Anda di halaman 1dari 20

HIPERSENSITIVITAS

KELOMPOK 1

1. Sofia Nurhuda (1801001)


2. Rima Elfika (1801002)
3. Silvi Musfira (1801003)
4. Dewi yulia ningsih (1801004)
5. Sri Wahyuni (1801006)
6. Nanda Jaya Pratama (1801009)
7. Ziana Fiska Sari (1801029)
KELAS: 2018B
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Hipersensitifitas merupakan reaksi imun yg
patologik terjadi akibat respon imun yg berlebihan
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.
Atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan
tubuh dimana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam
bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain,tubuh manusia
bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan
yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya.
Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas
tersebut disebut alergen
• MEKANISME ALERGI

 Respon imun yang muncul dalam reaksi alergi melalui dua tahap
yaitu tahap sensitisasi alergen dan tahap elisitasi.

 TahapSensitisasi, muncul ketika tubuh memproduksi antibodi


IgE yang spesifik.Tahap sensitisasi ini juga disebut dengan
tahap induksi,merupakan kontak pertama dengan alergen(yaitu
ketika mengkonsumsi makanan penyebab alergi).
 TahapElisitasi , terjadi jika terdapat pajanan ulang.Ketika
terpajan dengan makanan (penyebab alergi) yang sama,protein
akan mengikat molekul disel mediator(sel basofil dan sel
mast).Tahap elisitasi ini menyebabkan tubuh mengeluarkan
molekul yang menyebabkan inflamasi(seperti leukotrien dan
histamin). Efek yang timbul serta keparahan alergi dipengaruhi
oleh konsentrasi dan tipe alergen,rute pajanan,dan sistemorgan
yang terlibat(misalnya kulit,saluranc erna,saluran
pernapasan,dan darah).
TANDA DAN GEJALA
Gejala alergi yang ringan dapat berupa bersin – bersin,
hidung meler, gatal – gatal baik bersifat lokal atau seluruh
tubuh, hidung mampet dan gejala alergi lainnya.
Gejala-gejala alergi bisa mulai dari ringan ke sangat
serius adalah :
• Hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit
disebut eksim. Ini adalah yang paling umum gejala
alergi obat.
• Batuk, wheezing, Hidung, dan kesulitan bernapas.
• demam.
• Kulit melepuh dan mengelupas. Masalah ini disebut
racun berhubung dgn kulit necrolysis, dan dapat
membawa maut jika tidak dirawat.
• Anaphylaxis, yang merupakan reaksi paling berbahaya.
Dapat membawa maut, dan Anda akan memerlukan
perawatan darurat. Gejala, seperti hives dan kesulitan
bernapas, biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah
minum obat, reaksi cepat tanpa perawatan,Anda dapat
masuk ke shock.
MACAM-MACAM ALERGI
1) Alergi makanan
Alergi makanan adalah merupakan respon alamiah imun tubuh yang bersifat
negatif terhadap protein dari makanan yang kita konsumsi.
2) Alergi obat-obatan
Jenis alergi ini disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu. Reaksi
alergi obat merupakan reaksi alergi di mana system kekebalan tubuh bereaksi
secara berlebihan terhadap obat-obatan tertentu yang dikonsumsi oleh
seseorang. yang diberikan tubuh pun sangat keras. Contohnya dapat
menyebabkan gatal-gatal, terdapat bercak-bercak merah pada kulit, mual dan
muntah. Obat yang berpotensi menimbulkan alergi antara lain antibiotic alergi
(sulfonamid), vaksin , dan obat non alergik ( kontras x-ray, aspirin, antibiotic,
dan obat tekanan darah tinggi.
3). Alergi debu
Alergi debu disebabkan ketidakbiasaan tubuh dalam menerima kehadiran
debu. Hal ini dapat menimbulkan penderita dapat mengalami bersin-bersin
dalam frekuensi yang sering, flu, rasa gatal, dan hidung tersumbat
4) Alergi musiman &Alergi yang terjadi terus menerus
Musiman (hay fever) yang umumnya disebabkan kontak dengan
allergen dari luar rumah seperti benang sari, debu, polusi udara atau
asap. Serta Rinitis Alergi yang terjadi terus menerus (parennial) yang
diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah
misalnya kutu debu rumah, debu parabot, bulu binatang peliharaan serta
bau-bauan yang menyengat

5). Alergi suhu udara (dingin/panas)


Ketidakmampuan sistem imun menerima udara dingin misalnya dapat
mengakibatkan jaringan dalam hidung menjadi bengkak, sehingga
hidung pun menjadi tersumbat. Alergi dingin terjadi karena pelepasan
histamine dalam jumlah yang cukup besar yang kemudian menyerang
system kekebalan tubuh. Gejala yang dapat dialami jika seseorang
menderita alergi udara adalah seringnya mengalami bersin-bersin, gatal-
gata, mata merah dan berair. Dalam kondisi tertentu, mucul alergi yang
disebut urtikaria.
PATOFISIOLOGI
Saat pertama kali masuknya alergen (ex. telur ) ke
dalam tubuh seseorang yang mengkonsumsi makanan tetapi
dia belum pernah terkena alergi. Namun ketika untuk kedua
kalinya orang tersebut mengkonsumsi makanan yang sama
barulah tampak gejala-gejala timbulnya alergi pada kulit orang
tersebut.
Setelah tanda-tanda itu muncul maka antigen akan
mengenali alergen yang masuk yang akan memicu aktifnya sel
T, dimana sel T tersebut yang akan merangsang sel B untuk
mengaktifkan antibodi (Ig E). Proses ini mengakibatkan
melekatnya antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh
basofil.
ETIOLOGI
Faktor yang berperan dalam alergi yaitu :
 Faktor Internal
a. Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi
: asam lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun
fungsifungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik) memudahkan
penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi
kemampuan usus mSecara kimiawi asam lambung dan enzim
pencernaan menyebabkan denaturasi allergen. Secara imunologik
sIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia
dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus
imatur system pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal
berfungsi, sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh
entoleransi makanan tertentu.
b. Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen
dini mulai janin sampai masa bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi
oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat. Alergi dapat
diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita. Bila
ada orang tua, keluarga atau kakek/nenek yang menederita alergi
kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada
salah satu orang tua yang menderita gejala alergi, maka dapat
menurunkan resiko pada anak sekitar 17 – 40%, Bila ke dua orang
tua alergi maka resiko pada anak meningkat menjadi 53 – 70%.

c. Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang


menyebabkan penyerapan alergen bertambah.
 Fakor Eksternal

a. Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih,
stress) atau beban latihan (lari, olah raga).
b. Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut
prevalensinya: ikan 15,4%; telur 12,7%; susu 12,2%; kacang 5,3% dll.
c. c. Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat
menimbulkan reaksi alergi.
Faktor Risiko
a. Riwayat keluarga.
b. Alergi makanan masa lalu. Pada masa anak-anak mungkin seseorang dapat
mengatasi gangguan alergi makanan, namun dalam beberapa kasus, gangguan ini
kembali di kemudian hari.
c. Alergi lain. Jika sudah alergi terhadap satu makanan, mungkin mempunyai risiko
alergi terhadap makanan lainnya. Demikian juga, jika memiliki jenis reaksi alergi
yang lain,seperti demam atau eksim, risiko mengalami alergi makanan lebih besar.
d. Usia. Alergi makanan yang palingumum terjadi pada anak-anak, terutama balita
dan bayi. Ketika bertambah tua, tubuh cenderung untuk menyerap komponen
makanan atau makanan yang memicu alergi. Untungnya, anakanak biasanya
dapat mengatasi alergi terhadap susu, gandum kedelai, dan telur. Alergi parah dan
alergi terhadap kacang-kacangan dan kerang mungkin dapat diderita seumur
hidup.
e. Asma. Asma dan alergi makanan biasanya terjadi bersama-sama. Ketika terjadi,
baik alergi makanan dan atau gejala asma, bisa menjadi lebih parah
KLASIFIKASI ALERGI
Hipersensitifitas tipe I
Hipersensitifitas tipe I disebut juga sebagai hipersensitivitas langsung atau anafilaktik.
Reaksi ini berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan saluran
gastrointestinal.
Reaksi ini dapat mengakibatkan gejala yang beragam, mulai dari ketidaknyamanan
kecil hingga kematian. Waktu reaksi berkisar antara 15-30 menit setelah terpapar antigen,
namun terkadang juga dapat mengalami keterlambatan awal hingga 10-12 jam.
Hipersensitivitas tipe I diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE). Komponen seluler
utama pada reaksi ini adalah mastosit atau basofil. Reaksi ini diperkuat dan dipengaruhi oleh
keping darah, neutrofil, dan eosinofil.
Uji diagnostik yang dapat digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas tipe I adalah
tes kulit (tusukan dan intradermal) dan ELISA untuk mengukur IgE total dan antibodi IgE
spesifik untuk melawan alergen (antigen tertentu penyebab alergi) yang dicurigai. Peningkatan
kadar IgE merupakan salah satu penanda terjadinya alergi akibat hipersensitivitas pada bagian
yang tidak terpapar langsung oleh alergen). Namun, peningkatan IgE juga dapat dikarenakan
beberapa penyakit nonatopik seperti infeksi cacing, mieloma, dll.
Pengobatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi hipersensitivitas tipe I adalah
menggunakan anti-histamin untuk memblokir reseptor histamin, penggunaan Imunoglobulin G
(IgG), hyposensitization (imunoterapi atau desensitization) untuk beberapa alergi tertentu.
Hipersensitifitas tipe II
Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi
berupa imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin E (IgE)
untuk melawan antigen pada permukaan sel dan matriks
ekstraseluler. Kerusakan akan terbatas atau spesifik pada
sel atau jaringan yang langsung berhubungan dengan
antigen tersebut.
Pada umumnya, antibodi yang langsung
berinteraksi dengan antigen permukaan sel akan bersifat
patogenik dan menimbulkan kerusakan pada target sel.
Hipersensitivitas dapat melibatkan reaksi komplemen
(atau reaksi silang) yang berikatan dengan antibodi sel
sehingga dapat pula menimbulkan kerusakan jaringan.
Hipersensitifitas tipe III
Hipersensitivitas tipe III merupakan
hipersensitivitas kompleks imun. Hal ini disebabkan
adanya pengendapan kompleks antigen-antibodi yang
kecil dan terlarut di dalam jaringan. Hal ini ditandai dengan
timbulnya inflamasi atau peradangan.
Pada kondisi normal, kompleks antigen-antibodi
yang diproduksi dalam jumlah besar dan seimbang akan
dibersihkan dengan adanya fagosit. Namun, kadang-
kadang, kehadiran bakteri, virus, lingkungan, atau antigen
(spora fungi, bahan sayuran, atau hewan) yang persisten
akan membuat tubuh secara otomatis memproduksi
antibodi terhadap senyawa asing tersebut sehingga terjadi
pengendapan kompleks antigen-antibodi secara terus-
menerus.
Hipersensitifitas tipe IV
Hipersensitivitas tipe IV dikenal sebagai
hipersensitivitas yang diperantarai sel atau tipe lambat
(delayed-type). Reaksi ini terjadi karena aktivitas perusakan
jaringan oleh sel T dan makrofag. Waktu cukup lama
dibutuhkan dalam reaksi ini untuk aktivasi dan diferensiasi
sel T, sekresi sitokin dan kemokin, serta akumulasi makrofag
dan leukosit lain pada daerah yang terkena paparan.
Beberapa contoh umum dari hipersensitivitas tipe IV
adalah hipersensitivitas pneumonitis, hipersensitivitas
kontak (kontak dermatitis), dan reaksi hipersensitivitas tipe
lambat kronis (delayed type hipersensitivity, DTH).
TERAPI
Penanganan gangguan alergi berlandaskan pada empat dasar:
1. Menghindari allergen
2. Terapi farmakologis
a. Adrenergik Yang termasuk obat-obat adrenergik adalah
katelokamin ( epinefrin, isoetarin, isoproterenol, bitolterol ) dan
nonkatelomin ( efedrin, albuterol, metaproterenol, salmeterol,
terbutalin, pributerol, prokaterol dan fenoterol ). Inhalasi dosis
tunggal salmeterol dapat menimbulkan bronkodilatasi
sedikitnya selam 12 jam, menghambat reaksi fase cepat
maupun lambat terhadap alergen inhalen, dan menghambat
hiperesponsivitas bronkial akibat alergen selama 34 jam.
b. Antihistamin Obat dari berbagai struktur kimia yang bersaing
dengan histamin pada reseptor di berbagai jaringan. Karena
antihistamin berperan sebagai antagonis kompetitif mereka
lebih efektif dalam mencegah daripada melawan kerja
histamine.
C. Kromolin Sodium Kromolin sodium adalah garam disodium
1,3-bis-2-hidroksipropan. Zat ini merupakan analog kimia obat
khellin yang mempunyai sifat merelaksasikan otot polos. Obat ini
tidak mempunyai sifat bronkodilator karenanya obat ini tidak
efektif unutk pengobatan asma akut. Kromolin paling bermanfaat
pada asma alergika atau ekstrinsik.

d. Kortikosteroid Kortikosteroid adalah obat paling kuat yang


tersedia untuk pengobatan alergi. Beberapa pengaruh prednison
nyata dalam 2 jam sesudah pemberian peroral atau intravena
yaitu penurunan eosinofil serta limfosit prrimer. Steroid topikal
mempunyai pengaruh lokal langsung yang meliputi pengurangan
radang, edema, produksi mukus, permeabilitas vaskuler, dan
kadar Ig E mukosa.
3. Imunoterapi Imunoterapi diindikasikan pada penderita rhinitis alergika, asma
yang diperantarai Ig E atau alergi terhadap serangga. Imunoterapi dapat
menghambat pelepasan histamin dari basofil pada tantangan dengan antigen E
ragweed in vitro. Leukosit individu yang diobati memerlukan pemaparan
terhadap jumlah antigen E yang lebih banyak dalam upaya melepaskan
histamin dalam jumlah yang sama seperti yang mereka lepaskan sebelum
terapi. Preparat leukosit dari beberapa penderita yang diobati bereaksi seolah-
olah mereka telah terdesensitisasisecara sempurna dan tidak melepaskan
histamin pada tantangan dengan antigen E ragweed pada kadar berapapun

4. Profilaksis Profilaksis dengan steroid anabolik atau plasmin inhibitor seperti


traneksamat, sering kali sangat efektif untuk urtikaria atau angioedema.
D O K U M E N T A S I
THANK YOU
Insert the SubTitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai