Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam dunia keperawatan, hubungan antara perawat dan klien


sangat menentukan keberhasilan dalam praktek keperawatan yang
dilaksanakan oleh perawat tersebut. Hal ini berhubungan dengan
kepercayaan antara klien pada perawat. Jika klien tidak percaya pada
perawat, akan sulit membangun kerja sama yang akan meningkatkan
taraf kesehatan klien.

Sehinggga hubungan seseorang dengan orang lain sangat


berpengaruh, tidak hanya bagi perawat, tetapi bagi semua orang. Hal
ini juga berhubungan dengan manusia sebagai makhluk social,
sehingga membutuhkan hubungan dengan orang lain yang baik agar
hidupnya dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Hubungan dengan orang lain juga akan membentuk persepsi


orang lain pada pelaku tersebut, hubungan yang baik akan
memberikan hasil yang baik dan positif bagi orang tersebut danjuga
akan memberikan nilai-nilai positif.

Hubungan ini didukung oleh kesamaan persepsi, kesamaan


dalam penafsiran, kemampuan mendengar yang baik, dan tidak
memandang status sebagai penghalang.

1.2 Masalah

Hubungan akan mengalami hambatan ketika pelaku-pelaku


dalam hubungan itu tidak dapat menyamakan persepsinya, tidak
dapat menafsirkan apa yang disampaikan oleh pelaku, memandang
status sebagai hal penting dalam hubungan, dan kemampuan
mendengar yang kurang yang berhubungan dengan kemampuan
pengkodean saat komunikasi yang merupakan kunci utama dalam
segala hubungan.

Dalam tulisan ini, akan dibahas kesulitan-kesulitan dalam


hubungan orang lain. Agar dapat dipelajari agar para pembaca dapat

1
menghindari atau mengatasi kesulitan dalam hubungan dengan orang
lain agar terjadi keefektifan dalam hubungannya dengan orang lain.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Penulisan makalah ini bertujuan agar pembaca


memahami dan dapat mempelajari kesulitan-kesulitan dalam
hubungan dengan orang lain.

1.3.2 Tujuan khusus

Penulisan makalah ini bertujuan agar para pembaca


khususnya mahasiswa dapat menjabarkan dan mengerti
kesulitan-kesulitan dalam hubungan dengan orang lain
khususnya:

1. Perbedaan antar individu


2. Perbedaan dalam persepsi
3. Perbedaan dalam kemampuan mendengar
4. Perbedaan dalam penafsiran
5. Perbedaan dalam status

2
BAB II

KESULITAN dalam HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN

Kesulitan dalam hubungan dengan orang lain akan sangat


mempengaruhi konsistensi dan kemampuan seseorang dalam bersosialisai,
memberikan dan mendapatkan kepercayaan kepada orang lain. Hal ini
sangat dibutuhkan oleh perawat yang mana berhubungan langsung dengan
orang lain. Kesulitan ini antara lain : perbedaan antar individu, perbedaan
dalam persepsi, perbedaan dalam kemampuan mendengar, perbedaan dalam
penafsiran, dan perbedaan dalam status.

2.1 Perbedaan antar individu

”manusia itu unik”. Tidak ada manusia yang memiliki


kesamaan seutuuhnya dibumi ini walaupun ia memiliki kembar
identik. Ketidaksamaan atau perbedaan ini sangat mempengaruhi
hubungan seseorang dengan orang lain.

Berdasarkan falsafah TAO, ada dua perbedaan yang menjadi


faktor penting dalam pembentukan hubungan dengan orang lain,
yaitu:

a. Kemampuan diri pribadi.


Maksudnya adalah kemampuan diri yang kita miliki, misalnya:
keahlian teknik, ketrampilan memasak, kemampuan berdagang,
bakat menulis, dll. Di dalam Tao ( ), kita diajarkan untuk
menemukan dan menjadi diri kita sendiri. Jadi kalau kita
mempunyai bakat sebagai pelukis, janganlah kemudian
menghindari kemampuan itu dan jangan pula membandingkannya
dengan orang yang berbakat lain, misalnya penyair.
Kita adalah mahluk sosial yang tinggal bersama-sama. Oleh
karena itu, tentunya tiap orang memiliki fungsi sendiri-sendiri.
Kalau semua orang ingin menjadi pedagang, lalu bagaimana jika
ada yang sakit? Siapa yang akan mengobati?
Jadi kalau kita memiliki bakat melukis, kembangkanlah bakat
tersebut. Kemampuan kita merupakan modal awal diri kita untuk
dapat beraksi dalam masyarakat, serta menerapkan disiplin ilmu
yang kita peroleh.

3
b. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara antar
pribadi (Interpersonal skill).
Kemampuan ini adalah kemampuan yang kita miliki untuk
bekerja sama, berkomunikasi, dan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah. Dalam hal ini yang dapat menjadi
pedoman adalah sadar (Wu) dan alamiah.
Seperti kita ketahui bahwa setiap individu memiliki
karakteknya masing-masing. Oleh karena itu kita perlu
bertenggang rasa dan juga menyadari karakter kita, kelebihan
maupun kekurangannya. Dengan menyadari dan menerima diri
apa adanya, maka kita dapat bersikap wajar.
Suatu perilaku yang dibuat-buat akan menimbulkan kesan
yang kurang baik. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa kita dapat
bertindak sekehendak hati kita tanpa mempertimbangkan situasi
dan kondisi dimana kita berada. Sebagai manusia, sudah
seharusnya kita tahu bahwa sebagai mahluk sosial kita perlu
menyesuaikan diri dengan lingkungan kita. Kemampuan
beradaptasi ini tetap diimbangi oleh prinsip-prinsip yang kita
pegang teguh.

Dua hal diatas memberikan kontribusi yang tinggi pada


hubungan, dengan orang lain yang mana dapat menurunkan
hubungan jika dua hal diatas tidak terlaksana atau tersalurkan dengan
baik.

2.2 Perbedaan dalam persepsi

Dilihat dari berbagai sumber, persepsi diartikan sebagai proses


dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang
mempengaruhi indra kita. Persepsi adalah proses mental yang terjadi
pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita
mendengar, melihat, merasakan, dan meraba disekitar kita dengan
indera.

Menurut William James, persepsi adalah pengalaman yang


terbentuk berupa data-data yang di dapat melalui indera, dan
merupakan hasil pengolahan otak dan ingatan. Sedangkan menurut
penulis, persepsi adalah sebuah proses berpikir yang ditangkap oleh

4
alat indera yang berasal dari lingkungan sebagai wujud hasil
pengolahan otak dengan ingatan.

Persepsi memiliki beberapa peran diantaranya menilai suatu


keadaan dan mengenali apa yang tengah kita amati dan bertindak
sesuai dengan rangsangan yang tertangkap oleh indra.

Persepsi yang merupakan bentuk hasil berpikir bisa saja


berbeda antara orang satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini
biasanya disebabkan oleh perbedaan pengalaman yang pernah
dirasakan setiap orang. Misalnya saja bagi si A ketika melihat
temannya tertunduk sambil memegang kepala sudah menunjukkan
bahwa teman tersebut pusing. Tapi berbeda dengan si B yang
memendang bahwa teman tersebut sedang berpikir keras.

Perbedaan persepsi ini akan berdampak pada perbedaan


perlakuan yang akan kita tunjukkan atau respon kita. Selain hal ini
dampak lain misalnya timbulnya konflik karena perbedaan respon.

Sehingga jika dalam suatu hubungan terjadi perbedaan


persepsi, akan mengakibatkan munculnya konflik dalam hubungan
tersebut. Konflik yang tidak dapat terselesaikan akan menjadikan
suatu hubungan rusak atau bahkan hancur tercerai berai.

Di samping menghindari hambatan-hambatan potensial dalam


berbagai proses persepsi yang di kemukakan sebelumnya dan
menerapkan ketiga strategi untuk mengurangi ketidakpastian serta
menyelaraskan persepsi. Beberapa saran yang akan membantu :

1. Sebaiknya kita mencarilah berbagi petunjuk yang menunjuk


kearah yang sama. Makin banyak petunjuk perceptual yang
menuju ke arah yang sama, makin besar kemungkinan kesimpulan
kita benar
2. Berdasarkan pengamatan kita atas perilaku, maka dapat kita
rumuskan hipotesis
3. memperhatikan petunjuk-petunjuk yang kontradiktif, petunjuk
yang akan menolak hipotesis awal
4. Jangan menarik kesimpulan sampai kita memiliki kesempatan
untuk memproses beragam petunjuk
5. Ingat bahwa betapa pun banyaknya perilaku yang kita amati dan
betapa pun cermatnya kita meneliti perilaku ini, kita hanya dapat
menduga apa yang ada dalam benak orang lain

5
6. Jangan menganggap orang lain seperti kita, berpikir seperti cara
kita berpikir atau bertindak seperti yang kita lakukan, menyadari
keragaman manusia
7. Waspada terhadap bias kita sendiri sebagai contoh hanya
menerima hal-hal positif pada diri orang yang anda sukai dan
hanya menerima hal-hal yang negative pada diri orang yang tidak
kita sukai.

2.3 Perbedaan dalam kemampuan mendengar

Komunikasi adalah factor utama dalam menjalin hubungan.


Dalam komunikasi verbal pendengaran baik adalah kunci utama.
Sehingga dapat dipastikan dengan jelas bahwa kemampuan
mendengar yang kurang baik akan mengakibatkan kegagalan
komunikasi dan berdampak pada kegagalan suatu hubungan.

2.4 Perbedaan dalam penafsiran

Tidak jauh berbeda dengan persepsi, penafsiran juga


berdampak negative pada hubungan jika tanggapan orang lain pada
pelaku kurang. Tetapi penafsiran lebih menjurus pada kemampuan
seseorang mengkodekan (encoding) ide yang disampaikan oleh
pelaku hubungan tersebut pada pelaku yang menerima ide tersebut.

Penafsiran yang salah juga erat kaitannya dengan keadaan


konsentrasi seseorang yang sedang menurun. Sehingga akan lebih
baiknya jika seseorang dapat menetukan waktu dan relevansi yang
tepat.

2.5 Perbedaan dalam status

Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat,


berpikir, dan merasakan. Budaya merupakan bentuk kondisi yang
menunjukkan dirinya melalui tingkah laku, bahasa, pembawaan, nilai,
dan gerakan tubuh merefleksikan asal budaya. Budaya merupakan
cara klien dan perawat melakukan hubungan satu sama lain dalam
berbagai situasi. Perawat belajar mengetahui makna budaya dalam
proses komunikasi. Pengaruh kebudayaan menetapkan batas
bagaimana seseorang bertindak dan berkomunikasi.

6
Budaya juga mempengaruhi metode komunikasi tentang gejala
atau perasaan menderita pada orang lain. Perbedaan muncul dalam
penyikapan dari atau ketika keinginan untuk menunjujkan emosi dan
informasi psikologi pada orang lain. Misalnya, orang amerika dan
orang eropa lebih terbuka dan ingin mendistribusikan masalah yang
pribadi sedangkan orang amerika latin, afrika dan asia enggan untuk
mengemukakan masalah pribadi atau keluarga pada orang asing
seperti perawat atau dokter.

Berbeda dengan budaya barat yang demokrasi, Indonesia


memiliki budaya dan menganut timur. Dalam bermasyarakat
seringkali terjadi perselisihan karena merasa adanya perbedaan
status, tak jarang seseorang dipandang rendah karena status sosialnya
walaupun secara agama, tuhan tidak pernah membedakan atau
memandang manusia dalam bentuk status sosialnya.

Dengan budaya seperti ini akan merusak hubungan pelaku-


pelakunya, orang yang merasa status sosialnya lebih tinggi akan
merasa rendah jika berhubungan dengan orang yang status sosialnya
rendah walaupun saat itu hubungan mereka sangat dibutuhkan oleh
orang yang merasa status social mereka lebih tinggi. Begitu juga
sebaliknya, kebanyakan masyarakat Indonesia yang merasa status
sosialnya lebih rendah, “minder” untuk membangun hubungan
dengan masyarakat “golongan atas”.

Sebagai perawat professional, hal ini harus segera dihilangkan,


Karena klien seorang perawat tidak hanya pejabat, tetapi lebih banyak
pada masyarakat golongan “tidak mampu”.

BAB III

7
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perbedaan adalah hal wajar dalam kehidupan bermasyarakat,


sehingga pelaku-pelaku yang melakukan dan membutuhkan
hubungan dengan orang lain harus memandang penting hal-hal yang
dapat merusak atau menghambat hubungan seperti perbedaan antar
individu, perbedaan persepsi, perbedaan dalam pendengaran,
perbedaan penafsiran, dan perbedaan dalam status.

Hal ini harus diperhatikan seorang perawat karena merupakan


suatu profesi yang bersentuhan langsung dengan menjalin hubungan
baik dan saling percaya antar klien dan perawat.

Sehingga perawat dituntut agar dapat mengatasi perbedaan-


perbedaan yang menjadi kunci dalam kesulitan membangun
hubungan dengan orang lain khususnya dengan klien.

3.2 Saran

Perawat harus mampu melakukan penetrasi secara baik pada


klien agar tercipta suasana terapeutik dan mendapat kepercayaan
penuh dari klien dengan membangun hubungan baik. Hal ini dapat
dicapai dengan mengerti “penyulit” yang mungkin dapat merusak
hubungannya dengan klien dan sedapat mungkin mengurangi
hambatan-hambatan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

8
1. Potter, Patricia A, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4
volume 1, EGC, Jakarta

2. http://www.akupercaya.com/diskusi-general/12580-perbedaan-
status-sosial-masih-ada.html

3. http://indonesia.siutao.com/

Anda mungkin juga menyukai