DISUSUN OLEH:
NAMA : Monika Anggelulina
NIM : 1920171005
B. Rentang respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina
hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang
merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum berlaku dan lazim
dilakukan oleh semua orang. respon ini meliputi:
a. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan
di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-
langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk
saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku dan tidak
lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan
orang lain.
C. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial maladaptif. (Damaiyanti, 2012)
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan
penderita penyakit kronis.
4) Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negative dan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
D. Stressor presipitasi
Data subyektif
o Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
o Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
o Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
o Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
o Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
o Pasien merasa tidak berguna
o Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Data obyektif
o Tidak memiliki teman dekat
o Menarik diri
o Tidak komunikatif
o Tindakan berulang dan tidak bermakna
o Asyik dengan pikirannya sendiri
o Tak ada kontak mata
o Tampak sedih, afek tumpul
F. Pohon Masalah
G. Diagnosa Keperawatan
DIAGNOSA
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Isolasi Sosial TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
Klien :
SP 1
Bina hubungan saling percaya
Identifikasi penyebab isolasi sosial
SP 2
Diskusikan bersama Klien keuntungan
berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain
Ajarkan kepada Klien cara berkenalan dengan
satu orang
Anjurkan kepada Klien untuk memasukan
kegiatan berkenalan dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan harian dirumah
SP 3
Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan
harian Klien
Beri kesempatan pada Klien mempraktekan cara
berkenalan dengan dua orang
Ajarkan Klien berbincang-bincang dengan dua
orang tetang topik tertentu
Anjurkan kepada Klien untuk memasukan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan harian dirumah
SP 4
Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan
harian Klien
Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis,
dosis, waktu, manfaat dan efek samping obat)
Anjurkan Klien memasukan kegiatan
bersosialisasi dalam jadwalkegiatan harian
dirumah.
Anjurkan Klien untuk bersosialisasi dengan
orang lain.
Keluraga :
Diskusikan masalah yang dirasakan kelura
dalam merawat Klien.
Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi
sosial yang dialami Klien dan proses terjadinya.
Jelaskan dan latih keluarga cara-cara merawat
Klien.
TINDAKAN PSIKOFARMAKA
Beri obat-obatan sesuai program.
Pantau keefektifan dan efek sampig obat yang
diminum.
Ukur vital sign secara periodik.
b. Modalitas
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari yang meliputi:
a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur.
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah
laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi
dan sesudah mandi.
d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti
pakaian.
e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan
setelah makan dan minum.
f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan
kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan,
rambut, kuku dan lain-lain.
g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh
benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat
yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur.
Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan
karena sering merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa.
Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi
bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
2) Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien
dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
a) dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
b) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban
yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
c) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau
sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
d) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah
sembarangan, tidak membuang puntung Kontak sosial terhadap teman, yaitu
tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien,
misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
e) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu
ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
f) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan
orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya
kesungguhan dalam berkomunikasi.
g) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul
rokok sembarangan dan sebagainya.
3) Kolaboratif
a) Terapi Psikofarmaka
Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan
otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan
dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia
sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe).Metabolic
(Soundiee).Hematologik, agranulosis.Biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy,
kelainan jantung.
Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan
miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra
meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung.
Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine.Memiliki
efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,
muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi
urine.Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP),
glaukoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis
STRATEGI PELAKSANAAN
PASIEN DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI
1. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi Klien
Data subjektif:
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya
Klien merasa orang lain tidak selevel.
Data objektif:
Klien tampak menyendiri
Klien terlihat mengurung diri
Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial
3. TUJUAN
a. Umum
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Khusus:
1) Klien dapat membina hupakngan saling percaya
2) Klien dapat menyepakatkan penyebab isolasi sosial
3) Klien mampu menyepakatkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang
lain
4) Klien dapat melaksanakan hupakngan social secara bertahap
5) Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
6) Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
7) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain.
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian.
STRATEGI PELAKSANAAN
PASIEN KELUARGA
SP I Pasien SP I Keluarga
1. BHSP dan Identifikasi penyebab 1. Mengidentifikasi masalah
isolasi sosial keluarga
2. Keuntungan bersosialisasi 2. Menjelaskan proses terjadinya
3. Kerugian tidak bersosialisasi isolasi sosial
SP II Pasien 3. Menjelaskan cara merawat
1. Melatih klien berinteraksi pasien isolasi sosial
secara bertahap SP II Keluarga
2. Melatih berkenalan dengan 1 1. Melati keluarga merawat
orang langsung ke pasien
3. Membantu memasukan SP III Keluarga
kedalam jadwal kegiatan klien 1. Mengevaluasi Kemampuan
SP III Pasien Keluarga
1. Melatih klien berkenalan 2. Mengevaluasi kemapuan klien
dengan 2 orang atau lebih
2. Membantu memasukan
kedalam jadwal kegiatan klien
SP I Pasien : BHSP dan Identifikasi penyebab isolasi sosial, keuntungan bersosialisasi, Kerugian
tidak bersosialisasi
Orientasi :
“Assalammu’alaikum ”
“Perkenalkan saya Uswatun Khasanah, Saya senang dipanggil Uswa, Saya perawat di
Ruang Mawar ini… yang akan merawat Ibu.”
“Apa keluhan S hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Mau berapa lama, S? Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja:
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap
dengannya?”
”Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? O.. S merasa sendirian? Siapa saja yang
S kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah
kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau
begitu inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ?
“Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang
dipanggil Si. Asal saya dari Bireun, hobi memasak”
“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan saya!”
Terminasi:
”Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien
lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak S berkenalan dengan
teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?”
SP II Pasien : Melatih klien berinteraksi secara bertahap, melatih berkenalan dengan 1 orang,
membantu memasukan kedalam jadwal kegiatan klien
Orientasi :
“ Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan “Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan Suster ! “
“ Bagus sekali, S masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak S mencoba
berkenalan dengan teman saya perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10 menit”
“ Ayo kita temui perawat N disana”
Kerja :
“Baiklah S, S bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan kemarin”
“Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang keluarga
perawat N”
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa
buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti”
Terminasi:
”Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan
sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada
jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba sendiri.
Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Di ruang ini ya? Sampai besok.”
SP III Pasien : Melatih klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih, membantu memasukan
kedalam jadwal kegiatan klien
Orientasi:
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O”
Kerja:
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa
buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti”
Terminasi:
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S. Pada jam yang
sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.. Assalamu’alaikum”
“Assalamu’alaikum Pak”
”Perkenalkan saya perawat Uswatun Khasanah, Senang dipanggil Uswa saya yang
merawat, anak bapak, S, di ruang Mawar ini”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
perawatannya”
”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau
setengah jam?”
Kerja:
”Apa masalah yang Bp/Ibu hadapi dalam merawat S? Apa yang sudah dilakukan?”
“Masalah yang dialami oleh anak S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.
” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami
halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus
sabar menghadapi S. Dan untuk merawat S, keluarga perlu melakukan beberapa hal.
Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan S yang caranya
adalah bersikap peduli dengan S dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu
memberikan semangat dan dorongan kepada S untuk bisa melakukan kegiatan bersama-
sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi
pasien.”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”
”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”
Terminasi:
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”
“Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial”
“ Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang
mengalami masalah isolasi sosial”
“ Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut”
“Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua
keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama.”
“Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ?”
“Assalamu’alaikum”
”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa
hari yang lalu?”
“Mari praktekkan langsung ke S! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30
menit.”
Kerja:
”Bpk/Ibu S datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong S tunjukkan jadwal kegiatannya!”
”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa
hari lalu”
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”
« «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada S »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti
sekarang Pak »
« Assalamu’alaikum »
DAFTAR PUSTAKA
Anna Budi Keliat. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri, Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia :Jakarta
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
StrategiPelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP& SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
Kusumawati dan Hartono .2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta : Salemba Medika
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga.Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API).Jakarta :
fajar Interpratama.
Stuart dan Sundeen .2005 . Buku Keperawatan Jiwa .Jakarta : EGC .
Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.