Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KISTA OVARIUM


DIRUANG ASTER RSU KABUPATEN TANGERANG
TANGGAL 13-23 AGUSTUS 2019

Disusun Oleh:
1. Sindy Pratiwi (17214142)
2. Siti Fatmawati (17214144)
3. Siti Ika Paujiyah (17214146)
4. Siti Srimulyati (17214150)
5. Sugi Yanti (17214153)
6. Sulistiyowati (17214155)
7. Tika Fatmala (17214159)
8. Vera Lisnayanti (17214163)
9. Winda Astuti (17214166)
10. Yuyun Astuti (17214169)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2018/2019


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI TANGERANG
JL. Aria Santika No.40A Margasari, Tangerang-Banten
Telp. (021)55726558/5572597
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN KLINIK I

ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG ASTER

RSUD KABUPATEN TANGERANG

Telah disetujui untuk disajikan sebagai presentasi laporan praktek keperawatan


klinik I Asuhan Keperawatan pada tanggal 01 Oktober 2019

Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ns. Yunike.,S.Kep Ns.Eli Hernaningsih, S.Kep

Kaprodi keperawatan

Ns. febi ratnasari, S.Kep,M.kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“Kista Ovarium” hingga selesai.

Makalah ini telah kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini,
yaitu :

1. ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya.


2. Ibu Ida Farida, S.Kep., M.Kes., selaku ketua STIKes Yatsi Tangerang.
3. Ibu Ns. Febi Ratnasari., M.Kep., selaku kaprodi S1 Keperawatan.
4. Ibu Ns.,Yunike., S.Kep., selaku Dosen Pembimbing.
5. Ibu Ns.,Eli Hernaningsih S.Kep., selaku pembimbing CI lahan.
6. Teman-teman yang telah membantu pembuatan makalah ini, dan semua pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasa dalam makalah
ini. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari teman-teman agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun insipirasi
terhadap pembacanya.

Tangerang, 22 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang
besar,kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam
kehamilan,tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid,
kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat
menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-
halangi masuknya kepala ke dalam panggul.Ovarektomi adalah operasi
pengangkatan dari ovarium atau indungtelur. Tetapi istilah ini telah
digunakan secara tradisional dalam penelitianilmu dasar yang
menggambarkan operasi pengangkatan indung telur.(Wiknjosastro, 2005).
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker
ovarium.Kanker ovarium merupakan penyebab kematian dari semua
kanker ginekologi. Di Amerika Serikat pada tahun 2009 diperkirakan
jumlah penderita kanker ovarium sebanyak 23 .400 dengan angka
kematian sebesar13.900 orang. Tingginya angka kematian karena penyakit
ini sering tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga tidak
diketahui dimana sekitar 60% - 70% penderita datang pada stadium lanjut.
(Brunner &Suddarth, 2001).
Kista ovarium merupakan kanker yang menyebabkan kematian
wanita. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karna penyakit ini
pada awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan
apabila sudah terjadi metastesis sehingga 60-70% pasien datang pada
stadium lanjut. Diindonesia kanker kista ovarium menduduki urutan ke-7
berbahaya dari gangguan sistem reproduksi pada wanita setelah kanker
serviks. Pada dasarnya penyakit kista terbagi menjadi dua bagian,
penggolongannya didasarkan pada bentuk dan proses penyembuhannya.
Untuk itulah, diperlukan pemahaman dan pengetahuan tentang gejala-
gejala kista dan peningkatan upaya pencegahan secara dini penyakit kista.
Karena semakin dini terdeteksi maka semakin besar pula kesempatan
untuk sembuh.

B. Rumusan Masalah
Kasus kista ovarium yang terjadi di Indonesia cukup tinggi dan
menduduki urutan ke 7. Berdasarkan data dan kondisi tersebut kami
tertarik untuk menulis asuhan keperawatan tentang penyakit kista ovarium.
Kista ovarium merupakan penyakit dari gangguan sistem reproduksi pada
wanita setelah kanker serviks.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa
dapat membaca dan mempelajari tentang kista ovarium
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah
b. Mahasiswa mampu mengetahui tentang penyakit kista ovarium

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Pembaca
Sebagai sumber informasi yang sangat berguna dalam menambahkan
pengetahuan dan wawasan. Sebagai sumber informasi yang sangat
penting untuk kita aplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.
2. Untuk Mahasiswa
Sebagai referensi informasi keperawatan anak dalam penyakit kista
ovarium.
3. Untuk Penulis
Memberikan pengetahuan tentang penyakit kista ovarium, sebagai
bahan acuan untuk penulisan makalah selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar,
kistik maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346). Kista
ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho, 2010:
101)
Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi
cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kistaindung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas
sampaimenopause, juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012).
Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di
dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena
terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17)

Gambar : Rahim normal dan kiata ovarium


Sumber : http://kistaovarium.org/
2.2 KLASIFIKASI
Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :
1. Tipe Kista Normal
Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling
banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum,
terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada
masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap
dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista
folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari:
kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu,
tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu
6 – 8 minggu.

Gambar : kista ovarium fungsional


Sumber : http://kistamioma.com/tag/kista-ovarium-fungsional

2. Tipe Kista Abnormal


a. Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.
Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat
menimbulkan nyeri.
b. Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista
coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
c. Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti
kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan
di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak
menimbulkan gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang
berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.

Gambar : kista corpus luteum


Sumber : http://www.ladycarehealth.com/causes-of-different-
ovarian-cysts/
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan.
Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Kista
polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan
untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan
dan rasa sakit.

Gambar : kista polikistik ovarium


Sumber : http://pcos-disease.blogspot.com/2010/11/polycystic-
ovarian-syndrome_06.html

2.3 ETIOLOGI
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh
gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat
hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau
mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus
luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena
tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay
bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain
adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya
pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104),
kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala
sampai periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala
ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.

2.5 PATHOFISIOLOGI

Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan


folikel yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk
kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk
beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pertengahan siklus,
folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan
oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang
pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-
tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari
proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak
(Nugroho, 2010).
2.6 PATHWAY
(Terlampir)
2.7 KOMPLIKASI
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat
terjadi pada kista ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak
kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista
yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang
hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga
mengakibatkan edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi yang
cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan
diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau
ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat
berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi biasanya
unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang
tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini
paling sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi
nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual dan
muntah. Dapat terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah
terapi pilihan, adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji,
adneksa gangren dibuang, setiap kista dibuang dan dievaluasi secara
histologis.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada
saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul
secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam
rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai
tanda-tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya
asites dalam hal ini mencurigakan. Massa kista ovarium berkembang
setelah masa menopause sehingga besar kemungkinan untuk berubah
menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan
pemeriksaan pelvik menjadi penting.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat
diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan
yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan
dapat membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara
yang dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah
(Bilotta, 2012 :1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuahtumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan
sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah
tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak.

Gambar: USG kista ovarium


Sumber:http://forum.detik.com/niwana-sod-mampu-menyembuhkan-penyakit-
kronis-seperti-kanker-kista-dll-t137091.html

3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat
dilihat adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.
Perludiperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

2.10 PENATALAKSANAAN

1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor
(dipantau) selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang
dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil
jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka
tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22
gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan
biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita
menopause yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi
pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium.
Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis
ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian
cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba
fallopi, maka disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain
tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak,
kondisi ovarium dan jenis kista.

Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit


(twisted) dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan
tindakan darurat pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan
posisi ovarium menurut Yatim, (2005: 23)

Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim,


(2005: 23) yaitu:

a. Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada


pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara
ini, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul 23 dengan
melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah
dengan garis rambut kemaluan.
b. Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan
laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses
keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan,
operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak
sekitar serta kelenjar limfe.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

1. Langkah I (pertama) :
Penumpulan Data Dasar pada langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Perawat menggumpulkan data dasar awal yang lengkap.
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada
dokter dalam 30 manajemen kolaborasi perawat akan melakukan
konsultasi. Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan pasien. (Muslihatun, dkk. 2009: 115).
A. Data Subyektif
1) Identitas pasien
a. Nama : Ny. Y
b. Umur : 38 th
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Suku/bangsa : Indonesia
f. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
g. Alamat : Kp Babat RT 02/02, Parung Panjang

2) Alasan Kunjungan Alasan apa yang mendasari ibu datang.


Tuliskan sesuai uangkapan.
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada saat datang bulan, nyeri pada
bagian abdomen, terdapat benjolan di bagian abdomen
b. Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Tidak ada
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Kista ovarium.
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada
c. Riwayat Perkawinan
Menikah
d. Riwayat menstruasi
Dismenorhea pada saat menstruasi
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Tidak ada
f. Riwayat KB
Tidak ada
g. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Klien makan 3 kali sehari dengan nasi sayuran dan lauk
pauk, dan klien sering mengkonsumsi buah
(2) Eliminasi
Klien BAB 1 kali sehari pada pagi hari, tidak ada bau,
warna kuning kecoklatan,dan konsistensi padat.
Klien BAK setiap 3 jam sekali. Tidak ada bau, warna
kuning bening.
(3) Hubungan seksual
Baik
(4) Istirahat
Ibu tidur 8 jam pada malam hari dan 2 jam pada siang hari
(5) Personal hygiene
Ibu mandi 2 kali sehari pada siang dan sore hari, ibu
mencuci rambut setiap 2 hari sekali, ibu menggosok gigi 3
kali dalam sehari.
(6) Aktivitas
Pekerjaan ibu rumah tangga
B. Data Objektif
Seorang perawat harus mengumpulkan data untuk memastikan
bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam
komponen-komponen pengkajian data obyektif ini adalah:
1) Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
Klien tampak sakit ringan
b. Kesadaran
Compos mentis
c. Vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36,2 ℃
Respirasi : 24 x/menit
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a. Kepala :
Kepala klien terlihat simetris bersih dan tidak ada benjolan,
kulit kepala klien terlihat bersih, rambut berwarna hitam dan
ikal, rambut terlihat kuat dan tidak ada rambut rontok.
b. Muka :
Muka klien terlihat simetris dan tidak ada pembengkakan
c. Mata :
Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
d. Hidung :
Hidung simetris, hidung bersih, hidung tidak ada polip, tidak
ada septumnasi, tidak ada perdarahan dan pembengkakan
e. Telinga :
Telinga klien simetris, bersih, tidak ada lesi dan peradangan,
tidak ada nyeri tekan.
 Tes bisik : normal
 Dengan arloji : terdengar
 Uji weber : seimbang
 Uji rinne : sama dibanding dengan hantaran udara
 Uji swabach : sama
f. Mulut :
Tidak ada kelian kongenital, warna bibir pink, tidak ada lesi ,
bibir tidak pecah-pecah. Gigi klien tidak ada caries tidak ada
stomatitis, warna lidah pink dan tidak ada perdarahan, tidak ada
pembesaran tongsil.
g. Leher :
Bentuk leher simetris, tidak ada peradangan, tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid,
h. Ketiak :
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe
i. Dada :
 Payudara klien simetris, tidak ada pembengkakan,
payudara berwarna coklat, tidak ada lesi, pada putting
klien tidak terdapat pengekuaran cairan, tidak ada
perubahan warna pada areola. Tidak ada nyeri tekan,
payudara terasa kenyal, tidak ada benjolan.
 Pemeriksaan toraks dan paru : bentu toraks normal,
posisi tulang belakang tidak ada kelainan, bentuk dada
simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, pola nafas
nomal, tidak ada sianosis.suara paru normal, suara nafas
bersih.
j. Abdomen :
Bentuk abdomen cembung, terdapat benjolan. Suara usus
normal 25x/ menit. Terdapat nyeri tekan, dan terdapat
pembesaran, abdomen terasa keras. Tidak ada nyeri tekan pada
hepar, ginjal tidak teraba.
k. Ekstermitas atas :
Tangan simetris, tidak ada kelainan, tidak ada fraktur dan
odema jumlah jari normal 10, warna kulit coklat, kuku klien
bersih.
l. Ekstermitas bawah :
Kaki klien simetriss berwarna coklat, tidak ada fraktur dan
edema, bersih dan tidak ada kelainan, reflex pada kaki.
m. Genitalia :
genital terlihat bersih, terdapat rambut pubis, tidak ada lesi,
tidak ada keputihan tidak ada peradangan dan tidak ada
sumbatan pada lubang uretra.
n. Anus :
Tidak terdapat atresia ani, tidak ada tumor dan tidak ada
hemoroid tidak ada jahitan perineum dan tidak ada perdarahan,
tidak ada nyeri tekan pada anus.

2. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan (Muslihatun, dkk.
2009: 115).
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan di interpretasikan
menjadi diagnosa keperawatan dan masalah.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Perdarahan
3. Resiko Infeksi

1) Data Subyektif
Klien mengatakan nyeri pada saat datang bulan, nyeri pada bagian
abdomen, terdapat benjolan di bagian abdomen
2) Data Obyektif
Klien tampak meringis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36,2 ℃
Respirasi : 24 x/menit

B. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkaan pernyataan pasien Data dasar
meliputi:
1. Data Subyektif
Data yang di dapat dari hasil anamnesa pasien.
2. Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.

3. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah


Potensial

Pada langkah ini, perawat mengidentifikasi masalah atau diagnosis


potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi. Jika
memungkinkan, dilakukan pencegahan. Sambil mengamati kondisi
klien, bidan diharapkan dapat bersiap jika diagnosis atau masalah
potensial benar-benar terjadi. Langkah ini menentukan cara perawat
melakukan asuhan yang aman (Purwandari, 2008:79).

4. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan


Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen keperawatann. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan
dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu (Muslihatun, dkk. 2009: 117).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter (Muslihatun, dkk. 2009: 117).

5. Langkah V (kelima): Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh


Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi(Purwandari, 2008: 81).
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut tentang apa yang akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan untuk masalah sosial ekonomi, budaya, atau 40
psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan.
Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
perawat dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
merupakan bagian pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada
langkah ini tugas perawat adalah merumuskan rencana asuhan sesuai
hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya (Purwandari, 2008:
81).

6. Langkah VI (keenam): Melaksanakan perencanaan


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh perawat atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan yang lain. Jika perawat tidak melakukannya sendiri ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien (Muslihatun, dkk. 2009: 118).

7. Langkah VII (terakhir): Evaluasi


Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang
diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Ada kemungkinan rencana
tersebut efektif, sedang sebagian yang lain belum efektif. Mengingat
proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada
rencana asuhan tersebut (Purwandari, 2008: 82).
Langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran dan mempengaruhi tindakan serta
orientasi proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung
di dalam situasi klinis dan dua langkah yang terakhir tergantung pada
klien dan situasi klinis, tidak mungkin manajemen ini dievaluasi dalam
tulisan saja (Purwandari, 2008: 83).

Data Perkembangan
Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau
catatan manajemen keperawatan dapat deterapkan dengan metode SOAP,
yang merupakan singkatan dari:
1. S (Subjektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah
pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari
anamnesis.
2. O (Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah
pertama (pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium) pemeriksaan
diagnostik lain.
3. A (Assessment)
Merupakaan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
4. P (Planning)
Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil
analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraannya.
3.2 Diagnosa Keperawatan NANDA

NO ANALISA DATA DX. KEPERAWATAN


.
1. DS: Domain 12: kenyamanan
P:nyeri berasal dari bekas operasi Kelas 1: kenyamanan fisik
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk 00132: nyeri akut
R : nyeri dibagian abdomen
S : skala nyeri 5
T : nyeri dirasakan setiap 5 menit
dan sering
DO:
-klien tampak meringis nyeri
-tampak tidak nyaman

2. DS : klien mengatakan takut Domain:11


terjadi sesuatu pada bagian bekas keamanan/perlindungan
operasi Kelas: 1 infeksi
DO : terlihat luka jahitan masih Kode: 0000 resiko infeksi
basah

3. DS : klien mengatakan hanya Domain : 4 aktifitas/istirahat


tiduran di tempat tidur, masih Kelas : 2 aktifitas/olahraga
takut untuk bergerak Kode : 00086 hambatan mobilitas
DO : klien tampak kesakitan di fisik
bagian abdomen, tampak klien
masih tiduran
3.3 INTERVENSI

RENCANA KEPERAWATAN
NO DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Domain 12: Setelah dilakukan Domain 1: fisiologi dasar
kenyamanan asuhan keperawatan Kelas E : peningkatan kenyamanan fisik
Kelas 1: selama lebih dari 1 1400 : manajeman nyeri
kenyamanan fisik jam diharapkan -Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
00132: nyeri akut masalah dapat yang meliputi lokasi, karakteristik,
teratasi: onset/durasi, frekuensi kualitas, intensitas
Domain:4 atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
pengetahuan tentang -Ajarkan penggunaan teknik non
kesehatan & farmakologi ( seperti, biofeed back,
perilaku TENS, hyponosis, relaksasis, bimbingan
Kelas Q: kontrol anti sipatif, terapi musik, terapi bermain,
nyeri terapi aktifitas, akupressur, aplikasi
1605: kontrol nyeri panas/dingin dan pijatan, sebelum
-160502: mengenali sesudah dan jika memungkinkan, ketika
kapan nyeri (1-4) melakukan aktifitas yang menimbulkan
-160503: nyeri sebelum nyeri terjadi atau
menggambarkan meningkatkan ; dan bersamaan dengan
faktor penyebab (1- tindakan penurun rasa nyeri lainnya).
4) -Ajarkan metode farmakologi untuk
-160505: menurunkan nyeri
menggunakan
analgesik yang
direkomendasikan
(1-4)

2. Domain 11 Setelah dilakukan Kelas : V manajemen resiko


keamanan/perlindu tindakan asuhan Kode : 6540 kontrol infeksi
ngan keperawatan -Anjurkan pasien mengenai teknik
Kelas: 1 infeksi selama lebih dari mencuci tangan dengan tepat.
Kode: 0000 resiko 1 jam diharapkan -Pastikan teknik perawatan luka yang
infeksi masalah teratasi tepat.
Domain: 4 -Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
pengetahuan tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
tentang kesehatan melaporkannya kepada penyedia
dan perilaku perawatan kesehatan.
Kelas : T kontrol
resiko dan
keamanan
Kode : 1924
kontrol resiko :
proses infeksi
- 192426
mengident
ifikasi
faktor
resiko
infeksi
( 1-4 )
192495
mengidentifikasi
tandan dan gejala
infeksi (1-4)
192411
mempertahankan
lingkungan yang
bersih ( 1-4)

3. Domain : Domain : Setelah dilakukan


4 aktifitas/istirahat asuhan keperawatan Domain : 1. Fisiologi : dasar
Kelas :2 selama lebih dari 1 Kelas : C. Manajemen imobilisasi
aktifitas/olahraga jam diharapkan Kode : 0740. Perawatan tirah baring
Kode : 00086 masalah dapat - gunakan alat ditempat tidur yang
hambatan mobilitas teratasi: melindungi pasien
fisik Domain : 1. Fungsi - aplikasikan aktivitas sehari-hari
kesehatan monitor momplikasi dari tirah baring
Kelas : C. Mobilitas (misalnya, kehilangan tonus otot,
Kode : 0208 nyeri punggung, konstipasi,
pergerakan peningkatan stres, depresi,
- 020801 kebingungan, perubahan siklus tidur,
keseimbangan (1- infeksi saluran kemih, kesulitan dalam
4) berkemih, pneumoniaDomain :
- 020806 berjalan perilaku
(1-4) -
020814 bergerak
dengan mudah
(1-4)

3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Catatan keperawatan
Inisial klien : Ny. Y

Ruang : Aster

Implementasi hari pertama 19 Agustus 2019

Hari ke-1

NO Hari/ Masalah Implementasi Evaluasi paraf


tgl/jam
1 Senin Nyeri akut -Mengkaji skala nyeri S : Klien
19 Hasil : nyeri berskala 5 mengatakan luka
agustus -Mengidentifikasi respons nyeri bekas operasi
2019 non verbal masih nyeri,
jam Hasil: pasien meringis dan tampak skala nyeri 5
08.00 memegang bagian abdomen pasca O : klien tampak
operasi meringis dan
-Menjelaskan strategi meredakan tampak
nyeri memegang
Hasil: pasien melakukan teknik bagian abdomen
distraksi tarik napas dalam untuk A: masalah
meredakan nyeri teratasi sebagian
-Mengkolaborasikan pemberian P: intervensi
analgesik dilanjutkan
Hasil : pemberian Asamefenamat -Mengkaji TTV
3x1 50 mg -Mengkaji nyeri
-Mengkolaboras
kan pemberian
analgesic

2. Senin Resiko -Mengobservasi tanda-tanda vital S : klien


19 Infeksi Hasil : TD : 120/80 Mmhg mengatakan
agustus N: 84 x/mnt takut terjadi apa-
2019 S : 36,5 x/mnt apa pada daerah
RR : 17 x/mnt bekas operasi
Jam -Mengkaji tanda dan gejala infeksi O : tampak luka
10.00 Hasil : pasca operasi dan luka pasca operasi
operasi belum kering, dan belum belum kering
terlihat adanya tanda-tanda infeksi TD:120/80
-Mempertahankan lingkungan Mmhg
yang bersih N: 84 x/mnt
Hasil: lingkungan tampak bersih S: 36,5 x/mnt
RR : 17 x/mnt
A: Masalah
teratasi sebagian
P: Intervensi
Dilanjutkan
-Mengkaji TTV
-Melakukan
perawatan luka
-Memandikan
3. Senin Hambatan -Demonstrasikan pada klien cara S: klien
19 mobilitas mobilisasi miring kiri kanan mengatakan jika
agustus fisik Hasil : klien tampak sulit bergerak sakit
2019 menggerakan tubuhnya karna ngilu dibagian perut
-Melibatkan keluarga untuk O : Klien terlihat
Jam membantu pasien bergerak lemas
12.00 Hasil : ADL dibantu oleh A : masalah
suaminya teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
-Ajarkan mika
miki
-mengkaji skala
nyeri
-Menjelaskan
strategi
meredakan nyeri

Hari ke-2

No Hari/tgl Masalah Implementasi Evaluasi Paraf


/jam
1. Selasa Nyeri akut -Mengobservasi tanda-tanda vital S : klien
20 Hasil : TD : 110/90 mmhg mengatakan
Agustu N : 70 x/menit nyeri dibagian
s 2019 S : 36,6 0C perut bawah
RR: 17 x/menit pasca operasi
Jam -Mengidentifikasi skala nyeri O: Klien
08.00 Hasil : skala nyeri 3 Tampak
-Mengkolaborasikan pemberian meringis dan
analgesik skala nyeri 3
Hasil : cefixme 2x200 mg TD:110/90
Asamefenamat 3x1 50 mg mmhg
N : 70 x/menit
S : 36,6 0C
RR: 17 x/menit
A: masalah
teratasi
sebagian
P: intervensi
dilanjutkan
-mengkaji
skala nyeri
-Menjelaskan
strategi
meredakan
nyeri
-mengkolabora
Sikan
pemberian
analgesic
2. Selasa Resiko -Mengkaji adanya tanda-tanda S: klien
20 infeksi infeksi mengatakan
agustus Hasil : tidak ada tanda-tanda nyaman dan
2019 resiko infeksi rilex
-Melakukan perawatan luka O : tidak
Jam Hasil : luka tampak kering dan Tampak
10.00 tidak ada nanah . adanya tanda
-Memandikan pasien tanda infeksi
Hasil : pasien tampak segar didaerah
abdomen
A: masalah
teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
-Melakukan
perawatan luka
-Mengkaji
TTV
3. Selasa Hambatan -Ajarkan pasien untuk mika miki S : klien
20 mobilitas secara mandiri mengatakan
agustus fisik Hasil : pasien melakukan mika sudah bisa
2019 miki secara perlahan-lahan mika miki
-Mengidentifikasi skala nyeri sedikit sedikit
Jam Hasil : skala nyeri 3 O : Klien
12.00 -Menjelaskan strategi meredakan tampak
nyeri nyaman dan
Hasil : pasien melakukan teknik lebih baik dari
distraksi tarik napas dalam untuk kemarin, skala
meredakan nyeri nyeri 3
A : Masalah
teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
-Mengkaji
skala nyeri
-Menganjurkan
untuk
mobilisasi
secara aktif

Hari ke -3

No Hari/ta Masalah Implemtasi Evaluasi Paraf


nggal
1 Rabu Nyeri akut -Mengidentifikasi skala nyeri S : klien
22 Hasil : nyeri berskala 1 mengatakan
agustus -Mengidentifikasi respons nyeri sudah lebih
2019 non verbal baik
Hasil: pasien tampak sedikit O : klien
Jam meringis dan memegang bagian tampak
08.00 abdomen pasca operasi nyaman dan
-Menjelaskan strategi meredakan rilex
nyeri A : masalah
Hasil: pasien melakukan teknik teratasi
distraksi tarik napas dalam untuk P : intervensi
meredakan nyeri dihentikan
-Mengkolaborasikan pemberian
analgesik
Hasil : pemberian Asamefenamat
3x1 50 mg
cefixme 2x200 mg
2. Rabu Resiko -Melakukan pengantian perban S : Klien
21 Infeksi pada luka pasca operasi mengatakan
agustus Hasil : luka tampak kering dan sudah lebih
2019 tidak ada tanda-tanda infeksi baik
-Mengobservasi tanda-tanda vital O : Luka bekas
Jam Hasil : TD : 120/80 mmhg operasi sudah
10.00 N : 80x/menit mulai kering
S : 37,6 0C A : masalah
RR: 23x/menit teratasi
P : intervensi
di hentikan

3 Rabu Hambatan -Menganjurkan pasien untuk S : klien


21 mobilitas mobilisasi secara aktif mengataka
agustus fisik Hasil : pasien sudah mampu sudah mampu
2019 mobilisasi secara madiri untuk bergerak
-Mengidentifikasi skala nyeri aktif
Jam Hasil : skala nyeri 1 O : klien
12.00 -Menjelaskan strategi meredakan tampak
nyeri bergerak lebih
Hasil : pasien melakukan teknik aktif skala
distraksi tarik napas dalam untuk nyeri 1
meredakan nyeri A : masalah
teratasi
P : intervensi
- dilanjutkan
BAB 1V

PEMBAHASAN

Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi


cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kistaindung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas
sampaimenopause, juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012).
Kista ovarium adalah suatu jenis tumor yang berupa kantong
abnormal berisi cairan yang tumbuh dalam indung telur atau (ovarium).
Penyebab dari kista ovarium belum diketahui dengan pasti ( wahyuni,
2012).

Berdasarkan implementasi yang kami lakukan pada klien ny.Y pada


masalah keperawatan nyeri yaitu menggunakan teknik distraksi visual dan
tarik nafas dalam untuk mengurangi nyeri, dan penanganan nyeri juga
dapat dicapai melalui pemberian obat oral Asamefenamat 3x1 mg.

Kesimpulan yang dapat diambil dari jurnal danimplementasi ini


yang diterapkan pada klien yang mengalami nyeri adalah dengan cara
mengurangi nyeri dengan teknik distraksi visual dan tarik nafas dalam
serta pemberian obat. Hasil dan bagaimana implementasi yang diterapkan
telah kami jelaskan diatas.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi


cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kistaindung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas
sampaimenopause, juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012).

Hasil dari pengkajian didapatkan ny.Y mengeluh nyeri pada luka


operasinya dengan skala nyeri 4, dan klien mengatakan merasakan tidak
nyaman pada bagian abdomen pasca operasi kista. Diagnosa keperawatan
yang didapatkan nyeri akut, resiko infeksi dan hambatan mobilitas fisik.
Rencana keperawatan diberikan kepada ny.Y untuk mengatasi nyeri
dengan menggunakan teknik distraksi, tarik nafas dalam dan
menggunakan obat Asamefenamat 3x1 50 mg. Pada diagnosa resiko
infeksi kami melakukan tindakan mengganti balutan dan melakukan
perawatan luka. Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik, kami melakukan
mika miki terlebih dahulu secara perlahan-lahan untuk mencapai mobilitas
aktif.

B. Saran

Diharapkan sebagai pertimbangan pemberian asuhan keperawatan


yang pernah diberikan sebagai bahan informasi yang dapat membantu
tenaga kesehatan untuk memberikaan pelayanan kesehatan yang optimal di
rumah sakit.

Hasil dari pasien kelolaan ini dapat mengidentifikasi pengaruh


teknik distraksi tarik nafas dalam mengurangi nyeri.

Diharapkan sebagai sarana informasi tambahan atau dapat


digunakan sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
yang membaca. Diharapkan menerapkan teknik distraksi tarik nafas dalam
yang dapat mejadi salah satu intervensi nonfarmakologis yang dapat
dilakukan untuk pasien dengan diagnosa kista ovarium untuk mengurngi
nyeri.
LAMPIRAN

Faktor internal Faktor eksternal

(faktor genetik, wanita (diet tinggi lemak,


yang menderita kanker meroko, minum
payudara, riwayat alkohol)
kolon, gangguan
hormonal)
Gangguan hormon

Gagal sel telur


berovulasi

Menghasilkan hormon
hoposia abnormal

Penimbunan folik

Pematangan gagal dan gagal


melepaskan sel telur

Kista ovarium

v
Post operasi
v

v v

Luka operasi Sirkulasi darah imobilisasi


v v v

Diskontinuitas jaringan Imunitas tubuh


Dx :Hambatan
v v Mobilitas fisik
Dx: Nyeri Akut Dx: Resiko Infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.

Jakarta: EGC
Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta : EGC
Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi
II. Jakarta : EMS, Erlangga Medical Series.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Muslihatun, Nur Wafi. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya

Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.


Yogyakarta : Nuha Medika

Purwandari Atik. 2008. Konsep Keperawatan. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta :


EGC

Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwomo Prawirohardjo

Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer
Obor

Anda mungkin juga menyukai