Anda di halaman 1dari 18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


Lokasi kegiatan pengukuran status gizi dilakukan di Kampung
Anggaraja RT 03 RW 07 Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara,
Kota Cimahi, pada hari Minggu tanggal 25 November 2018 dan hari
Selasa tanggal 27 November 2018.

B. Sampel Pengukuran
Total sampel yang digunakan dalam kegiatan ini sebanyak 9 balita
beserta ibunya di Kampung Anggaraja RT 03 RW 07 Kelurahan
Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.

C. Alat Pengukuran
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan ini adalah kuesioner. Alat
pengukuran:
1. Timbangan berat badan
2. Microtoise, untuk pengukuran tinggi badan
3. Medlin untuk pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Lingkar
Pinggang Panggul (PIPA)

D. Prosedur Pengukuran
1. Timbangan Berat Badan Digital
a) Timbangan digital diletakkan pada permukaan yang rata dan
keras serta tempat terang untuk memudahkan pembacaan hasil
pengukuran.
b) Periksa baterai timbangan untuk memastikan timbangan berfungsi
baik dengan menyalakan konektor. Jika pada layar petunjuk
terbaca angka 0.00 atau OK, artinya baterai masih berfungsi
dengan baik, tapi jika terbaca error atau balt berarti baterai harus
diganti.
c) Pengukur berdiri di samping kanan depan timbangan.
d) Pengukur menyalakan konektor sampai angka 0.00 atau OK.
e) Setelah nyala, klien dipersilahkan naik ke atas timbangan tepat di
tengah tempat injakan. Mengatur posisi klien agar berdiri tegak
lurus dengan mata menghadap ke depan dan tidak bergerak-
gerak.
f) Memastikan bahwa klien tidak menyentuh atau disentuh/tersentuh
sebelum pembacaan hasil timbangan.
g) Membaca hasil penimbangan setelah terbaca OK pada konektor
dan kemudian catat dengan teliti.
h) Klien dipersilahkan untuk turun dari timbangan.
2. Microtoise
a) Mencari lantai yang datar atau bisa meletakkan papan alas pada
permukaan yang rata dan keras sebagai pijakan klien.
b) Memasang microtoise pada dinding atau tiang yang tegak lurus
900 dengan lantai.
c) Memastikan bahwa microtoise telah terpasang dengan stabil dan
titik 0 tepat pada lantai atau papan pijakan.
d) Meminta klien untuk melepaskan sepatu atau alas kaki dan
aksesoris pada rambut yang dapat mengganggu pengukuran.
e) Mengatur telapak kaki klien agar menapak sempurna pada lantai,
tepat di tengah dan tumit menyentuh sudut dinding. Memastikan
kaki klien lurus serta tumit dan betis menempel pada dinding.
f) Mengatur pandangan klien lurus ke depan dan berdiri tegak lurus.
Memperkirakan garis antara kuping telinga dan puncak tulang pipi
horizontal. Meletakkan tangan kiri pengukur pada dagu klien,
memastikan bahwa dagu klien lurus dan tegak, tangannya di
samping, serta belakang kepala, rentang bahu dan bokong tepat
menempel pada dinding.
g) Menurunkan perlahan-lahan batas kepala microtoise sampai
puncak kepala klien. Memastikan bahwa pengukur menekan
(dengan lembut) rambut klien.
h) Memeriksa posisi anak dan bila perlu ulangi satu persatu.
i) Apabila posisi anak telah benar, membaca dan menentukan tinggi
badan klien dengan akurasi 0,1 cm. Batas kepala dipindahkan
kembali dan tangan kiri dilepaskan dari dagu klien.
j) Mencatat hasil pengukuran.
3. Medlin
Lingkar Lengan Atas (LILA)
a) Mempersilahkan klien untuk berdiri sambil menekuk tangan 900.
b) Lengan yang diukur adalah lengan yang tidak biasa digunakan
untuk bekerja.
c) Tetapkan posisi bahu dan siku.
d) Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku.
e) Tentukan titik tengah lengan.
f) Lingkarkan pita LILA pada titik tengah lengan.
g) Pita jangan terlalu ketat dan terlalu longgar.
h) Pembacaan skala yang tertera pada pita (cm).
i) Tangan klien yang ditekuk diluruskan kembali.
j) Mencatat hasil pengukuran.
Lingkar Pinggang Panggul (PIPA)
a) Untuk lingkar pinggang, pengukuran dilakukan dengan klien
berdiri tegak dan mengambil nafas normal.
b) Lingkarkan pita tepat sejajar dengan pusar. Dimulai dari pusar
lingkarkan meteran menempel secara longgar pada sekeliling
perut.
c) Baca skala meteran dan catat hasil pengukuran.
d) Untuk lingkar panggul, pegang pita ukur di salah satu sisi pinggul.
e) Lingkarkan pita ukur ke belakang. Lingkarkan pita ukur melalui
punggung, pastikan agar tidak terpelintir. Tarik ujung pita ukur dari
sisi pinggul lainnya. Pastikan untuk melingkarkan pita ukur ke
belakang tubuh secara bersamaan.
f) Eratkan pita ukur.
g) Baca hasil pengukuran dan catat hasil pengukuran pinggul.

E. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan data
a) Editing, yaitu memeriksa dan menyesuaikan data dengan rencana
semula. Untuk mengetahui kelengkapan kuesioner dan lembar
survei. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi menghitung banyak
lembaran kuesioner yang telah diisi dan pengoreksian terhadap
hal-hal yang keliru.
b) Coding, yaitu memberikan kode pada data dengan merubah kata-
kata menjadi angka.
c) Pengolahan data secara manual terlebih dahulu di lembar kertas
atau buku.
d) Entry data, yaitu memasukkan data dari lembar kode ke komputer.
e) Tabulating, yaitu proses pengumpulan data dengan sedemikian
rupa sehingga memudahkan dalam penjumlahan data.

2. Analisa data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program pengolahan
analisis dengan menggunakan komputer. Analisis yang akan diujikan
adalah univariat. Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan
dengan menganalisis setiap variabel dari hasil penelitian
(Notoatmodjo, 2005). Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan
data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan
tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa univariat
dilakukan masing-masing variabel yang diteliti.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengukuran
1. Data Demografi Balita dan Ibu Balita
Berdasarkan hasil wawancara tentang Data Demografi di
Kampung Anggaraja RT 02 RW 07 Kelurahan Cipageran, Kecamatan
Cimahi Utara, Kota Cimahi, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data
Demografi di Kampung Anggaraja RT 03 RW 07 Kelurahan
Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi Tahun
2018.
Berdasarkan hasil wawancara tentang Data Antropometri Balita
dan Ibu Balita di Kampung Anggaraja RT 02 RW 07 Kelurahan
Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Data
Antropometri Balita di Kampung Anggaraja RT 03 RW 07
Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota
Cimahi Tahun 2018.
Variabel Jumlah (N) Persentase (%)
1. Berat Badan Aktual
<9 kg 1 11,1
>10 kg 8 88,9

Total 9 100,0
2. Panjang Badan Aktual
<80 cm 3 33,3
80-90 cm 1 11,1
>90 cm 5 55,6
Total 9 100,0
3. Berat Badan/Umur
Buruk 0 0,0
Kurang 0 0,0
Baik 9 100,0
Lebih 0 0,0
Total 9 100,0
4. Tinggi Badan/Umur
Sangat pendek 1 11,1
Pendek 5 55,6
Normal 3 33,3
Tinggi 0 0,0
Total 9 100,0
5. Berat Badan/Tinggi Badan
Sangat kurus 0 0,0
Kurus 2 22,2
Normal 7 77,8
Gemuk 0 0,0
Total 9 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 mengenai data balita di atas, maka dapat


diketahui bahwa sebagian besar berat badan aktual balita > 10 kg
sebanyak 8 responden (88,9%), sebagian besar panjang badan aktual
balita > 90 cm sebanyak 5 responden (55,6%), seluruh balita
berstatus gizi baik berdasarkan BB/U sebanyak 9 responden
(100,0%), sebagian besar balita berdasarkan TB/U adalah pendek
sebanyak 5 responden (55,6%) dan sebagian besar balita
berdasarkan BB/TB adalah normal sebanyak 7 responden (77,8%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Data


Antropometri Ibu Balita di Kampung Anggaraja RT 03
RW 07 Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara,
Kota Cimahi Tahun 2018.

Variabel Jumlah (N) Persentase (%)


1. BB Ibu
< 50 kg 0 0
50-90 kg 5 55,6
>60 kg 4 44,4
Total 9 100,0
2. TB Ibu
< 150 5 55,6
150-160 2 22,2
>160 2 22,2
Total 9 100,0
3. IMT Ibu
Kurus Tingkat Berat 0 0
Kursus Tingkat Ringan 0 0
Normal 5 55,6
Gemuk Tingkat Ringan 1 11,1
Gemuk Tingkat Berat 3 33,3
Total 9 100,0
3. LILA Ibu
Tidak Berisiko KEK 9 100,0
Berisiko KEK 0 0
Total 9 100,0
5. PIPA Ibu
Tidak Berisiko 5 55,6
Berisiko 4 44,4
Total 9 100,0
3. Data Pemeriksaan Klinis Balita
Berdasarkan hasil wawancara tentang Data Pemeriksaan Klinis
Balita di Kampung Anggaraja RT 02 RW 07 Kelurahan Cipageran,
Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Data
Pemeriksaan Klinis Balita di Kampung Anggaraja RT 03
RW 07 Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara,
Kota Cimahi Tahun 2018.
Variabel Jumlah (N) Persentase (%)
1. Konjungtiva anemia
Ya
1 11,1
Tidak
8 88,9
Total 9 100,0
2. Spooning Nails
0,0
Ya 0
100,0
Tidak 9
Total 9 100,0
3. Bibir dan lidah pucat
Ya 0 0,0
Tidak 9 100,0
Total 9 100,0
4. Lelah, lesu, lemah dan
mengantuk
0 0,0
Ya
9 100,0
Tidak
Total 9 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, maka dapat diketahui bahwa


sebagian besar tidak memiliki konjungtiva anemia yaitu sebanyak 8
responden (88,9%), seluruh balita tidak memiliki spooning nails
(100,0%), bibir dan lidah pucat (100,0%) dan lelah, lesu, lemah,
mengantuk (100,0%).

4. Data Kesehatan Anak


Berdasarkan hasil wawancara tentang Data Kesehatan Anak di
Kampung Anggaraja RT 02 RW 07 Kelurahan Cipageran, Kecamatan
Cimahi Utara, Kota Cimahi, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data
Kesehatan Anak di Kampung Anggaraja RT 03 RW 07
Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota
Cimahi Tahun 2018.

Variabel Jumlah (N) Persentase (%)


1. Ispa
Ya 3 33.3
Tidak 6 66.7
Total 9 100.0
2. Diare
Ya 1 11.1
Tidak 8 88.9
Total 9 100.0
3. TB Paru
Ya 1 11.1
Tidak 8 88.9
Total 9 100.0
4. Campak
Ya 1 11.1
Tidak 8 88.9
Total 9 100.0
5. Cacingan
Ya 0 0
Tidak 9 100.0
Total 9 100.0
6. Minum Obat Cacing
Ya 4 44.4
Tidak 5 55.6
Total 9 100.0
7. Penyakit Kronis
Ya 0 0
Tidak 9 100.0
Total 9 100.0
5. Data Perumahan dan Sanitasi Lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara tentang Data Perumahan dan
Sanitasi Lingkungan di Kampung Anggaraja RT 02 RW 07 Kelurahan
Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perumahan
dan Sanitasi Lingkungan di masyarakat Kampung
Anggaraja RT 03 RW 07 Kelurahan Cipageran, Kecamatan
Cimahi Utara, Kota Cimahi Tahun 2018.
Variabel Jumlah (N) Persentase (%)
1. Tempat tinggal bangunan
sendiri
Ya 6 66,7
Tidak 3 33,3
Total 9 100,0
2. Jenis bangunan rumah
Rumah bukan panggung 9 100,0
Rumah panggung 0 0
Total 9 100,0
3. Luas rumah
<100 m2 6 66,7
100-200 3 33,3
Total 9 100,0
4. Lantai rumah
Tanah/semen retak berdebu 0 0,0
Semen, ubin, keramik, papan 9 100,0
Total 9 100,0
5. Memiliki kamar tidur sendiri
Punya/ada 9 100,0
Tidak punya/tidak ada 0 0,0
Total 9 100,0
6. Sumber air minum
Air kemasan/isi ulang 0 0,0
Ledeng/PDAM 0 0,0
Mata air 0 0,0
Air sumur 9 100,0
Air hujan 0 0,0
Lainnya 0 0,0
Total 9 100,0
7. Sumber air untuk
mandi/mencuci
Air ledeng/PDAM 0 0,0
Mata air 0 0,0
Air sumur 8 88,9
Air hujan 1 11,1
Air sungai/danau 0 0,0
Lainnya 0 0,0
Total 9 100,0
8. Memiliki jamban/kakus
Tidak ada 0 0,0
Ada 9 100,0
Total 9 100,0
9. Jenis jamban/kakus
Bukan leher angsa 3 33,3
Leher angsa 6 66,7
Total 9 100,0
10. Pembuangan kotoran dari
jamban/kakus
Saluran air/sungai 2 22,2
Septic tank 7 77,8
Total 9 100,0
11. Tempat pembuangan tinja
bayi
Dibuang ke
0 0,0
sungai/kebun/kolam/sembaran
g
0 0,0
Kadang-kadang ke jamban
9 100,0
Selalu ke jamban
Total 9 100,0
12. Kondisi tempat tinggal
Tidak sehat 1 11,1
Kurang sehat 3 33,3
Sehat 5 55,6
Total 9 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, maka dapat diketahui bahwa dilihat


dari perumahan dan sanitasi lingkungan balita dan ibu balita yang
mempunyai balita sebagian besar memiliki tempat tinggal di
bangunan sendiri sebanyak 6 responden (66,7%), seluruh jenis
bangunan rumah bukan rumah panggung sebanyak 9 responden
(100,0%), sebagian besar luas rumah < 100 m2 yaitu sebanyak 6
responden (66,7%), seluruh lantai rumah semen, ubin, keramik,
papan sebanyak 9 responden (100,0%), seluruh responden memiliki
kamar tidur sendiri (100,0%), seluruh sumber air minum responden
berasal dari air sumur (100,0%), sebagian besar sumber air untuk
mandi/mencuci menggunakan air sumur sebanyak 8 responden
(88,9%), seluruh responden memiliki jamban/kakus (100,0%),
sebagian besar responden memiliki jenis jamban/kakus tipe leher
angsa yaitu sebanyak 6 responden (66,7%), sebagian besar
pembuangan kotoran menggunakan septic tank sebanyak 7
responden (77,8%), seluruh responden membuang tinja bayi selalu ke
jamban (100,0%) dan sebagian besar kondisi tempat tinggal sehat
yaitu sebanyak 5 responden (55,6%).

6. Data Asupan Gizi Balita


Berdasarkan hasil wawancara tentang Perumahan dan Sanitasi
Lingkungan di Kampung Anggaraja RT 02 RW 07 Kelurahan
Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan data asupan
gizi balita di Kampung Anggaraja RT 02 RW 07 Kelurahan
Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi Tahun
2017.
KOMPONEN JUMLAH (N) PRESENTASE
(%)
1. Asupan gizi energi
Defisit 1 11,1
Kurang 0 0,0
Sedang 0 0,0
Baik 8 88,9
Total 9 100,0
2. Asupan gizi protein
Defisit 3 33,3
Kurang 0 0,0
Sedang 1 11,1
Baik 5 55,6
Total 9 100,0
3. Asupan gizi karbohidrat
Defisit 3 33,3
Kurang 1 11,1
Sedang 0 0,0
Baik 5 55,6
Total 9 100,0
4. Asupan gizi lemak
Defisit 3 33,3
Kurang 1 11,1
Sedang 0 0,0
Baik 5 55,6
Total 9 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, maka dapat diketahui bahwa dapat

dilihat sebagian besar balita memiliki asupan gizi energi baik yaitu

sebanyak 8 responden (88,9%), sebagian besar balita memiliki

asupan gizi protein baik yaitu sebanyak 5 responden (55,6%),

sebagian besar balita memiliki asupan gizi karbohidrat baik yaitu

sebanyak 5 responden (55,6%) dan sebagian besar balita memiliki

asupan gizi lemak baik yaitu sebanyak 5 responden (55,6%).

B. Pembahasan
1. Usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan juga pendapatan

keluarga seseorang sangat penting untuk diketahui dan bisa dijadikan

sebagai faktor untuk meningkatkan kesehatan. Hal ini dikarenakan

masyarakat mengetahui tentang informasi mengenai status gizi balita

dan juga ibu atau wanita usia subur yang mempunyai balita.

Sebagian besar tingkat pendidikan ayah SD (44,4%) dan SMA

(44,4%) dan tingkat pendidikan ibu SMP (55,6%) dengan jenis

pekerjaan ayah sebagai buruh (66,7%) dan pekerjaan ibu sebagai ibu

rumah tangga (88,9%), selain itu sebagian besar jumlah pendapatan

keluarga kurang dari Rp. 2.463.461 (77,8%).

2. Berat badan aktual balita, panjang badan balita, ukuran antropometri

BB/U, PB/U, dan BB/U balita perlu diketahui untuk menentukan status

berat badan, status tinggi badan, dan status badan ideal. Seluruh
balita memiliki gizi baik (100,0%), tinggi badan pendek (55,6%), dan

memiliki badan proporsional (77,8%).

3. Berat badan aktual ibu balita, tinggi badan ibu balita, lingkar lengan

atas ibu balita, indeks masa tubuh ibu balita, dan lingkar pinggang

panggul ibu balita. Data tersebut untuk memantau status gizi orang

dewasa, untuk melihat risiko kekurangan energi kronik, dan juga

untuk melihat risiko terkena penyakit degeneratif. Sebagai besar IMT

ibu balita normal (55,6%), seluruh ibu memiliki lingkar lengan yang

tidak berisiko KEK (100,0%), sebagian besar lingkar pinggang

panggul sangat berisiko untuk terkena penyakit degeneratif (88,9%).

4. Konjungtiva anemia, spooning nails, bibir dan lidah pucat, dan kondisi

tubuh lelah, lesu, lemah, mudah mengantuk. Data tersebut penting

diketahui untuk melihat ciri-ciri anemia pada balita dengan melakukan

pemeriksaan klinis pada balita. Kondisi anemia adalah malnutrisi zat

besi. Sebagai besar balita tidak memiliki konjungtiva anemia yang

pucat (88,9%), seluruh balita tidak memiliki spooning nails (100,0%),

seluruh balita tidak memiliki bibir dan lidah yang pucat (100,0%), dan

tidak memiliki kondisi tubuh yang lelah, lesu, lemah, mudah

mengantuk (100,0%).

5. Data kesehatan balita perlu diketahui untuk memantau kondisi

kesehatan balita selama 12 bulan terakhir dan melihat pengaruh

asupan makanan pada balita. Makan dalam satu hari dan

mengkonsumsi sayur dan buah sangatlah penting. Data tersebut

diperoleh sebagian besar balita tidak terkena ISPA (66,7%), tidak

mengalami gastroenteritis dalam satu bulan terakhir (88,9%), tidak


mengalami TB/Flek paru dalam 12 bulan terakhir (88,9%), tidak

mengalami campak dalam 12 bulan terakhir (88,9%), tidak mengalami

cacingan dalam 6 bulan terakhir (100,0%), tidak minum obat cacing

dalam 6 bulan terakhir (55,6%), dan tidak menderita penyakit kronis

(100,0%).

6. Sanitasi rumah dan sanitasi lingkungan balita dan ibu/WUS perlu

diperhatikan. Rumah sehat adalah memiliki bangunan sendiri, jenis

bangunan bukan rumah panggung, luas rumah sehat harus cukup

untuk penghuninya di dalamnya. Artinya, luas rumah tersebut harus

disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Lantai rumah sehat

menggunakan semen, ubin , keramik atau papan. Memiliki kamar tidur

sendiri, sumber air minum yang bersih dengan syarat air bersih yaitu

tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Memiliki jamban atau

kakus dengan tipe leher angsa. Memiliki septic tank dengan jarak 10

m dari sumber air seperti sumur. Sebagian besar balita dan ibu/WUS

memiliki kondisi rumah dan sanitasi lingkungan yang sehat

berdasarkan karakteristik dari rumah sehat (55,6%).

7. Asupan gizi balita seperti energi, protein, karbohidrat dan lemak perlu

diketahui untuk melihat angka kecukupan gizi balita dan untuk melihat

kebutuhan gizi anjuran balita yang di sesuaikan dengan umur balita.

Sebagian besar balita memiliki asupan gizi energi defisit (11,1%),

asupan gizi protein defisit (33,3%), asupan gizi karbohidrat defisit

(33,3%), dan asupan gizi lemak defisit (33,3%).


BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan data yang sudah diperoleh didapatkan simpulan sebagai

berikut:

1. Data demografi balita dan ibu balita yang telah diolah yakni masih ada

balita mengalami berat badan lahir rendah (BBLR).

2. Data antropometri balita yang telah diolah yakni masih ada balita

mengalami status sangat pendek serta balita kurus. Sedangkan ibu

balita ada yang memiliki IMT gemuk tingkat berat dan sangat berisiko

tinggi terhadap penyakit degeneratif.

3. Mengetahui keadaan malnutrisi balita melalui pemeriksaan klinis

gejala anemia terdapat satu balita yang konjungtivanya pucat.


4. Mengetahui keadaan kesehatan balita dalam satu bulan terakhir ada

yang menderita campak, sedangkan dalam 12 bulan terakhir ada

yang menderita ISPA, diare dan TB paru.

5. Mengetahui sanitasi rumah dan sanitasi lingkungan balita dan ibu

balita mayoritas tinggal di bangunan milik pribadi, sumber air minum

dari air sumur, dan memiliki jamban.

6. Mengetahui pola asupan makanan balita melalui Food Recall 24 jam

didapatkan hasil terdapat balita yang memiliki asupan gizi energy,

protein, karbohidrat, dan lemak kurang dari kebutuhan gizi anjuran.

B. Saran
Berdasarkan simpulan yang didapat, maka saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1. Dalam menghadapi cuaca yang buruk kesehatan keluarga sebaiknya

lebih diperhatikan lagi karena dengan kondisi cuaca yang sekarang ini

memungkinkan banyak penyakit-penyakit yang muncul, disarankan

memperhatikan asupan makanan, olahraga yang teratur, mengurangi

stress dan tidur yang cukup.

2. Perhatikan asupan makanan yang dikonsumsi balita setiap harinya

3. Selalu memeriksa kondisi balita ke puskesmas atau ke bidan

setempat

4. Selalu meminum obat cacing setiap 6 bulan sekali

5. Diharapkan agar adanya penelitian lebih lanjut dari seluruh sektor

terkait.

Anda mungkin juga menyukai