Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN GABUNGAN


KELOMPOK TANI NIRMALA KECAMATAN KUNIR KABUPATEN
LUMAJANG MELALUI EVALUASI PENILAIAN KELAS
KELOMPOK TANI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah

Pemberdayaan Masyarakat

Dosen Pengampu:

1. Dr. Ir. Sunarto, MP.


2. Dr. Sad Likah, S.Pt., MP.

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN 5B

Oleh:

Abiq Prasetya Efendi (04.03.18.158)

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur dihaturkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pemberdayaan Masyarakat
dengan Judul: Penguatan Kapasitas Kelembagaan Gabungan
Kelompok Tani Nirmala Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang. Semoga
penyusunan Laporan Penguatan Kapasitas Kelembagaan Gabungan Kelompok
Tani Nirmala Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang ini dapat menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa
penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan walaupun penulis sudah
berusaha dengan maksimal. Oleh karena itu penulis mengharapkan ide-ide, serta
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Lumajang, Januari 2021

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Tujuan..............................................................................................................2
1.4. Manfaat............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kondisi dan Permasalahan Gapoktan.....................................................4
2.2. Permasalahan Gapoktan.............................................................................7
2.3. Strategi Penguatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani.........8
BAB III METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu.........................................................................................10
3.2. Khalayak dan Sasaran Strategis...............................................................12
3.3. Jenis Evaluasi Kegiatan Pemberdayaan yang dilaksanakan............16
3.4. Indikator Kegiatan........................................................................................16
3.5. Dampak Kegiatan.........................................................................................17
3.6. Pendanaan.......................................................................................................17
3.7. Penjadwalan...................................................................................................17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Potensi Wilayah............................................................................................18
4.2. Karakteristik Pelaku.....................................................................................19
4.3. Pemberdayaan Masyarakat Penguatan Kapasitas Kelembagaan
Gapoktan.........................................................................................................20
4.4. Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat......................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gapoktan Marga Sejahtera merupakan Gapoktan PUAP Kota Blitar
Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Jl. Hasanudin No. 03 Kelurahan
Bendogerit Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Gapoktan ini berdiri tahun
2008 dan merupakan gapoktan percontohan yang paling disorot di Kota
Blitar. Rata-rata usia anngota, 35 – 70 tahun-an, dimana mayoritas dari
mereka merupakan petani asli. Gapoktan ini merupakan gapoktan yang
paling banyak berkegiatan atau antusias terhadap bidang pertanian,
sehingga dapat dikatakan gapoktan ini merupakan gapoktan yang paling
maju di Kota Blitar. Namun meskipun gapoktan ini merupakan gapoktan
yang paling jalan di Kota Blitar, gapoktan ini juga mengalami beberapa
kendala atau masalah ketika mengorganisir anggota kelompok taninya.
Kurangnya kesadaran akan petani akan gapoktannya membuat kesulitan
akan kordinasi dan menguatkan kapasitas kelembagaannya.
Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan
petani merupakan pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau
social interplay dalam suatu komunitas. Upaya pemberdayaan
kelembagaan petani guna meningkatkan perhatian dan motivasi
berusahatani akan memberikan hasil bila memanfaatkan makna dan
potensi 3 (tiga) kata kunci utama dalam konteks kelembagaan, antara lain:
norma, perilaku serta kondisi dan hubungan sosial. Signifikansi ketiga kata
tersebut dicerminkan dalam perilaku dan tindakan petani, baik dalam
1
tindakan individu, kolektif, dan komunal.
Setiap keputusan yang diambil selalu akan terkait atau dibatasi oleh
norma dan pranata sosial masyarakat petani di lingkungannya. Upaya
pemberdayaan kelembagaan petani memerlukan reorientasi pemahaman
dan tindakan bagi para fasilitator perubahan selaku agen perubahan (agent
of change) dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian.
Keterlibatan fasilitator pembangunan yang memiliki kemampuan
komunikasi sepadan merupakan salah satu kunci keberhasilan proses
diseminasi dan alih teknologi pertanian. Proses diseminasi teknologi akan
berjalan lebih mulus bila disertai dengan pemahaman dan pemanfaatan
potensi elemen-elemen kelembagaan dan status petani dalam suatu proses
2
alilh teknologi atau diseminasi teknologi baru.
1.2. Rumusan Masalah
1) Kondisi dan permasalahan seperti apa yang terjadi di Gapoktan Nirmala
Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang saat ini?
2) Bagaimana karakteristik pelaku pertanian Kecamatan Kunir Kabupaten
Lumajang?
3) Strategi yang seperti apa untuk dapat meningkatkan Kapasitas
Kelembagaan Gapoktan Nirmala Kecamatan Kunir Kabupaten
Lumajang
4) Bagaimana Hasil Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat yang telah
dilakukan melalui Penilaian Kelas Kelompok Tani?
1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang terjadi dalam
Gapoktan Nirmala Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang saat ini.
2) Untuk mengetahui karakteristik pelaku pertanian Nirmala Kecamatan
Kunir Kabupaten Lumajang.
3) Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan dalam Penguatan
Kapasitas Kelembagaan Gabungan Nirmala Kecamatan Kunir
Kabupaten Lumajang.
4) Untuk menilai kemampuan kelas kelompok tani, sebagai bahan dasar
perumusan program pemberdayaan masyarakat selanjutnya.
1.4. Manfaat
1) Mengetahui kondisi serta permasalahan yang terjadi dalam Gapoktan
Nirmala Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang saat ini.
2) Dapat mengetahui karakteristik pelaku pertanian petani Kecamatan
Kunir Kabupaten Lumajang.
3) Dapat merencanakan strategi dalam Penguatan Kapasitas Kelembagaan
Kelompok tani Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang
5) Dapat mengetahui peningkatan dari penilaian kelas kelompok tani,
sebagai bahan dasar perumusan program pemberdayaan masyarakat
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kondisi Gapoktan Nirmala Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang

 Gapoktan Marga Sejahtera merupakan gapoktan PUAP Kota Blitar


Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Jl. Hasanudin No. 03 Kelurahan
Bendogerit Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Gapoktan ini berdiri
tahun 2008 dan merupakan gapoktan percontohan yang paling disorot di
Kota Blitar.

 Secara adminsitratif dan structural, gapoktan ini sudah terkondisikan


dengan baik.

 Pemberdayaan masyarakat merupakan proses agar setiap petani cukup


kuat dalam berpartisipasi. Pemberdayaan masyarakat dilakukan sebagai
upaya untuk perubahan dan perbaikan hidup petani kea rah pembangunan
yang berkelanjutan. Ruang lingkup kegiatan pemberdayaan masyarakat
meliputi penguatan kapasitas manusia, penguatan kapasitas usaha,
penguatan kapasitas lingkungan, dan penguatan kapasitas kelembagaan.

 Penguatan kapasitas kelembagaan petani perlu dilakukan supaya sub


sector ketahanan pangan juga kuat. Dengan penguatan kelembagaan
petani, maka beriringan sector pembangunan ketahanan pangan juga
meningkat. Ketahanan pangan merupakan pilar ketahanan nasional,
sebab pangan merupakan kebutuhan. Setiap makhluk hidup pasti
membutuhkan makan. Pangan juga hak asasi manusia dalam bertahan
untuk hidup. Ada tiga pilar utama dalam pembangunan ketahan pangan:
1. Sub sistem ketersediaan (memproduksi bahan pangan
sebagaipemenuhan kebutuhan konsumsi pangan penduduk).
2. Sub sistem distribusi (penyediaan sarpras dalam pendistribusian
pangan bagi masyarakat).
3. Sub sistem konsumsi atau pemanfaatan hasil produksi aksesibilitas
terhadap pangan.

 Komitmen nasional dan dunia mewujudkan ketahanan pangan


didasarkan atas peran strategis perwujudan ketahanan pangan dalam: (i)
memenuhi

4
salah satu hak azasi manusia; (ii) membangun kualitas sumber daya
manusia; dan (iii) membangun pilar bagi ketahanan nasional. Peran
memenuhi salah satu hak azasi manusia dinyatakan dalam Undang-
undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, bahwa hak setiap orang untuk
memperoleh pangan yang aman dan bergizi sama prinsipnya dengan hak
memperoleh pangan yang cukup dan hak azasi manusia untuk bebas dari
kelaparan.

 Semakin berkembang teknologi budidaya dan pengolahan hasil


diyakini akan mampu memberikan peningkatan produktivitas dan
kualitas hasil produksi sektor pertanian sebagai sektor strategis dalam
perekonomian Indonesia. Hal ini diharapkan dapat memicu upaya
pemantapan dan pencapaian kemandirian pangan sebagai pilar ketahanan
3
nasional.

 Pengembangan kapasitas kelembagaan petani diarahkan dalam rangka


meningkatkan kelembagaannya menjadi kelembagaan ekonomi dengan
tujuan meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha dan posisi tawar
petani. Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor
273/KPTS/OT.160/4/2007, pada tanggal 13 April 2007 tentang Pedoman
Pembinaan Kelembagaan Petani, petani diatur dan ditata dalam wadah
kelompok tani di tiap dusun dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) di
4
tingkat desa sehingga memudahkan proses penyuluhan pertanian.

 Untuk menguatkan kelembagaan kelompok tani elemen pemberdayaan


yang perlu diperhatikan antara lain: pemahaman dan potensi
pemberdayaan kelembagaan, struktur kelembagaan, fungsi
kepemimpinan, norma dan adat istiadat, serta toleransi social.

 Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya alternatif atas kegagalan


pembangunan tersebut, guna mewujudkan pembangunan yang
berorientasi pada masyarakat (society oriented development) atau
pembangunan yang dikendalikan masyarakat (community driven
development) dimana sumber ide, proses dan hasil pembangunan sejalan
dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat. Pemberdayaan
5
merupakan upaya dalam memperbaiki kesejahteraan.

 Pemberdayaan pada tingkat masyarakat, yang melibatkan beberapa


kelompok tani, memberikan dampak terjadinya perkuatan pada
kelembagaannya, dan memberikan stimuli kepada para anggota
kelompok tani, melalui keikutsertaannya dalam kegiatan-kegiatan
6
pemberdayaan yang diberikan melalui kelompok tani.

 Penyusunan program pemberdayaan secara partisipatif, dengan prosesnya


dirancang dengan melibatkan perwakilan yang merepresentasikan
masing-masing kelompok tani. Perancangan program dilakukan sendiri
oleh kelompok tani yang difasilitasi implementor program. Hal tersebut
sebagai revitalisasi fungsi dan peran kelompok tani. Pemberdayaan yang
pendekatannya dilakukan mengikuti paradigma bottom-up, mendukung
terjadinya akumulasi kekuatan sosial yang diperlukan untuk untuk
pemberdayaan melalui organisasi kelompok tani. Pemberdayaan yang
dirancang melalui organisasi kelompok tani, berkekuatan mengikat dan
menggerakan para petani anggota kelompok untuk terlibat aktif
memberdayakan dirinya.

 Pemberdayaan sebagai bagian atau sebagai salah satu wujud pelaksanaan


pembangunan sumberdaya manusia, dapat dipandang sebagai upaya
membentuk ketahanan. Transfer teknologi yang tepat guna saat
pemberdayaan, akan mengembangkan kemampuan petani sehingga
mereka dapat meningkatkan produktifitasnya. Penerapan transfer
teknologi tepat guna merupakan stimulus untuk transfer pengetahuan dan
skill, guna memperkuat kapabilitas masyarakat untuk menyelesaikan
masalah sendiri dan mengupayakan perubahan dan perbaikan derajat
hidupnya.
2.2. Permasalahan Gapoktan Nirmala Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang

 Kurangnya pemahaman dan presepsi kelompok tani mengenai


penguatan kapasitas kelembagaan kelompok tani.

 Minimnya kesadaran kelompok tani untuk dapat bekumpul dengan


anggotanya sebagai penguatan kelembagaan.

 Untuk mengatasi permasalahan dalam gapoktan maupun kelompok


tani, penilaian kapsitas kelembagaan kelompok tani dapat dilakukan
melalui evaluasi kelas kelompok tani untuk mengetahui kekuatan
kapasitas kelembagaan kelompok tani.

 Evaluasi Penyuluhan merupakan kegiatan untuk mengambil


keputusan dan menyusun pertimbangan-pertimbangan, sehingga
pemberdayaan yang akan dilaksanakan di program tahun berikutnya bisa
maksimal atau dapat meningkat. Dari hasil evaluasi penyuluhan
pertanian dapat diketahui, sejauh mana perubahan perilaku petani,
hambatan yang dihadapi petani, efektivitas program penyuluhan
pertanian serta seberapa jauh pemahaman masalah dan penyempurnaan
kegiatan.

 Kelembagaan petani di pedesaan berkontribusi dalam akselerasi


pengembangan sosial ekonomi petani; aksesibilitas pada informasi
pertanian, aksesibilitas pada modal, infrastruktur, dan pasar; dan adopsi
inovasi pertanian. Eksistensi kelembagaan petani tergantung pada
kebijakan pembinaan kelembagaan oleh semua pihak.

 Pembinaan diperlukan dalam rangka penumbuhan dan


pengembangan kelompok tani menjadi kelompok tani yang kuat dan
mandiri dalam meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya.

 Penilaian kelas kelompok tani merupakan bentuk pembinaan


penyuluhan pertanian untuk memberikan motivasi pada kelompok tani
agar lebih berprestasi dalam mendukung pencapaian hasil produktivitas
pertanian yang dicanangkan pemerintah pusat maupun daerah, sekaligus
mengetahui nilai atas penyuluhan yang diberikan. Untuk mengetahui
keragaman kemampuan kelompok tani, penyediaan bahan perumusan
kebijakan dan strategi pemberdayaan petani, mengetahui metodologi
pemetaan kebutuhan penyuluh, penyediaan database kelompok tani

7
melalui sistem penyuluhan pertanian dalam rangka meningkatkan kinerja
penyuluh dalam pendampingan kelompok tani, perlu adanya evaluasi
penyuluhan kelas kelompok tani sebagai pelaporan pada sistem evaluasi
hasil.
2.3. Strategi Penguatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani

 Pemberdayaan kelembagaan petani dan pertanian adalah bahwa


kebijakan pemberdayaan kelembagaan petani dan pertanian hendaknya
mencakup seluruh elemen sosioteknis yang terdapat dalam setiap
kelompok masyarakat atau etnis yang berbeda. Konsekuensi lebih jauh
adalah bahwa penerapan kebijakan pemberdayaan memerlukan strategi
pendekatan yang mampu memfasilitasi aspirasi sosial-budaya dan aspirasi
teknis petani dan kelembagaan petani serta lembaga pembangunan
pertanian setempat. Penerapan paradigma evolusi dan revolusi hendaknya
disesuaikan dengan kondisi dan situasi sosioteknis stakeholder
7
pembangunan sektor.

 Gapoktan difungsikan sebagai lembaga sentral dalam sistem yang


terbangun, misalnya terlibat dalam penyaluran benih bersubsidi yaitu
bertugas merekap daftar permintaan benih dan nama anggota. Gapoktan
merupakan lembaga strategis yang akan merangkum seluruh aktifitas
kelembagaan petani di wilayah tersebut. Gapoktan dijadikan sebagai basis
usaha petani peternak di setiap perdesaan. Kedua, Gapoktan juga
dibebankan untuk peningkatan ketahanan pangan di tingkat lokal. Mulai
tahun 2006 melalui Badan Ketahanan Pangan telah dilaksanakan “Program
Desa Mandiri Pangan” dalam rangka mengatasi kerawanan dan
kemiskinan di perdesaan.

 Peluang pemberdayaan kelembagaan terletak pada potensi kelima


elemen pemahaman dan potensi pemberdayaan kelembagaan, struktur
kelembagaan, fungsi kepemimpinan, norma dan adat istiadat, serta
toleransi social, melalui perannya sebagai alat mobilisasi massa, penyaring
dan penyalur informasi eksternal.
 Langkah-langkah pemberdayaan kelembagaan petani sebagai suatu
upaya perubahan sosial diawali dengan tahap diagnostik. Dalam fase ini
dilakukan diagnosa atau analisis situasi lintas-sektor, lintasdisiplin, dan
lintas-aspek elemen-elemen perubahan sosial di suatu wilayah
pembangunan. Dalam tahap ini kelompok perekayasa model
pemberdayaan (ilmuwan dari berbagai disiplin keilmuan) merupakan aktor
utama dalam proses identifikasi masalah lapangan.

 Tahap diagnostik dilanjutkan dengan tahap rancang-bangun dimana


peran lembaga pembinaan dan penyuluhan meningkat secara proporsional.
Lembaga perancangan pembangunan secara politis mulai berperan dalam
kegiatan koordinasi dan administratif kewilayahan. Petugas dan penyuluh
lapang sebagai ujung tombak pemberdayaan memegang posisi kunci
dalam menghimpun, merangkum, menyaring dan menganalisis situasi
sosioteknis petani setempat. Dalam tahap ini terjadi proses penyempurnaan
rancangan model pemberdayaan dengan input dari seluruh stakeholder.

Anda mungkin juga menyukai