PENDAHULUAN
1
2
gejala yang ada mengalami peningkatan dua kali lipat yaitu 0,6 persen pada
2007 menjadi 1,2 di tahun 2013. Dilihat lebih jauh, peningkatan prevalensi
yang cukup besar terjadi di Provinsi NTT dan Papua. Pada 2013, NTT
merupakan provinsi dengan prevalensi penyakit hepatitis tertinggi.
Prevalensinya meningkat dari 1,9 persen pada 2007 menjadi 4,3 persen pada
2013. Di Maluku, pada 2007, prevalensinya hanya 0,4 persen atau masih di
bawah prevalensi penderita hepatitis Indonesia.
Namun, pada 2013 prevalensinya meningkat menjadi 2,3 persen.
Empat provinsi lain dengan prevalensi penyakit hepatitis tertinggi di 2013
yaitu Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Sementara itu, dilihat dari kelompok umurnya, prevalensi penyakit hepatitis
pada 2007 paling banyak diderita penduduk kelompok usia di atas 55 tahun,
yaitu sebanyak 0,9 persen. Pada 2013, terjadi peningkatan hampir disetiap
kelompok usia. Perbedaan peningkatan proporsi kelompok usia 5-14 tahun;
25-34 tahun; 35-44 tahun; dan 45-54 tahun adalah yang tertinggi, yaitu 0,6
persen. Prevalensi hepatitis di Jawa Timur pada 2007 sebesar 0,3 persen
meningkat menjadi 1 persen pada 2013. Kejadian Luar Biasa (KLB) di Jawa
Timur, dan Pacitan khususnya, bukan kali pertama terjadi. Data Pusdatin
Kemenkes mencatat ada sebanyak 287 kasus hepatitis A di Jawa Timur, kasus
tertinggi terjadi di Kabupaten Pasuruan dengan 110 kasus. Sementara itu, di
Kabupaten Pacitan ada 66 kejadian pada 2013.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian
Kesehatan RI tahun 2018, prevalensi pengidap hepatitis di Indonesia adalah
1,2 persen, dua kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Data ini cukup
meresahkan karena di baliknya adalah kurangnya awareness masyarakat
Indonesia, terutamauntuk deteksi dini. Jenis hepatitis yang paling banyak
menginfeksi adalah hepatitis B (21, 8 persen) dan hepatitis A (19,3 persen).
Ahli penyakit dalam dari RS Cipto Mangunkusumo, dr Irsan Hasan, SpPD-
KGEH menyebut fenomena hepatitis di Indonesia seperti gunung es,80
Persen hepatitis itu tanpa gejala[ CITATION Friat \l 1033 ].
3
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari karya tulisan ini adalah agar dapat melakukan
asuhan keperawatan pada An.Z dengan Hepatitis A di ruang Kenanga 1
RSUP Dr. Hasan Sadikin.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah :
a. Mampu melakukan dan mendokumentasikan pengkajian kesehatan
pada klien dengan Hepatitis A di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
b. Mampu merumuskan dan mendokumentasikan diagnosa
keperawatan yang telah di tentukan pada klien dengan Hepatitis A di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
c. Mampu menyusun dan mendokumentasikan rencana tindakan
keperawatan pada klien dengan Hepatitis A di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
d. Mampu melaksanakan dan mendokumentasikan implementasi
keperawatan pada klien dengan Hepatitis A di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
e. Mampu menganalisa dan mendokumentasikan evaluasi pada klien
dengan Hepatitis A di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
C. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan
metode analisa deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan yaitu
menggambarkan objek peristiwa yang sedang berlangsung, adapun teknik
pengumpulan data yang penulis gunakan. (Setiadi, 2012)
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab yang
berhubungan dengan masalah yang di hadapi klien dan merupakan suatu
komunikasi yang di rencanakan. (Setiadi, 2012)
Wawancara merupakan upaya memperoleh data secara lisan
dengan tatap muka dengan pasien. Penulis melakukan wawancara pada
pasien untuk mendapatkan data (pengkajian), menanyakan respon pasien
5
2. Bagi Institusi
Dapat menjadi bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan
untuk mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi sumber
informasi bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
3. Bagi Keluarga
Memperoleh pengetahuan tentang Hepatitis A serta meningkatkan
kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai
acuan bagi keluarga.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas,
walaupun efek utamanya pada hati (Syivia A. Price, 2010). Hepatitis virus
akut adalah penyakit hati yang gejala utamanya berhubungan erat dengan
adanya nekrosis pada hati. Bisanya disebabkan oleh virus yaitu hepatitis A,
virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan lain-lain (Arief Mansjoer, 2011).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh rekasi toksik terhadap obat-
obatan serta bahan-bahan kimia (Sujono Hadi, 2011). Hepatitis virus
merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas (Smeltzer, 2010).
Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas atau
menyebar. Hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan, dimana
merupakanhasil infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari lima golongan
besar jenis virus, antara lain :
1. Virus Hepatitis A (HAV)
2. Virus Hepatitis B (HBV)
3. Virus Hepatitis C (HCV)
4. Virus Hepatitis D (HDV) atau Virus Delta
5. Virus Hepatitis E (HEV)
6. Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri, tetapi
jenis ini jarang ada.
Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama
perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya, seperti : Cytomegalovirus,
Virus Epstein-Barr, Virus Herpes simplex, Virus Varicella-zoster.
B. Etiologi
Virus hepatitis A merupakan virus RNA dari famili Picarnovirus.
Virus ini banyak menyerang anak-anak. Biasanya, jenis hepatitis yang
ditimbulkan mengenai masyarakat golongan ekonomi lemah serta mereka
8
9
kemih, sehingga bilirubin urine menjadi pisitif dan urine berwarna gelap.
peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-
garam empedu dalam darah yang menimbulkan gatal-gatal pada kulit karena
ikhterik (Sujono Hadi, 2011).
F. Pathway
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
1) Urobilirubin direk
2) Bilirubin serum total
3) Bilirubin urine
4) Urobilirubin urine
5) Urobilirubin feses
b. Pemeriksaan protein
1) Protein total serum
2) Albumin serum
3) Globulin serum
4) HbsAg
c. Waktu protombin
1) Respon waktu terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
1) AST atau SGOT
2) ALT atau SGPT
3) LDH
4) Amonia serum
2. Radiologi
a. Rontgen abdomen
b. Kolestogram dan kalangiogram
c. Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
a. Laparoskopi
b. Biospi hati
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan pada hepatitis virus lebih ditekankan pada tindakan
pencegahan
14
2. Rawat jalan kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi.
3. Mempertahankan asupan kalori dan cairan memadai
4. Pemberian intraferon alpa pada hepatitis C akut dapat menurunkan risiko
kejadian infeksi kronis.
5. Obat-obatan yang tidak penting harus dihentikan
6. Pemantauan fungsi hati dan serologi hati HVB enam bulan kemudian,
bila terdapat peningkatan titer SGOT-SGTP lebih besar dari sepuluh kali
nilai batas atas normal, koagulopati, ensefalopati, sebab dapat dicurigai
adanya hepatitis fulminan.
7. Pemeriksaan HbeAg, Ig anti-HBc, SGOT/PT, dan USG hati.
8. Terapi antivirus yang terdiri dari antireplikasi virus, imunomodulator,
dan antiproliferasi. Pegylated interferon alfa disebut dengan polythylene
glikol (PEG) yang larut dalam air terdiri dari penginterferon alfa-2a, dan
penginterferonalfa-2b. Ribavirin diberikan bersama interferon alfa untuk
pengobatan hepatitis C kronis. Sementara, tujuan tetapi antivirus adalah :
a. Menekan replikasi virus sehingga mengurangi risiko transmisi,
b. Normalisasi amino transferasi dan perbaikan histologis hati,
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan,
d. Mencegah progretivitas.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
b. Identitas Penanggung Jawab
Pada idenitas penanggung jawab berisi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, serta hubungan dengan pasien
15
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien hepatitis biasanya mengeluh nyeri, perut
kembung,diare dan nafsu makan menurun.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit hepatitis,
apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lain.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien hepatitis adalah nyeri pada
perut bagian atas, perut kembung, nafsu makan menurun dan
diare.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
hepatitis atau sakit lain
5) Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota
keluarga dari atas hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga
generasi sebelum pasien. Berikan keterangan manakah symbol
pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah meninggal
dunia serta pasien yang sakit.
d. Pengkajian 11 Pola Gordon
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan;penurunan
peristaltik (refleks viseral), kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah,
peningkatan kebutuhan kalori/ status hipermetabolik.
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan
cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan
akumulasi sekret.
16
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap
2 jam
Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Vital sign Monitoring
20
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan interpensi yang direncanakan sebelumnya
BAB III
TINJAUAN KASUS
Keterangan :
Laki-Laki Perempuan Pasien
Intake :
Makan :200cc
Minum : 200cc
Cairan infuse : 500cc +
= 900cc
Output
BAK : 600cc
BAB : 100cc
Muntah : 200cc +
= 900cc
IWL = (10% x 700) x (38-37) + 14 x 17
= 70 x 1 + 238
= 308
Cairan yang hilang
Intake – Output = 900 – 1208 = -308cc
d. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Keluarga pasien mengatakan, pasien sulit untuk tidur disiang hari dan
pada saat malam hari karena ruangan yang ramai , pasien tidur, ± 6-8
jam pasien tidur dimalam hari dan sering terbangun.
e. Kebutuhan Aktivitas
Keluarga pasien mengatakan, selama pasien dirawat dirumah sakit,
pasien tidak dapat melakukan aktivitas. Pasien hanya berbaring di
tempat tidur
f. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Keluarga pasien mengatakan, pasien merasa kurang nyaman
g. Pengaturan Suhu Tubuh
Keluarga pasien mengatakan, pasien menggunakan pakaian tipis untuk
mengurangi suhu panas tubuhnya
h. Kebutuhan Bekerja
Keluarga pasien mengatakan, pasien tidak bekerja karena ia masih usia
anak-anak
30
i. Kebutuhan Berpakaian
Keluarga mengatakan pasien mengganti bajunya satu kali sehari.
j. Kebutuhan Personal Hygiene
Keluarga pasien mengatakan, pasien biasanya dibilas dibantu oleh
ibunya tidak mandi, dan pasien menggosok gigi setiap habis makan.
k. Kebutuhan Berkomunikasi Dengan Orang Lain
Keluarga pasien mengatakan, pasien jika diajak bicara kadang tidak
menjawab
l. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
Keluarga pasien mengatakan setelah sakit pasien tidak pernah pergi
rekreasi dan hanya di dalam kamar
m. Kebutuhan Spiritual
Keluarga pasien mangatakan, selama sakit pasien tidak melakukan
ibadah sesuai agama yang dianutnya
n. Kebutuhan Belajar
Keluarga pasien mengatakan anaknya tidak belajar selama sakit.
4. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2019
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : composmentis
GCS : E4 M5 V6
TTV : TD 90/60mmHg, RR : 24x/menit, N : 100
x/menit, S : 380C, SPO₂ : 98%, CRT : < 3 detik
BB : 17 kg, TB : 100 cm
Kepala : Mesochepal
Mata : Simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis,
sklera ikterik,
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada perdarahan, tidak
terpasang O₂, tidak ada nafas cuping hidung
31
2. Hasil rontgen : -
3. Terapi farmakologis:
Inf RL 20 tpm,
Inj. Cefotaxime 3x400 mg
Inj. Paracetamol 3x300
Inj. Ranitidin 2x½ amp
PO. Sucrafat 3x1 cc
PO. Curcuma 2x1 tab
4. Data tambahan : -
B. Analisa Data
Hari/tgl
No Data Fokus Problem Etiologi
/jam
1 Selasa, Ds : ibu pasien Hipertermi Peningkatan
15 mengatakan An. Z metabolisme
Oktober badannya panas naik penyakit
2019 turun sejak 3 minggu
14.00 yang lalu
WIB Do : badan pasien
teraba panas, kulit dan
mukosa bibir kering,
akral panas,
TD 90/60mmHg, RR :
24x/menit, N : 100
x/menit, S : 380C,
SPO₂ : 98%
WIB menghabiskan
seperempat porsi
bubur nasi dari RS.
DO : Pasien lemah,
turgor kulit menurun,
tidak elastis, mukosa
bibir kering.
Intake :
Makan :200cc
Minum : 200cc
Cairan infuse: 500cc +
= 900cc
Output
BAK : 600cc
BAB : 100cc
Muntah : 200cc +
= 900cc
C. Diagnosa Keperawtan
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipovolemi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
36
D. Intervensi
Hari/ tgl/ No
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional TTD
jam Dx
Selasa, 15 1. Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tanda-tanda vital 1) Tanda-tanda vital merupakan
Oktober keperawatan selama 3x24 jam 2) Anjurkan klien untuk banyak acuan untuk mengetahui
2019 14.15 diharapkan Hipertemia dapat teratasi minum ± 2,5 liter/24 jam keadaan umum klien
WIB dengan KH : 3) Anjurkan untuk tidak 2) Peningkatan suhu tubuh
1. Suhu tubuh dalam batas normal memakai selimut dan mengakibatkan penguapan
(36-37°C). pakaian yang tebal tubuh meningkat sehingga
2. Mukosa lembab tidak ada 4) Kolaborasi dengan tim medis perlu diimbangi dengan
sianosis atau purpura dalam pemberian obat asupan cairanyang banyak.
3. Akral tidak teraba panas 3) Pakaian yang tipis akan
membantu mengurangi panas
dalam tubuh.
4) Pemberian cairan dan obat
antipiretik sangat penting
untuk menurunkan suhu
tubuhnya.
Selasa, 15 2. Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam Manajemen cairan 1. Untuk mengetahui keadaan
Oktober diharapkan masalah kekurangan 1. Kaji tanda-tanda vital umum pasien
37
2019 14.15 volume cairan dapat teratasi dengan 2. Monitor tanda 2. Untuk mengetahui
WIB Kriteria Hasil : kekurangan cairan kekurangan cairan pasien
1. Tekanan darah, nadi, suhu (turgor kulit, 3. Untuk membantu mengatasi
tubuh dalam batas normal kelembapan membra dehidrasi
a. TD (80 mmHg-110 mmHg) mukosa) 4. Untuk membantu mengatasi
b. RR (18-30x/menit) 3. Anjurkan minum air dehidrasi
c. N (70-120x/menit) putih yang banyak
d. S (36,5ºC-37,5º) 4. Kolaborasi dengan tim
2. Output dan Input seimbang medis dalam pemberian
3. Mukosa bibir lembab terapi infus dan obat
oral
Selasa, 15 3. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi 1. Untuk merencanakan
Oktober keperawatan selama 3x24 jam, 1. Kaji nutrisi pasien tindakan keperawatan
2019 14.15 diharapkan masalah kekurangan nutrisi 2. Anjurkan pasien untuk dalam pemenuhan nutrisi
WIB dapat teratasi dengan Kriteria Hasil : makan sedikit – sedikit 2. Makan banyak dapat
1. Adanya peningkatan berat tapi serimg meningkatkan tekanan inta
badan (berat badan ideal) 3. Anjurkan pasien untuk abdomen
2. Tidak ada tanda-tanda mal tidak makan makanan 3. Untuk mencegah terjadinya
nutrisi pedas dan asam distensi pada lambung
38
E. Implementasi
N Hari / No
Tindakan Respon TTD
o tgl/ jam Dx
1 Selasa, I, Memonitor KU dan DS : Pasien mengatakan
15 II tanda-tanda vital badannya panas
Oktobe DO : Kulit teraba panas,
r 2019 akral panas, mukosa bibir
14.30 kering, TD 90/60mmHg,
WIB RR : 24x/menit, N : 100
x/menit, S : 38°C, SPO 2 :
98%
habis 1 porsi
A: TB : 127 cm
BB : 29 kg
IMT : BB
(TB²)m
: 29
(1,27)2
:17,98
(Kurus)
B : HB : 12,1 gr/dl
C : Turgor kulit kering,
pasien lemas, mukosa bibir
20.30 Memonitor KU dan kering.
wib vital sign D : Pasien makan habis ¼
porsi dan minum air putih
II ½ gelas
DS : -
20.35 Mengobservasi kulit DO : Kulit teraba panas.
TD 90/60mmHg, RR :
24x/menit, N : 94 x/menit,
II S : 37,6°C, SPO2 : 98%
DS : -
21.00 Memberikan obat DO : kulit teraba kering
sesuai advis dokter dan akral panas, turgor
kurang elastis, pengisian
I, kapiler 3 detik
II
DS : -
2. Rabu, Memonitor KU dan DO : pasien diberikan
42
II DS : -
DO :
- Intake : anak
09.30 Memonitor tanda – minum air putih
wib tanda kekurangan 200cc
cairan - Output : BAB 1 kali
lembek, Muntah 1
kali
09.45 II Menganjurkan
wib minum air putih DS : -
yang banyak DO : - Mukosa bibir kering
- Turgor kulit kurang
elastis
10.15 I, Berkolaborasi
wib II dengan tim medis DS : Keluarga memberikan
minum kepada pasien
DO : pasien minum air
putih 50cc
10.25 Memberikan obat
43
11.30 Menganjurkan DS : -
wib I, pasien untuk DO : pasien diberikan
II diberikan makan – Inj. Cefotaxime 400 mg
makanan yang Inj. Paracetamol 300 mg
bervariasi Inj. Ranitidin ½ amp
DS : Ibu pasien
mengatakan makanannya
III bervariasi, seperti bubur,
11.35 Mengobservasi kulit sayur, lauk dan buah sayur
wib dan buahnya berbeda
dengan yang kemarin
DO : pasien tampak lebih
13.00 Memonitor KU dan nafsu makan, habis ½ porsi
wib vital sign
DS : -
DO : kulit teraba hangat,
II mukosa bibir sedikit
lembab
13.10 Memonitor tanda –
wib tanda kekurangan DS : -
I, cairan DO : TD = 90/60mmHg
II S = 36,9 ºC
13.35 Mengkaji intake dan N = 90 x/menit
wib output RR = 24 x/menit
44
DS : -
DO : Keadaan pasien
II membaik
3 Kamis, Memonitor KU dan
17 tanda-tanda vital DS : -
Oktobe DO :
r II - Intake : anak
2019 minum air putih
08.15 100cc
wib - Output : BAK
300cc
I, DS : Pasien mengatakan
II Mengkaji intake dan badannya tidak
09.00 output panas/panas menurun
wib DO: Kulit teraba hangat,
pasien tampak tidak lemes
TD 90/60mmHg
S = 36,5 ºC
N = 96x/menit
RR = 24x/menit
Memonitor tanda –
09.15 tanda kekurangan DS : Ibu pasien
wib II cairan mengatakan anaknya sudah
tidak muntah
DO :
- Intake : anak
Memberikan obat minum air putih
10.00 sesuai advis dokter 200cc
wib - Output : BAB 1 kali
lembek
45
II
DS : -
Menganjurkan - DO : - Mukosa bibir
11.30 pasien untuk makan lembab
wib sedikit tapi sering - Turgor kulit
membaik/elastis
I,
II DS : -
DO : pasien diberikan
Inj. Cefotaxime 400 mg
Menganjurkan Inj. Paracetamol 300 mg
12.00 pasien untuk Inj. Ranitidin ½ amp
wib diberikan makan
III makanan yang DS : ibu pasien
bervariasi mengatakan anaknya
makan bubur dan sayur
Mengobservasi kulit yang disediakan RS habis
12.30 3/4 porsi, nafsu makan
wib anak meningkat
DO : makanan pasien
masih tersisa ¼ porsi
III
DS : Ibu pasien
mengatakan kalau
makanannya selalu
berganti menu
DO : Ada menu dari RS,
II jus, roti dll
DS : -
DO : kulit teraba hangat,
46
F. Evaluasi
No Hari/ tgl/ No. Evaluasi TTD
. jam Dx.
1 Selasa, 15 I S : Keluarga pasien mengatakan badan
Oktober anaknya panas sejak 3 minggu yang
2019 lalu
O : Kulit teraba panas, akral panas,
mukosa bibir kering, pasien tampak lemah
TD 90/60mmHg, RR : 24x/menit, N : 94
x/menit, S : 37,6°C, SPO2 : 98%
A : Masalah belum teratasi (Hipertermia)
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi obat
antipiretik
TD 90/60mmHg, RR : 24x/menit, N : 90
x/menit, S : 36,9°C, SPO2 : 98%
A : Masalah teratasi sebagian
(Hipertermia)
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi obat
antipiretik
makan
O : Pasien lemah, makan ½ porsi yang
disediakan Rumah Sakit
A: TB : 127 cm
BB : 29 kg
IMT : BB
(TB²)m
: 29
(1,27)2
: 17,98 (Kurus)
B : HB : 12,1 gr/dl
HT : 45 %
C : Kulit lembab dan dingin, mukosa
bibir kering
D : Diit bubur nasi
A : Masalah belum teratasi
(Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh)
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji status nutrisi pasien
2. Anjurkan pasien makan sedikit
tapi sering
3. Anjurkan pasien untuk diberikan
makan – makanan bervariasi
3 Kamis, 17 I S : Pasien mengatakan badannya tidak
Oktober panas/panas menurun
2019 O : Kulit teraba hangat, mukosa bibir
lembab, pasien tampak tidak lemes
TD 90/60mmHg, RR : 24x/menit, N : 96
x/menit, S : 36,5°C, SPO2 : 98%
A : Masalah teratasi (Hipertermia)
P : Pertahankan intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital
51
Dalam bab ini menguraikan analisa dan tinjauan teori yang ada di bab II
dan tinjauan kasus yang ada di bab III, seperti yang dijelaskan sebelumnya
“asuhan keperawatan pada An.Z dengan Hepatitis A di ruang Kenanga 1 RSUP
Dr. Hasan Sadikin”, menggunakan teori keperawatan Virginia Henderson sebagai
dasar konseptual. Pembahasan pada kasus ini mencakup tahapan Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Tindakan Keperawatan dan Evaluasi.
Berikut pelaksanaanya dengan membandingkan antara teori dan kasusnya nyata.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Budiono, 2015)
Adapun pengkajian biodata pada pasien dimasukkan untuk lebih
mengenal pasien. Hingga diketahui latar belakang yang memungkinkan
mempengaruhi intervensi yang akan diberikan pada pasien tersebut.
Pengkajian riwayat kesehatan digunakan untuk mengetahui adanya keluhan
utama, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan dahulu dalam
pengkajian kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan keluarga. Dalam
pengkajian kesehatan sekarang dimasukan untuk mengetahui jenis penyakit
dan lokasinya.
Pada kasus Hepatitis A, analisa data hasil pengkajian penulis
menggunakan Teori Virginia Handersone tentang pola fungsional. Pola
fungsional Virginia Henderson adalah membantu individu yang sakit dan
yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap
kesehatan dan penyembuhanya dimana individu tersebut akan mampu
mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan
pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini dilakukan dengan cara membantu
mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin. Pendekatan yang
sistematis ini memungkinkan perawat untuk mampu memeriksa dan menilai
54
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa An. Z dengan penyakit Hepatitis A yang penulis
kelola melalui asuhan keperawatan, muncul beberapa diagnosa seperti sesuai
dengan pengkajian yang penulis lakukan.
Dalam pengkajian penulis menggunakan peralatan yang ada di RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung, dan peralatan yang penulis bawa sendiri.
Kerjasama yang baik dengan pasien menjadikan proses pengkajian lancar
dan selesai dengan baik, namun kurang ketelitian dari penulis dalam
melaksanakan pengkajian menjadikan pengkajian data kurang lengkap.
Diagnosa keperawatan yang dinyatakan dalam teori ada tiga diagnosa
keperawatan berkaitan dengan Hepatitis A dan dalam prakteknya penulis
menemukan diagnosa keperawatan yang muncul pada An. Z dengan
Hepatitis A yaitu tiga diagnosa antara lain :
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit
Setelah melakukan implementasi selama 3x24 jam, masalah teratasi
sehingga penulis mempertahankan intervensi.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipovolemi
Setelah melakukan implementasi selama 3x24 jam, masalah teratasi
sehingga penulis mempertahankan intervensi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
Setelah melakukan implementasi selama 3x24 jam, masalah teratasi
sebagian sehingga intervensi tetap dilanjutkan.
Intervensi keperawatan telah disusun sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul. Sesuai dengan teori implementasi dilaksanakan
3x24 jam, tetapi karena keterbatasan waktu dan jadwal yang telah ditetapkan
dari pihak rumah sakit, penulis hanya melakukan implementasi selama
3x1shif (±7jam/shif). Dari semua masalah yang dihadapi oleh pasien,
62