Anda di halaman 1dari 3

Beginilah Adab Bermedia Sosial

Beginilah Adab Bermedia Sosial

IST.

[Ilustrasi] Media sosial.

PADA Era Digital, publik banyak disuguhi berita-berita yang sangat tidak bertanggung jawab. Berita hoax
merebak kemana-mana. Kalau kita tidak selektif dan klarifikatif (QS. Al-Hujurat [49]: 6), maka informasi
itu akan mengganggu aktivitas dan ibadah kita.

Ketika kita membagikan (sharing) tulisan yang tidak bertanggung jawab, maka akibatnya akan banyak
orang yang tersesat akibat ulah kita. Jika kita tahu berita itu tidak bermanfaat, maka sudah seharusnya
ditinggalkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ِم ْن ُح ْس ِن إِسْاَل ِم ال َمرْ ِء تَرْ ُكهُ َما اَل يَ ْعنِي ِه‬

“Sebaik-baik keislaman seseorang, adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.” (HR.
Tirmidzi).

Sesuai An-Nahl [16] ayat 125, di balik kita men-sharing atau menyampaikan sesuatu lewat media massa
atau media sosial, maka harus dilatari dengan kebijaksanaan, nasihat yang baik dan argumentasi yang
terbaik.

Adab dalam bermedia sosial, tak ubahnya seperti adab kita dalam berinteraksi sehari-hari. Jika dalam
hubungan sosial kita tidak menjaga adab, pasti akan dibenci orang. Demikian pula dalam media sosial,
tulisan yang menyakiti orang pasti akan membekas pada hati mereka. Bedanya, jika dengan lisan akan
terhapus, tapi dengan tulisan kata-kata itu akan tetap ada selama dibaca orang.

Karena itu, salah satu adab yang harus dijaga ketika bermedia sosial adalah menjaga tangan kita dari
segala sesuatu yang menyakiti orang lain. Bisa jadi, orang yang tersakiti tak akan memaafkan mereka.
Apa lagi kalau sudah viral, bagaimana kita akan meminta maaf.

Mau tidak mau memang kita dihadapkan dengan media sosial (jejaring sosial). Karena itu adalah bagian
saran komunikasi dan berbagi masa kini.
Dengan adanya jejaring sosial, seharusnya bisa menambah keimanan dan ketakwaan kita. Ini karena,
dengan media sosial kita lebih mudah mengakses dalil-dalil baik dari al-Qur`an, Hadits, maupun dalil-
dalil lainnya.

Fenomena maraknya berita hoax, dan pembagian berita-berita tak bermutu sudah disinyalir Nabi sejak
lima belas abad yang lalu. Imam Ahmad meriwayatkan:

‫ َو ِك ْت َمانَ َشهَا َد ِة‬،‫ور‬


ِ ‫الز‬ ْ َ‫ َوق‬،‫ َحتَّى تُ ِعينَ ْال َمرْ أَةُ زَ وْ َجهَا َعلَى التِّ َجا َر ِة‬،‫ار ِة‬
ُّ َ‫ َو َشهَا َدة‬،‫ط َع اأْل َرْ َح ِام‬ َّ ‫َي السَّا َع ِة تَ ْسلِي َم ْالخَا‬
َ ‫ َوفُ ُش َّو التِّ َج‬،‫ص ِة‬ ِ ‫أَ َّن بَ ْينَ يَد‬
‫ َوظُهُو َر ْالقَلَ ِم‬،ِّ‫ْال َحق‬

“Sesungguhnya menjelang kiamat, akan terjadi pengkhususan salam hanya untuk orang tertentu,
maraknya perdagangan hingga seorang istri membantu suaminya berdagang, terputusnya silaturahim,
kesaksian palsu, menyembunyikan kesaksian yang benar, dan bermunculannya pena.” (HR. Ahmad).

Banyaknya bermunculan pena maksudnya, tulisan-tulisan begitu banyak hingga menjadi viral.

Postingan-postingan yang banyak seperti yang terjadi sekarang ini adalah indikator kuat terjadinya hari
kiamat. Pada waktu itu umat sudah sampai pada taraf ketergantungan dan hampir tidak bisa pisah
darinya.

Jadi, tersebarnya pena bukan saja berkaitan dengan tulisan belaka. Tapi semua yang dihadirkan melalui
ide atau gagasan kita dalam bentuk tulisan, gambar, slide misalnya, maka itu masuk dalam kandungan
Hadits ini.

Informasi-informasi sekarang begitu deras. Jika kita tidak membekali diri dengan keimanan dan
ketakwaan, maka kita akan kesulitan memfilter informasi yang masuk.

Bagaimana kita mengetaui kebenaran informasi, sementara di media sosial kita tidak ada penanggung
jawab. Semua orang menjadi reporter, editor, dan penyunting atas dirinya sendiri. Jika kata-kata yang
kita produksi tidak disuntung dengan baik, maka akan menyesatkan orang lain.
Pemimpin redaksi Al-Bayan di Arab Saudi menyatakan, “Medan jihad yang paling strategis saat ini adalah
media sosial. Karena itu seharusnya setiap Muslim mengambil peran strategis ini melalui media sosial
yang dimiliki.”

Media sosial seperti pisau bermata dua. Jika digunakan dengan baik, maka akan menyelamatkan kita.
Jika tidak, maka akan menjerumuskan kita. Karenanya, pilihlah jalan surga bersama media sosial. Pilihlah
jalan kebaikan dengan cara menyebarkan kebaikan melalui media sosial. Jagalah adab-adab. Jangan
gampang memfitnah, karena fitnah lebih kejam dari pembunuhan (QS. Al-Baqarah [2] : 191).

Dari pembahasan ini bisa disimpulkan adab yang perlu dijaga dalam bermedsos adalah: Pertama, tidak
asal menyebar berita sebelum diseleksi dan diklarifikasi. Kedua, bekali diri dengan keimanan dan
ketakwaan sebelum mengakses atau memposting tulisan. Ketiga, berjihad menebar kebaikan melalui
media sosial.

Keempat, ekstra hati-hati menjaga tangan dan lisan dari segala sesuatu yang bisa menyakiti orang lain.
Kelima, meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat dari media sosial.* Mahmud Budi Setiawan

Rep: Admin Hidcom

Tentang Kami Informasi Iklan Hidayatullah Pedoman Media Siber Kontak Kami

Anda mungkin juga menyukai