Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Rokok Elektrik

2.1.1 Definisi Rokok Elektrik

Rokok elektronik adalah salah satu Hasil Produksi Tembakau Lain (HPTL)

atau Sintetiknya dengan atau tanpa Nikotin dan Penambah Rasa yang digunakan

dengan cara menghisap uap pemanasan atau cairan dari alat pemanas elektronik.

2.1.2 Sejarah Rokok Elektrik

Rokok elektronik pertama kali ditemukan pada tahun 1963 di Amerika

Serikat dengan nama “a smokeless non-tobacco cigarette” HTP pertama

diperkenalkan oleh R. J. Reynolds Premier, diluncurkan pada tahun 1988 dengan

nama lain : vapor, vape, e-cig, e-juice, e-liquid, personal vaporizer (pv), e-cigaro,

electrosmoke, green cig, smartsmoke, smart cigarette dan heated tobacco. Pada

tahun 2014, WHO menemukan telah ada sebanyak 466 merk rokok elektronik

dengan 8000 jenis flavoring (perisa). Rokok elektronik dirancang untuk

memasukkan nikotin dan zat kimia lainnya ke dalam tubuh tanpa pembakaran

tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok bagi penggunanya.

2.1.3 Dampak Rokok Elektrik

Potensi toksisitas karena kandungan dalam cairan/aerosol rokok elektronik

a. Adanya kandungan nikotin yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan

dalam penggunaan vape

b. Kandungan Glycol dan gliserol yang dapat menyebabakan iritasi saluran

napas dan paru

c. Aldehyde, Formaldehyde berdampak pada inflamasi paru

1
d. Acrolein, otoluidine 2-naphthylamine memicu karsinogen

e. Particulate matter (PM)/UFP berdampak pada inflamasi paru, jantung dan

sistemik, karsinogen

2.1.4 Perspektif tentang merokok dan Vape secara bersamaan

Kebanyakan orang merokok mulai dari di usia muda. Akibatnya, upaya

kesehatan masyarakat yang diarahkan kepada kaum muda sangat dipriorotaskan.

Meningkatnya popularitas pengguna rokok elektrik sangat memprihatinkan dan

segera mungkin untuk diatasi. Kebanyakan dari kaum muda yang peernah

merokok tembakau menggunakan rokok elektrik sebagai media untuk mengganti

penggunaan rokok tembakau itu sendiri (Tamar, 2019).

2.1.5 Regulasi Rokok Elektrik

Pada tahun 2013, parlemen di Eropa menerbitkan rancangan undang-

undang untuk memperkenalkan sejumlah kebijakan yang ditunjukkan untuk

membatasi daya tembakau untuk para masyarakat termasuk tentang regulasi

rokok elektrik, bahwa:

a. Rokok elektrik akan diatur, tetapi tidak sama dengan aturan seperti produk

obat kecuali mereka menyajikan produk yang bersifat kuratif atau sebagai

penvegahan.

b. Rokok elektrik yang tidak mmiliki klaim tersebut harus dibuat berisi tidak

lebih dari 30mg/ml nikotin dan harus mencantumkan peringatan kesehatan

dan tidak boleh dijual kepada mereka yang usianya masih dibawah 18

tahun.

2
c. Produsen dan importir harus menyediakan atau mencantumkan semua

bahan yang terkandung didalamnya.

d. Rokok elektrik akan tunduk pada pembatasan iklan sama dengan produk

rokok tembakau.

2.1.6 Dampak pada perkembangan otak bagi anak dan remaja

Disamping bersifat ADIKTIF, Nikotin merusak kerja Korteks prefrontal

(PFC): pengatur atensi, ingatan, proses belajar, suasana hati, kendali diri (impulse

control) yang masih berkembang sampai usia 25 tahun. Hasil studi kadar nikotin

di urin (kotinin) perokok elektronik FKUI-RS Persahabatan (2018) menunjukkan

ketergantungan nikotin dari perokok elektronik yang sama dengan perokok

konvensional. Kadar kotinin urin perokok elektronik adalah 276,1 ng/ml, perokok

konvensional sebesar 223,5 ng/ml, sementara bukan perokok 5,21 ng/ml

(Catharine, 2019).

2.1.7 Kebijakan Global Rokok Elektronik

Konferensi pers dari 13 organisasi profesi kedokteran dan lembaga

masyarakat. (IDI, PDPI, IDAI, PDGI, PAPDI, PERKI, PDSKJI, PPTI, IAKMI,

IMAN, Yayasan Jantung Indonesia, Yayasan Kanker Indonesia, Komnas

Pengendalian Tembakau) pada tanggal 14 Mei 2019 yang mendesak pemerintah

Indonesia untuk menerbitkan peraturan pelarangan atas dasar prinsip kehati-

hatian terhadap rokok elektronik termasuk produk rokok yang dipanaskan

(Kemenkes, 2020).

2.1.8 Bukti, Peringatan dan Perdebatan Rokok Elektrik

Rokok elektrik, walaupun dikatakan 95 persen lebih tidak berbahaya

dibandingkan rokok konvensional, tidak akan lepas dari pemberitaan negatif.

3
Kasus kematian akibat penyakit paruparu akut yang terjadi di Amerika Serikat

baru-baru ini seakan menjadi pemicu tentang sisi negatif rokok elektrik. Mulai

dari penggunaan pada usia muda hingga bahaya nikotin yang terkandung didalam

rokok elektrik.

a. Bukti yang Dikesampingkan

Berbagai bukti menunjukkan bahwa bukanlah rokok elektrik yang

mengandung nikotin sebagai penyebab kematian akibat penyakit paru-paru

akut. Berdasarkan bukti yang ada, kasus tersebut adalah akibat

penyalahgunaan rokok elektrik sebagai alat hisap tetrahydrocannabinol

(THC), senyawa psikoaktif utama dalam ganja. Namun pemberitaan yang

ada seringkali mengabaikan perbedaan antara nikotin dan THC. Bukti lain

adalah rentang umur pengguna rokok elektrik yang terkena imbas dari

penyalahgunaan tersebut. Kebanyakan dari korban rata-rata berumur remaja

hingga dewasa muda atau sekitar umur 13 tahun sampai dengan 21 tahun.

Sekali lagi, pemberitaan yang sering beredar memukul rata pengguna rokok

elektrik, baik usia muda ataupun dewasa. Satu bukti lain adalah keberadaan

produk ilegal yang digunakan dengan rokok elektrik. Hal ini jelas

merugikan bagi para penjual ritel produk berlisensi resmi karena mereka

pun terkena imbas pemberitaan yang tidak seimbang tersebut. Dampaknya

tentu saja terhadap usaha mereka. Ketiga bukti tersebut sangat berkaitan

erat dengan kasus penyakit paru-paru akut di AS. Para korban rata-rata

berusia muda dan menyalahgunakan rokok elektrik untuk menghisap liquid

yang mengandung THC dengan asetat vitamin E yang mereka dapatkan di

pasar pasar gelap. Sayangnya, ketiga bukti tersebut seringkali

4
dikesampingkan sehingga pemberitaan yang ada sangat menyesatkan.

Meringkas analisa dan penelitian dengan menghilangkan berbagai bukti dan

hanya berfokuskan terhadap hal yang paling menakutkan, yaitu kematian.

b. Kebijakan yang Merugikan

Selama bertahun-tahun, beberapa ahli kesehatan masyarakat menyoroti

kenaikan jumlah pengguna rokok elektrik remaja di AS. Perdebatan pun

menjadi terpusat antara apakah perangkat rokok elektrik atau liquid yang

dipanaskan dan mengandung rasa dan/atau nikotin dan/atau THC yang

harus diwaspadai dan harus dipandang sebagai ancaman yang tidak dapat

ditoleransi. Apapun itu, hal tersebut secara tidak sadar melahirkan

kebijakan-kebijakan membatasi perokok dewasa terhadap akses ke

alternatif yang lebih tidak berbahaya dibandingkan rokok konvensional.

Salah satunya adalah dengan pembatasan rasa liquid yang dapat dijual.

Selepas merebaknya kasus penyakti paru-paru akut yang kini dikenal

dengan nama e-cigarette or vaping product use-associated lung injury

(EVALI), baik Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for

Disease Control and Prevetion/CDC) dan Badan Administrasi Makanan dan

Obat-obatan (Food and Drug Administration/FDA) Amerika Serikat

memperingatkan konsumen untuk tidak vaping menggunakan liquid THC

atau liquid lain yang diperoleh dari jalanan atau sumber yang tidak

diketahui. Hal ini berdasarkan penemuan dari CDC yang mengidentifikasi

vitamin E asetat yang ditambahkan pada cairan THC sebagai “bahan kimia

5
yang mencemaskan”. Sedangkan nikotin atau liquid vape berasa tidak

menunjukkan dampak negatif. Walaupun begitu, para pendukung

pelarangan produk rokok elektrik justru semakin banyak. Beberapa negara

bagian di AS, seperti Massachussets, Michigan, Ohio dan New York sama-

sama melarang likuid berasa selain rasa tembakau dan rasa mint. Beberapa

diantaranya seperti Ohio dan New York bahkan melarang peredaran rasa

menthol dan mint untuk produk rokok elektrik, namun masih

memperbolehkannya untuk rokok konvensional dan cerutu. Bahkan

pelarangan terhadap likuid THC tidak ada sama sekali. Pemerintah AS

sendiri pun turut serta dengan menawarkan pernyataan kebijakan

pelarangan pada semua likuid vape bernikotin dan berasa kecuali rasa

tembakau untuk diberlakukan di seluruh Negeri Paman Sam. Walaupun

pada akhirnya kebijakan tersebut tidak jadi diberlakukan, intervensi yang

dilakukan oleh pihak Pemerintah menunjukkan betapa kasus ini dipandang

sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

2.1.9 Mitos dan Fakta Rokok Elektrik

Seingkali banyak beredar seputar pertanyaan meliputi tentang vape itu

sendiri, baik dari segi manfaat, kerugian dan dampak dari kesehatan manusia

dimana lebih banyak menitikberatkan kepada hal-hal yang negatif perihal tentang

penggunaan vape itu sendiri.

a. Apakah Vaping Berbahaya Bagi Penggunanya?

Vape tidak sepenuhnya lebih aman dibandingkan rokok konvensional.

Namun melalui berbagai macam penelitian, konklusi yang didapat adalah

bahwa bahaya vape terhadap diri sendiri dan orang lain hanya berada di

6
bawah angka 10 persen dari bahaya yang diakibatkan oleh rokok

konvensional. Maka dari itu, Lembaga Kesehatan Masyarakat Inggris atau

Public Health England (PHE) menggunakan estimasi “paling tidak 95

persen lebih kurang berbahaya” dan bukan “95 persen lebih aman.”

b. Apakah Nikotin Berbahaya?

Satu lagi pertanyaan yang paling sering ditanyakan dan juga penting untuk

diluruskan. Ada kesalahpahaman yang tersebar luas bahwa nikotin dapat

menyebabkan kanker. Tentu saja hal ini tidak benar. Memang benar nikotin

dapat membuat ketagihan. namun begitu juga dengan kafein yang

ditemukan dalam kopi yang mana banyak orang juga mengaku dapat

kecanduan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Royal Society for Public

Health (RSPH). Kelompok yang terdiri dari para ahli medis yang diakui dan

dihormati oleh Kerajaan Britania Raya tersebut mengatakan bahwa nikotin

sendiri tidak lebih berbahaya daripada kafein dan mengatasi masalah

kecanduannya sendiri tidak terlalu berbeda, yaitu dengan cara mengurangi

kadar asupannya secara bertahap. Seorang pecandu kafein dapat

mengkonsumsi kopi yang telah dikurangi atau bahkan tanpa kafein sama

sekali. Walaupun tidak mengandung kafein, namun kopi tersebut dapat

paling tidak memberikan kepuasan yang sama dengan rasa dari kopi

tersebut yang sama sekali tidak berubah. Begitu juga dengan nikotin,

seseorang dapat beralih ke rokok elektrik yang pada umumnya kandungan

nikotinnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional.

Hanya dengan sensasi dan gerakan motorik yang sama dengan merokok

juga dapat memberikan kepuasan yang sama.

7
c. Apakah Kandungan dalam E-liquid Aman Dikonsumsi?

E-liquid terbuat dari campuran Propylene Glycol (PG) dan Vegetable

Glycerine (VG). Jika mendengar istilah ilmiah seperti itu, pastinya orang

akan berpikir mengenai bahayanya terlebih dahulu. Banyak “ahli” yang

mendebatkan bahwa kedua zat kimia tersebut juga kerap digunakan pada

larutan antibeku dan cairan pembalseman mayat. Namun hal itu tidak benar

sama sekali, karena walaupun kedua zat tersebut merupakan zat kimia, tapi

yang digunakan dalam membuat e-liquid adalah jenis yang aman

dikonsumsi oleh manusia, yaitu food grade dan pharmaceutical grade.

Selain untuk membuat e-liquid, PG juga digunakan sebagai salah satu

bahan dasar inhaler bagi penderita asma. Jangan heran juga apabila

ditemukan campuran VG dalam obat batuk karena VG yang biasanya dibuat

dari minyak tanaman juga dapat memberikan efek menenangkan. Nikotin,

seperti yang telah disebutkan diatas juga tidak memiliki potensi bahaya

terhadap kesehatan selain adiksi. Bahan terakhir yang digunakan dalam e-

liquid, yaitu perasa, pastinya juga tidak berbahaya karena juga dapat

ditemukan di berbagai macam makanan dan minuman sehari-hari

d. Apakah vaping berbahaya bagi wanita hamil?

Tentu saja akan lebih baik bagi wanita hamil untuk tidak merokok atau

vaping. Tetapi bagi mereka yang benar-benar kesulitan untuk berhenti

merokok, beralih ke vape merupakan pilihan yang lebih aman. da penelitian

pembanding lainnya. Menurut penelitian tersebut, dikatakan bahwa

penggunaan rokok elektrik saat mengandung TIDAK menyebabkan kondisi

tidak normal pada bayi ataupun kelahiran prematur. Hasil penelitian

8
menunjukkan bahwa seroang ibu pengguna rokok elektrik dan bayi yang

lahir tampak serupa dengan yang bukan perokok. Mereka menambahkan

bahwa jika seorang wanita hamil memilih untuk menggunakan rokok

elektrik dan jika itu membantunya untuk tetap bebas rokok, maka tidak

benar memojokkan mereka untuk tidak melakukannya. Tingkat

formaldehida yang terdeteksi konsisten dengan kadar udara formaldehida

normal di dalam dan luar ruangan dalam kondisi awal. Selain konsentrasi

formaldehida yang kecil, satu-satunya bahan kimia lain yang dikuantifikasi

adalah etanol (alkohol) dan isopropil alkohol. Studi ini menambah bukti

bahwa dalam kondisi kehidupan nyata, “secondhand vaping” tampaknya

tidak menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan, terlepas klaim dari

banyak organisasi anti-vaping di luar sana. Sebagian besar bahaya dari

merokok berasal dari menghirup asap tembakau yang mengandung sekitar

4000 bahan kimia yang sebagian besar beracun. Walaupun nikotin yang

membuat produk tembakau sangat adiktif, namun nikotin sendiri relatif

tidak berbahaya. Terapi pengganti nikotin seperti permen karet nikotin juga

banyak digunakan untuk membantu seseorang untuk berhenti merokok dan

merupakan bentuk pengobatan yang aman, termasuk selama kehamilan.

2.1.8 Manfaat dan Kerugian Rokok Elektrik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan RI tahun 2015 ada beberapa

manfaat maupun dari rokok elektrik, yaitu :

a. Manfaat

Rokok elektrik pada awalnya diciptakan sebagai salah satu alat yang

digunakan untuk berhenti merokok atau terapi pengganti nikotin (Nicotine

9
Replacement Therapy, NRT) dengan cara mengurangi kadar nikotin rokok

elektrik yang secara bertahap di bawah supervisi dokter.

b. Kerugian

1) Dapat menimbulkan masalah adiksi karena kandungan nikotin pada

liquid rokok elektrik dapat menimbulkan rasa ketagihan dan dapat

meningkatkan kada plasma nikotin pada penggunaannya yang akan

menyebabkan peningkatan adrenalin dan tekanan darah, serta

meningkatkan kadar plasma karbonmonoksida dan frekuensi nadi yang

dapat mengganggu kesehatan.

2) Dapat disalah gunakan dengan memasukkan berbagai macam bahan

ilegal seperti marijuana, heroin dan lainnya.

3) Mantan perokok kembali merokok karena adanya suatu penyataan

bahwa produk rokok elektrik aman untuk digunakan.

4) Bahan perisa (flavouring) yang digunakan juga dpaat berbahaya bagi

kesehatan tubuh seperti apabila kita menghisapnya keparu. Bahan perisa

ini sangat kid friendly sehingga dapat menarik untuk anak-anak dan

remaja dan bahan perisa digunakan sebagai unsur dominan sebagai

pengganti nikotin apabila pengguna rokok elektrik ini sengaja

memasukkan bahan perisa kedalam paru maka akan mengganggu

kesehatan paru.

5) Resiko bertambahnya perokok pemula yang sebelumnya seseorang

belum pernah merokok maka akan memulau mencobanya. Data

pengguna rokok elektrik di beberapa negara terus mengalami

10
peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun belakangan ini,

terutama pada usia remaja dan pelajar ataupun mahasiswa.

6) Mantan perokok kembali merokok karena adanya suatu pernyataan

bahwa produk rokok elektrik aman untuk digunakan.

7) Me-renormalisasi perilaku merokok, artinya bahwa rokok elektrik ini

dapat meningkatkan daya tarik terhadap rokok konvensional, karena

desain rokok elektrik yang dianggap produk imitasi dari rokok

konvensional, sehingga akhirnya perilaku merokok konvensional

dianggap perilaku yang bukan negatif dan biasa-biasa saja. Dengan

demikian penggunaan rokok elektrik dapat diterima disosial dari perilaku

merokok.

8) Rokok elektrik dapat mengganggu kebijakan KTR (Kawasan Tanpa

Rokok) (BPOM, 2015)

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan rokok elektrik

Menurut jurnal penelitian dari Marzena Hiler (2019) faktor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan rokok elektrik sebagai berikut:

a. Rokok berbagi pasar seperti rokok elektrik, rokok elektrik adalah perangkat

dengan tenaga baterai yang melarutkan rasa dan nikotin yang menghasilkan

uap dan dan menjadi ketergantungan dari pengguna rokok elektrik itu

sendiri.

b. Rokok elektrik semakin populer dan telah menjadi produk yang paling

umum digunakan di kalangan kaum muda di Amerika Serikat. Apalagi

banyak pengguna rokok elektrik saat ini pernah merokok tembakau.

11
c. Pemuda yang tidak menggunakan rokok bisa menjadi pengguna rokok

elektrik dikarenakan gaya di lingkungan itu sendiri yang menyebabkan

pemuda tidak pernah merokok menjadi pengguna rokok elektrik.

d. Adanya ketergantungan dari kadar nikotin, sehingga menyebabkan

pengguna rokok tembakau menggunakan rokok elektrik.

e. Adanya pengaruh sosial dari penggunaan rokok elektrik

f. Adanya pengaruh dari sosial media yang mengiklankan produk rokok

elektrik.

2.2.1 Ketergantungan Nikotin

Nikotin adalah zat adiktif dalam tembakau yang menyebabkan para perokok

menjadi ketergantungannya pada rokok. Dalam satu rokok dosis nikotin tidak

mengancam jiwa, tetapi akan memberikan efek adiktif, sedangkan menghirup

bahan kimia lainnya menyebabkan resiko kesehatan. Kandungan nikotin didalam

rokok sangat cepat diserap ke dalam peredaran darah yaitu dengan waktu 10 detik

hingga mencapai otak. Ini adalah salah satu alasan mengapa merokok memiliki

potensi yang tinggi menjadi perilaku adiktif (Broms, 2008). Dependen atau

ketergantungan adalah pola maladaptif dari penggunaan suatu zat atau

penggunaan yang secara konfulsif meskipun kesadaran alasan substansi untuk

tidak menggunakannya. Ketergantungan nikotin atau nikotin dependen ditandai

dengan adanya gangguan konsentrasi, mudah marah, gelisah, insomnia, lapar dan

perubahan pada mood (Tomb, 2004).

Terdapat faktor fisik maupun psikologis lain yang dapat mempengaruhi

seseorang menjadi kecanduan nikotin, berikut ini merupakan keadaan atau

perilaku yang berhubungan dengan rasa ingin merokok, yaitu:

12
a. Pada waktu tertentu menimbulkan rasa yang lebih besar untuk merokok

contohnya pada siang hari pada jam istirahat kerja dengan secangkir kopi

atau setelah melakukan tugas-tugas rutin.

b. Sestelah makan, individu perokok memiliki keinginan untuk merokok pada

saat setelah makan.

c. Alkohol, individu perokok yang menggunakan alkohol mengatakan bahwa

tembakau dan alkohol harus dinikmati bersamaan.

d. Pada tempat tertentu seperti toilet, bar atau tempat parkir para perokok

memiliki keingingan untuk merokok.

e. Merokok dengan beberapa orang, pada saat individu bertemu dengan orang

lain yang juga merokok maka individu akan merasa ingin merokok juga.

f. Saat stress, ketika perokok sedang merasa tertekan biasanya mereka akan

memiliki dorongan untuk merokok.

g. Bau tembaka, ketika individu mencium bau tembakau dari orang lain maka

akan memicu individu tersebut ingin merokok.

h. Mengemudi, ketika individu sedang berkendara sendirian akan

menimbulkan keinginan untuk merokok.

i. Cuaca dingin, bagi beberapa perokok, merokok disaat cuaca dingin dapat

menyebabkan tubuh terasa hangat.

Untuk menentukan seseorang terdiagnosis ketergantungan nikotin ada

beberapa kriteria berdasarkan American Psychiatric Association yang setidaknya

seseorang menunjukkan 3 kriteria DSM-IV-TR selama periode 12 bulan, yaitu

dengan kriteria:

13
a. Toleransi, yaitu seseorang akan menunjukkan tanda-tanda toleransi dengan

jumlah kebutuhan nikotin yang meningkat untuk memenuhi efek yang

diinginkan.

b. Penarikan, yaitu seseorang akan menunjukkan gejala atau sindrom dari

penarikan.

c. Nikotin digunakan dalam jumlah yang banyak dan lebih lama dari apa yang

telah direncanakan.

d. Pengguna memiliki keinginan yang terus menerus untuk berusaha

mengurangin penggunaan tembakau.

e. Banyak waktu yang habis mendapatkan atau menggunakan zat atau

tembakau.

Kegiatan sosial, pekerjaan, rekreasi berkurang karena penggunaan dari

tembakau (WHO, 2015).

2.2.2 Terapi Pengganti Rokok (Nicotine Replacement Therapy)

Nicotine Replacement Therapy (NRT) adalah suatu metode yang

menggunakan alat untuk memberikan nikotin yang dibutuhkan olh seorang

perokok tanpa adanya pembakaran tembakau yang merugikan. Tujuan dari NRT

yaitu untuk menghilangkan pembakaran tembakau dan salah satu sarana alternatif

pemberian nikotin tetapi pada prakteknya NRT sering dipakai sebagai saran alat

bantu program berhenti merokok untuk mencegah withdrawal effect nikotin

dengan menurunkan dosis nikotin secara bertahap (Tanuwihardja & Agus, 2012).

Menurut Tanuwihardja & Agus (2012) ada beberapa jenis Nicotine

Replacement Therapy (NRT) yaitu:

a. Nicotine Skin Patch

14
Jenis NRT ini digunakan setiap hari dan diganti setiap 24 jam. Cara

penggunaanya yaitu dengan meletakkan pada area kulit yang tidak tumbuh

rambut yang berbeda-beda di antara pinggang hingga leher untuk mencegah

iritasi pada kulit.

b. Nicotine Gum dan Lozanges

Jenis ini digunakan dengan cara dikkunya 1-2 buah setiap jam dengan

maksimal penggunaan 20 buah dalam sehari. Penggunaan jenis ini dapat

meningkatkan kadar nikotin darah setelah 2 jam.

c. Nicotine inhaler

Penggunaan nicotine inhaler ini maksimal hingga 16 kali dalam sehari.

Nicotine catridges yang berisi nikotin dimasukkan kedalam inhaler dan

duapkan selama 20 menit. Penggunaan jenis ini memiliki inset yang cepat.

Cara pengunaannya yaitu dihisap ke mulu lalu diabsorpsi dimulut dan paru

serta meningkatkan kadar nikotin darah dalam waktu 20 menint.

d. Nicotine nasal spray

Jenis alat ini cara pengunaanya dengan menyemprotkan kedalam hidung

yang akan memberikan dosis nikotin lebib cepat yaitu kada nikotin dapat

meningkat dalam 5-10 menit setelah pemakaian.

e. Electronic cigarette (Rokok Elektrik)

Rokok elektrik atau e-cigarette merupakan salah satu terapi penggantu

rokok (Nicotine Replacement Therapy) yang cara kerjanya menggunakan

listrik dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap.

15

Anda mungkin juga menyukai