Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH:
NAMA : Monika Anggelina
NIM :1920171005

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2019/ 2020
A. Pengertian
Pengertian Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri,
yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (keliat, 2011). Harga
diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi negatif tentang harga diri sebagai
respons seseorang terhadap situasi yang sedang dialami.(Wilkinson, 2012).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam
mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena
merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan.(Fitria, 2009).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana individu
mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan kemampuan yang dimiliki,
yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam
waktu yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.
Klasifikasi Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki
harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap
suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang
negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.

B. Rentang Respon

a. Respon Adaptif

Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang


dihadapinya.

1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.(Eko P,
2014)

b. Respon Maladaptif

Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu lagi
menyelesaikan masalah yang dihadapi.

1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain.

2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan
kehidupan dalam mencapai tujuan.

3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian
yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada
rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.(Eko P,2014)

C. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman (2011) adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
Faktor predisposisi citra tubuh adalah :
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh

2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit

3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh

4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Faktor predisposisi harga diri rendah
adalah :
a. Penolakan
b. Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak konsisten,terlalu
dituruti,terlalu dituntut

c. Persaingan antar saudara

d. Kesalahan dan kegagalan berulang

e. Tidak mampu mencapai standar. Faktor predisposisi gangguan peran adalah :

(1) Stereotipik peran seks


(2) Tuntutan peran kerja

(3) Harapan peran kultural. Faktor predisposisi gangguan identitas adalah :

(a) Ketidakpercayaan orang tua

(b) Tekanan dari peer gruup

(c) Perubahan struktur sosial


( Herman,2011)

D. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh,
berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi yang membuat individu
sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan
phisikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupannya.

2) Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu melakukan peran
yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya.
Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik

E. Tanda dan gejala


1) Data Subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan / pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
2) Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara.
(Budi Anna Keliat, 2001)

F. Pohon Masalah
ISOLASI SOSIAL

G. Diagnosa
HARGA DIRI RENDAH KRONIK

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

Keperawatan

1) Harga diri rendah

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Mandiri
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
No. DX KEP PASIEN KELUARGA
1 Harga Diri SP I (p) SP I (k)
Rendah 1. Mengidentifikasi 1.   Mendiskusikan
kemampuan dan aspek masaalah yang
positif yang dimiliki pasien. dirasakan keluarga
2. Membantu pasien menilai dalam merawat pasien.
kemampuan yang masih 2.  Menjelaskan
dapat digunakan. pengertian, tanda, dan
3.   Membantu pasien memilih gejala harga diri
kegiatan yang akan dilatih rendah yang dialami
sesuai dengan kemampuan pasien beserta proses
4. Melatih pasien sesuai terjadinya.
dengan kemamppuan yang 3.   Menjelaskan cara-cara
dipilih. merawat pasien harga
5.   Memberikan pujian yang diri rendah.
wajarterhadap
keberhasilan pasien. SP II (K)
6. Menganjurkan pasien 1.   Melatih keluarga
memasukkannya dalam mempraktekkan cara
jadwal kegiatan harian merawat pasien dengan
SP II (P) harga diri rendah.
1. Mengevaluasi jadwal 2.   Melatih keluarga
kegiatan harian pasien. melakukancara
2. Melatih kemampuan merawat langsung
kedua. kepada pasien harga
3.   Menganjurkan pasien diri rendah
memasukkannya kedalam
jadwal kegiatan harian.
SP III (p) SP III (k)
1. Mengevaluasi jadwal 1.Membantu keluarga
kegiatan harian pasien. membuat jadwal
2. Melatih kemampuan aktivitas dirumah
ketiga. termasuk minum obat.
3. Menganjurkan pasien 2.   Menjelaskan follow up
memasukkannya pasien setelah pulang.
kedalam jadwal harian.

I. Strategi Pelaksanan Individu

1) SP 1: Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien


2) SP 2: Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif kedua yang dimiliki klien

J. Strategi Pelaksanaan Keluarga

1) SP 1 : Identifikasi masalah keluarga menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah


dan cara merawat pasien harga diri rendah
2) SP 2 : Merawat ke pasien
3) SP 3 : Evaluasi kemampuan keluarga dan kemampuan pasien
Lampiran
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna

b. Klien mengatakan ekspresi wajah malu

c. Klien mengatakan “tidak bisa”ketika diminta melakukan sesuatu

d. Klien tampak kurang bergairah

e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya.

2. Diagnosa Keperawatan

Harga Diri Rendah

3. Tujuan

Tujuan Khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Tujuan Umum
Pasien memiliki konsep diri yang positif
Kriteria Hasil:
setelah…..x interaksi,pasien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat
,menunjukkan rasa senang,ada kontak mata,mau berjabat tangan,mau menyebut nama,mau
menjawab salam,pasien mau duduk,berdampingan dengan perawat,mau mengutarakan
masa-lah yang dihadapi
Intervensi :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


a. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik:
 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
c. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien dengan
harag diri rendah.
b. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

STRATEGI PELAKSANAAN ( SP )

A. Proses Keperawtan
1. Kondisi
Ds : Klien mengatakan malu dan tak berguna, Klien sering mengatakan dirinya
tidak mampu melakukan sesuatu,
Do : Klien kelihatan sering menyendiri, Klien lebih banyak diam, Selama
berkomunikasi kontak mata kurang.
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah
3. Tujuan Umum
Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
4. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Klien dapat memilih kemampuan yang akan digunakan
d. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan yang dimilikinya
5. Intervensi keperawatan
SP I (P)
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
d. Melatih pasien sesuai dengan kemamppuan yang dipilih
e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
f. Menganjurkan pasien memasukkannya dalam jadwal kegiatan harian

SP II (P)
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih kemampuan kedua
c. Menganjurkan pasien memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian
SP III (P)
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih kemampuan ketiga
c. Menganjurkan pasien memasukkannya kedalam jadwal harian
B. Tindakan
1. BHSP, salam terapeutik, perkenalkan diri dengan sopan, jelaskan tujuan interaksi,
ciptaan lingkungan yang tenang dan buat kontrak yang jelas ( waktu, tempat, topic ).
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4. Katakana kepada klien bahwa dirinya adalah seorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( SP )

 SP I Pasien :Mendiskusikan kemampuan aspek positif yang dimiliki oleh klien, Membantu
klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, Membantu klien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, Melatih kemampuan yang sudah dipilih,
Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

Orientasi :
“Assalamualaikum, perkenalkan saya Uswatun Khasanah senang dipanggil
Uswa, nama bapak siapa? Senang dipanggil apa?”. “Bagaimana perasaan
bapak pagi hari ini? Boleh kita bercakapa-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah bapak lakukan? Setelah itu kita nilai kegiatan yang mana
yang masih dapat bapak lakukan disini rumah sakit. Setelah kita nilai kita akan
pilih satu dan akan kita latih”. Bagaimana kalau di taman? Sekitar 20 menit?”
Kerja :
“Bapak suka melakukan hal apa? Bagus apa lagi pak? Saya buat daftarnya ya!
Apa kegiatan rumah tangga yang disukai dan dilakukan biasanya? Merapikan
tempat tidur?mencuci piring? Menyapu?” “Wahh bagus sekali ada 3 kemampuan
bapak , yang dapat bapak lakukan dirumah sakit.”
Dari 3 kemampuansekarang coba pilih salah satu untuk dilakukan di rumah
sakit” “oke bapak pilih yang nomor satu , merapihkan tempat tidur? Kalau
begitu bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur sekarang.,
Mari kita ke kamar bapak untuk latihanya.” “mari kita pindahkan bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat seprainya, dan kasurnya kita balik. Nah
sekarang kita pasang lagi sepreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus!”
sekarang sebelah kaki , tarik dan masukkan lalu sebelah pinggir masukkan
.sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan disebelah atas. Mari kita lipat
selimut, nah letakan sebelah bawah kaki. Bagus!”
Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau
bapak lakukan tanpa disuruh, B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T
(tidak) melakukan.
Terminasi :
“Bagaiman perasaan bapak setelah bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
pagi hari ini merapikan tempat tidur? Bapak ternyata banyak memiliki
kemampuan ya yang dapat dilakukan dirumah sakit ini. Salah satunya melakukan
merapikan tempat tidur, yang sudah bapak praktekan. Baik sekali Nah
kemampuan ini dapat bapak lakukan sepulang dari rumahsakit juga.”
Sekarang mari masukkan pada jadwal harian. Bapak mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus dua kali ya pagi dan pagi jam berapa? Lalu
sehabis istirahat jam 16.00”
“besok pagi kita latihan lagi kemampuan bapak yang kedua. Bapak masih ingat
kegiatan kedua apa lagi?yang mampu dilakukan dirumah sakit? Ya bagus,
Mencuci piring , kalau begitu akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi ya
pak di dapur ruangan ini sehabis makan pagi , sekitar 20 menit ya pak sampai
jumpa”

 SP II Pasien :Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien, Melatih klien melakukan kegiatan yang telah dipilih , membuat jadwal pelaksanaan
kemampuan selanjutnya, membimbing klien memasukan dalam jadwal kegiatannya

Orientasi :
“Assalammua’laikum, apakah masih ingat dengan saya? bagaimana
perasaan    bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah
”Bagaimana bapak , sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi
pag? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan
latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu bapak?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
Kerja :
“ Bapak, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabun/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci
piring, dan air untuk membilas.,  Bapak bisa menggunakan air yang mengalir
dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang
sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring kotor, lalu
buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian Bapak bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes
yang sudah diberikan sabun pencuci piring.  Setelah selesai disabuni, bilas
dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut.
Setelah itu  Bapak bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang
sudah tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba  Bapak yang melakukan…”

“Bagus sekali, Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang
dilap tangannya
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari
Bapak Mau berapa kali Bapak mencuci piring? Bagus sekali  Bapak mencuci
piring tiga kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan
latihan menyapu”
”di kamar bapak, Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

 SP I Keluarga :Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien


dirumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda gejala harga diri rendah, menjelaskan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat klien dengan
harga diri rendah, memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekan cara merawat
klien

Orientasi :
“Assalammu’alaikum !”
“Perkenalkan saya Uswatun Khasanah senang dipanggil Uswa, Nama ibu siapa
senang dipanggil apa? Saya perawat yang merawat bapak T di ruang ini”
 “Bagaimana keadaan   Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T?
Berapa lama waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”

Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang  terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan
dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan
kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai
dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila
keadaan T ini terus menerus seperti itu, T bisa mengalami masalah yang lebih
berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih
mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka
kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk T”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan
hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T)
” T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring.
Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat
mengingatkan T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar
harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang
kegiatannya”.
”Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu
tetap  perlu memantau perkembangan T.
Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu
dapat membawa T ke puskesmas”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian
kepada T”
”Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
yang yang mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci
piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi T dan bagaimana
cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada T”
“Jam berapa Bp/Ibu datang? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

 SP II Keluarga : Melatih keluarga mempraktekan cara merawat klien secara langsung


kepada klien, membuat jadwal selanjutnya dengan keluarga klien.

Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat BapakIbu  seperti yang kita
pelajari  dua   hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada T.”
”Waktunya 20 menit”. 
”Sekarang mari kita temui T” 

Kerja:
”Assalamu’alaikum T. Bagaimana perasaan T hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan
anak Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti
yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana  perasaan T setelah berbincang-bincang dengan Orang tua T?”
”Baiklah,  sekarang saya dan orang tua T ke ruang perawat dulu”
 (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada T”
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang   Pak/Bu”
“Assalamu’alaikum”

 SP III Keluarga :Mengevaluasi kemampuan keluarga dan kemampuan klien, membuat


perencanaan kegiatan pasien di rumah

Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
“Bagaimana perasaan bapak/ibu pagi ini?”
”Karena hari ini T sudah boleh pulang, maka  kita akan membicarakan jadwal T
selama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah
semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu,

Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian T untuk
dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk Puskesmas yang terdekat tempat tinggal
Ibu dan Bapak supaya mempermudah Ibu dan Bapak merawat T di rumah.
Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.
Silakan selesaikan administrasinya!”
DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen SJ. 2005. Buku saku keperawatan jiwa. EGC : Jakarta.
Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:
Salemba Medika.

Herdman, T.H. 2012. International Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran. Jakarta:


EGC.

Keliat, B.A. 2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CNHM(basic course). Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(basic course). Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC

Kusumawati, F. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson A. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran : EGC

Anda mungkin juga menyukai