis
menggunakan alat seperti stetoskope, termometer yang dibawanya sendiri
dan sedangkan alat yang yang digunakan pasien untuk membantu dalam
perawatan diri pasien membawanya sendiri karena di rumah sakit tidak
disediakan.
Dalam bab ini juga akan menguraikan analisa tinjauan teori yang ada
di bab II dan tinjauan kasus yang ada di bab III seperti yang dijelaskan
“Asuhan Keperawatan pada An.Z dengan Hepatitis A di ruang Kenanga 1
RSUP Dr. Hasan Sadikin”. Pembahasan ini meliputi komponen Asuhan
Keperawatan yaitu Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan,
Tindakan Keperawatan dan Evaluasi. Adapun faktor hambatan difokuskan
pada masalah dan managemen keperawatan. Kemudian penulis
membandingkan teori dan kasus nyata. Selain hal tersebut penelitian akan
membahas juga kelemahan antara teori dan kasus nyata.

B. Diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi


keperawatan & evaluasi
Sesuai dengan teori yang telah ditulis dalam bab II didapatkan
diagnosa keperawatan :
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipovolemi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
55

Dalam hal ini penulis mendapatkan tiga diagnosa keperawatan yang


muncul dalam pengkajian yang telah dilakukan. Pada pembahasan ini
dimulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, impementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit
Hipertermi didefinisikan oleh North American Nursing Diagnosis
Association/ NANDA (2015) sebagai peningkatan suhu tubuh diatas
rentang normal. Pada pasien diare disebabkan karena infeksi bakteri
kemudian bakteri itu berkembang di usus yang menyebabkan
peradangan pada mukosa usus dan mempengaruhi hypothalamus
sehingga menyebabkan hipertermi (Nurarif, 2015).
Hiperterni pada hepatitis A dapat di akibatkan karena
pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan
vena porta (Kusuma & Nurarif, 2013). Hipertermi merupakan
peningkatan suhu tubuh >37,5 yang dapat disebabkan oleh gangguan
hormon, gangguan metabolisme, peningkatan suhu lingkungan sekitar.
Pada masalah hipertermi jika tidak segera diatasi dapat berakibat fatal
seperti kejang demam, syok, dehidrasi, syok dan dapat terjadi kematian
(Lusia, 2015).
Pengangkatan masalah diagnosa keperawatan hipertemi pada An.Z
didasarkan pada data ditemukannya demam, kulit dan akral teraba panas,
pasien tampak lemes, mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis.
Kenaikan suhu tubuh 380C pada An. Z.
Penulis memilih hipertemia berhubungan dengan peningkatan
metabolisme penyakit. Karena penderita dengan gangguan rasa aman
dan nyaman dan gangguan sirkulasi tubuh. Dari hasil pengkajian
ditemukan data-data yang sesuai dengan teori yang telah diuraikan oleh
Doengos, sehingga dapat mendukung untuk diagnosa.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis menentukan tujuan
sebagai berikut : 1. Suhu tubuh dalam batas normal (36-37°C), 2.
Mukosa lembab tidak ada sianosis atau purpura, 3. Akral tidak teraba
panas.
56

Adapun intervensi sesuai teori: 1. Kaji tanda-tanda vital, penulis


mengambil intervensi tersebut karena tanda-tanda vital merupakan acuan
untuk mengetahui keadaan umum klien. 2. Anjurkan klien untuk banyak
minum ± 2,5 liter/24 jam, penulis mengambil intervensi tersebut karena
peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak. 3.
Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal, penulis
mengambil intervensi tersebut karena pakaian yang tipis akan membantu
mengurangi panas dalam tubuh. 4. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat, tujuan penulis mengambil intervensi tersebut adalah
pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting untuk menurunkan
suhu tubuhnya.
Implementasi yang dilakukan oleh penulis dengan menyesuaikan
dari teori yaitu: 1. Mengkaji tanda-tanda vital, 2. Menganjurkan klien
untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam, 3. Menganjurkan untuk tidak
memakai selimut dan pakaian yang tebal, 4. Mengkolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian obat antipiretik.
Penulis mengevaluasi tindakan keperawatan selama 3 hari.
Evaluasi pada tanggal 15 Oktober 2019, didapatkan data subyektif
pasien mengatakan badannya tidak panas/panas menurun. Sedangkan
data obyektif yang ditemukan adalah kulit teraba hangat, mukosa bibir
lembab, pasien tampak tidak lemes, TD 90/60mmHg, RR : 24x/menit,
N : 96 x/menit, S : 36,5°C, SPO2 : 98%. Dari evaluasi pasien penulis
dibandingkan dengan kriteria hasil yang didapatkan bahwa masalah
teratasi.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipovolemi
Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, dan atau intra seluler ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan
cairan saja tanpa perubahan kadar natrium (NANDA, 2015).
Inflamasi hepar yang membawa antigen masuk kealiran darah dan
complement antigen antibody meningkat kemudian dilepas anafilatoksin
(C3a,C5a) dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan
57

mengakibatkan kebocoran plasma dan kemudian terjadinya hipovolemia


(kekurangan volume cairan). Penderita telah kehilangan cairan dan
elektrolit dan gejala dehidrasi mulai tampak yaitu mual, muntah, BAB
cair dan mukosa bibir kering, kelopak cekung (Betz & Sowdon, 2012).
Pengangkatan masalah diagnosa keperawatan kekurangan volume
cairan pada An. Z didasarkan pada data ditemukan terjadinya dehidrasi
yaitu mual-mual, muntah 1 kali, pasien tampak lemas, kelopak mata
cekung, mukosa bibir agak kering, turgor kulit menurun/kurang elastis
dan terjadi peningkatan suhu tubuh. Kurangnya volume cairan pada An.
Z terjadi output berlebih sehingga tubuh kehilangan cairan dan elektrolit.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis menentukan tujuan
sebagai berikut : 1. Output dan Input seimbang, 2. Melaporkan tidak
adanya tanda-tanda kekurangan cairan seperti tekanan darah (80 mmHg-
110 mmHg), frekuensi nadi (70-120x/menit), frekuensi pernapasan (18-
30x/menit), suhu tubuh dalam batas normal (36,5ºC-37,5ºC) serta
mukosa bibir lembab.
Adapun intervensi sesuai teori: 1. Kaji tanda-tanda vital, penulis
mengambil intervensi tersebut karena untuk mengetahui perkembangan
pasien dan agar keadaan umum pasien dapat diketahui dan juga dapat
mengetahui perubahan tanda vital. 2. Monitor tanda kekurangan cairan
(turgor kulit, kelembapan membra mukosa), penulis mengambil
intervensi tersebut karena untuk mengetahui kekurangan cairan pasien.
3. Anjurkan minum air putih yang banyak, penulis mengambil intervensi
tersebut karena dengan minum banyak bisa menggantikan cairan yang
hilang dan dapat mengurangi atau mencegah dehidrasi. 4. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian terapi infus dan obat oral, penulis
mengambil intervensi tersebut adalah untuk membantu mengatasi
dehidrasi.
Implementasi yang dilakukan oleh penulis dengan menyesuaikan
dari teori yaitu: 1. Mengkaji tanda-tanda vital, 2. Memonitor tanda
kekurangan cairan (turgor kulit, kelembapan membra mukosa), 3.
Menganjurkan minum air putih yang banyak sekitar 1,5 – 2 liter/hari
58

sesuai kebutuhan, 4. Mengkolaborasikan dengan tim medis dalam


pemberian terapi infus dan obat oral.
Penulis mengevaluasi tindakan keperawatan selama 3 hari.
Evaluasi pada tanggal 15 Oktober 2019, didapatkan data subyektif
keluarga pasien mengatakan anaknya tidak muntah. Sedangkan data
obyektif yang ditemukan adalah Intake : anak minum air putih 200cc dan
Output : BAB 1 kali lembek. TD 90/60mmHg, RR : 24x/menit, N : 96
x/menit, S : 36,5°C, SPO2 : 98%. mukosa bibir lembab, kulit elastis,
kelopak mata tidak cekung. Dari evaluasi pasien penulis dibandingkan
dengan kriteria hasil yang didapatkan bahwa masalah teratasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah
intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh (NANDA,
2015).
Inflamasi hepar yang membawa antigen masuk kealiran darah dan
membuat adanya respon system pertahanan tubuh selulem (HCL
meningkatkan, bendungan kelenjar limfe), mengakibatkan peningkatan
respon gastrointestinal yang membuat penderita hepatitis A mengalami
mual, muntah dan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh adalah keadaan dimana individu yang tidak puas mengalami
penurunan berat badan berhubungan dengan masukan yang adekuat atau
metabolisme nutrisi yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana
individu yang tidak puas mengalami penurunan berat badan
berhubungan dengan masukan yang adekuat atau metabolisme nutrisi
yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito, 2012).
Hipoksia jaringan yang terjadi di lambung dan usus menyebabkan
turunnya fungsi lambung sebagaimana mestinya, sehingga kadar asam
dalam lambung meningkat sedangkan suplai oksigen terganggu.
Sehingga mengakibatkan sensasi mual dan muntah yang terjadi secara
59

tidak langsung mempengaruhi asupan nutrisi dalam tubuh menurun


(Betz & Sowdon, 2012).
Dalam kasus penulis angka penegakan diagnosa nutrisi sesuai
dengan data fokus yang penulis dapatkan dari pengkajian dengan
keluarga mengatakan nafsu makan anaknya berkurang, muntah 1 kali,
mual-mual. Adapun data lauk habis ¼ porsi yang disediakan Rumah
Sakit dan juga pasien terlihat minum air putih 100cc serta tampak lemes.
Dan dalam melakukan pengkajian penulis menyadari bahwa terdapat
kelemahan yaitu tidak dapat memantau beberapa porsi kalori pasien saat
makan.
Setelah penulis membandingkan antara data menurut teori dengan
data yang diperoleh dari pengkajian terdapat kesamaan data. Maka
penulis menegakkan suatu diagnosa yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake tidak adekuat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis menentukan tujuan
sebagai berikut : 1. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, 2. Adanya
peningkatan berat badan, 3. Melaporkan nafsu makan pasien bertambah.
Adapun intervensi sesuai teori: 1. Kaji nutrisi pasien, penulis
mengambil intervensi tersebut karena untuk merencanakan tindakan
dalam pemberian nutrisi pasien. 2. Anjurkan pasien makan sedikit tapi
sering, penulis mengambil intervensi tersebut karena makan banyak
dapat meningkatkan tekanan inta abdomen. 3. Anjurkan pasien untuk
tidak makan makanan pedas dan asam, penulis mengambil intervensi
tersebut untuk mencegah terjadinya distensi pada lambung. 4. Anjurkan
pasien berikan makanan bervariasi penulis mengambil intervensi
tersebut agar dapat meningkatkan nafsu makan.
.Implementasi yang dilakukan oleh penulis dengan menyesuaikan
dari teori yaitu: 1. Mengkaji nutrisi pasien, 2. Menganjurkan pasien
makan sedikit tapi sering, 3. Menganjurkan pasien untuk tidak makan
makanan pedas dan asam, 4. Menganjurkan pasien berikan makanan
bervariasi Dalam melakukan implementasi penulis mengalami sedikit
hambatan yaitu nafsu makan pasien turun sehingga penulis meminta
60

keluarga untuk membantu dalam mengatasi nafsu makan pasien yaitu


dengan cara memberikan makanan kesukaan pasien.
Penulis mengevaluasi tindakan keperawatan selama 3 hari.
Evaluasi pada tanggal 15 Oktober 2019, didapatkan data subyektif
keluarga pasien mengatakan mengatakan anaknya tidak muntah, pasien
mengatakan nafsu makan meningkat. Sedangkan data obyektif yang
ditemukan adalah pasien masih lemah, makan sisa ¼ porsi, habis ¾
posrsi yang disediakan Rumah Sakit.
A: TB : 127 cm
BB : 29 kg
IMT : BB
(TB²)m
: 29
(1,27)2
: 17,98 (Kurus)
B : HB : 13,6 gr/dl
HT : 47%
C : Kulit elastis dan mukosa bibir lembab
D : Diit bubur nasi
Dari evaluasi pasien penulis dibandingkan dengan kriteria hasil
yang didapatkan bahwa masalah teratasi sebagian.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa An. Z dengan penyakit Hepatitis A yang penulis
kelola melalui asuhan keperawatan, muncul beberapa diagnosa seperti sesuai
dengan pengkajian yang penulis lakukan.
Dalam pengkajian penulis menggunakan peralatan yang ada di RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung, dan peralatan yang penulis bawa sendiri.
Kerjasama yang baik dengan pasien menjadikan proses pengkajian lancar
dan selesai dengan baik, namun kurang ketelitian dari penulis dalam
melaksanakan pengkajian menjadikan pengkajian data kurang lengkap.
Diagnosa keperawatan yang dinyatakan dalam teori ada tiga diagnosa
keperawatan berkaitan dengan Hepatitis A dan dalam prakteknya penulis
menemukan diagnosa keperawatan yang muncul pada An. Z dengan
Hepatitis A yaitu tiga diagnosa antara lain :
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit
Setelah melakukan implementasi selama 3x24 jam, masalah teratasi
sehingga penulis mempertahankan intervensi.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipovolemi
Setelah melakukan implementasi selama 3x24 jam, masalah teratasi
sehingga penulis mempertahankan intervensi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
Setelah melakukan implementasi selama 3x24 jam, masalah teratasi
sebagian sehingga intervensi tetap dilanjutkan.
Intervensi keperawatan telah disusun sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul. Sesuai dengan teori implementasi dilaksanakan
3x24 jam, tetapi karena keterbatasan waktu dan jadwal yang telah ditetapkan
dari pihak rumah sakit, penulis hanya melakukan implementasi selama
3x1shif (±7jam/shif). Dari semua masalah yang dihadapi oleh pasien,
62

perawat melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan


pada masing-masing diagnosa keperawatan yang muncul.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Dibutuhkan kerjasama antara perawat ruangan dengan mahasiswa
praktikkan dalam melakukan perawatan pada pasien diruangan terutama
pada pasien Hepatitis A, sehingga tercapai tujuan keperawatan yang
sesuai dengan kriteria hasil, pendokumentasian yang lengkap untuk bukti
kuat di rumah sakit, serta mahasiswa dapat lebih mudah untuk
mempelajarinya dengan difasilitasi alat-alat yang memadai di rumah
sakit akan mempercepat penyembuhan pasien.
2. Perawat
Diharapkan bagi perawat pada saat melakukan pengkajian
hendaknya perawat dalam melakukan asuhan keperawatan agar lebih
tepat dan serius supaya data yang diperoleh bisa lengkap dan valid. Dan
penulis berharap kepada perawat didalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien Hepatitis A lebih komprehensif.
3. Keluarga
Bagi keluarga diharapkan agar bisa meningkatkan pengetahuan dan
wawasan tentang penyakit Hepatitis A seperti yang dialami pasien.
4. Penulis
a. Penulis perlu belajar lebih giat lagi, dalam memahami kasus
Hepatitis A
b. Penulis perlu giat bertanya kepada perawat ruangan serta tim medis
lainnya untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selama
merawat pasien Hepatitis A di ruang Kenanga 1 RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
5. Universitas Muhammadiyah Kudus
Diharapkan dapat memfasilitasi yang diperlukan penulis agar
mudah dan dapat mengembangkan ilmu, didukung dengan persediaan
referensi buku tentang Hepatitis A untuk menunjang teori yang sistemik
dan untuk mempermudah penulis untuk belajar.

Anda mungkin juga menyukai