Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ADVOKASI KESEHATAN MASYARAKAT

Tugas ini diajukan untuk Tugas Terstruktur Mata Kuliah Politik Kesehatan

Dosen Pengajar : Rosmariana Sihombing, Dra., M.Si

Afifah Shefira : 113117091

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S1)


STIKES JENDRAL ACHMAD YANI CIMAHI
2020
ADVOKASI KESEHATAN MASYARAKAT

Advokasi adalah sebuah proses yang menggunakan tindakam


strategik untuk mempengaruhi orang lain, menginisiasi perubahan positif
dan menyelesaikan faktor-faktor yang dapat berkontribusi dalam
mewujudkan masyarakat yang lebih sehat. Advokasi berbeda dengan KIE,
karena advokasi memfokuskan pada perubahan kebijakanuntuk
menyelesaikan penyebab lingkungan dan sosial dari sebuah isu, daripada
perubahan perilaku individu.

Advokasi kesehatan masyarakat didefinisikan sebagai sebuah


advokasi yang bertujuan untuk mengurangi kematian atau kecacatan
dalam sebuah kelompok dan yang tidak tebatas pada seting klinis.

Komponen advokasi kesehatan masyarakat

A. Produk advokasi kesehatan masyarakat

Produk akhir dari advokasi kesehatan masyarakat adalah menurunnya


angka kematian dan kesakitan.

B. Proses advokasi kesehatan masyarakat

1. Identifikasi masalah
2. Penelitian dan pengumpulan data
3. Pendidikan profesional dan klinis termasuk pendidikan bagi mereka
yang terlibat dalam upaya penciptaan kebijakan publik misalnya
media.
4. Pengembangan dan promosi peraturan dan perundang undangan
5. Dukungan peraturan dan perundang undangan melalui pemilu dan
tindakan pemerintah
6. Penegakan kebijakan yang efektifProses kebijakan dan hasil
evaluasi
C. Keterampilan dan Tantangan advokasi kesehatan masyarakat
a. Untuk melakukan advokasi secara efektif, terdapat tiga skill utama
yang diperlukan (Johnson, 2009) yaitu :
1. Kemapuan untuk bekerja secara bersama dengan berbagai pihak,
misalnya dengan Pemerintah, DPRD Kabupaten/Kota atau provinsi,
pihak pengusaha, NGOs dan rumah sakit
2. Kemampuan menggunakan media secara strategis, misalnya
media cetak atau televise
3. Kemampuan untuk melakukan analisis secara strategik.
Kemampuan untuk menilai kelebihan dan kekurangan untuk yang
dimiliki sebagai dasar untuk melakukan advokasi terhadap
perubahan yang ingin dicapai.

b. Tantangan advokasi kesehatan masyarakat


Terdapat beberapa tantangan dalam praktek advokasi kesehatan
masyarakat, yaitu :
1. Sifat politik yang mendorong perubahan, selalu terdapat kelompok
yang resisten terhadap perubahan. Kelompok para pengusaha
rokok para pekerja rokok dan juga mungkin pejuang hak asasi akan
menjadi variabep pengganggu dan juga terus berjuang bahwa
rokok telah membiayai negara melalui pajak yang tidak sedikit.
2. Para profesional kesehatan jarang mendapat pelatihan yang
berkaitan dengan advokasi kondisi ini membuat perubahan
perubahan yang diharapkan sulit terjadi secara signifikan
3. Tantangan selanjutnya adalah berkaitan dengan bahasa advokasi
kesehatan masyarakat yaitu linguistik antara pendekatan sosial
yang diperlukan untuk kesehatan masyarakat dan individiual yang
biasanya digunakan dalam isu isu perawatan kesehatan
D. Advokasi media

Advokasi media adalah pendekatan kebijakan yang berorientasi untuk


menggunakan media masa untuk promosi kesehatan

Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Pengertian

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. Tempat
khusus untuk merokok adalah ruangan yang diperuntukkan khusus untuk
kegiatan merokok yang berada di dalam KTR.

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk


masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena
lingkungan tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini
perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses
belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,
tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan, untuk
melindungi masyarakat yang ada dari asap rokok.

Landasan Hukum

Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam


pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, sebagai berikut :

• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang


RumahSakit.
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 113 sampai dengan 116.

• Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan


danPengelolaan Lingkungan Hidup.

• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang


Perlindungan Anak.

• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak


Asasi Manusia.

• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen.

• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengawasan Kawasan Tanpa Rokok Dinilai Lemah

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyoroti efek


aturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang mulai lemah. Akibatnya,
masyarakat mulai abai pada rambu larangan merokok. Menurut Ketua
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) di
Jakarta, efek aturan KTR mulai lemah misal di kantor dan tempat umum.
Untuk tempat umum seperti hotel, restoran, dan pusat perbelanjaan misal
mall. Kebiasaan merokok biasanya dilakukan di tempat tersembunyi yang
tidak terlihat umum, misal toilet. Tempat tersebut bukannya luput dari
pemasangan rambu dilarang merokok. Pelanggaran semata diakibatkan
efek aturan yang lemah dan kesadaran patuh yang minim.
YLKI menyarankan segera dilakukan evaluasi kembali terkait
kepatuhan larangan merokok di KTR. Aturan tersebut harus dipastikan
efektif mengendalikan kebiasaan merokok terutama di KTR. Pengelola
gedung juga harus mengevaluasi kembali pemasangan aturan larangan
merokok supaya lebih mudah terlihat.

Anda mungkin juga menyukai