Anda di halaman 1dari 4

Basic Needs and Life Insurance for Earthquake Victims in Central

Sulawesi to Fulfill the SDGs First Goals ‘No Poverty’ in Indonesia

Kemiskinan merupakan isu permasalahan yang terus terjadi tidak hanya di


Indonesia tetapi diseluruh dunia terutama pada Negara-Negara berkembang.
Nampaknya isu kemiskinan ini tidak akan pernah berhenti dan akan terus menjadi
permasalahan yang selalu menghampiri Negara berkembang. Maka dari itu dunia
pun melakukan suatu gerakan untuk memberantas masalah kemiskinan dengan
mengeluarkan deklarasi yang disepakati oleh 189 negara pada september tahun
2000 yang disebut sebagai The Millenium Development Goals (MDG’s) yang
targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada
2015. Dengan tujuan utamanya adalah Eradicate extreme poverty and hunger.

Deklarasi yang dikenal dengan MDGs ini pun terbukti mampu mengurangi angka
kemiskinan hampir setengahnya. Dengan berakhirnya era MDGs, dilanjutkan
dengan era SDGs atau Sustainable Development Goals yang disahkan pada 25-27
September di markas besar PBB. Dengan diluncurkannya SDG's, diharapkan
dapat meneruskan keberhasilan 8 program MDG's dalam menangani masalah
sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup di dunia. SDG's sendiri memiliki 17 tujuan
dan 169 capaian yang diagendakan dalam periode 2015 hingga 2030. Dari
ketujuhbelas tujuan tersebut ‘No Poverty’ ada di urutan nomor 1. Ini
menunjukkan bahwa dalam dunia kemiskinan masih dan mungkin akan terus
dianggap sebagai masalah yang serius.

Angka tersebut menunjukan pengurangan sebesar 633,2 ribu orang dibandingkan


dengan kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12 persen).
Walaupun begitu, Indonesia tetap bisa mengalami penurunan dalam angka
kemiskinan dari tahun ke tahun. Seperti yang dilansir pada laman BPS (Badan
Pusat Statistik), Pada bulan Maret 2018, jumlah penduduk miskin (penduduk
dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di
Indonesia mencapai 25,95 juta orang (9,82 persen).
Persentasi jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami pengurangan, namun
pada tahun 2018 ini Indonesia banyak mengalami musibah bencana alam
diberbagai daerah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat,
selama tahun 2018, terjadi 1.999 kejadian bencana di Indonesia. Dilihat dari
jumlah korban jiwa, kerugian, dan dampak kerusakan lainnya, tahun 2018
merupakan yang terparah dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Salah satu target yang terdapat pada tujuan ‘no poverty’ di SDGs ini adalah
membangun ketahanan masyarakat miskin dan mereka yang berada dalam kondisi
rentan, dan mengurangi kerentanan mereka terhadap kejadian ekstrim terkait iklim
dan guncangan ekonomi, sosial, lingkungan, dan bencana. Poin ini merupakan hal
yang harus diperhatikan melihat dari kondisi wilayah Indonesia yang luas dan
terdiri dari puluhan ribu pulau membuat wilayah Indonesia sangat rentan dengan
bencana, hal ini tentu tidak dapat di biarkan saja mengingat ditahun 2018 ini
Indonesia diterpa banyak sekali musibah.

Seperti yang kita tahu, bencana alam mengakibatkan dampak yang sangat banyak.
Bencana bukan hanya dapat mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi
terganggu tapi bahkan dapat merenggut korban jiwa. Lahan pertanian dan jalur
transportasi yang rusak akibat bencana akan membuat masyarakat kehilangan
bukan hanya sumber daya ekonomi yang dimiliki, tetapi juga akses dan peluang
untuk dapat melakukan kegiatan ekonomi demi menunjang kebutuhan hidup
mereka. Banyak dari korban bahkan kehilangan seluruh harta benda yang mereka
miliki termasuk tempat tinggal yang mengharuskan mereka tinggal di tempat
pengungsian. Maka dari itu bencana alam dapat menyebabkan kemiskinan.

Salah satu bencana yang terparah ditahun 2018 ini adalah bencana gempa bumi
dan tsunami di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah pada
September 2018. Gempa bumi yang berkuatan 7,4 SR ini pun memicu terjadinya
tsunami. Sejak saat itu, ada sedikitnya 500 gempa susulan di Palu, yang sebagian
besar di antaranya tidak dirasakan warga Gempa dan tsunami ini pun melahap
ribuan korban. BNPB mencatat ada sekitar 2.256 orang yang meninggal dunia
serta sebanyak 1.309 orang hilang, 4.612 orang cedera, dan 223.751 orang
mengungsi di. 122 titik akibat bencana di Sulteng. Tidak ada korban yang
ditemukan dalam keadaan hidup sejak pencarian memasuki hari ketiga.

Dampak dari gempa bumi dan tsunami ini sangatlah luar biasa. BNPB mencatat,
hasil penghitungan sementara terhadap kerugian dan kerusakan akibat bencana
berdasarkan data per 20 Oktober 2018, mencapai lebih dari Rp13,82 triliun.
Perkiraan untuk membangun kembali daerah terdampak bencana saat periode
rehabilitasi dan rekonstruksi di Sulteng akan memerlukan anggaran lebih dari
Rp10 triliun. Karena banyaknya bangunan dan infrastruktur serta jalan utama
yang rusak bahkan sampai hancur tak bersisa. Kerusakan tersebut meliputi 68.451
unit rumah, 327 unit rumah ibadah, 265 unit sekolah, perkantoran 78 unit, toko
362 unit, jalan 168 titik retak, jembatan 7 unit, dan sebagainya. Menurut Sutopo,
data tersebut akan bertambah seiring pendataan yang terus dilakukan.

It is a fact that Para korban tidak hanya kehilangan harta benda saja, tetapi kondisi
psikis mereka juga terganggu karena adanya trauma akibat bencana tersebut. maka
dari itu para pengungsi korban gempa. Dan kini banyak yang dari mereka tidak
memiliki apa-apa lagi atau dapat dikatakan mereka menjadi orang yang tidak
mampu. Sebab kegiatan ekonomi mereka terganggu karena tempat kerja mereka
yang rusak dan mereka juga tidak dapat peluang untuk dapat melakukan kegiatan
ekonomi. Perlu waktu bertahun-tahun bagi masyarakat untuk membangun
kembali, walau mungkin mereka tidak pernah bisa melupakan apa yang diambil
dari mereka.

Karena itu Korban yang mengungsi sangat membutuhkan dukungan untuk


kebutuhan-kebutuhan dasar yang mereka perlukan untuk kehidupan sehari-hari.
Para Korban juga membutuhkan dukungan secara psikologis untuk
menyembuhkan trauma trauma yang mereka alami, terutama para anak-anak yang
terpisah dari orangtuanya dan tanpa pendamping.

Permasalahan ini menjadi pekerjaan rumah yang harus segera di selesaikan oleh
pemerintah. Dampak dari bencana juga dapat menghambat pembangunan.
Pemerintah harus memberikan perhatian yang penuh untuk menangani
permasalahan ini dengan berfokus pada penanganan kebutuhan dasar pengungsi
berupa pangan, sandang, dan tempat tingggal. Termasuk soal jaminan hidup
korban bencana. Para korban bencana yang kehilangan tempat tinggalnya juga
membutuhkan hunian sementara dan hunian tetap dalam rangka memenuhi
jaminan hidup mereka.

In conclusion dalam rangka untuk memenuhi target 1.5 tentang membangun


ketahanan masyarakat miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan, dan
mengurangi kerentanan mereka terhadap kejadian ekstrim terkait iklim dan
guncangan ekonomi, sosial, lingkungan, dan bencana, pemerintah harus
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar para korban gempa bumi di sulteng ini
untuk menjamin kehidupan mereka baik dari segi material, rohani serta jasmani.

Namun masalah ini bukan hanya homework untuk pemerintah, tetapi kita sebagai
bangsa Indonesia juga wajib turut turun untuk saling membantu saudara kita yang
tertimpa musibah. Tidak perlu hal yang besar, kita dapat mulai dari yang kecil saja
seperti memberikan pakaian-pakaian bekas yang masih layak pakai, selimut,
maupun barang-barang kebutuhan rumah tangga lainnya yang dibutuhkan. Kita
juga dapat menyumbang beberapa dari penghasilan yang kita punya.
Sesungguhnya berapapun yang kalian sumbangkan itu sangatlah dibutuhkan bagi
mereka yang membutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai