Oleh:
2020
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 1741420041
Ade Sonya Suryandari, S. T., M.T., M.Sc. Khalimatus Sa’diyah, S.T., M.T.
NIP. NIP. 19890822 2014040 2 002
DAFTAR ISI
Pendahuluan 1
1. Latar Belakang 1
Sabun Cair 2
2. Tujuan Praktikum 2
3. Dasar teori 2
4. Variabel Percobaan.....................................................................................................................3
5. Metode Percobaan.....................................................................................................................4
6. Data Percobaan..........................................................................................................................5
7. Pembahasan...............................................................................................................................5
8. Kesimpulan.................................................................................................................................6
9. Daftar Pustaka............................................................................................................................6
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Industri kimia merupakan sebuah industri yang mengembangkan berbagai proses, baik
pada sistem dan produk yang dihasilkan agar memiliki mutu yang berkualitas dengan tujuan
untuk menghasilkan produk yang bermanfaat dan juga untuk mengharapkan keuntungan secara
finansial. Pada industri kimia sendiri juga menggunakan bahan-bahan kimia yang berguna untuk
menunjaang dan menjaga kualitas produk industri tersebut.
Di Indonesia terdapat berbagai macam industri dengan berbabagai macam aktivitas
perindustriannya. Indonesia bukanlah termasuk Negara perindustrian di dunia namun di
Indonesia terdapat berbagai macam industri yang bergerak di bidangnya, dimulai dari industri
rumahan sampai industri besar. Adapun kota besar yang bergerak di industri sabun seperti
kerjasama Indonesia dengan Negara lain seperti PT Kao Indonesia, dimana produk yang
dihasilkan yaitu sabun dan detergen. Selain itu juga terdapat PT P&G, PT Unilever dan lain-lain
yang juga ikut memproduksi sabun di Indonesia.
Sabun cair (liquid soap) adalah sabun yang memiliki bentuk cairan. Sabun cair memiliki
keunggulan dari sabun bentuk lain seperti mudah dibabawa bepergian dan lebih higienis karena
sabun cair biasanya disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. Sabun cair bisa menjadi produk
sabun yang strategis untuk dipasarkan, karena masyarakat era modern ini lebih menyukai hal
yang praktik (Indonesian Trade Promotion Centre Lagos, 2015).
Berbagai jenis sabun yang beredar di pasaran pun kini sangat bervariasi. Keberagaman
sabun yang dipasarkan terlihat pada warna, jenis, manfaat dan wangi yang ditawarkan. Seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi proses, perkembangan kosmetik mulai bergeser
kea rah natural product karena adanya trend back to nature (Duraisanny et al,2011). Penggunaan
bahan alami seperti kalium dari tumbuhan sebagai alkali dapat menggantikan bahan kimia
sintetik yang digunakan pada pembuatan sabun sehingga lebih aman bagi kulit. Alkali alami
dapat dihasilkan dari berbagai tumbuhan seperti serabut kelapa, kulit pisang, kulit cacao, tandan
kosong kelapa sawit dan lainnya. Penambahan bahan alami yang aman bagi kesehatan pada
sabun cair perlu dikembangkan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengaruh positif atau
meningkatkan nilai tambah produk sabun cair yang dihasilkan.
Sabun sendiri dibuat melalui proses saponifikasi lemak atau trigliserida dengan larutan
alkali. Lemak atau trigliserida yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin
ataupun minyak ikan laut. Sabun merupakan salah satu jenis surfaktan yang mempunyai struktur
bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah
sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian dan dimanfaatkan
setiap hari oleh semua kalangan masyarakat.
1
SABUN CAIR
2. Tujuan Praktikum
3. Dasar Teori
Sabun cair dibuat melalui reaksi saponifikasi dari minyak dan lemak dengan KOH
(mitsui,1997). Sabun yang berkualitas baik harus memiliki daya detergenasi yang cukup tinggi,
dapat diaplikasikan pada berbagai enis bahan dan efektif walaupun digunakan pada suhu dan
tingkat kesadahan air yang berbeda-beda (shrivastava, 1982).
Penggunaan VCO sebagai bahan dasar pembuatan sabun karena VCO adalah minyak
yang paling kaya dengan kandungan asam lemak yang menguntungkan kulit dibandingkan
dengan minyak lainnya dan warna VCO yang bening putih jernih dan mudah larut dalam air.
Asam lemak yang paling dominan dalam VCO adalah asam laurat (HC12H23O2). Kandungan
utama pada VCO adalah asam laurat 46% (Yui, 1996). Asam laurat sangat diperlukan dalam
pembuatan sabun karena mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik dan lembut
untuk produk sabun. Menurut Alamsyah (2005), asam laurat merupakan asam lemak jenuh
rantai sedang yang bersifat antimikroba (antivirus, antibakteri, dan antijamur).
Sabun cair dibuat dengan cara mereaksikan antara minyak dan basa (KOH) yang akan
membentuk reaksi saponifikasi (Orphardt, 2003). KOH merupakan komponen utama pada
proses penyabunan (Rais, 2008). Selain KOH terdapat bahan tambahan lain yang digunakan pada
sabun, salah satunya yaitu asam stearat yang bersifat sebagai emulgator dan zat penstabil (Allen
2009) yang berpengaruh terhadap kestabilan busa, kekerasan dan kekentalan sabun (Steve,
2008).
Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan sabun, selain dari lemak atau minyak
dan alkali adalah bahan pembentuk badan sabun, bahan pengisi, garam, bahan perwarna dan
bahan pewangi (Perdana dan Hakim, 2009). Bahan tambahan pada sabun biasanya dapat berupa
bahan yang memberikan efek positif bagi pemakainya bukan hanya sebagai pembersih saja
namun dapat memberikan efek perawatan. Saat ini sabun khususnya sabun mandi antibakteri
sangat diminati oleh masyarakat karena sabun antibakteri dipercaya dapat membersihkan kulit
secara efektif (Ulia et al., 2014).
Sifat kimia sabun yaitu
1. Memiliki pH sekitar 10
2. Sabun dapat bereaksi dengan air buangan membentuk senyawa garam-garam
kalsium dan magnesium yang berlangsung terendapkan
3. Sabun memiliki dua bagian, bagian kepala (COONa) yang bersifat polar dan bagian
ekor (R-CH3) yang bersifat nonpolar.
2
4. Bagian kepala bersifat hidrofil (suka air) dan bagian ekor bersifat hidrofob (takut
air) dapat berinteraksi dengan kotoran yang selanjutnya didispersikan kedalam air.
(Spitz, 2009)
Sifat fisika
4. Variabel Percobaan
a. Variabel control : Jumlah bahan yang digunakan, alat yang digunakan, dan cara
pembuatan
b. Variable bebas : Konsentrasi KOH sebanyak 20%
c. Variable terikat : kualitas sabun cair yang dihasilkan
3
5. Metode Percobaan
Wadah/Ember 1 liter
Erlenmeyer 500 ml
Batang pengaduk/Mixer
Panci
Timbangan
KOH/NaOH
Air proses
Minyak kelapa, minyak jarak, minyak sawit/minyak goreng
EDTA
Parfum
Pewarna
b. Prosedur Kerja
1. Menimbang KOH/NaOH yang dibutuhkan untuk percobaan
2. Kemudian mengencerkan KOH/NaOH yang telah ditimbang sebelumnya dan panaskan
hingga suhu 70 ˚C
3. Menyiapkan Minyak untuk percobaan (Minyak yang digunakan adalah minyak goreng)
dan panaskan minyak hingga suhu 70 ˚C
4. Tambahkan KOH/NaOH yang telah di panaskan kedalam minyak yang sudah
dipanaskan, kemudian aduk hingga 45 menit
5. Menurunkan suhu yang berada didalam panci hingga mencapai suhu 45 ˚C
6. Kemudian menambahkan aditif kedalam sabun yang ada didalam panci, kemudian aduk
Kembali hingga homogen
7. Seletah menambahkan aditif, pindahkan sabun kedalam tempat penyimpanan untuk
digunakan.
4
6. Data Percobaan
Viskositas : Kental
pH : 14
7. Pembahasan
Setelah dilakukan percobaan, didapatkan hasil perbandingan antara Konsentrasi KOH 10%, 15%,
20% dan 25%. Penggunaan basa berupa KOH untuk memproduksi reaksi berupa sabun cair. Dari
percobaan yang sudah dilakukan, Saya perlu memanaskan Minyak dan KOH ±15 menit untuk
mempercepat reaksi. Setelah di panaskan reaksi saponifikasi akan berjalan dengan baik.Untuk waktu
pengadukan dilakukan selama 30 menit dengan manual pengadukan dengan proses pendinginan ±25
menit dengan menambahkan pewarna dan pewangi.
pH merupakan parameter yang penting dalam pembuatan sabun, karena nilai pH menentukan
kelayakan sabun dalam penggunaan banyak pihak. Nilai pH larutan sabun cair dalam standart SNI
yaitu sekitar 8-10. Dalam percobaan individu, nilai pH yang dihasilkan diluar dari standart SNI
sehingga tidak memenuhi pemakaian sabun cair. Sedangkan untuk percobaan lainnya, terdapat 2
percobaan yang memenuhi standart SNI sehingga dapat digunakan dalam pemakaian sabun cair.
Pengaruh pH terhadap sabun cair sangat penting, jika nilai pH yang didapatkan semakin tinggi, hal
tersebut akan membuat kulit cepat kering. Sehingga jika dibiarkan begitu saja dapat mengakibatkan
penuaan yang lebih cepat. Sehingga risikonya kelembapan kulit terganggu dan mudah mengalami
iritasi.
Penambahan asam kuat pada percobaan ini sangat membantu untuk menurunkan kadar pH
didalam sabun. Dikarenakan sabun yang dihasilkan melebihi standar SNI yaitu 14 dikarenakan asam
yang saya berikan sangat sedikit sehingga perubahan pH pada sabun tidak menunjukkan hasil yang
signifikan.
5
Penurunan viskositas akibat peningkatan rasio air/sabun dikarenakan viskositas dipengaruhi
oleh kadar air dalam sabun tersebut. Makin sedikit kadar air dalam sabun viskositas semakin tinggi,
dan sebaliknya makin banyak kadar air dalam sabun maka viskositas semakin rendah. Dari hasil
percobaan diatas, dapat dilihat bahwa viskositas sabun masih belum memuaskan karena kurangnya
kadar air yang diberikan. Sehingga tekstur dari sabun tersebut kental tidak berupa semi kental (cair).
Salah satu daya tarik sabun juga terdapat didalam busanya. Stabilitas busa sabun menunjukkan
tingkat keefektifan daya bersih dari sabun, sehingga adanya penurunan daya busa akibat penambahan
air menunjukkan daya bersih sabun akan ikut menurun. Perbedaan daya busa ini mungkin disebabkan
oleh akibat perbedaan lama pengadukan. Dari percobaan yang sudah dilakukan, pada konsentrasi
10% busa yang dihasilkan sedikit sama dengan konsentrasi 15%, sedangkan untuk konsentrasi 20%
busa yang dihasilkan cukup sedikit sama dengan konsentrasi 25%.
8. Kesimpulan
1. Sabun adalah garam dari senyawa asam lemak yang terbentuk dari reaksi saponifikasi,
dimana ester dibagi menjadi alcohol dan garamnya. Proses pembuatan sabun dikenal dengan
istilah saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa
lemah/kuat.
2. Dari hasil percobaan, pada kosentrasi KOH 20% sabun yang dihasilkan memiliki kekentalan
yang berbeda dengan yang berada di pasaran. pH yang dihasilkan juga sangat tinggi yaitu 14
diluar standart SNI yang sekitar 8-10. Sehingga sifat sabun yang tertera tersebut tidak baik
untuk dipasarkan.
9. Daftar Pustaka
Sukeksi, Lilis., Sirait, Masniar., Haloho, P. Valentina., 2018., Pembuatan Sabun Cair Dengan Alkali
Kalium Abu Batang Pisang (Musa Paradisisaca)., Talenta Publisher., Fakultas Teknik., Universitas
Sumatera Utara., Medan., 01 ., 194-203
Fauzi, I. Gusti., Sari, I. Novita., Gultom, M. P. Dwi., Ananda, Rendi., Industri Sabun., Universitas Negeri
Padang
Widyasanti, Asri., Septianur, A. Slamet., Rosalinda, Sarinarulita., 2019., Pembuatan Sabun Cair Dengan
Menggunakan Bahan Baku Minyak Jarak (Castar Oil) dengan Variasi Konsentrasi Infused Oil Teh Putih
(Camelia Sinensis)., JTIP Indonesia., Teknologi Hasil Pertanian., Universitas Syiah Kuala., (11)01
Irmayanti, P. Yunia., Wijayanti, N.P.A. Dewi., Arisanti, C. I. Sri., Optimasi Formula Sediaan Sabun Mandi
Cair dari Ekstrak Kulit Manggis., Farmasi FMIPA., Universitas Udayana
Widyasanti, Asri., Rahayu, A. Yanthy., Zain Sudaryanto., 2017., Pembuatan Sabun Cair Berbasis Virgin
Coconut Oil (VCO) dengan Penambahan Minyak Melati (Jasmine Sambac) sebagai Essential Oil., Jurnal
Teknotan., Teknik Pertanian dan Biosistem., Universitas Padjadjaran., (11) 02., 1978-1067