Bab II Kecacatan
Bab II Kecacatan
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
2
Berdasarkan tujuan penulisan di atas penulis dapat menyimpulkan manfaat
penulisan sebagai berikut :
1. Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan
makalah mengenai tentang keperawatan dan mampu berfikir logis.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai asuhan
keperawatan komunitas pada populasi rentang kecatatan
BAB II
3
PEMBAHASAN
4
hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
5
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar
(achievment) yang diperoleh
2. Disabilitas Fisik. Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu7:
a) Kelainan Tubuh (Tuna Daksa)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak
yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur
tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan
(kehilangan organ tubuh), polio dan lumpuh.
b) Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra)
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam
penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua
golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
c) Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu
memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa
disebut tunawicara.
d) Kelainan Bicara (Tunawicara)
Adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit
bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara
ini dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat
bersifat fungsional di mana kemungkinan disebabkan karena
ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya
ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan
pada organ motorik yang berkaitan dengan bicara.
3. Tuna ganda (disabilitas ganda).Penderita cacat lebih dari satu
kecacatan (yaitu cacat fisik dan mental)
6
Berdasar derajat kecacatannya dibedakan:
1. Cacat tubuh ringan
Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh dimana kebutuhan
aktifitas hidup seharihari (ADL)nya t idak memerlukan pertolongan
orang lain. Termasuk dalam golongan cacat ini adalah amputasi
tanganatau kaki salah satu, cerebral palcy ringan,layuh salah satu kaki,
tangan/kaki bengkok dan sebagainya.
2. Cacat tubuh sedang
Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh, dimana kebutuhan
aktivitas hidup sehari hari (ADL)nya Harus dilatih terlebih dahulu,
sehingga untuk seterusnya dapat dilakukan tanpa pertolongan.
Termasuk Golongan ini adalah cerebral palcy sedang, amputee dua
tangan atas siku, muscle destrophy sedang, scoliosis dan seterusnya.
3. Cacat tubuh berat
Yaitu mereka yang untuk kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
(ADL)nya selalu memerlukan pertolongan orang lain, antara lain
amputee dua kaki atas lutut dan dua tangan atas siku, cerebral palcy
berat, layuh dua kaki dan dua tangan, paraplegia berat dan sebagainya.
(Departemen Sosial, 2008).
Pasal 7 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
104/MENKES/PER/II/1999 tentang Rehabilitasi Medik mengatur bahwa
derajat kecacatan dinilai berdasarkan keterbatasan kemampuan seseorang
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari yang dapat dikelompokan dalam
1. Derajat cacat 1: mampu melaksanakan aktifitas atau mempertahankan
sikap dengan kesulitan.
2. Derajat cacat 2: mampu melaksanakan kegiatan atau mempertahankan
sikap dengan bantuan alat bantu.
3. Derajat cacat 3: dalam melaksanakan aktifitas, sebagian
memerlukanbantuan orang lain dengan atau tanpa alat bantu.
4. Derajat cacat 4: dalam melaksanakan aktifitas tergantung penuh
terhadap pengawasan orang lain.
5. Derajat cacat 5: tidak mampu melakukan aktifitas tanpa bantuan penuh
orang lain dan tersedianya lingkungan khusus.
7
6. Derajat cacat 6: tidak mampu penuh melaksanakan kegiatan sehari-hari
meskipun dibantu penuh orang lain.
8
7. Hak atas kebebasan dari penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman
lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia
8. Hak atas kebebasan dari eksploitasi, kekerasan, dan pelecehan
9. Hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan
fisiknya atas dasar kesetaraan dengan yang lainnya
10. Hak untuk memperoleh dan mengubah kewarganegaraan
11. Hak untuk hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat
12. Hak atas mobilitas pribadi
13. Hak atas kebebasan berekspresi dan berpendapat serta akses
terhadap informasi
14. Hak memperoleh penghormatan terhadap keleluasaan pribadi
15. Hak memperoleh penghormatan terhadap rumah dan keluarga
16. Hak atas pendidikan, kesehatan, habilitasi dan rehabilitasi hak atas
pekerjaan dan lapanga kerja
17. Hak untuk mendapatkan standar kehidupan dan perlindungan sosial
yang layak bagi mereka sendiri dan keluarganya
18. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik dan publik
19. Hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan budaya, rekreasi, hiburan
dan olah raga
20. Hak untuk memperoleh jaminan hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental untuk penyandang disabilitas perempuan dan anak-
anak menurut pasal 5 uu no 4 tahun 1997 dikatakan bahwa setiap
penyandang cacat/disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang
sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Lebih lanjut dalam pasal 6 uu no 4 tahun 1997 ditegaskan bahwa setiap
penyandang cacat/disabilitas berhak memperoleh:
1. Pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan
2. Pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya
3. Perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan
menikmati hasil-hasilnya
4. Aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya;
5. Rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
9
6. Hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampu-an, dan
kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat.
10
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan.
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses
tindakan untuk mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan
negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat
hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang
strategi promosi kesehatan.
Roda pengkajian komunitas terdiri:
13
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. American
Nurses Of Association (ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan
adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan
masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan.
4. Perencanaan
a. tahapan pengembangan masyarakat
persiapan, penentuan prioritas daerah, pengorganisasian,
pembentukan pokjakes (kelompok kerja kesehatan)
b. tahap diklat
c. tahap kepemimpinan
koordinasi intersektoral, akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.
5. Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994., dalam
Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait
dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga
kategori dari implementasi keperawatan, antara lain:
a. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan,
menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup
sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi
komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim
keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta
menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
14
b. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-
kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi
terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan,
memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien,
role model, dan lain lain.
c. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan
kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan,
menemukan perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon
klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri,
kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
6. Evaluasi atau penilaian
Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986) dalam
Craven & Hirnle (2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau
keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek
lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas
fisik, rasio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan
pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang
diinginkan.
b. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan
apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa
cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi
perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang
didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari
perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal
perawat.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons
prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan
akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
15
2.7 Asuhan keperawatan komunitas pada kecacatan
1). Pengkajian
1. Data Inti
a. Demografi
Sejarah Timbulnya Komunitas
SLB bahagia didirikan pada tahun 2009 oleh pemerintah dan masih
beroperasi sampai sekarang.
- Jumlah anggota : 15 orang
- Distribusi anak menurut:
1. P 10 66 %
2. L 5 34%
Jumlah 15 100 %
Intepretasi data:
16
Jumlah 15 100%
Interpretasi data:
1. Islam 15 100%
2. Kristen 0 -
3. Katolik 0 -
Jumlah 15 100%
Interpretasi data:
b. Vital Statistik
Data Status Kesehatan:
1) Masalah Kesehatan Saat ini :
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok,
masalah kesehatan yang lebih banyak di derita di SLB adalah :
1. Diare 7 46,6%
2. ISPA 5 33,3%
4. Dermatitis 3 20%
Jumlah 15 100%
17
Interpretasi data:
c. Nilai/keyakinan
1) Nilai
Siswa SLB sangat menhormati dan patuh terhadap guru mereka
disekolah, mereka menganggap guru adalah pengganti orangtua
disekolah.
2) Keyakinan
Seluruh siswa SLB beragama islam.
18
d. Pelayanan Kesehatan yang Tersedia
- Pelayanan kesehatan: terdapat poliklinik yang mengadakan
pemeriksaan kesehatan setiap satu bulan sekali.
e. Sistem Komunikasi
- Beberapa siswa yang mengalami keterbatasan komunikasi karena
keterbatasan yang mereka alami.
- Sarana komunikasi: telepon, surat kabar, fax, dan email
f. Sistem Ekonomi
- Tidak ada sistem ekonomi yang berlangsung di sekolah
- Tidak terdapat fasilitas ekonomi di sekolah.
g. Rekreasi
- Rekreasi yang biasa dilakukan di sekolah adalah bermain bersama
di lapangan sekolah
- Fasilitas rekreasi: lapangan dan bola-bola.
2).Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
19
- Terdapat poliklinik
yang mengadakan
pemeriksaan kesehatan
setiap satu bulan sekali.
2. - Lingkungan terlihat Anak kebutuhan Risiko Jatuh
basah, licin, dan khusus
banyak barang yang
disimpan tidak pada Gerak aktif/aktivitas
tempatnya.
- Terdapat anak Lingkungan kurang
berkebutuhan khusus aman
dengan rentang umur 9-
12 tahun. Resiko jatuh
- Keadaan taman
disekitar ruangan/
wisma kurang terawat.
- Fasilitas kamar
mandi/WC licin.
- Halaman dan lantai di
ruangan licin, banyak
ditumbuhi lumut.
- Ruangan tidak ada
keset
3. - Beberapa siswa yang Ganguan neuro GangguaKomunikasi
mengalami muskuler verbal
keterbatasan
komunikasi karena Sulit
keterbatasan yang mengungkapkan
mereka alami kata-kata
- Pendidikan keagamaan
yang biasanya sulit memhami
didapatkan oleh siswa komunikasi
SLB meliputi ceramah
agama. Biasanya GangguaKomunikas
20
disampaikan oleh i verbal
penceramah atau
Ustadz yang sengaja
didatangkan oleh pihak
sekolah. Bahasa yang
digunakan: bahasa
isyarat
3) Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko b/d kurang terpaparnya informasi
2. Risiko Jatuh b/d lingkungan tidak aman, pendengaran danpenglihatan
3. Gangguan komunikasi verbal b/d tidak mampu berbicara atau mendengar
(hal 264)
4) Intervensi Keperawatan
21
kesehatan. lingkungan
Pemeliharaan e. Ajarkan cara mebersikahkan diri dan
kesehatan lingkungan
1. Menunjukan
pemahaman perilaku
sehat
2. Kemammpuan
menjalankan
perilaku sehat
3. Menunjukan minat
peningkatan
perilaku sehat.
22
3 Gangguan setelah dilakukan 1. Promosi komunikasi: defisit
komunikasi tindakan keperawatan berbicara (hal373)
verbal b/d tidak selama 1 bulan dengan a. Monitor proses kognitif, anatomis,
mampu 4 pertemuan masalah dan fisilogis yang berkaitan dengan
berbicara atau dapat diatasi dengan bicara(mis, memori, pendengaran,
mendengar (hal kriteria hasil. dan bahasa)
264) Komunikasi verbal b. Gunakan metode komunikasi
1. Kemampuan alternatif (mis, menulis, mata
berbicara berkedip, papan komunikasi dengan
2. Kemammpuan ganbar dan huruf, isyaraf tangan dan
mendengar komputer
3. Kontak mata c. Gunakan juru bicara jika perlu
4. Disfaksia d. Rujuk ke ahli patologi bicara atau
5. Apraksia terapis
Kesadaran diri 2. Dukungan kepatuahnan program
1. mengenali pengobatan (hal 26)
keterbatasn fisik a. Identifikasi kepatuhan menjadi
2. mengenali program pengobatan
keterbatasan b. Buat jadwal pendanpingan kelurga
mental untuk bergantian menemani pasien
3. verbelisas persaan selam menjalani program
kepada orang lain pengobatan jika perlu.
c. Informasikan manfaat yang kan di
peroleh jika teratur menjalani
proram pengobatan
d. Anjurkan pasien dan keluarga dan
konsultasi pelayanan kesehatan
keluarga terdekat jika perlu.
5) Implementasi
23
2020 Cenderung mendukung kesehatan Dermatitis sudah
Beresiko b/d b. Menganjurkan mencuci tangan mencapai tingkat
kurang dengan air bersih dan sabun kesembuhan dan 90%
terpaparnya c. Menganjurkan mengunakan Anak sudah teriasa
informasi jamban sehat mencuci tangan sebelum
2. Edukasi pola prilaku kebersihan makan saat selesai
a. Mengidentifiksi kesiapan dan beraktivitas disekolah
kemampuan menerima informasi sehingga anak bisa
b. Mengidentifikasi kemampuan menjaga kesehatan diri
menjaga kebersihan diri dan dan lingkunga.
lingkungan
c. Mempraktekkan bersama
keluarga atau kelompok cara
menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
d. Menjelaskan masalah yang
timbul akibat tidak menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
b. Mengajarkan cara
mebersikahkan diri dan
lingkungan
2. 15- Risiko Jatuh 1. Pencegahan jatuh (hal 279) 70% anak di SLB sudah
09- b/d a. Mengidentifikasi faktor resiko dapat menjaga kebersihan
2020 lingkungan jatuh (mis gangguan lingkungan terutama dalam
tidak aman, keseimbangan, gangguan ruangan untuk menghindari
pendengaran penglihatan) terjadinya resiko jatuh
danpenglihatan b. Mengidentifikasi faktor
lingkungan yang meningkatkan
resiko jatuh (mis, lantai licn,
penerangan kurang)
c. Menganjurkan memakai kaos
kaki yang tidak licin
2. Edukasi keselama lingkungan
a. Mengidentifikasi kesiapan dan
24
kemampuan yang menerima
informasi
b. Mengidentifikasi kebutuhan
keselamatan berdasarkan tingkat
fungsi fisik, kognitif dan
kebiasaan
c. Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
d. Menjadwakan pendididkan
ksehatan sesuai kesepakatan
3. 23- Gangguan 3. Promosi komunikasi: defisit 75% anak bisa memahami
09- komunikasi berbicara (hal373) komunikasi verbal dengan
2020 verbal b/d a. Monitor proses kognitif, cara alternatif dengan
tidak mampu anatomis, dan fisilogis yang menggunakan bahasa
berbicara atau berkaitan dengan bicara(mis, seperti menulis, mata
mendengar memori, pendengaran, dan berkedip, papan
(hal 264) bahasa) komunikasi dengan gambar
b. Menggunakan metode dan huruf, isyaraf tangan
komunikasi alternatif (mis, dan komputer
menulis, mata berkedip, papan
komunikasi dengan ganbar dan
huruf, isyaraf tangan dan
komputer
c. Menggunakan juru bicara jika
perlu
d. Merujuk ke ahli patologi bicara
atau terapis
2. Dukungan kepatuahnan
program pengobatan (hal 26)
a. Mengidentifikasi kepatuhan
menjadi program pengobatan
b. Membuat jadwal pendanpingan
kelurga untuk bergantian
25
menemani pasien selam
menjalani program pengobatan
jika perlu.
c. Menginformasikan manfaat yang
kan di peroleh jika teratur
menjalani proram pengobatan
d. Menganjurkan pasien dan
keluarga dan konsultasi
pelayanan kesehatan keluarga
terdekat jika perlu.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyandang cacat tubuh sebagai salah satu penyandang masalah
kesejahteraan social perlu mendapat perhatian agar mereka dapat
melaksanakan fungsi sosialnya. Penyandang cacat tubuh adalah mereka yang
tubuhnya tidak normal sehingga menghambat kemampuannya untuk
melaksanakan fungsi sosialnya di masyarakat. Mereka masih bisa berpikir
normal, dapat melihat, mendengar, beraktivitas dan berbuat sesuatu
Penyandang cacat tubuh secara psikis akan mengalami rasa rendah diri dan
kesulitan dalam menyesuaikan diri di masyarakat, karena perlakukan
masyarakat/lingkungan sekitar berupa celaan atau belas kasihan ketika
memandang mereka.
Kecacatan ada 2: kecacatan mental di bagi menjadi 2 yaitu Mental Tinggi
dan Mental Rendah. Kecacatan Fisik. Dibagi menjadi 5 yaitu Kelainan Tubuh
(Tuna Daksa), Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra), Kelainan
Pendengaran (Tunarungu), Kelainan Bicara (Tunawicara)
3.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang
lebih mengenai teori askep komunitas populasi rentang pada kecacatan.
2. Bagi Mahasiswa
27
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun
ketidak lengkapan materi mengenai teori, askep komunitas populasi
rentang pada kecacatan. Kami mohon maaf, kamipun sadar bahwa
makalah yang kami buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
28