Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ETIKA PROFESI

ETIKA KESELAMATAN DAN ETIKA KESEHATAN LINGKUNGAN

Anggota Kelompok : Abdillah Hilmi (01)


Herdian Fikri A (12)
Ita Handayani (13)
M. Sofa Safarana (17)
Wahyu Pujianto (21)
Yunira Ayu Saputri (22)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
Etika Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan

Secara Keseluruhan atau secara garis besar pengertian kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan
manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan Kesehatan dan
keselamatan kerja adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.

1. Kesehatan Kerja

Program kesehatan kerja merupakan suatu hal penting dan perlu diperhatikan oleh pihak
pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para
karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan
lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu
bekerja lebih lama. Istilah kesehatan dan keselamatan kerja mengacu pada kondisi psikologis
fisik dan psikologis pekerja yang merupakan hasil dari lingkungan yang diberikan oleh
perusahaan. Jika suatu perusahaan melakukan pengukuran keamanan dan kesehatan yang
efektif, semakin sedikit pegawai yang mengalami dampak penyakit jangka pendek atau
jangka panjang akibat bekerja di perusahaan tersebut.

Hakikat dari kesehatan kerja adalah sebagai berikut :

1. Sebagai alat untuk mencapai derajad kesehatan tenaga kerja yang setingginya baik,
buruh, petani, nelayan, pegawai negri atau pekerja bebas, dengan demikian
dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.
2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berdasarkan kepada meningginya
efesiensi dan daya
3. Produktivitas faktor manusia dalam produksi.

2. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,
kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Definisi lain keselamatan kerja adalah keselamatan
yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara melakukan pekerjaan. Penggunaan alat kerja harus
benar-benar di perhatikan oleh setiap perusahaan. Alat keselamatan kerja juga harus
memenuhi standar kesehatan dan keselamatan kerja nasional seperti penggunaan helm safety,
jacket safety dan juga sepatu safety. Keselamatan kerja meliputi:

2.1 Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaannya.
2.2 Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lain,
dan juga masyarakat pada umumnya.
2.3 Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian akibat kecelakaan
kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang utama bagi keamanan tenaga
kerja.
2.4 Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang,
maupun jasa.

3. Kinerja Karyawan

Kinerja karyawan atau dapat diartikan prestasi kerja adalah hasil kerja secara
kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Definisi lain, Kinerja karyawan
adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari
karyawan serta organisasi yang bersangkutan. Ukuran kinerja karyawan dapat dilihat dari sisi
jumlah dan mutu tertentu, sesuai standar organisasi dan perusahaan.

Untuk mendefinisikan ukuran kinerja maka dalam penelitian ini menggunakan tiga
indikator dari :

 Kuantitas kerja yaitu jumlah yang dihasilkan dalam kurun waktu yang telah
ditentukan.
 Kualitas kerja, yaitu mutu pekerjaan sebagai output yang harus diselesaikan.
 Ketepatan atau kesesuaian waktu, yaitu menyangkut keseseuaian waktu penyelesaian
pekerjaan dengan alokasi waktu yang direncanakan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan.
Penerapan program keselamatan kerja

Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja di bidang konstruksi yang efektif
mempunyai banyak fungsi paralel. Parker dan Oglesby, (1972) secara garis besar telah
mengkategorikan dalam beberapa faktor:

a. Faktor kepribadian atau perilaku.


 Pekerja: latihannya, kebiasaan, kepercayaan, kesan, latar-belakang pendidikan dan
kebudayaan, sikap sosial serta karakteristik fisik.
 Lingkungan pekerjaan: sikap dan kebijaksanaan dari para pengusaha serta manajer,
pengawas, penyelia serta kawan sekerja pada proyek.

b. Faktor fisik.
 Kondisi pekerjaan: ditentukan oleh jenis bahaya yang melekat tidak terpisahkan
dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan, maupun oleh bahaya terhadap kesehatan
kerja yang ditimbulkan oleh metoda dan material serta lokasi dari pekerjaan itu. Oleh
sebab itu usahakan selalu mematuhi standar kerja dengan menggunakan alat
keselamatan kerja seperti menggunakan sepatu safety dan lain-lain.
 Penyingkiran bahaya mekanis : pemakaian pagar/batas, pera-latan serta prosedur
untuk melindungi pekerjaan secara fisik terhadap daerah atau situasi yang berbahaya.

Adapun sasaran keselamatan keerja secara terinci adalah :

1. Mencegah terjadinya kecelakaan ditempat kerja.

2. Mencegah timbulnya penyakit akibat kerja.

3. Mencegah/mengurangi kematian akibat kerja

4. Mencegah atau mengurangi cacat tetap

5. Mengamankan material,konstruksi,pemakaian,pemeliharaan bangunan-bangunan,alat-alat


kerja,mesin-mesin,dan instalasi-instalasi.

6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan
produktifnya.

7. Menjamin tempat kerja yang sehat,bersih,nyaman,dan aman sehingga dapat menimbulkan


kegembiraan semangat kerja.
8. Memperlancar, meningkatkan, dan mengamankan produksi, industri serta pembangunan.

Pelayanan Preventif.

Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit menular di
lingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau tempat kerja agar
ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja yang memadai dan tidak
menyebabkan sakit atau membahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap sehat.

Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas:

a. Pemeriksaan awal/sebelum kerja.

b. Pemeriksaan berkala.

c. Pemeriksaan khusus.

2. Imunisasi.

3. Kesehatan lingkungan kerja.

4. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan.

5. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja.

6. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman (pengenalan,
pengukuran dan evaluasi).

Program pelayanan kesehatan kerja meliputi pelayanan preventif, promotif, kuratif


dan rehabilitatif.

1. Pelayanan Promotif.

Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik dan
mental pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja
yang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan
daya produktivitas tenaga kerja. Kegiatannya antara lain meliputi:

* Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.


* Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat.

* Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.

* Perbaikan status gizi.

* Konsultasi psikologi.

* Olah raga dan rekreasi.

2. Pelayanan Kuratif.

Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerja dengan
pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun pengobatan umumnya serta
upaya pengobatan untuk mencegah meluas penyakit menular di lingkungan pekerjaan.
Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguan
kesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah
komplikasi atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman kerjanya. Kegiatannya antara
lain meliputi:

* Pengobatan terhadap penyakit umum.

* Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

3. Pelayanan Rehabilitatif.

Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan parah
yang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan permanen, baik
sebagian atau seluruh kemampuan bekerja yang biasanya mampu dilakukan sehari-hari.
Kegiatannya antara lain meliputi:

* Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang


masih ada secara maksimal.

* Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.

* Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja yang
cacat akibat kerja.
Studi Kasus

Empat Pekerja di Pabrik Gula Tewas, Tersiram Air Panas

Cilacap-Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha
Sukses, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah tersiram air panas didalam
tangki. Satu pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini
akibat operator kran tidak tahu masih ada orang di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan
menutup-nutupi insiden ini.

Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di
komplek Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah
bermula saat 5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik
tersebut. Tiba-tiba kran yang berada di atas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air
panas yang diperkirakan mencapai 400oC. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya
tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.

Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji
Sutrisno dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil
menyelamatkan diri, namun mengalami luka parah. Menurut salah seorang rekan pekerja, air
panas tersebut mengucur ke dalam tangki setelah tombol kran dibuka oleh salah seorang
karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak mengetahui jika pekerjaan didalam tangki
tersebut belum selesai.

Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut,
karena semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar saat
ditemui wartawan. Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas musibah
tersebut.

Analisis Kasus

Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja
adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi
kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran
bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula
krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan
kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga
mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.

Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen


dalam bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem
manajemen yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat, menyadari alat ini
memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan kerugian. Beberapa tindakan manajemen
yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat tersebut
sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak ada
orang. Apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka pada tangki
tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki masih
terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu atau alarm yang menyala yang
mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.

Anda mungkin juga menyukai