Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang dilahirkan berbeda. Tidak ada manusia yang benar-benar
sama meskipun mereka kembar. Perbedaan tersebut dapat terjadi pada kondisi
fisik dan non fisik. Merupakan hal wajar jika setiap orang berbeda dalam
banyak hal seperti warna kulit, bentuk jasmani, minat, potensi atau
kecerdasan. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari disamping individu
yang secara fisik normal sering kita jumpai, ada pula individu yang memiliki
fisik tidak normal,yang sering dikenal sebagai penyandang cacat. Masalah
penyandang cacat bukan merupakan masalah yang kecil, terutama di negara
seperti Indonesia. Karena permasalahan yang dihadapi meliputi segala aspek
hidup dan kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
Penyandang cacat tubuh sebagai salah satu penyandang masalah
kesejahteraan social perlu mendapat perhatian agar mereka dapat
melaksanakan fungsi sosialnya. Penyandang cacat tubuh adalah mereka yang
tubuhnya tidak normal sehingga menghambat kemampuannya untuk
melaksanakan fungsi sosialnya di masyarakat. Mereka masih bisa berpikir
normal, dapat melihat, mendengar, beraktivitas dan berbuat sesuatu
Penyandang cacat tubuh secara psikis akan mengalami rasa rendah diri dan
kesulitan dalam menyesuaikan diri di masyarakat, karena perlakukan
masyarakat/lingkungan sekitar berupa celaan atau belas kasihan ketika
memandang mereka.
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus
mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua
tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan
bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral,
asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien
dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan
komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang
1
dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu
sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah


sebagai berikut :
1. Bagaiman definisi Kecacatan?
2. Apa saja Klasifikasi kecacatan?
3. Bagaiman Derajat Kecacatan?
4. Apa saja Hak-Hak Penyandang Cacat/Disabilitas?
5. Bagaimana Pencegahan Pada Disabilitas ?
6. Konsep asuhan keperawatan komunitas?
7. Asuhan Keperawatan Komunitas pada kecatatan?

1.3 Tujuan penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat ditarik beberapa tujuan


masalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan definisi Kecacatan
2. Untuk menjelaskan Klasifikasi kecacatan
3. Untuk mengetahui Derajat Kecacatan
4. Untuk mengetahui Hak-Hak Penyandang Cacat/ Disabilitas.
5. Untuk mengetahui Penecegahan pada Disabilitas.
6. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan komunitas
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Komunitas pada kecatatan

1.4 Manfaat

2
Berdasarkan tujuan penulisan di atas penulis dapat menyimpulkan manfaat
penulisan sebagai berikut :
1. Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan
makalah mengenai tentang keperawatan dan mampu berfikir logis.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai asuhan
keperawatan komunitas pada populasi rentang kecatatan

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kecacatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia1 penyandang diartikan


dengan orang yang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan
disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan
bahasa Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau
ketidakmampuan.

Peraturan gubernur jawa timur Nomor 125 tahun 2016 Tentang


Petunjuk pelaksanaan peraturan daerah provinsi jawa timur nomor 3 tahun
2013 tentang perlindungan Dan pelayanan bagi Penyandang disabilitas.
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik
dan/atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan
hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya, yang
terdiri dari : penyandang disabilitas fisik, penyandang disabilitas mental
serta penyandang disabilitas fisik dan mental. Rehabilitasi adalah proses
refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan penyandang
disabilitas mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan masyarakat. Pendidikan Inklusi adalah sistem penyelenggaran
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik
yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam
lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya. Sekolah Luar Biasa adalah sebuah lembaga pendidikan formal
yang melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Rehabilitasi sosial adalah kegiatan pelayanan sosial secara utuh dan
terpadu melalui pendekatan fisik, mental dan sosial agar penyandang
disabilitas dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal dalam
hidup bermasyarakat. Tenaga kerja penyandang disabilitas adalah tenaga
kerja yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental namun mampu
melakukan kegiatan secara selayaknya, serta mempunyai bakat, minat dan
kemampuan untuk melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar

4
hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.

Orang berkebutuhan khusus (disabilitas) adalah orang yang hidup


dengan karakteristik khusus dan memiliki perbedaan dengan orang pada
umumnya. Karena karakteristik yang berbeda inilah memerlukan
pelayanan khusus agar dia mendapatkan hak-haknya sebagai manusia yang
hidup di muka bumi ini.Orang berkebutuhan khusus memiliki defenisi
yang sangat luas, mencakup orang-orang yang memiliki cacat fisik, atau
kemampuan IQ (Intelligence Quotient) rendah, serta orang dengan
permasalahan sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya
mengalami gangguan.

2.2 Klasifikkasi Kecacatan

Terdapat beberapa jenis orang dengan kebutuhan


khusus/disabilitas. Ini berarti bahwa setiap penyandang disabilitas
memiliki defenisi masing-masing yang mana kesemuanya memerlukan
bantuan untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Jenis-jenis
penyandang disabilitas ada 3 ;

1. Disabilitas Mental. Kelainan mental ini terdiri dari:


a) Mental Tinggi.
Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di mana
selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia
juga memiliki kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas.
b) Mental Rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/IQ
(Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi
2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learnes) yaitu
anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) antara 70-90.
Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) di
bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
c) Berkesulitan Belajar Spesifik

5
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar
(achievment) yang diperoleh
2. Disabilitas Fisik. Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu7:
a) Kelainan Tubuh (Tuna Daksa)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak
yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur
tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan
(kehilangan organ tubuh), polio dan lumpuh.
b) Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra)
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam
penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua
golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
c) Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu
memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa
disebut tunawicara.
d) Kelainan Bicara (Tunawicara)
Adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit
bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara
ini dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat
bersifat fungsional di mana kemungkinan disebabkan karena
ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya
ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan
pada organ motorik yang berkaitan dengan bicara.
3. Tuna ganda (disabilitas ganda).Penderita cacat lebih dari satu
kecacatan (yaitu cacat fisik dan mental)

2.3 Derajat Kecacatan

6
Berdasar derajat kecacatannya dibedakan:
1. Cacat tubuh ringan
Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh dimana kebutuhan
aktifitas hidup seharihari (ADL)nya t idak memerlukan pertolongan
orang lain. Termasuk dalam golongan cacat ini adalah amputasi
tanganatau kaki salah satu, cerebral palcy ringan,layuh salah satu kaki,
tangan/kaki bengkok dan sebagainya.
2. Cacat tubuh sedang
Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh, dimana kebutuhan
aktivitas hidup sehari hari (ADL)nya Harus dilatih terlebih dahulu,
sehingga untuk seterusnya dapat dilakukan tanpa pertolongan.
Termasuk Golongan ini adalah cerebral palcy sedang, amputee dua
tangan atas siku, muscle destrophy sedang, scoliosis dan seterusnya.
3. Cacat tubuh berat
Yaitu mereka yang untuk kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
(ADL)nya selalu memerlukan pertolongan orang lain, antara lain
amputee dua kaki atas lutut dan dua tangan atas siku, cerebral palcy
berat, layuh dua kaki dan dua tangan, paraplegia berat dan sebagainya.
(Departemen Sosial, 2008).
Pasal 7 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
104/MENKES/PER/II/1999 tentang Rehabilitasi Medik mengatur bahwa
derajat kecacatan dinilai berdasarkan keterbatasan kemampuan seseorang
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari yang dapat dikelompokan dalam
1. Derajat cacat 1: mampu melaksanakan aktifitas atau mempertahankan
sikap dengan kesulitan.
2. Derajat cacat 2: mampu melaksanakan kegiatan atau mempertahankan
sikap dengan bantuan alat bantu.
3. Derajat cacat 3: dalam melaksanakan aktifitas, sebagian
memerlukanbantuan orang lain dengan atau tanpa alat bantu.
4. Derajat cacat 4: dalam melaksanakan aktifitas tergantung penuh
terhadap pengawasan orang lain.
5. Derajat cacat 5: tidak mampu melakukan aktifitas tanpa bantuan penuh
orang lain dan tersedianya lingkungan khusus.

7
6. Derajat cacat 6: tidak mampu penuh melaksanakan kegiatan sehari-hari
meskipun dibantu penuh orang lain.

2.4 Hak-hak Penyandang Cacat/Disabilitas


Hak adalah segala sesuatu yang harus diberikan pada sesorang. Hak
boleh digunakan atau tidak digunakan. Hak asasi adalah manusia diatur dalam
UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.Hak-hak penyandang
cacat/disabilitas dalam Deklarasi diatur dalam Pasal 3 sampai 13. Hak-hak
tersebut meliputi :
1. Hak yang melekat untuk menghormati martabat manusia
2. Hak sipil dan politik
3. Hak atas kemandirian
4. Hak atas pelayanan jasa
5. Hak atas jaminan ekonomi
6. Hak atas pertimbangankebutuhannya yang khusus
7. Hak untuk berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial, kreatif, atau
rekreasi
8. Hak atas perlindungan terhadap perlakuan eksploitatif atau merendahkan
martabat
9. Hak atas bantuan hukum
10. Hak atas konsultasi
11. Hak atas informasi hak-haknya dalam deklarasi
Hak penyandang cacat/disabilitas yang diatur dalam konvensi mengenai
hak-hak penyandang disabilitas yang telah disahkan dengan uu no 11 tahun
2009 meliputi:
1. Hak atas aksesibilitas
2. Hak untuk hidup
3. Hak memperoleh jaminan perlindungan dan keselamatan penyandang
disabilitas dalam situasi berisiko, termasuk situasi konflik bersenjata,
darurat kemanusiaan, dan terjadinya bencana alam
4. Hak atas kesetaraan pengakuan di hadapan hokum
5. Hak atas akses terhadap keadilan
6. Hak atas kebebasan dan keamanan

8
7. Hak atas kebebasan dari penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman
lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia
8. Hak atas kebebasan dari eksploitasi, kekerasan, dan pelecehan
9. Hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan
fisiknya atas dasar kesetaraan dengan yang lainnya
10. Hak untuk memperoleh dan mengubah kewarganegaraan
11. Hak untuk hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat
12. Hak atas mobilitas pribadi
13. Hak atas kebebasan berekspresi dan berpendapat serta akses
terhadap informasi
14. Hak memperoleh penghormatan terhadap keleluasaan pribadi
15. Hak memperoleh penghormatan terhadap rumah dan keluarga
16. Hak atas pendidikan, kesehatan, habilitasi dan rehabilitasi hak atas
pekerjaan dan lapanga kerja
17. Hak untuk mendapatkan standar kehidupan dan perlindungan sosial
yang layak bagi mereka sendiri dan keluarganya
18. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik dan publik
19. Hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan budaya, rekreasi, hiburan
dan olah raga
20. Hak untuk memperoleh jaminan hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental untuk penyandang disabilitas perempuan dan anak-
anak menurut pasal 5 uu no 4 tahun 1997 dikatakan bahwa setiap
penyandang cacat/disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang
sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Lebih lanjut dalam pasal 6 uu no 4 tahun 1997 ditegaskan bahwa setiap
penyandang cacat/disabilitas berhak memperoleh:
1. Pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan
2. Pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya
3. Perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan
menikmati hasil-hasilnya
4. Aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya;
5. Rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial

9
6. Hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampu-an, dan
kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat.

2.5 Pencegahan pada Disabilitas


Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup
kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri
dari tiga tingkat yaitu:
1. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik.
Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik
pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup
tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen
spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu
memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,
penyuluhan gizi bayi dan balita.
2. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit
lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang
mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder
misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
3. Pencegahan tersier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang
dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan
kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita
patah tulang.

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Pengkajian

10
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan.
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses
tindakan untuk mengenal komunitas.  Mengidentifikasi faktor positif dan
negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat
hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang
strategi promosi kesehatan. 
Roda pengkajian komunitas terdiri:

a) Inti komunitas (the community core),


b) Subsistem komunitas (the community sub systems)
c) Persepsi( perception).berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat 
yang merupakan praktek, keilmua, dan metodenya melibatkan
masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan
kesehatannya.
Sumber : Anderson McFarlan, Community as Partner
1. Data inti
a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru). tanyakan pada
orang-orang yang kompeten atau yang mengetahui sejarah area atau
daerah itu.
b) Demografi
Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun
perempuan. Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa
laporan tahunan ataurekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang
berobat.
c) Statistik vital
Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan
dan angkakematian balita. Angka kesakitan dan kematian tersebut
diperoleh dari penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau
Kelurahan.
11
d) Nilai dan kepercayaan
Nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan,
kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang berkaitan dengan
kesehatan, kegiatan keagamaan di masyarakat, kegiatan-kegiatan
masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai kesehatan.
e) Karakteristik penduduk
Variabel karakteristik penduduk meliputi :

a Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh warga


terkait anaknya. Perawat mengobservasi ketika ada program
posyandu.
b Psikologis : efek psikologis terhadap anak maupun orang tua yaitu
berupa kesedihan karena anaknya berisiko tidak bisa bermain
dengan anak-anak sebay alainnya dan pertumbuhan anak pun akan
terhambat atau sulit untuk berkembang.
c Sosial : sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih
acuh dan tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan,namun orang tua membawa
anak ke posyandu rutin untuk ditimbang.
d Perilaku : seperti pola makan yang kurang baik mungkin
mempengaruhi penyebab anak mengalami gizi kurang, diare dan
penyakit lainnya, terlebih banyak orang tua yang kurang mampu
dalam hal ekonomi.
2. Sub sistem
a) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk
terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan
terkena penyakit, selain faktor untukmenjamin mendapatkan makanan
yang sehat akan sulit didapat, selain itukerentanan terhadap vektor
penyakit menjadi salah satu tingginya risiko peningkatan kejadian
sakit diwilayah tersebut
b) Sistem kesehatan
Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1
km, desatersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif
12
melaksanakan program kerjayang dilaksanakan 1 bulan sekali, namun
untuk ketersedian posbindu belum ada.
c) Ekonomi
Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan
lainnya yang berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.
d) Keamanan dan transportasi
Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi
bantuan untukdimaanfaatkan oleh masyarakat dalam hal memfasilitasi
masyarakat untukmempermudah akses mendapatkan layanan
kesehatan.Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan
keamanan yang ada, tingkatkenyamanan dan keamanan penduduk
serta jenis dan tipe gangguan keamananyang ada.
e) Kebijakan dan pemerintahan
Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi
kesehatan yangsudah dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan
mendapatkan pelayanankesehatan, serta adanya partisipasi masyarakat
f) Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan
penduduk,khususnya komunikasi formal dan informal yang digunakan
dalam keluarga.
Jenis bahasa yang digunakan terutama dalam penyampaian informasi 
kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap balita yang sakit.
g) Pendidikan
Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk
tentang pengertian tentang penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan 
dampaknya,cara mengatasi, bagaimana cara perawatan ,serta cara
mencegahnya. Mayoritas penduduk berpendidikan rendah yaitu SD
bahkan tidak sekolah.
h) Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada,
tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan 
keamanan darisarana rekreasi yang ada.
3. Diagnosa keperawatan

13
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. American
Nurses Of Association (ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan
adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan
masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan.
4. Perencanaan
a. tahapan pengembangan masyarakat
persiapan, penentuan prioritas daerah, pengorganisasian,
pembentukan pokjakes (kelompok kerja kesehatan)
b. tahap diklat
c. tahap kepemimpinan
koordinasi intersektoral, akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.
5. Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994., dalam
Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait
dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga
kategori dari implementasi keperawatan, antara lain:
a. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan,
menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup
sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi
komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim
keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta
menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.

14
b. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-
kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi
terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan,
memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien,
role model, dan lain lain.
c. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan
kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan,
menemukan perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon
klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri,
kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
6. Evaluasi atau penilaian
Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986) dalam
Craven & Hirnle (2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau
keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek
lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas
fisik, rasio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan
pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang
diinginkan.
b. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan
apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa
cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi
perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang
didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari
perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal
perawat.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons
prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan
akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

15
2.7 Asuhan keperawatan komunitas pada kecacatan
1). Pengkajian

1. Data Inti
a. Demografi
Sejarah Timbulnya Komunitas
SLB bahagia didirikan pada tahun 2009 oleh pemerintah dan masih
beroperasi sampai sekarang.
- Jumlah anggota : 15 orang
- Distribusi anak menurut:

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase

1. P 10 66 %

2. L 5 34%

Jumlah 15 100 %

Intepretasi data:

Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa dari 15 orang siswa SLB


sebanyak 10 orang berjenis kelamin perempuan dengan
persentase 66% dan 5 orang adalah lakilaki dengan persentase
34%.

Tabel 1.2 Distribusi Menurut Umur

No. Rentang Umur Jumlah Presentase


(WHO)

1. Masa Kanak-kanak 7 46,6 %


(5-11tahun)

2. Masa Remaja Awal 8 53,3%


(12-16 tahun)

16
Jumlah 15 100%

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 1.2 diketahui bahwa dari 15 orang, sebanyak 7


orang berada pada rentang umur kanak-kanak dengan persentase
46,6% dan sebanyak 8 orang berada dalammasa remaja awal
dengan persentase 53,3%

Tabel 1.4 Distribusi Menurut Agama

No. Agama Jumlah Presentase

1. Islam 15 100%

2. Kristen 0 -

3. Katolik 0 -

Jumlah 15 100%

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 2.4 diketahui agama yang dianut oleh siswa


SLB adalah semua beragama islam (100%).

b. Vital Statistik
Data Status Kesehatan:
1) Masalah Kesehatan Saat ini :
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok,
masalah kesehatan yang lebih banyak di derita di SLB adalah :

Tabel 1.7 Distribusi Masalah Kesehatan yang paling sering dialami

No. Jenis Penyakit Jumlah Presentase

1. Diare 7 46,6%

2. ISPA 5 33,3%

4. Dermatitis 3 20%

Jumlah 15 100%

17
Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 1.7 diketahui bahwa dari 15 anggota panti


sebanyak (36,84%).

c. Nilai/keyakinan
1) Nilai
Siswa SLB sangat menhormati dan patuh terhadap guru mereka
disekolah, mereka menganggap guru adalah pengganti orangtua
disekolah.

2) Keyakinan
Seluruh siswa SLB beragama islam.

2. Subsistem ini terdiri atas :


a. Lingkungan
- Penerangan yang digunakan yaitu lampu dan jendela yang biasa
dibuka sehingga udara biasa masuk pada siang hari
- Sirkulasi dalam keadaan baik dengan adanya dua buah jendela dan
beberapa ventilasi
- Keadaan got penuh saat turun hujan
- Keadaan taman disekitar ruangan/ wisma kurang terawat
- Fasilitas kamar mandi/WC licin
b. Pendidikan
- Pendidikan keagamaan yang biasanya didapatkan oleh siswa SLB
meliputi ceramah agama. Biasanya disampaikan oleh penceramah
atau Ustadz yang sengaja didatangkan oleh pihak sekolah. Bahasa
yang digunakan: bahasa isyarat.
c. Keamanan dan Transportasi
- Keamanan dan keselamatan: keamanan terjaga dengan adanya
tembok pembatas, pos satpam yang dijaga 24 jam
- Halaman dan lantai di ruangan licin, banyak ditumbuhi lumut
- Di ruangan tidak ada keset
- Transportasi: mobil dan angkutan kota

18
d. Pelayanan Kesehatan yang Tersedia
- Pelayanan kesehatan: terdapat poliklinik yang mengadakan
pemeriksaan kesehatan setiap satu bulan sekali.
e. Sistem Komunikasi
- Beberapa siswa yang mengalami keterbatasan komunikasi karena
keterbatasan yang mereka alami.
- Sarana komunikasi: telepon, surat kabar, fax, dan email
f. Sistem Ekonomi
- Tidak ada sistem ekonomi yang berlangsung di sekolah
- Tidak terdapat fasilitas ekonomi di sekolah.
g. Rekreasi
- Rekreasi yang biasa dilakukan di sekolah adalah bermain bersama
di lapangan sekolah
- Fasilitas rekreasi: lapangan dan bola-bola.

2).Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

1. - Masalah kesehatan Ketidak efektifan Perilaku Kesehatan


yang lebih banyak di memelihara kesehatan Cenderung Beresiko
derita di SLB adalah
diare 46,6%, kemudian Kurangnya upaya
ISPA 33,3% dan perubahan perilaku
Dermatitis 20%. kesehatan
- 70% Anak mengatakan
jarang mencuci tangan Kurang pengetahuan
sebelum makan saat
selesai beraktivitas Perilaku kesehatan
disekolah. rendah
- Lingkungan terlihat
kotor. Perilaku kesehatan
- Keadaan got tampak cenderung beresiko
penuh saat turun hujan.

19
- Terdapat poliklinik
yang mengadakan
pemeriksaan kesehatan
setiap satu bulan sekali.
2. - Lingkungan terlihat Anak kebutuhan Risiko Jatuh
basah, licin, dan khusus
banyak barang yang
disimpan tidak pada Gerak aktif/aktivitas
tempatnya.
- Terdapat anak Lingkungan kurang
berkebutuhan khusus aman
dengan rentang umur 9-
12 tahun. Resiko jatuh
- Keadaan taman
disekitar ruangan/
wisma kurang terawat.
- Fasilitas kamar
mandi/WC licin.
- Halaman dan lantai di
ruangan licin, banyak
ditumbuhi lumut.
- Ruangan tidak ada
keset
3. - Beberapa siswa yang Ganguan neuro GangguaKomunikasi
mengalami muskuler verbal
keterbatasan
komunikasi karena Sulit
keterbatasan yang mengungkapkan
mereka alami kata-kata
- Pendidikan keagamaan
yang biasanya sulit memhami
didapatkan oleh siswa komunikasi
SLB meliputi ceramah
agama. Biasanya GangguaKomunikas
20
disampaikan oleh i verbal
penceramah atau
Ustadz yang sengaja
didatangkan oleh pihak
sekolah. Bahasa yang
digunakan: bahasa
isyarat

3) Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko b/d kurang terpaparnya informasi
2. Risiko Jatuh b/d lingkungan tidak aman, pendengaran danpenglihatan
3. Gangguan komunikasi verbal b/d tidak mampu berbicara atau mendengar
(hal 264)

4) Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Perilaku Setelah dilakukan 1. Promosi upaya kesehatan
Kesehatan tindakan keperawatan a. Berikan lingkungan yang
Cenderung selama 1 bulan dengan mendukung kesehatan
Beresiko b/d 4 pertemuan masalah b. Anjurkan mencuci tangan dengan air
kurang dapat diatasi dengan bersih dan sabun
terpaparnya kriteria hasil c. Anjurkan mengunakan jamban sehat
informasi Perilaku kesehatan 2. Edukasi pola prilaku kebersihan
1. Penerimaan a. Identifiksi kesiapan dan kemampuan
terhadap perubahan menerima informasi
status kesehatan. b. Identifikasi kemampuan menjaga
2. Kemampuan kebersihan diri dan lingkungan
melakukan tindalam c. Praktekkan bersama keluarga atau
pencegahan masalah kelompok cara menjaga kebersihan
kesehatan. diri dan lingkungan
3. Kemampuan d. Jelaskan masalah yang timbul akibat
meningkatkan tidak menjaga kebersihan diri dan

21
kesehatan. lingkungan
Pemeliharaan e. Ajarkan cara mebersikahkan diri dan
kesehatan lingkungan
1. Menunjukan
pemahaman perilaku
sehat
2. Kemammpuan
menjalankan
perilaku sehat
3. Menunjukan minat
peningkatan
perilaku sehat.

2. Risiko Jatuh b/d setelah dilakukan 1. Pencegahan jatuh (hal 279)


lingkungan tidak tindakan keperawatan a. Identifikasi faktor resiko jatuh (mis
aman, selama 1 bulan dengan gangguan keseimbangan, gangguan
pendengaran 4 pertemuan masalah penglihatan)
danpenglihatan dapat diatasi dengan b. Identifikasi faktor lingkungan yang
kriteria hasil. meningkatkan resiko jatuh (mis,
Tingkat jatuh lantai licn, penerangan kurang)
1. Jatuh dari tempat c. Anjurkan memakai kaos kaki yang
tidur tidak licin
2. Jatuh saat berjalan 2. Edukasi keselama lingkungan
3. Jatuh saat berdiri a. Identifikasi kesiapan dan
4. Jatuh saat di kamar kemampuan yang menerima
mandi informasi
b. Identifikasi kebutuhan keselamatan
berdasarkan tingkat fungsi fisik,
kognitif dan kebiasaan
c. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
d. Jadwakan pendididkan ksehatan
sesuai kesepakatan

22
3 Gangguan setelah dilakukan 1. Promosi komunikasi: defisit
komunikasi tindakan keperawatan berbicara (hal373)
verbal b/d tidak selama 1 bulan dengan a. Monitor proses kognitif, anatomis,
mampu 4 pertemuan masalah dan fisilogis yang berkaitan dengan
berbicara atau dapat diatasi dengan bicara(mis, memori, pendengaran,
mendengar (hal kriteria hasil. dan bahasa)
264) Komunikasi verbal b. Gunakan metode komunikasi
1. Kemampuan alternatif (mis, menulis, mata
berbicara berkedip, papan komunikasi dengan
2. Kemammpuan ganbar dan huruf, isyaraf tangan dan
mendengar komputer
3. Kontak mata c. Gunakan juru bicara jika perlu
4. Disfaksia d. Rujuk ke ahli patologi bicara atau
5. Apraksia terapis
Kesadaran diri 2. Dukungan kepatuahnan program
1. mengenali pengobatan (hal 26)
keterbatasn fisik a. Identifikasi kepatuhan menjadi
2. mengenali program pengobatan
keterbatasan b. Buat jadwal pendanpingan kelurga
mental untuk bergantian menemani pasien
3. verbelisas persaan selam menjalani program
kepada orang lain pengobatan jika perlu.
c. Informasikan manfaat yang kan di
peroleh jika teratur menjalani
proram pengobatan
d. Anjurkan pasien dan keluarga dan
konsultasi pelayanan kesehatan
keluarga terdekat jika perlu.

5) Implementasi

No Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. 01- Perilaku 1. Promosi upaya kesehatan 80% anak yang menderita
09- Kesehatan a. Memberikan lingkungan yang diare, ISPA dan

23
2020 Cenderung mendukung kesehatan Dermatitis sudah
Beresiko b/d b. Menganjurkan mencuci tangan mencapai tingkat
kurang dengan air bersih dan sabun kesembuhan dan 90%
terpaparnya c. Menganjurkan mengunakan Anak sudah teriasa
informasi jamban sehat mencuci tangan sebelum
2. Edukasi pola prilaku kebersihan makan saat selesai
a. Mengidentifiksi kesiapan dan beraktivitas disekolah
kemampuan menerima informasi sehingga anak bisa
b. Mengidentifikasi kemampuan menjaga kesehatan diri
menjaga kebersihan diri dan dan lingkunga.
lingkungan
c. Mempraktekkan bersama
keluarga atau kelompok cara
menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
d. Menjelaskan masalah yang
timbul akibat tidak menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
b. Mengajarkan cara
mebersikahkan diri dan
lingkungan
2. 15- Risiko Jatuh 1. Pencegahan jatuh (hal 279) 70% anak di SLB sudah
09- b/d a. Mengidentifikasi faktor resiko dapat menjaga kebersihan
2020 lingkungan jatuh (mis gangguan lingkungan terutama dalam
tidak aman, keseimbangan, gangguan ruangan untuk menghindari
pendengaran penglihatan) terjadinya resiko jatuh
danpenglihatan b. Mengidentifikasi faktor
lingkungan yang meningkatkan
resiko jatuh (mis, lantai licn,
penerangan kurang)
c. Menganjurkan memakai kaos
kaki yang tidak licin
2. Edukasi keselama lingkungan
a. Mengidentifikasi kesiapan dan
24
kemampuan yang menerima
informasi
b. Mengidentifikasi kebutuhan
keselamatan berdasarkan tingkat
fungsi fisik, kognitif dan
kebiasaan
c. Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
d. Menjadwakan pendididkan
ksehatan sesuai kesepakatan
3. 23- Gangguan 3. Promosi komunikasi: defisit 75% anak bisa memahami
09- komunikasi berbicara (hal373) komunikasi verbal dengan
2020 verbal b/d a. Monitor proses kognitif, cara alternatif dengan
tidak mampu anatomis, dan fisilogis yang menggunakan bahasa
berbicara atau berkaitan dengan bicara(mis, seperti menulis, mata
mendengar memori, pendengaran, dan berkedip, papan
(hal 264) bahasa) komunikasi dengan gambar
b. Menggunakan metode dan huruf, isyaraf tangan
komunikasi alternatif (mis, dan komputer
menulis, mata berkedip, papan
komunikasi dengan ganbar dan
huruf, isyaraf tangan dan
komputer
c. Menggunakan juru bicara jika
perlu
d. Merujuk ke ahli patologi bicara
atau terapis
2. Dukungan kepatuahnan
program pengobatan (hal 26)
a. Mengidentifikasi kepatuhan
menjadi program pengobatan
b. Membuat jadwal pendanpingan
kelurga untuk bergantian

25
menemani pasien selam
menjalani program pengobatan
jika perlu.
c. Menginformasikan manfaat yang
kan di peroleh jika teratur
menjalani proram pengobatan
d. Menganjurkan pasien dan
keluarga dan konsultasi
pelayanan kesehatan keluarga
terdekat jika perlu.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyandang cacat tubuh sebagai salah satu penyandang masalah
kesejahteraan social perlu mendapat perhatian agar mereka dapat
melaksanakan fungsi sosialnya. Penyandang cacat tubuh adalah mereka yang
tubuhnya tidak normal sehingga menghambat kemampuannya untuk
melaksanakan fungsi sosialnya di masyarakat. Mereka masih bisa berpikir
normal, dapat melihat, mendengar, beraktivitas dan berbuat sesuatu
Penyandang cacat tubuh secara psikis akan mengalami rasa rendah diri dan
kesulitan dalam menyesuaikan diri di masyarakat, karena perlakukan
masyarakat/lingkungan sekitar berupa celaan atau belas kasihan ketika
memandang mereka.
Kecacatan ada 2: kecacatan mental di bagi menjadi 2 yaitu Mental Tinggi
dan Mental Rendah. Kecacatan Fisik. Dibagi menjadi 5 yaitu Kelainan Tubuh
(Tuna Daksa), Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra), Kelainan
Pendengaran (Tunarungu), Kelainan Bicara (Tunawicara)

3.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang
lebih mengenai teori askep komunitas populasi rentang pada kecacatan.

2. Bagi Mahasiswa

27
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun
ketidak lengkapan materi mengenai teori, askep komunitas populasi
rentang pada kecacatan. Kami mohon maaf, kamipun sadar bahwa
makalah yang kami buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Syahid, Agus,. 2020. Gangguan Berbahasa Pada Penderita Cerebral Palsy


Sebuah Kajian Linguistik Klinis,. Universitas Bumigora.
Maimunah, Siti. 2013, Studi Eksploratif Perilaku Koping Pada Individu Dengan
Cerebral Palsy,. UMM,Fakultas Psikologi.
Hidayat, A. Azis Alimun, 2004. Kebutaan Dasar Manusia EGC, Jakarta.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd.
Smeltzer, & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah Brunner dan
Suddarth. Jakarta : EGC
R, Fallen. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. (2010). Yogyakarta: Nuha
Medika

28

Anda mungkin juga menyukai