Anda di halaman 1dari 5

ETIKA PROFESI

PROFESIONALISME DAN KODE ETIK

Nama Kelompok:

1. Lailly Qomariyah 1741420083


2. Lifia Surya Hanafia 1741420069
3. M. Sofa Safarana G. 1741420071
4. Nurrahmad Al-Farizi 1741420017

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

POLITEKNIK NEGERI MALANG


PROFESIONALISME

Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional, dan profesional berarti melakukan
sesuatu sebagai pekerjaan pokok yang d isebut profesi, artinya pekerjaan tersebut bukan
pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Jika profesi diartikan sebagai pekerjaan dan
isme  sebagai pandangan hidup, maka profesional dapat diartikan sebagai  pandangan untuk
selalu berfikir, berpendirian, bersikap dan bekerja sungguh-sungguh, kerja keras, bekerja
sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi dan penuh dedikasi demi keberhasilan
pekerjaannya. Jadi pada dasarnya profesionalisme berkenaan dengan sikap peduli baik
terhadap klien atau pun terhadap profesinya, Seperti yang diungkapkan oleh David H.
Maister bahwa profesionalisme adalah terutama masalah sikap, bukan seperangkat
kompetensi. Seorang professional sejati adalah  seorang teknisi yang peduli.

Menurut Budi Rajab (2002:38) bahwa profesionalisme sangat dibutuhkan dalam organisasi.
Diperlukan sumber daya manusia yang professional, akan menciptakan kemampuan yang
baik dan komitmen dari orang-orang bekerja dalam organisasi tersebut sekaligus dapat
membina citra organisasi.

KARAKTERISTIK PROFESIONALISME

Menurut Mertin Jr. karakteristik profesionalisme aparatur sesuai dengan tuntutan good
governance, diantaranya adalah:

1. Equality
Perlakuan yang sama atas pelayanan yang diberikan. Hal ini didasarkan atas tipe
perilaku birokrassi yang secara konsisen memberikan pelayanan yang berkualitas
kepada semua pihak tanpa memandang afiliasi olitik dan status sosialnya
2. Equity
Untuk masyarakat yang pluralistic kadang-kadang diperlukan yang adil dan perlakuan
yang sama.
3. Loyaliti
Kesetiaan kepada konstitusi hokum, pimpinan, bawahan dan rekan kerja.
4. Accountability
Seorang pekerja harus siap menerima tanggung jawab atas apapun yang ia kerjakan
ASAS POKOK PROFESIONALISME

Menurut H. Sumitro Maskun (1997:7) bahwa suatu profesionalisme adalah merupakan suatu
bentuk atau bidang kegiatan yang dapat memberikan pelayanan dengan spesialisasi dan
intelektualitas yang tinggi. Bentuk atau bidang kegiatan ini menjalankan tiga asa pokok,
yaitu:

1. Terdapat suatu pengetahuan dasar yang dapat dipelajari secara seksama dan terdapat
sikap pada seseorang yang menguasai suatu teknik yang dapat diberikan.
2. Keberhasilan yang dicapai oleh suatu profesi, ukuran standartnya adalah bagaimana
seorang profesi menyelesaikan suatu masalah dengan cepat dan tanggap.
3. Seorang profesionalisme memberikan pengetahuan dan hasil pendidikannya kepada
rekan kerjanya agar sama-sama saling memahami.

CIRI PROFESIONALISME

Biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang wajib dipunyai oleh setiap eksekutif yang
baik. Ciri‐ciri profesionalisme:

 Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam
menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang
bersangkutan dengan bidang tadi
 Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan
peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil
keputusan terbaik atas dasar kepekaan
 Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi
perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya
 Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka
menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang
terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya
KODE ETIK PROFESIONAL

Kode Etik Profesi

Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang
professional supaya tidak dapat merusak etika profesi.

Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:

 Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi,
pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan.
 Kode etik profesi merupakan sarana control social bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan
kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi,
sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja
(kalanggan social).
 Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaanyang lain tidak boleh
mencampuri pelaksanaan profesi dilain instansi atau perusahaan.

Contoh Kasus:

Kecelakaan Kerja PT Enero Mojokerto, Polisi tetapkan satu tersangka

Sebanyak lima orang pekerja mengalami kecelakaan saat membersihkan kolam pengendapan
di PT Enero Mojokerto. Polres Mojokerto menetapkan satu tersangka pada peristiwa yang
mengakibatkan tewasnya tiga pekerja di bagian pembersihan kolam penampungan limbah
bioethanol, sementara dua orang lainnya harus menjalani perawatan medis.

Dalam perkembangannya, penyidik kepolisian menemukan pelanggaran yang dilakukan oleh


tersangka terhadap para tenaga kerja, dimana saat melakukan aktifitas tidak ditemukan
adanya Standart Operating Procedure (SOP).
Kala itu, tubuh ketiganya penuh dengan lumpur. Bahkan berdasarkan informasi yang didapat,
ditemukan lumpu dengan kandungan gas di dalam tubuh korban. Ketiga korban meninggal
diduga karena keracunan gas dengan bau menyengat yang berasal dari kebocoran tabung
presetling. Dalam hal ini supervisor di Divisi Bio Gas bagian kolam pabrik pengolahan
Bioethanol yang ditetapkan sebagai tersangka telah melalaikan tugasnya. Tersangka dapat
dijerat pasal 359 KUHP tentang ‘barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain
meninggal dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara.’

Kesimpulan:

Dari contoh kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa Supervisor tersebut melakukan tindakan
yang kurang profesionalisme. Tersangka tidak melakukan tindakan profesionalisme seperti
yang telah disebutkan pada ciri-ciri dari profesionalisme. Dalam kasus ini dapat kita lihat
bahwa, seharusnya bagian pembersihan kolam harus paham dan menguasai betul bagaimana
cara membersihkan dan cara kerja alatnya, yang secara logika dapat dinilai bahwa
penampungan limbah kemungkinan dapat berbahaya bagi seseorang jika tidak paham tentang
pengolahannya.

Dapat disimpulkan juga, dalam kasus ini tersangka supervisor di Divisi Bio Gas bagian
kolam pabrik pengolahan Bioethanol seharusnya sebelum memerintahkan kepada karyawan,
terlebih dahulu menganalisis bagaimana kondisi kolam tersebut, apakah aman atau belum
bebas dari bahan-bahan yang berbahaya, namun tidak jika tersangka supervisior belum
memiliki sikap profesionalisme. Tersangka belum paham tentang pentingnya SOP sehingga
hal tersebut dapat memicu terjadinya kecelakaan kerja.

Anda mungkin juga menyukai