PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
otot dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan
kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-organ adneksa kulit seperti kuku
Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat
kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis, dan lemak subkutan.
Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu
epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang
pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada
epidermis yang sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit
yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Di bawah
dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit,
1
isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energy (Adhi,
2015).
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis
yang lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan
masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen
(penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara
dengan Dermatitis”.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
dermatitis
2. Tujuan khusus
2
c. Untuk memahami diagnosa keperawatan pada dermatitis
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
seperti sengatan sinar matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan
B. Etiologi
bakteri dan fungus. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi
bereaksi.
kimia (contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu),
4
mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen),
meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip
merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang
terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit
yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat
disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya
tidak bagus.
C. Manifestasi Klinis
1. Dermatitis Kontak
alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau
detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika
pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau
5
pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum,
c. Dermatitis Atopik
saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota
keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa
dewasa.
6
2. Dermatitis Seboroik
daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis dan muka, kronik
a. Seboroik Kepala
b. Seboroik Muka
kekuningan.
3. Dermatitis Statis
darah vena di tungkai bawah, hal ini terjadi karena adanya gangguan katub
7
menyebabkan edema dan timbul ekstravasasi sel darah merah karena
akhirnya dipenuhi cairan dan darah, sehingga terjadi edema dan lisis yang
4. Dermatitis numuler
5. Neurodermatitis Sirkumskripta
Atau disebut juga liken simpleks kronik merupakan suatu jenis dermatitis
atau gosokan yang berulang. Etiologi belum diketahui secara pasti, tetapi
8
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud
kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini
muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit
sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa
D. Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak
tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai
elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau
kulit dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang
lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak
9
membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau
2. Dermatitis Atopic
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang
kemotaktis dan emnekan produksi sel T. Sel mast meningkat pada lesi
3. Neurodermatitis
10
4. Dermatitis Statis
keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti
diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam
5. Dermatitis Seboroik
skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan
paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal
kerontokan rambut.
11
E. Penatalaksanaan
Pemberian kompres yang sejuk dan kasar juga dapat dilakukan pada
daerah dermatitis yang kecil. Remukan halus es pada air kompres sering
mengeluarkan sekret.
d. Mengatasi hipotermia
2. Penatalaksanaan Medis
Umumnya lotion yang netral dan tidak mengandung obat dapat dioleskan
12
d. terapi anti inflamasi topikal jangka pendek misalkan steroid dapat
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
5. Riwayat Psikososial
stressor, perasaan klien saat ini, respon klien terhdap penyakitnya dan
14
6. Riwayat Pemakaian Obat
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi keperawatan
15
lesi
tanda-tanda infeksi
– T : 37,5 C
4) Batasi jumlah
5) Kolaborasi dengan
Tidak ditemukan tanda-
ahli gizi untuk
tanda infeksi
pemberian diet
(kalor,dolor, rubor,
TKTP
tumor, infusiolesa)
6) Libatkan peran serta
16
pada klien
normal Leuksosit darah :
5000-10.000/mm3
berduka berkomunikasi
4) Catat adanya
laku negative
5) Libatkan keluarga
17
untuk meningkatkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat
faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis pada kulit.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
19
Amiruddin. (2013). Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Edisi kedua. Jakarta: Ilmu Jaya
Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S editor. (2013). Ilmu Penyakit Kulit dan
kelamin. Edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Adhi, J. (2015). Atopic Dermatitis. Dalam: Friedbergin, Eisen AZ, Wolff K, Austen
KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrik TB, ads. Fitzpatrik’s (2009).
Dermatology In General Medicine. New York Mc Graw-Hill
Muhajir. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dermatitis. Jakarta: Nuha Medika
20