Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah
dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan sehat wal’afiat. Serta
salam dan shalawat kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW, dimana nabi yang
membawa ummat-Nya dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang dan telah
Dalam makalah ini pnulis akan membahas masalah mengenai “ identifikasi potensi desa,
Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan-Nya. Saran dan kritik yang mmbangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan
manusia sendiri.
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................................................................1
Kata Pengantar.........................................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................6
BAB IV Penutup....................................................................................................................12
Kesimpulan..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonom menilai bahwa banyak potensi desa di Indonesia yang belum muncul ke
permukaan. Padahal jika potensi itu dimanfaatkan, maka upaya membangun ekonomi
desa akan lebih mudah dan cepat terlaksana. Potensi di daerah harus diperjelas dan
dirumuskan dalam buku agar terlihat lebih jelas. Sebab ini jadi acuan juga dalam
menjalankan program desa, hal itu disampaikan oleh pengamat ekonomi dari Core
Indonesia, Hendri Saparini dalam diskusi peluncuran Indeks Desa Membangun (IDM) di
Kementrian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi, Jakarta.
Masalah yang ada di desa harus segera ditindaklanjuti agar proses pembangunan bisa
berjalan secara merata. Ketimpangan pembangunan antar desa dan daerah juga perlu
mendapat perhatian khusus. Pembangunan insfratruktur, pemberdayaan masyarakat, serta
penguatan desa berbasis potensi lokal harus dijalankan secara simultan. Peningkatan
ekonomi untuk membangun desa itu tentu yang sesuai dengan karakteristik dari
masyarakat itu sendiri, karena membangun desa yang melibatkan masyarakat memang
harus.
Program yang mensejahterahkan masyarakat harus dijalankan berkelanjutan, dengan
begitu akan ada langkah-langkah program peningkatan secara terus menerus. Indeks
diharapkan bisa dijadikan rujukan untuk mengentaskan jumlah desa tertinggal dan
meningkatkan jumlah desa mandiri diseluruh Indonesia. IDM yang diluncurkan ingin
meletakkan prakarsa dan kuatnya kapasitas masyarakat sebagai basis utama dalam proses
kemajuan dan pemberdaya desa.
B. Rumusan Masalah
5
C. Tujuan Makalah
6
BAB II
PEMBAHASAN
Potensi secara bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti
kemampuan, kekuatan, kesanggupan dan daya yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan; sedangkan wilayah dalam hal ini bermakna ingkungan daerah (propinsi,
kabupaten, kecamatan, atau desa). Untuk keperluan ini bisa dipilih wilayah tertentu,
misalnya meliputi potensi wilayah desa. Jadi “potensi desa mengandung arti kemampuan
yang dimiliki desa yang memungkinkan untuk dikembangkan. Kemampuan yang dimiliki
suatu desa yang mungkin untuk dikembangkan tetap selamanya akan menjadi “potensi” bila
tidak diolah, atau didayagunakan menjadi suatu “realita” berwujud kemanfaatan kepada
masyarakat. Karena itu potensi wilayah memerlukan upaya-upaya tertentu untuk
membuatnya bermanfaat kepada masayarakat. Pendamping Desa sebagai agen
pembangunan harus memiliki kemampuan untuk melakukan indentifikasi potensi wilayah
secara partisipatif untuk merencanakan pembangunan pedesaan yang berkaitan dengan
masalah lingungan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.
Identifikasi Potensi wilayah dilakukan untuk memperoleh data keadaan wilayah dan
ekosistem dengan menggunakan data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh
di lapangan baik dari petani maupun masyarakat yang terkait, sedangkan data sekunder
diperoleh dari monografi desa/ kecamatan/BPP dan atau dari sumber-sumber lain yang
relevan. Identifikasi data primer bisa dilakukan melalui pendekatan partisipatif dan
wawancara semi tersetruktur menggunakan teknik PRA, sedangkan identifikasi data
sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh data potensi wilayah dan ekosistem
dari data monografi desa/kecamatan/BPP dan sumber lain yang mendukung.
“suatu metode untuk memahami desa secara partisipatif, dalam upaya memahami
permasalahan dan upaya antisipasi yang dibutuhkan, dengan berdasarkan pada
potensi dan kendala sumber daya yang tersedia”.
“sebuah studi sebagai titik awal untuk memahami situasi lokal, yang dilakukan oleh
suatu tim multi-disiplin, dimana pertanyaan-pertanyaannya tidak dapat
diidentifikasikan lebih dahulu sebagaimana dalam riset konvensional” .
7
“suatu pengalaman belajar bersama secara intensif, sistematis, dan semi-terstruktur
yang dilakukan di masyarakat dengan tim multi-disiplin, dimana anggota masyarakat
termasuk sebagai peserta aktif
PRA adalah sekumpulan metode/pendekatan yang diharapkan dapat digunakan untuk
memfasilitasi masyarakat untuk:
Prinsip dasar yang harus dipegang oleh Pendamping Desa dalam melakukan pemetaan
dan identifikasi potensi desa, antra lain :
Setelah memamahi prinsip – prinsip dasar PRA, maka berikutnya adalah melakukan
Langkah-langkah Pelaksanaan PRA yaitu :
Persiapan
Pelatihan
Penyusunan Tim PRA
Pendefinisisan tujuan PRA
Pembuatan Desain Kegiatan PRA
Kunjungan Awal
Pelaksanaan Pra
Penjelasan Maksud, Tujuan, dan Proses PRA
Diskusi Penggalian Informasi
Pendokumentasian Hasil Diskusi
Presentasi Hasil Diskusi
Perumusan Rencana Aksi
Tindak Lanjut
Perincian Rencana Aksi
Pelaksanaan Secara Partisipatif
Pengelompokan Data dan Informasi
8
Data agroklimat wilayah
Batas wilayah
Kependudukan
Kelembagaan formal dan non formal yang ada di wilayah
Tata guna lahan
Jenis usaha masyarakat
Sarana dan prasarana di wilayah
Program-program pembangunan pertanian yang sedang berjalan atau yang pernah
dilaksanakan di wilayah
Teknologi yang diterapkan
2. Identifikasi Data
Pembuatan Peta Sumberdaya Desa
Peta secara sederhana diterjemahkan sebagai gambar wilayah dimana
informasi diletakkan dalam bentuk simbol-simbol. Sebagai media informasi, peta
dimanfaatkan untuk membantu pengambilan keputusan. Peta yang akan dibuat lebih
merupakan sarana untuk membantu proses diskusi pemahaman kondisi wilayah.
Dengan demikian, peta bukan sekedar merupakan hasil dari diskusi tetapi lebih dari
itu yaitu bagian dari proses diskusi.
9
Arti harfiah transek adalah gambar irisan muka bumi. Pada awalnya transek
digunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati wilayah-
wilayah ekologi. Sebagai teknikPRA, Teknik Penelusuran Lokasi (transek) adalah
teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumberdaya
masyarakat, dengan jalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu
yang disepakati. Hasil pengamatan dan lintasan tersebut kemudian dituangkan dalam
bagan atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut.
Hubungan Kelembagaan
Masyarakat dalam melakukan aktivitas kesehariannya, baik secara langsung atau tidak
sering berinteraksi dengan berbagai kelembagaan lain apakah itu pemerintahan atau
swadaya masyarakat. Dalam interaksi ini, kedua belah fihak mempunyai peran yang
berbeda dan dari tujuan yang umum dijumpai, masyarakat adalahpenerima, mungkin
ada juga sebagai pelaku.
Peta merupakan penyajian grafis bentuk ruang dan hubungan keruangan antara
berbagai perwujudan dan yang diwakili. Peta merupakan bidang datar dan objek yang
digambarkan pada peta-peta pada umumnya terletak pada permukaan bumi, sehingga
digunakan skala dan sistem proyeksi untuk menggambarkan yang sebenarnya.
Menurut Prihandito (1998), peta merupakan gambar permukaan bumi pada bidang datar
dalam ukuran yang lebih kecil. Dalam hal ini posisi titik-titik pada peta ditentukan terhadap
sistem siku-siku x dan y, sedangkan posisi titik-titik pada muka bumi ditentukan oleh
lintang dan bujur ( dan ).
Sedangkan menurut Romadan (2000), peta adalah gambaran yang dapat menunjukkan atau
memberikan informasi tentang letak-letak benda di bumi dalam ukuran yang lebih kecil.
Selain itu ada pula pendapat lain menyatakan peta merupakan penyajian grafis bentuk ruang
dan hubungan keruangan antar berbagai perwujudan yang diwakili, Kals (1983).
Anonim (2003) mengatakan bahwa pemetaan partisipatif dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok
besar yaitu:
a. Manfaat utuk komunitas itu sendiri yaitu:
b. Manfaat untuk pihak-pihak yang menjadi fasilator pemetaan komunitas
c. Manfaat untuk pemerintah atau pengambilan kebijakan
Monberg, dkk (1996) dan Arianto (2001), menyatakan bahwa pemetaan mayarakat biasanya
digunakan untuk berbagai alasan dan tujuan seperti:
a. Mendokumentasikan sistem tata guna lahan pada saat pemetaan dam membahas rencana
pengelolaan sumber daya yang ada di waktu yang akan datang
b. Mendokumentasikan kepemilikan tanah untuk mendapat pengakuan dari pemerintah,
mendokumentasikan situs kultural (tempat-tempat sakral, perkuburan, desa yang telah
ditinggalkan dan sejarah lokal) untuk memperkuat identitas adat
c. Menyelesaikan berbagai masalah menyangkut konflik kepemilikan sumber daya oleh
berbagai pihak pemanfaatan lahan
d. Penetapan batas-batas secara partisipatif (misalnya daerah-daerah konservasi)
e. Menumbuhkan partisipatif di dalam perencanaan tata guna lahan regional.
C. TEKNIK PEMETAAN
Teknik pemetaan partisipatif dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut Cadag
dan Gaillard (2012). Teknik pemetaan partisipatif tersebut antara lain Ground Mapping,
Stone Mapping, Sketch Mapping, Scaled 2D Mapping, WebGIS based Mapping dan GPS
Mapping. Adapun teknik pemetaan partisipatif yang digunakan dalam kajian ini adalah
teknik Scaled 2D Mapping, yaitu teknik pemetaan partisipatif dimana nara sumber
menggambarkan informasi yang diketahui (menggunakan alat tulis dan gambar) ke dalam
peta dasar dalam bentuk cetak.
Teknik Scaled 2D Mapping lebih dipilih daripada metode pemetaan partisipatif lain
dengan pertimbangan: (1) nara sumber yang dilibatkan adalah perangkat desa yang sudah
cukup familiar dengan peta dan foto udara; (2) memungkinkan adanya dialog dua arah
antara peneliti dengan nara sumber guna meminimalisir distorsi informasi yang dipetakan.
Peta dasar yang digunakan adalah citra satelit resolusi tinggi yang ditumpang-susunkan
dengan peta persil tanah yang dimiliki oleh pemerintah desa.
Penggunaan peta persil tanah sebagai salah satu informasi dalam peta dasar
merupakan permintaan dari nara sumber. Pada umumnya nara sumber perangkat desa
(kepala padukuhan) di masa lalu menggunakan peta persil sebagai dasar untuk mengingat
berbagai obyek spasial di wilayah yang ditanganinya, sehingga kombinasi antara citra satelit
11
resolusi tinggi dan peta persil dapat memaksimalkan proses ekstraksi berbagai informasi
yang diketahui nara sumber, dan memudahkan transfer informasi dari bentuk peta mental
(mental map) ke peta fisik (physical map). Hasil pemetaan partisipatif kemudian diubah
menjadi bentuk digital melalui proses scanning peta cetak hasil penggambaran oleh nara
sumber, dilanjutkan proses georeferencing peta hasil scan, dijitasi komputer untuk
memperoleh data spasial dalam bentuk vektor, dan diakhiri dengan pengisian data atribut.
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Potensi desa merupakan segala sumber daya alam maupun sumber daya
manusia yang terdapat serta tersimpan di desa. Dimana semua sumber daya tersebut
dapat dimanfaatkan bagi kelangsungan dan perkembangan desa. Potensi desa sendiri
terbagi menjadi 2 yakni potensi fisik dan potensi nonfisik. Dalam melakukan
pemetaan dan identifikasi potensi lingkungan desa, Pendamping Desa berbeda dengan
Fasilitator dalam menerapkan metode identifikasi. Fasilitator Program Menabung
Pohon cenderung melakukan identifikasi dengan konsep SLA (Sustainable Livelihood
Approach), sedangkan Pendamping Desa lebih cenderung menggunakan PRA. PRA
adalah suatu metode untuk memahami desa secara partisipatif, dalam upaya
memahami permasalahan dan upaya antisipasi yang dibutuhkan, dengan berdasarkan
pada potensi dan kendala sumber daya yang tersedia.
Pengumpulan dan pengolahan data sekunder adalah proses untuk mempelajari
keadaan desa / wilayah berdasarkan data informasi yang telah ada dalam bentuk
dokumen tertulis yang dibuat oleh pihak tertentu (dinas/instansi/LSM dll).
Pemetaan partsipatif adalah publik bersama-sama atau terlibat dalam proses
pengumpulan data dan analisis terkait problem dan isu di sekitar mereka melalui
identifikasi dan penggambaran fitur geospasial dengan menggunakan piranti dan
teknologi pemetaan. Pemetaan partisipatif semakin memberi ruang yang lebar
terhadap komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat, dan juga
antarpemangku kepentingan pada daerah pengembangan.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://facilitatortrainingpf.wordpress.com/2015/04/22/identifikasi-potensi-desa/
https://raymoon760.wordpress.com/2013/06/21/pemetaan-partisipatif/
https://setjen.pu.go.id/pusdatin/source/File%20pdf/Artikel%20Khusus/PENERAP AN
%20TEKNIK%20PEMETAAN%20PARTISIPATIF%20UNTUK%20MENDUKUNG
%20PEMETAAN%20INFRASTRUKTUR%20DAN%20FASILITAS%20UMUM
%20WILAYAH_BAGIAN_1.pdf
14