Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH:
NAMA : Monika Anggelulina
NIM : 1920171005

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2019/ 2020

LP PASIEN ISOLASI SOSIAL / MENARIK DIRI


A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Damaiyanti,
2008)
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2012)

B. Rentang respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina
hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang
merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri kesepian manipulasi


Otonomi menarik diri impulsif
Bekerja sama ketergantungan narcisme
Interdependen

Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum berlaku dan lazim
dilakukan oleh semua orang. respon ini meliputi:
a. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan
di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-
langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk
saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku dan tidak
lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.

b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan
orang lain.

c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa


percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain
diperlakukan sebagai objek, hubungan

C. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial maladaptif. (Damaiyanti, 2012)
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan
penderita penyakit kronis.
4) Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negative dan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.

D. Stressor presipitasi

1) Stressor sosial budaya


Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti
dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang
dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.
(Prabowo, 2014: 111)

E. Tanda dan Gejala

Data subyektif
o Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
o Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
o Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
o Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
o Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
o Pasien merasa tidak berguna
o Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Data obyektif
o Tidak memiliki teman dekat
o Menarik diri
o Tidak komunikatif
o Tindakan berulang dan tidak bermakna
o Asyik dengan pikirannya sendiri
o Tak ada kontak mata
o Tampak sedih, afek tumpul

(Yosep iyus, 2009)

F. Pohon Masalah
G. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial: Menarik diri

DIAGNOSA
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Isolasi Sosial TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK

Klien :
SP 1                                             
 Bina hubungan saling percaya
 Identifikasi penyebab isolasi sosial

SP 2            
 Diskusikan bersama Klien keuntungan
berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain
 Ajarkan kepada Klien cara berkenalan dengan
satu orang
 Anjurkan kepada Klien untuk memasukan
kegiatan berkenalan dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan harian dirumah

SP 3
 Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan
harian Klien
 Beri kesempatan pada Klien mempraktekan cara
berkenalan dengan dua orang
 Ajarkan Klien berbincang-bincang dengan dua
orang tetang topik tertentu
 Anjurkan kepada Klien untuk memasukan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan harian dirumah

SP 4
 Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan
harian Klien
 Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis,
dosis, waktu, manfaat dan efek samping obat)
 Anjurkan Klien memasukan kegiatan
bersosialisasi dalam jadwalkegiatan harian
dirumah.
 Anjurkan Klien untuk bersosialisasi dengan
orang lain.

Keluraga :
 Diskusikan masalah yang dirasakan kelura
dalam merawat Klien.
 Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi
sosial yang dialami Klien dan proses terjadinya.
 Jelaskan dan latih keluarga cara-cara merawat
Klien.

TINDAKAN PSIKOFARMAKA
 Beri obat-obatan  sesuai program.
 Pantau keefektifan dan efek sampig obat yang
diminum.
 Ukur vital sign secara periodik.

TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN


 Libatkan dalam makan bersama.
 Perlihatkan sikap menerima dengan cara
melakukan kontak singkat tapi sering.
 Berikan reinforcement positif  setiap Klien
berhasil melakukan suatu tindakan.
 Orientasikan Klien pada waktu, tempat, dan
orang sesuai kebutuhannya.

b. Modalitas
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari yang meliputi:
a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur.
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah
laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi
dan sesudah mandi.
d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti
pakaian.
e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan
setelah makan dan minum.
f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan
kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan,
rambut, kuku dan lain-lain.
g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh
benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat
yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur.
Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan
karena sering merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa.
Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi
bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
2) Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien
dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
a) dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
b) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban
yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
c) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau
sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
d) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah
sembarangan, tidak membuang puntung Kontak sosial terhadap teman, yaitu
tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien,
misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
e) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu
ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
f) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan
orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya
kesungguhan dalam berkomunikasi.
g) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul
rokok sembarangan dan sebagainya.

3) Kolaboratif
a) Terapi Psikofarmaka
 Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan  dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan
otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan
dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia
sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe).Metabolic
(Soundiee).Hematologik, agranulosis.Biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy,
kelainan jantung.
 Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan
miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra
meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung.
 Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine.Memiliki
efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,
muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi
urine.Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP),
glaukoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis
STRATEGI PELAKSANAAN
PASIEN DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

1. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi Klien
Data subjektif:
 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya
 Klien merasa orang lain tidak selevel.
Data objektif:
 Klien tampak menyendiri
 Klien terlihat mengurung diri
 Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial
3. TUJUAN
a. Umum
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Khusus:
1) Klien dapat membina hupakngan saling percaya
2) Klien dapat menyepakatkan penyebab isolasi sosial
3) Klien mampu menyepakatkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang
lain
4) Klien dapat melaksanakan hupakngan social secara bertahap
5) Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
6) Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
7) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain.
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian.

STRATEGI PELAKSANAAN
PASIEN KELUARGA
SP I Pasien SP I Keluarga
1. BHSP dan Identifikasi penyebab 1. Mengidentifikasi masalah
isolasi sosial keluarga
2. Keuntungan bersosialisasi 2. Menjelaskan proses terjadinya
3. Kerugian tidak bersosialisasi isolasi sosial
SP II Pasien 3. Menjelaskan cara merawat
1. Melatih klien berinteraksi pasien isolasi sosial
secara bertahap SP II Keluarga
2. Melatih berkenalan dengan 1 1. Melati keluarga merawat
orang langsung ke pasien
3. Membantu memasukan SP III Keluarga
kedalam jadwal kegiatan klien 1. Mengevaluasi Kemampuan
SP III Pasien Keluarga
1. Melatih klien berkenalan 2. Mengevaluasi kemapuan klien
dengan 2 orang atau lebih
2. Membantu memasukan
kedalam jadwal kegiatan klien

 SP I Pasien : BHSP dan Identifikasi penyebab isolasi sosial, keuntungan bersosialisasi, Kerugian
tidak bersosialisasi
Orientasi :

“Assalammu’alaikum ”

“Perkenalkan saya Uswatun Khasanah, Saya senang dipanggil Uswa, Saya perawat di
Ruang Mawar ini… yang akan merawat Ibu.”

“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”

“Apa keluhan S hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Mau berapa lama, S? Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja:

(Jika pasien baru)

”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap
dengannya?”

(Jika pasien sudah lama dirawat)

”Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? O.. S merasa sendirian? Siapa saja yang
S kenal di ruangan ini”

 “Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”

 “Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien


yang  lain?”

 ”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah
kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien

dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau
begitu inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ?

«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang  kita belajar berkenalan dengan orang lain”

 “Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang
dipanggil Si. Asal saya dari Bireun, hobi memasak”

“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini:


Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”

“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan saya!”

“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang


hal-hal yang menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

Terminasi:

”Bagaimana perasaan S setelah kita  latihan berkenalan?”

”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”

”Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.  S mau praktekkan ke pasien
lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya.”

”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini  untuk mengajak S berkenalan dengan
teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?”

”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum

 SP II Pasien : Melatih klien berinteraksi secara bertahap, melatih berkenalan dengan 1 orang,
membantu memasukan kedalam jadwal kegiatan klien
Orientasi :

“Assalammualaikum S! Masih ingat dengan saya?”

“Bagaimana perasaan S hari ini?

“ Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan “Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan Suster ! “

“ Bagus sekali, S masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajak S mencoba
berkenalan  dengan teman saya perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10 menit”
“ Ayo kita temui perawat N disana”

Kerja :

( Bersama-sama S saudara mendekati perawat N)

“Selamat pagi perawat N, ini  ingin berkenalan dengan N”

“Baiklah S, S bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan kemarin”

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,


menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)

“Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang keluarga
perawat N”

“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa
buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya  jam 1 siang nanti”

“Baiklah perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya  dan S akan kembali ke


ruangan S. Selamat pagi”

(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat N untuk melakukan terminasi


dengan S di tempat lain)

Terminasi:

 “Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N”

”S tampak bagus  sekali saat berkenalan tadi” 

”Pertahankan terus  apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan
sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada
jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba sendiri.
Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Di ruang ini ya? Sampai besok.”

 SP III Pasien : Melatih klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih, membantu memasukan
kedalam jadwal kegiatan klien
Orientasi:

“Assalammu’alaikum S! Masih ingatkan dengan saya? Bagaimana perasaan hari ini?

”Apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”

(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain

 ”Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”

”Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi”

”Kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi?”

”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O”

”seperti biasa kira-kira 10 menit”


”Mari kita temui dia di ruang makan”

Kerja:

( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )

“Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.”

“Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S lakukan


sebelumnya.”

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama


panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).”

“Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada “

“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa
buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti”

(S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)

“Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya  dan S akan kembali ke ruangan S.


Selamat pagi”

(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi


dengan S di tempat lain)

Terminasi:

 “Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O”

”Dibandingkan kemarin pagi, N tampak lebih baik saat berkenalan dengan


O”  ”pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan O  jam 4 sore nanti”

”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan  berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang


lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari S dapat berbincang-bincang
dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, S bisa
bertemu dengan N, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa
berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap.    Bagaimana S, setuju kan?”

”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S. Pada jam yang
sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.. Assalamu’alaikum”

 SP I Keluarga : Mengidentifikasi masalah keluarga, menjelaskan proses terjadinya isolasi sosial,


menjelaskan cara merawat pasien isolasi sosial
Orientasi:

“Assalamu’alaikum  Pak”

”Perkenalkan saya perawat Uswatun Khasanah, Senang dipanggil Uswa saya yang
merawat, anak bapak, S, di ruang Mawar ini”

”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”


” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak S sekarang?”

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
perawatannya”

 ”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau
setengah  jam?”

Kerja:

”Apa masalah yang Bp/Ibu hadapi dalam merawat S? Apa yang sudah dilakukan?”

“Masalah yang dialami oleh anak S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.

” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”

”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan   saat


berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah
dengan orang–orang terdekat”

“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang  bisa mengalami
halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”

“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus
sabar menghadapi S. Dan untuk merawat S, keluarga perlu melakukan beberapa hal.
Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan S  yang caranya
adalah bersikap peduli dengan S  dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu
memberikan semangat dan dorongan kepada S untuk bisa melakukan kegiatan bersama-
sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi
pasien.”

« Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap


dengan S. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan
kegiatan rumah tangga bersama.” 

”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”

” Begini contoh komunikasinya, Pak:  S, bapak lihat sekarang kamu sudah


bisa  bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak
senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan
saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau
di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-
sama keluarga atau di mushola kampung. Bagiamana S, kamu mau coba kan, nak ?”

”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”

”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”

”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”

Terminasi:

“Baiklah waktunya  sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”

“Coba Bapak  ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial”

“ Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang
mengalami masalah isolasi sosial”

“ Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut”

“Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua
keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama.”

“Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ?”

“Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama”

“Assalamu’alaikum”

 SP II Keluarga : Melati keluarga merawat langsung ke pasien


Orientasi:

“Assalamu’alaikum Pak/Bu, Masih ingat dengan saya?”

” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”

”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari    berberapa
hari yang lalu?”

“Mari praktekkan langsung ke S! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30
menit.” 

”Sekarang mari kita temui S” 

Kerja:

”Assalamu’alaikum S. Bagaimana perasaan S hari ini?”

”Bpk/Ibu S datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong S tunjukkan jadwal kegiatannya!”

  (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa
hari lalu”

(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang


telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).

”Bagaimana    perasaan S setelah berbincang-bincang dengan Orang tua S?”

”Baiklah,    sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu”

  (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan


keluarga)

Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu    setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”
«  «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada S  »

«  Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti
sekarang    Pak  »

«  Assalamu’alaikum  »

 SP III Keluarga :Mengevaluasi Kemampuan Keluarga, mengevaluasi kemampuan klien


Orientasi :
“Assalamualaikum Pak/Bu”
“Bagaimana perasaan bapak/Ibu Pagi ini? Karena besok S sudah boleh pulang, maka
perlu kita berbicara tentang bagaimana perawatan di rumah.”
“Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal S disini saja”
“Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja :
“Bapak/Ibu , Ini jadwal S selama di rumah sakit. Coba lihat, mungkin bisa dilanjutkan
dirumah? Di rumah bapak/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di
rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obat.”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak bapak selama dirumah. Misalnya kalau S terus menerus tidak mau bergaul dengan
orang lain menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di puskesmas Indera Puri, Puskesmas
terdekat dari rumah Bapak, ini nomor telepon Puskesmas 08564XXXX”
“Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan S selama
dirumah.”
Terminasi :
“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa
pulang Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke
PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan
administrasinya!”

DAFTAR PUSTAKA

Anna Budi Keliat. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri, Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia :Jakarta
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
StrategiPelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP& SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
Kusumawati dan Hartono .2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta : Salemba Medika
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga.Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API).Jakarta :
fajar Interpratama.
Stuart dan Sundeen .2005 . Buku Keperawatan Jiwa .Jakarta : EGC .
Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai