Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang berupa mukjizat yang diturunkan oleh-

Nya kepada manusia melalui Jibril, dengan perantaraan Rasul terakhir, Muhammad

saw. Berfungsi utama sebagai petunjuk-Nya bagi manusia sebagai makhluk

psikofisik yang bernilai ibadah membacanya. Eksistensi dan keadaan manusia

memang membutuhkan petunjuk-Nya dalam menempuh kehidupan di dunia. Tanpa

petunjuk-Nya dalam menempuh kehidupan di dunia.1 Firman Allah swt. dalam QS

as-Sajdah/32: 2.

ُ‫ب‬ َّ َ ۡ َ َ َٰ‫ني ُ ُتَزنيل ُٱلۡك َِت‬


َ ‫ُرب ُٱلۡ َعَٰلَم‬ َ ‫تَزنيلُ ُٱلۡك َِتَٰب ََُل‬
َ ‫ُر ۡي‬
َّ ‫ب ُفِيهِ ُمِن‬
ِ ‫ب َُل ُريب ُفِيهِ ُمِن ُر‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َٰ َ ۡ
ُ ُُ‫ٱلعل ِمني‬

Terjemahnya:

Turunnya al-Qur’an itu tidak ada keraguan padanya, (yaitu) dari Tuhan
seluruh alam.2

Fungsi utama al-Qur’an memang sebagai hidayah (petunjuk) bagi manusia

dalam mengelola hidupnya di dunia secara baik, dan merupakan rahmat untuk alam

1
Rif’at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, (Cet. III; Jakarta: Amzah, 2015), h. 239.
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, Surakarta: Forum Pelayanan
2

Al-Quran, 2013, h. 415.

1
2

semesta, disamping pembeda antara hak dan yang batil, juga sebagai penjelas

terhadap segala sesuatu, akhlak moralitas, etika-etika dan kepribadian manusia yang

patut dipraktikkan manusia dalam kehidupan mereka. Penerapan semua ajaran Allah

itu akan membawa dampak positif bagi manusia sendiri.3 Terutama yang terdapat

dalam kepribadian manusia, jika segala tindakan manusia terealisasikan dengan baik

maupun buruk, tidak lepas dari dorongan atau pengaruh kepribadiannya dan tentu

juga tidak lepas dari ranah keluarga maupun lingkungannya.

Dari kepribadian manusia yang terbentuk baik itu menghasilkan positif

maupun kepribadian yang negatif. Apabila manusia tidak dapat mengendalikan atau

mempertahankan kepribadiannya yang positif maka akan menimbulkan masalah

kepribadian dalam diri yang negatif, seperti mengalami ketakutan, kesedihan,

kesesatan dan kecelakaan keputusasaan sehingga bisa mengakibatkan rasa trauma.

Trauma merupakan salah satu luka psikologis yang sangat berbahaya bagi

kehidupan masyarakat, karena dapat menurunkan daya intelektual, emosional, dan

perilaku. Trauma biasanya terjadi bila dalam kehidupan seseorang sering mengalami

peristiwa yang traumatis seperti kekerasan, pemerkosaan, ancaman yang datang


secara individual atau juga secara massal. 4 Trauma bisa menimpa siapa saja dan

kapan saja tanpa memandang ras, umur dan waktu, trauma yang dialami akibat

kejadian hebat menimbulkan perasaan sakit pada seseorang, baik fisik maupun

mental, dan bahkan sering menyebabkan beberapa gangguan emosional atau

psikologis dikemudian hari.

3
Rif’at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, h. 239.
4
Kusmawati Hatta, Trauma dan Pemulihannya: Sebuah Kajian Berdasarkan Kasus Pasca
Konflik dan Tsunami, (Edisi I; Banda Aceh: Dakwah ar-Raniry Press, 2016), h. 3.
3

Jadi oleh sebab itu, bila seseorang mengalami trauma maka harus segera di

tangani sesuai prosedur yang berlaku. Apalagi di jaman sekarang lebih banyak orang

terkhususnya remaja yang mengalami trauma, hal tersebut akan berakibat fatal

karena dapat merugikan berbagai pihak dalam perkembangannya, karena remaja

adalah regenerasi, jadi jika mereka trauma dengan apa yang dialami pada masa lalu

dan masih dirasakan hingga saat ini, maka yang akan datang mereka akan suram, hal

ini dikarenakan remaja akan menjadi penerus bangsa, penerus generasi dan juga

harapan bagi keluarganya. Orangtua pun juga biasanya mengalami trauma oleh

karena itu mereka dituntut untuk sigap dan prima baik fisik maupun mental. Dan

kalaupun trauma itu terjadi harus segera mendapatkan pemulihan (healing).

Dari pernyataan-pernyataan di atas, peneliti bermaksud untuk mengkaji salah

satu ayat yang membahas tentang masalah solusi pemulihan traumatik yang terdapat

dalam QS Yu>suf/12: 21, walaupun secara eksplisit tidak menyebut masalah

pemulihan traumatik tetapi ayat yang dibahas mengandung kisah dan solusi

pemulihan terhadap traumatik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang terungkap di atas, maka masalah


pokok yang menjadi pembahasan peneliti dalam kajian skripsi ini adalah:

1. Bagaimana hakikat solusi pemulihan traumatik dalam QS Yu>suf/12: 21

2. Bagaimana wujud solusi pemulihan traumatik dalam QS Yu>suf/12: 21

3. Bagaimana implementasi dari solusi pemulihan traumatik dalam QS Yu>suf/12:

21?
4

C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

Adapun judul skripsi ini adalah Solusi Pemulihan Traumatik di dalam Al-

Qur’an (Suatu Kajian Tafsir Tah}li>li> terhadap QS. Yu>suf/12: 21) Untuk menghindari
terjadinya kesalahpahaman pembaca pada kata-kata dan istilah teknis yang

terkandung pada judul skripsi ini, maka peneliti terlebih dahulu menjelaskan

beberapa variabel yang dituang dalam judul.


1. Solusi

Solusi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah penyelesaian;

pemecahan (masalah dsb); jalan keluar.5 Jadi, solusi merupakan suatu bentuk

pemecahan suatu masalah atau jalan keluar untuk menghadapi suatu masalah.

2. Pemulihan

Pemulihan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah proses,

cara, pembuatan memulihkan, mejadikan sesuatu kembali (baik, sehat);

pengembalian, pemulangan.6

Pertama, Pemulihan sebagai Healing diartikan “to make whole” atau suatu
proses untuk mengembalikan lagi menjadi satu kesatuan yang memiliki akar kata

health dan whole dalam bahasa Inggris yang artinya adalah membuat menjadi baik
atau sehat kembali, membuat luka menjadi tertutup, kembali pada situasi semula,

membebaskan dari duka, kesulitan dari hal-hal buruk, membuat perbedaan-

perbedaan mengarah menuju rekonsiliasi.7

5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, , (Edisi ke
IV; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1328.
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 1115.
7
Kusmawati Hatta, Trauma dan Pemulihannya: Sebuah Kajian Berdasarkan Kasus Pasca
Konflik dan Tsunami, h. 113.
5

Kedua, pemulihan sebagai (Recovery) di artikan sebagai pengembalian


sesuatu yang hilang, pengembalian pada kesehatan, kesadaran, diperolehnya kembali

keseimbangan dan pengendalian. Situasi kembali pada kondisi yang normal, setelah

mengindap penyakit, gangguan mental atau luka, atau kembali kepada keadaan

fungsi yang sebelumnya.

Tri Kurnia Nurhayati menyatakan bahwa pemulihan diartikan kembali

sebagai keadaan semula, atau sembuh atau baik kembali. Memulihkan artinya

mengembalikan kepada keadaan semua, memulangkan atau mengembalikan. Jadi,

pemulihan dapat diartikan sebagai pengembalian sesuatu kepada keadaan semula.8

3. Traumatik

Trauma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah keadaan jiwa

atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cedera

jasmani; luka pada tubuh atau fisik. Menggocangkan jiwa (pengalaman yang

dahsyat).9

Trauma berasal dari bahasa Yunani “tramatos” yang artinya luka. Dalam

kamus konseling, traumatik adalah pengalaman dengan tiba-tiba mengejutkan yang


meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa seseorang sehingga dapat merusak

fisik maupun psikologis.10

8
Kusmawati Hatta, Trauma dan Pemulihannya: Sebuah Kajian Berdasarkan Kasus Pasca
Konflik dan Tsunami, h. 114.
9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h.1486.
Winkel dan Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. (Yogyakarta:
10

Media Abadi, 2006), h. 54.


6

Trauma adalah kejadian jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai

akibat dari tekanan atau cedera jasmani. Trauma juga diartikan sebagai respon

secara emosional akibat sebuah kejadian, seperti kekerasan, bully, atau bencana

alam. Reaksi jangka pendek yang biasa terjadi pada seseorang yang mengalami

trauma adalah shock dan penolakan.11

4. Al-Qur’an
Al-Qur’an dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah kitab suci

umat Islam yang berisi firman Allah swt. Yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

saw. Dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami dan diamalkan

sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.12

5. Tafsir

Tafsir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah keterangan atau

penjelasan tentang ayat al-Qur’an agar maksudnya lebih mudah dipahami;

keterangan; penjelasan.13

Tafsir secara etimologi (bahasa), kata “tafsir” diambil dari kata “fassara –
yufassiru – tafsi>ran” yang berarti keterangan atau uraian.14 Sedangkan Tafsir
menurut terminologi (istilah), sebagaimana didefinisikan Abu Hayyan yang dikutip

oleh Manna>’ al-Qat}ha>n ialah ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafadz-

lafadz al-Qur’an, tentang petunjuk-petunjuk, hukum-hukumnya baik ketika berdiri

11
Achmanto Mendatu, Pemulihan Trauma: Strategi Penyembuhan Trauma Untuk Diri
Sendiri, Anak dan Orang Lain di Sekitar Anda, (Yogyakarta: Pandua, 2010), h. 56.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 44.
12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 1373.
13

Rosihan Anwar, Ulu>m al-Qur’a>n, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 209.


14
7

sendiri maupun ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan baginya

tersusun serta hal-hal yang melengkapinya.15

Menurut al-Kilbi>y dalam kitab at-Tasli>y, sebagaimana yang telah dikutip

oleh Mashuri Sirojuddin Iqbal dan A. Fudlali. Tafsir ialah mensyarahkan al-Qur’an,

menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya

atau dengan isyarat, ataupun dengan tujuannya.16

Menurut Ali Hasan al-‘Arid, tafsir adalah ilmu yang membahas tentang cara

mengucapkan lafadz al-Qur’an makna-makna yang ditunjukkan dan hukum-

hukumnya baik ketika berdiri sendiri atau pun tersusun serta makna-makna yang

dimungkinkan ketika dalam keadaan tersusun.17

Sedangkan menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy tafsir adalah

Suatu ilmu yang di dalamnya dibahas tentang keadaan-keadaan al-Qur’an al-Karim

dari segi dalalahnya kepada apa yang dikehendaki Allah, sebatas yang dapat

disanggupi manusia.

Maksud dari sebatas yang dapat disanggupi manusia memiliki pengertian

bahwa tidaklah suatu kekurangan lantaran tidak dapat mengetahui makna-makna

15
Manna>’ al-Qat}h} an, Pembahasan Ilmu al-Qur’an 2, Terj. Halimudin, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, T.Th), h. 164
16
Mashuri Sirojuddin Iqbal dan A. Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Angkasa,
2005), h. 87
17
Ali Ḥasan al-Ariḍ, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Terj. Ahmad Akrom, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1994), h. 3
8

yang mutasyabihat dan tidak dapat mengurangi nilai tafsir lantaran tidak

mengetahui apa yang dikehendaki oleh Allah.18

Istilah tafsir merujuk kepada ayat-ayat yang ada di dalam al-Qur’an, salah

satu di antaranya adalah QS al-Furqa>n/25: 33

ً ۡ َ َ َ ۡ َ َ َ ۡ َ َٰ َ ۡ َّ َ َ َ َ ۡ َ َ َ
ُ ُ‫جئنكُبِٱۡل ِقُوأحسنُتفسِريا‬ ِ ُ‫وَلُيأتونكُبِمث ٍلُإَِل‬
Terjemahnya:

Dan mereka orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa)


sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan
penjelasan yang paling baik.19

Pengertian inilah yang dimaksud di dalam Lisan al-Arab dengan “Kasyf al-

Mugatta” (membuka sesuatu yang tertutup), dan tafsir ialah membuka dan
menjelaskan maksud yang sukar dari suatu lafal. Pengertian ini yang dimaksudkan

oleh para ulama tafsir dengan “al-idah wa al-tabyi>n” (menjelaskan dan

menerangkan).20

Dari sini dapat disimpulkan bahwa tafsir adalah menjelaskan dan

menerangkan tentang keadaan al-Qur’an dari berbagai kandungan yang dimilikinya

kepada apa yang dikehendaki oleh Allah sesuai kemampuan penafsir.

6. Kajian Tah}li>li>

Kajian Tah}li>li> yaitu metode penafsiran yang berusaha menerangkan arti ayat-

ayat al-Qur’an dengan berbagai seginya, berdasarkan urutan ayat dan surah dalam al-

Qur’an dengan menonjolkan pengertian dan kandungan lafaznya, hubungan antar

Rosihan Anwar, Ulu>m al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 209.


18

19
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 363.
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 66
20
9

ayat, sebab turunnya, hadis-hadis Nabi Muhammad saw. yang ada kaitannya dengan

ayat yang ditafsirkan tersebut, serta pendapat para sahabat dan ulama-ulama

lainnya.21

Oleh karena itu, ciri-ciri utama metode tafsir ini antara lain sebagai berikut:

a. Membahas segala sesuatu yang menyangkut ayat tersebut dari segala aspek.

b. Mengungkapkan asba>b al-nuzu>l ayat yang dikaji (jika ada).

c. Menafsirkan ayat perayat secara berurutan, dalam pembahasannya selalu melihat

korelasi antar ayat, untuk menemukan makna penafsiran.

d. Tafsir Tah}li>li> dapat bercorak tafsir bi al-matsu>r, kalau titik tekan

pembahasannya pada riwayat, baik berupa hadis, asar sahabat, atau pendapat

ulama, yang kemudian dikuatkan oleh rasio (ra’yu). Sebaliknya, bisa bercorak

tafsir bi al-ra’yi, jika titik tekan uraiannya berdasarkan rasio, sementara riwayat

diposisikan sebagai penguat asumsi-asumsi logika penafsiran yang ada.

Para mufasir tidak seragam dalam mengoprasionalkan metode ini. Ada yang

menguraikannya secara ringkas, ada pula yang menguraikannya secara terperinci.

Macam-macam tafsir di bawah ini menunjukkan keragaman tersebut, diantaranya:


tafsir bi al-ma’tsu>r, tafsir bi al-ra’yi, tafsir al-su>fi, tafsir al-fiqhi, tafsir al-falsa>fi,

tafsir al’ilmi dan tafsir al-ada>b al-ijtima>’i.22

Badri Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an (Cet. I; Bandung: Pustaka


21

Setia, 2004), h. 94.


22
Tafsir bi al-ma’tsur (tafsir berdasarkan riwayat), Tafsir bi al-ra’yi (tafsir berdasarkan
logika), Tafsir al-su>fi (tafsir bercorak tasawwuf), Tafsir al-fiqhi (tafsir bercorak hukum), Tafsir al-
falsa>fi (tafsir bercorak filsafat), tafsir al’ilmi (tafsir bercorak ilmiah) dan tafsir al-ada>b al-ijtima>’i>
(tafsir bercorak sosial kemasyarakatan), Lihat: Abdul Hayy Al-Farmawi, Al-Bida>yah fi al-Tafsir al-
Maud}u>’: Dira>sah Manhajiyyah Maud}u>’iyyah. Terj. Rosihin Anwar, Metode Tafsir Maud}u’i (Cet, I;
Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 24.
10

Jadi definisi operasional yang dimaksud oleh peneliti ialah peneliti akan

mengkaji trauma yang dialami oleh seseorang yang disebabkan oleh gangguan

kejiwaan atau kejadian yang pernah ia alami dan diberikan pemulihan atas

traumanya, lalu mengkorelasikan dengan kejadian yang dialami oleh Nabi Yusuf

terdapat dalam QS Yu>suf/12: 21 yang telah dibuang oleh saudaranya sendiri di

dalam sumur dan dijual oleh para musafir yang ada di Mesir, sehingga pemulihan

trauma yang dialami oleh Nabi Yusuf ialah Nabi Yusuf dibeli oleh al-Aziz dan

diangkat sebagai anak, dijadikan sebagai penguasa di Mesir, diberi ilmu, dan

mena’wilkan mimpi.

D. Kajian Pustaka

Setiap penelitian membutuhkan kajian pustaka dan dianggap sebagai hal

yang esensial dalam penelitian. Hal itu tidak terlepas dari fungsinya sebagai tolak

ukur dalam membedakan hasil-hasil penelitian sebelumya dengan penelitian yang

dilakukan, sehingga tidak terjadi pengulangan penelitian.23 Untuk kepentingan ini,

penulis telah melakukan kajian pustaka, baik kajian pustaka dalam bentuk hasil

penelitian, pustaka digital, maupun kajian pustaka dalam bentuk buku-buku atau
kitab-kitab. Berdasarkan hasil penelusuran dan pembacaan terhadap pustaka,

ditemukan literatur yang terkait dengan judul skripsi ini sebagai berikut:

Pertama, buku yang berjudul Trauma dan Pemulihannya: Suatu Kajian


berdasarkan Kasus Pasca Konflik dan Tsunami, yang ditulis oleh Kusmawati Hatta,
Penerbit Dakwah Ar-Raniry Press, Banda Aceh, Edisi I, tahun 2016. di dalam buku

ini membahas tentang cara menangani atau pemulihan yang baik bagi orang yang

23
Abdul Gaffar, ‘Ilal al-Hadi>s (Rekonstruksi Metodologis atas Kaidah Kesahihan Hadis),
Disertasi (Samata: Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, 2015), h. 23.
11

mengalami trauma secara umum dan menjelaskan secara rinci bagaimana bentuk

penanganan konflik dan lebih yang ditekankan lagi contoh permasalahan trauma

pada waktu korban Tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu tetang dampak

konfliknya. Tetapi yang membedakan dengan karya Kusmawati Hatta dengan

skripsi yang ditulis peneliti ialah peneliti akan membahas trauma secara umum ke

khusus melalui pendekatan tafsir tetapi mengambil juga referensi buku ini yang

khususnya tentang trauma dan pemulihannya.

Kedua, skripsi yang berjudul Penanganan Perempuan Korban Trauma Masa


Lalu di Lembaga Kiprah Perempuan (KIPPER) Yogyakarta oleh Lailul Ilham, UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta, tahun 2016. Skirpsi ini membahas tentang bagaimana

metode penanganan yang diterapakan di Lembaga Kiprah Perempuan (KIPPER)

dalam menangani perempuan korban trauma masa lalu serta meneliti implikasi

penanganan terhadap kondisi korban pasca mendapat penanganan. Sedangkan yang

akan dibahas oleh peneliti ialah solusi pemulihan trauma dan metode penanganan

yang dialami oleh seseorang secara khusus melalui QS Yu>suf/12: 21.

Ketiga, skripsi yang berjudul Pemulihan Trauma Terhadap Perilaku Emosi


Anak Usia Dini Pasca Bencana Tanah Logsor di Dusun Jemblung Desa Sampang
Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara, oleh Putri Taliningtiyas,
Universitas Negeri Semarang, pada tahun 2017. Skripsi ini membahas tentang

pemulihan kondisi anak trauma pasca bencana tanah longsor secara umum, yang

menunjukkan perilaku menangis, merengek, gangguan tidur, masalah pertemanan,

penurunan konsentrasi, mudah marah, gangguan kesehatan, ketakutan berlebih dan

tidak nyaman tinggal dipengungsian. Pemulihan trauma pada anak usia dini

diberikan oleh MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) melalui


12

pemulihan trauma secara individu berupa program psikoedukasi orangtua

danassessment kebutuhan anak. Serta pemulihan trauma secara kelompok melalui

sekolah ceria, wisata ceria, TPQ, outbond, medical checkup, tambahan nutrisi dan

posyandu balita. Sedangkan yang ingin dikaji peneliti ialah pemulihan trauma yang

objeknya dibahas secara umum bagi siapa saja dengan menggunakan pendekatan

tafsir psikologi dan metode tah}li>li>.

Keempat, jurnal yang berjudul Peran Orangtua dalam Proses Pemulihan


Trauma Anak, oleh Kusmawati Hatta, Banda Aceh, tahun 2015. Jurnal ini
membahas tentang bagaimana bentuk atau cara orangtua memberikan pemulihan

tersendiri kepada anaknya yakni orangtua sebagai kepala keluarga bertindak

memahami dan mempelajari teknik-teknik manajemen trauma sehingga dapat

memantau anak-anak dan anggota keluarga yang lain mengatasi trauma yang terjadi

dalam keluarga. Sedangkan yang ingin dikaji oleh peneliti ialah trauma dan solusi

pemulihannya yang menggunakan pendekatan tafsir di dalam QS Yu>suf/12: 21 yang

objeknya siapapun.

E. Metodologi Penelitian

Untuk menganalisis sebuah objek penelitian yang bersentuhan langsung


dengan tafsir, maka diperlukan sebuah metodologi penelitian tafsir. Sebagai kajian

yang bersifat literal, maka sumber data dalam penelitian ini sepenuhnya didasarkan

pada riset kepustakaan (library research). Studi pustaka diperlukan sebagai salah

satu tahap pendahuluan (plinmary research) untuk memahami lebih dalam gejala

baru yang tengah berkembang di lapangan atau dalam masyarakat.


13

Upaya mengumpulkan dan menganalisis yang diperlukan dalam pembahasan

skripsi ini menggunakan beberapa metode meliputi jenis penelitian, pendekatan,

teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan dan analisis data.24

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada tulisan ini adalah penelitian kualitatif dalam bentuk

library Research (kepustakaan). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang


dilakukan secara alami, apa adanya, dalam situasi normal dan tidak dapat

dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami.25

Dengan kata lain informasi atau sajian datanya harus menghindari adanya evaluasi

dan interpretasi dari peneliti. Jika terdapat evaluasi atau interpretasi itu pun harus

berasal dari subjek penelitian.26

Pada penelitian ini, penulis mengacu pada QS Yu>suf/12: 21 yang

menjelaskan solusi pemulihan traumatik, kemudian ayat tersebut dianalisis

menggunakan metode tafsir tahli>li>.

2. Metode Pendekatan

Pendekatan berarti sebuah proses, perbuatan, cara mendekati sebuah objek.


Dan istilah pendekatan ini juga diartikan sebagai proses dan cara mendekati suatu

objek. Dalam bahasa Arab istilah ini disebut al-Ittija>h al-Fikri (arah pemikiran),

sedangkan dalam bahasa Inggris digunakan kata approach. Sehingga makna

Rahmat Firdaus, “Prinsip Pendidikan Anak dalam Al-Qr’an (Kajian Tafsir Tahlili terhadap
24

QS al-Saffat/37:102, Skripsi, (Samata: Fak. Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar, 2015),
h. 14.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi (Cet. XIII;
25

Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 12.


Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir (Cet. II; Yogyakarta: Idea Press
26

Yogyakarta, 2015), h. 110-111.


14

pendekatan sebagai cara kerja yaitu wawasan ilmiah yang digunakan seseorang

untuk mempelajari suatu objek dan aspek-aspek objek yang dibahas.27 Terkait

dengan penelitian ini, pendekatan yang digunakan sebagai berikut;

a. Pendekatan Tafsir

Pendekatan tafsir yaitu suatu pendekatan yang menjelaskan kandungan

makna dari ayat al-Qur’an melalui tafsiran ulama atau sumber lainnya, kemudian

memberikan analisis kritis dan komparatif.28 Pendekatan tafsir yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah mengkaji QS Yu>suf/12: 21, melalui penafsiran para

ulama dalam kitab tafsir kemudian menghubungkan dengan pembahasan yakni

solusi pemulihan traumatik.

b. Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang menjelaskan tentang ilmu

pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa. Berkaitan dengan proses mental, baik

normal maupun abnormal dan pengaruhnya terhadap perilaku. Pendekatan yang

dimaksud peneliti ialah mengkaji QS Yu>suf/12: 21 dengan melihat aspek Psikologi

yang terkandung dalam ayat tersebut kemudian mengaitkan dengan objek kajian.
3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat diartikan sebagai prosedur yang sistematis dan

memiliki standar untuk menghimpun data yang diperlukan dalam rangka menjawab

masalah penelitian sekaligus menyiapkan bahan-bahan yang mendukung kebenaran

korespondensi teori yang akan dihasilkan.29

27
Abd. Muin Salim, dkk., Metodologi Penelitian Tafsir Maud}u>’i (Yogyakarta: Pustaka al-
Zikra, 2011), h. 98.
Abd. Muin Salim, dkk., Metodologi PenelitianTafsir Maudhu’i, h. 100.
28

29
Abd. Muin Salim, dkk., Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’i, h. 109-111.
15

Sebagai penelitian yang bersifat kualitatif, maka proses pengumpulan data

dilakukan melalui riset kepustakaan (library research) yang terdiri atas dua sumber

yaitu: (1) data primer30 dalam penelitian ini adalah kitab suci al-Qur’an dan kitab-

kitab tafsir, (2) data sekunder31 adalah buku-buku keislaman dan buku-buku yang

berhubungan dengan tema penelitian.

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang diperlukan dalam penelitian jenis kualitatif adalah metode

pengolahan data kualitatif, hal ini dimaksudkan agar dapat menarik makna-makna

yang terkandung dalam al-Qur’an. Maka tahapan-tahapan yang akan dilalui oleh

peneliti adalah sebagai berikut:

a. Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, langkah yang ditempuh dalam pengolahan data dengan

menggunakan pola tafsir tahli>li> yaitu:

1) Menyebutkan ayat yang akan dibahas dengan memperhatikan urutan ayat

dalam mushaf, yakni QS Yu>suf/12: 21

2) Menganalisis kosa kata atau syarah al-mufrada>t yang terdapat dalam QS


Yu>suf/12: 21
3) Menerangkan hubungan muna>sabah, baik antar ayat maupun antar surah

4) Menejelaskan Asba>b al-Nuzu>l ayat tersebut sehingga dapat membantu

memahami ayat dibahas (jika ada)

30
Data primer adalah data empirik yang diperoleh langsung dari objek penelitian perorangan,
kelompok dan organisasi. Lihat Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi
(Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 29.
31
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara (dihasilkan dari pihak lain) atau digunakan oleh lembaga-lembaga yang bukan merupakan
pengelolanya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu. Lihat Rosady Ruslan,
Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, h. 138.
16

5) Memberikan garis besar maksud ayat, sehingga diperoleh gambaran umum

maksud dari QS Yu>suf/12: 21

6) Memperhatikan keterangan-keterangann yang bersumber dari ayat lain, Nabi,

Sahabat, ta>bi’i>n dan para mufasir.

7) Memberikan penjelasan tentang maksud ayat tersebut dari berbagai aspeknya

pada penjelasan yang telah diperoleh.

b. Metode Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Metode analisis deskriptif, yaitu memaparkan data penelitian sesuai dengan

orisinalitasnya, sehinga tampak gambaran yang jelas tentang jawaban atas

permasalahan yang dibahas. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan

kandungan ayat demi ayat.32

2) Metode verifikatif, yaitu memeriksa dan menyeleksi keautentikan suatu data.

Dengan metode ini, kesesuain (relevansi) antara data yang ada dengan objek

pembahasan dapat ditetapkan.


3) Metode argumentatif, yaitu mengemukakan alasan-alasan yang berkaitan

dengan pembahasan masalah yang sudah dirumuskan, sehingga dapat

diperoleh suatu kesimpulan yang mapan dan dapat dipertanggungjawabkan.33

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Melalui beberapa penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini diarahkan

untuk;

32
Abd Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir (Cet. I; Yogyakarta: Teras, 2005), h. 146.
33
Ibrahim Nasbi, Wawasan Al-Qur’an Tentang Ilmu (Cet. I; Makassar: Alauddin University
Press, 2013), h. 23.
17

1. Mengetahui hakikat solusi pemulihan tramatik yang terdapat dalam QS

Yu>suf/12: 21
2. Mengetahui wujud solusi pemulihan traumatik yang terdapat dalam QS

Yu>suf/12: 21
3. Mengetahui implementasi dari solusi pemulihan traumatik yang tedapat

dalam QS Yu>suf/12: 21

Selanjutnya, melalui penjelasan dan deskripsi di atas, diharapkan penelitian

ini berguna untuk;

1. Kegunaan ilmiah: mengkaji dan membahas hal-hal yang berkaitan dengan

skripsi ini, sedikit banyaknya akan menambah khazanah ilmu pengetahuan

baik dalam kajian tafsir maupun tentang solusi pemulihan traumatik.

2. Kegunaan praktis: mengetahui secara mendalam hakikat dan solusi

pemulihan traumatik sehingga dapat menjadi informasi, bahan pustaka

diberbagai lembaga keilmuan dan digunakan untuk memperoleh gelar sarjana

S1 (S. Ag) di bidang tafsir.

3. Memberikan pemahaman mendasar tentang ayat al-Qur’an yang menjelaskan


permasalahan solusi pemulihan traumatik dalam kehidupan manusia. Setelah

penelitian ini dilakukan, maka diharapkan menjadi tulisan yang memiliki

manfaat bagi para pembaca terkhususnya bagi peneliti sendiri.


BAB II

TIINJAUAN UMUM TENTANG SOLUSI PEMULIHAN TRAUMATIK

A. Pengertian Solusi Pemulihan Traumatik

Dalam menjalani kehidupan, individu tidak hanya merasakan kebahagiaan,

tetapi juga merasakan berbagai kesedihan dan persoalan, hal itu berupa konflik,

kekerasan, musibah/bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, meletusnya gunung

api, tanah longsor, banjir, badai topan, kebakaran, dan lain sebagainya.

Keberagaman peristiwa dan pengalaman yang menakutkan tersebut baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam waktu yang singkat dan jangka panjang

dapat membekas dan menimbulkan luka pada sebagian individu, hal itu dikatakan

dengan trauma.

Trauma juga diartikan sebagai respon secara emosional akibat sebuah

kejadian, seperti kekerasan, bully, atau bencana alam. Reaksi jangka pendek yang

biasa terjadi pada seorang yang mengalami trauma adalah shock dan penolakan.

Dalam hal ini, tidak jarang individu mampu mengontrol diri atau memulihkan

dirinya dari trauma. Maka diperlukan suatu usaha yaitu pemulihan dalam
menghadapi trauma tersebut. Sebagaimana firman Allah swt. dalam QS al-Anfa>l/8:

53, agar manusia berusaha


َ َّ ‫ُوأَ َّن‬
ُ‫ُٱَّلل‬ َ ‫سه ۡم‬ َ َ ْ َ َّ َ ۡ َ َ َ َ َ َ ۡ َ ً َ ۡ ٗ َ
ِِ ‫ُما ُبِأنف‬ َٰ ‫ُلَع ُقو ٍم ُح‬
‫َّت ُي ُغ ِريوا‬ َ َّ ‫َذَٰل َِك ُبأَ َّن‬
َٰ ‫ُٱَّلل ُل َ ۡم ُيَك ُمغ ِريا ُنِعمة ُأنعمها‬ ِ
َ
ٞ ‫يعُعل‬
ُ ُُ‫ِيم‬ ٌ ‫َس ِم‬
Terjemahnya:
Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak adan mengubah suatu
nikmat yang telah diberikan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu

18
19

mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Sungguh, Allah Maha
mendengar, Maha Mengetahui.34
Manusia diberi kesempatan oleh Allah swt. untuk berusaha mengubah

nasibnya, terutama bagi yang mengalami trauma usaha yang paling tepat ialah

pemulihan.

Menurut Sondang Irene E. Sidabutar menyatakan bahwa dalam bahasa

Inggris terdapat dua kata yang dapat diartikan sebagai pemulihan dalam bahasa

Indonesia, yakni recovery dan healing. Kedua kata tersebut sering kali digunakan

bergantian walaupun sebenarnya tidak tepat, atau sama artinya. Keduanya dapat di

definisikan secara terpisah sesuai mewakili makna yang dalam bahasa Indonesia

terkait dengan pulih, pemulihan atau memulihkan. Pertama, Healing diartikan “to

make whole” atau suatu proses untuk mengembalikan lagi menjadi satu kesatuan
yang memiliki akar kata health dan whole dalam bahasa Inggris yang artinya adalah

membuat menjadi baik atau sehat kembali, membuat luka menjadi tertutup, kembali

pada situasi semula, membebaskan dari duka, kesulitan dari hal-hal buruk, membuat

perbedaan-perbedaan mengarah menuju rekonsiliasi.35

Kedua, Recovery di artikan sebagai pengembalian sesuatu yang hilang,

pengembalian pada kesehatan, kesadaran, diperolehnya kembali keseimbangan dan

pengendalian. Situasi kembali pada kondisi yang normal, setelah mengindap

penyakit, gangguan mental atau luka, atau kembali kepada keadaan fungsi yang

sebelumnya. Kedua kata tersebut di atas, mengindikasikan bahwa walaupun kondisi

manusia tidak akan sama setelah dihadapkan pada suatu pengalaman traumatis,

tetapi masih dapat mengembalikan keseimbangannya, kekuatannya yang terintegrasi

34
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 184.
35
Kusmawati Hatta, Trauma dan Pemulihannya: Sebuah Kajian Berdasarkan Kasus Pasca
Konflik dan Tsunami, h. 113.
20

dalam satu kesatuan (whole), sehingga berfungsi secara optimal (functional) dan

siap untuk bergerak melewati masa penderitaan (suffering) dan pengalaman negatif

yang traumatis menuju suatu pertumbuhan yang baik, maka sangat cocok bahwa

kedua kata tersebut digunakan sebagai kata pulih atau pemulihan.36

Pemulihan trauma dalam masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

secara individual juga dapat dilakukan secara kelompok. Dalam banyak kasus

pemulihan trauma justru lebih efektif dilakukan secara kelompok. Ada beberapa

upaya yang dapat dilakukan untuk membantu pemulihan dari trauma yang cepat dan

mudah, yaitu secara individual: mengobrol, mendengarkan keluhan, memotivasi

individu untuk melakukan aktivitas. Pada keluarga memberikan dukungan yang

dapat menghibur anggota keluarga yang merasa kehilangan dalam konflik.

Sondang Irene. E. Sidabutar menyatakan debriefing menunjukkan suatu

pemberian informasi atau kegiatan pemberian petunjuk. Selain itu sering menunjuk

pada kegiatan untuk meminimalkan dampak\ trauma, dan dilakukan segera setelah

suatu peristiwa traumatis terjadi. Landasan pemikirannya adalah semakin cepat

individu atau kelompok membagikan pengalaman traumatisnya, semakin minimal ia


menyimpan pengalaman traumatisnya maka semakin kecil kemungkinan ia

mengalami masalah psikologis akibat trauma.37

Daniel Goleman menyatakan bahwa menjaga agar emosi yang merisaukan

tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraaan emosi, sebab emosi yang

36
Kusmawati Hatta, Trauma dan Pemulihannya: Sebuah Kajian Berdasarkan Kasus Pasca
Konflik dan Tsunami, h. 114.
37
Kusmawati Hatta, Trauma dan Pemulihannya: Sebuah Kajian Berdasarkan Kasus Pasca
Konflik dan Tsunami, h. 116.
21

berlebihan yang meningkat dengan intensitas terlampau tinggi atau untuk waktu

yang terlampau lama akan mengoyak kestabilan manusia.

Baranowsky & Lauer (2012) menyatakan untuk trauma healing bagi siapa

saja yang telah mengalami satu peristiwa hebat yan telah menggangu kehidupan,

yang ditulis dengan menggunakan bahasa, ia merupakan panduan hebat untuk

membantu orang yang tidak hidup sepenuhnya, karana mereka dihantui oleh

pengalaman atau peristiwa traumatik. Strategi yang dapat membangun perhatian

kepada aktivitas semua orang, malah lebih penting untuk membantu mereka menjadi

hadir kembali dalam dunia mereka, dan hidup dengan keyakinan dan rasa

kesejahteraan.38

Jadi pemulihan sama dengan kembali sembuh atau sehat terhadap sesuatu

penyakit atau proses pengembalian mental atau fisik yang telah rusak, yang

dirasakan oleh individu atau komunitas sehingga dapat beradaptasi dengan

lingkungan dan masyarakat lainnya tanpa ada perasaan yang mengganggu.

B. Fungsi adanya Solusi Pemulihan Traumatik

Fungsi adanya pemulihan traumatik bertujuan membantu seseorang yang


trauma mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan,

sosial, dan pribadi. Lebih lanjut tujuannya adalah membantu individu dalam

mencapai:

1. Kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan

2. Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat

3. Hidup bersama dengan individu-individu lain

38
Kusmawati Hatta, Trauma dan Pemulihannya: Sebuah Kajian Berdasarkan Kasus Pasca
Konflik dan Tsunami, h. 117.
22

4. Harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya

Sebagaimana Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah/2: 201

ُ َّ َ َ َ َ َ َٗ َ َ َ ٗ َ َ َ َ ۡ ُّ َ َ ٓ َ َّ َ
ُ ‫اُِفُٱدلنياُحسنةُو ِِفُٱٓأۡلخ َِرة ُِحسن‬
.‫ةُوق ِناُعذابُٱنلار‬
َ َّ ۡ َ
ِ ‫ومِنهمُمنُيقولُربناُءات ِن‬
Terjemahnya:
Dan di antara mereka yang berdoa “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.39
Hidup yang baik di dunia diinginkan semua orang terlebih dengan kehidupan

di akhiratnya kelak, yang paling puncak dari keadaan baik itu ialah terbebas dari api

neraka.

Karena hal inilah trauma akan menjadi hal yang sangat penting untuk

menemukan solusinya dan pemulihan trauma merupakan salah satu solusi yang

diberikan untuk mengurangi trauma yang dialami, fokusnya adalah prinsip

intervensi, seperti:

a. Mengembalikan rasa aman, memperbesar kontrol dan mengurangi rasa takut dan

kecemasan.

b. Menjalin kembali hubungan-hubungan dengan orang lain dan jalinan kedekatan,

mengatasi perasaan duka cita dan kehilangan. Stres traumatik mengubah relasi-

relasi orang tersebut dengan dirinya sendiri, dengan orang-orang terdekat,

dengan orang-orang dilingkungannya, dengan masyarakat pada umumnya,

dengan dunia dan juga dengan Tuhan.

c. Memperbaiki identitas, makna dan tujuan hidup adalah sasaran pemulihan yang

ketiga dan merupakan hal yang mendasar bagi kemampuan survive melampaui

sekedar kebutuhan keberadaan diri

Strateginya:

39
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 31.
23

1) Komunikasi, mengurangi isolasi, dan menguatkan harga diri

2) Menciptakan kesempatan kesempatan baru, untuk memperjelas pandangan

ke masa depan

3) Menjelajah konsep-konsep diri, orang lain dan komunitas

4) Menganggap pengalaman trauma itu valid

5) Mengintegrasikan masa lalu, kini dan mendatang

d. Pemulihan martabat dan nilai-nilai. Semua intervensi yang telah dipaparkan di

atas pada gilirannya akan berandil pada proses pemulihan martabat dan nilai-

nilai seseorang.40

Dalam pemberian pemulihan trauma untuk korban memang harus ditekankan

bahwa dirinya sendirilah yang akan membangun kembali kehidupannya dalam

menyambung koneksi dengan orang lain maupun sekitarnya.

Sebuah trauma dapat memasukkan orang seseorang ke dalam lingkaran

trauma, bahkan seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu berupa penghukuman

atau kekerasan balasan yang akan berputar dalam lingkaran trauma. Berikut ini

merupakan lingkaran trauma


a. Menyadari adanya kehilangan

b. Penekanan dan pengingkaran ketakutan duka cita

c. Kemarahan. “Mengapa saya?”

d. Keinginan untuk memperoleh keadilan/membalas dendam

e. Menceritakan kembali kisah yang benar dari kejadian konflik

f. Aksi agresi yang dibenarkan atau diperoleh

40
Astry Cahyuningsih, Upaya “Kiprah Perempuan” dalam memberikan Trauma Healing
Kepada Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Berat Tahun 1965 Di Sleman Yogyakarta,
Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2017), h. 21.
24

Adapun kebalikan dari lingkaran trauma ialah upaya pemulihan dalam

lingkaran trauma, yakni:

a. Berduka cita dan mengekspresikan kesedihan yang dalam

b. Menerima kehilangan dan menghadapi ketakutan

c. Mengapa mereka? Memanusiakan kembali musuh

d. Bergerak melampaui toleransi

e. Plihan untuk mengampuni-kemampuan untuk mengambil resiko

f. ‘Menulis kembali kisah’ menegosiasi penyelesaian masalah dan membuat

perencanaan bersama

g. Menetapkan keadilan yang akan memulihkan

h. Bergerak menuju rekonsiliasi dan transformasi41

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, seseorang yang mengalami trauma

harus mendapatkan kesempatan untuk:

a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugas perkembangannya

b. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya,

c. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana


pencapaian tujuan tersebut

d. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri

e. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga

tempat kerja dan masyarakat

f. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan

41
Nirmala Ika Kusumaningrum, dkk, Bahan Bacaan Pelatihan dan Pemulihan Psikososial
untuk Pendamping HAM, (Jakarta: Yayasan Pulih, 2015), h. 17.
25

g. Menggunakan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat dan

teratur secara optimal.

Secara khusus pemulihan trauma bertujuan membantu seseorang yang

trauma agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek

pribadi, sosial, belajar (akademik), dan karir. (Yusuf dan Nurihsan, 2010:13-14)

a. Fungsi Pemahaman

Fungsi ini memungkinkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan

peningkatan perkembangan dan kehidupan seseorang yang trauma dan orang yang

membantunya pulih kembali. Memahami berbagai hal yang esensial berkenaan

dengan perkembangan dan kehidupan seseorang yang trauma. Fokus utama

pemulihan trauma yaitu seorang yang trauma dengan berbagai permasalahannya dan

dengan tujuan konseling. Pemahaman yang sangat perlu dihasilkan adalah

pemahaman tentang individu beserta permasalahannya oleh pihak-pihak lain yang

membantu seorang yang trauma, termasuk juga pemahaman tentang lingkungan

dirinya.

Pemahaman tentang seorang yang trauma, pertama kali perlu dipahami oleh
dirinya sendiri yang menyangkut kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya. Adapun

pihak lain yang juga perlu memahami seorang yang trauma adalah pihak-pihak yang

berkepentingan (guru, orangtua). Pemahaman pihak lain terhadap seorang yang

trauma dipergunakan secara langsung untuk memberi upaya pemulihan, maupun

sebagai bahan acuan utama dalam rangka kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam

membantu seorang trauma pulih.

b. Fungsi Pencegahan
26

Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha

pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang

diberikan berupa bantuan bagi orang yang trauma agar terhindar dari berbagai

masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi

pencegahan dapat berupa program orientasi, program bimbingan karier, inventarisasi

data dan sebagainya.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah:

1) Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak

negatif terhadap individu yang bersangkutan.

2) Mendorong perbaikan kondisi pribadi diri pribadi seorang trauma.

3) Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan

mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya.

4) Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan

resiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberi manfaat.

5) Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.

c. Fungsi Pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan diberikan dapat membantu orang yang

trauma dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara

mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif

dijaga agar tetap baik. Dengan demikian orang yang trauma dapat memelihara dan

mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka

perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

Semua fungsi pemulihan traumatik harus dijalankan sesuai fungsi masing-

masing karena tujuannya adalah membantu memandirikan orang yang trauma dapat
27

terhindar dari masalah-masalah traumanya yang telah lalu dan mengembangkan

potensi-potensi mereka secara optimal.42

Adapun dampak dari pemulihan trauma dapat dilihat dari berbagai aspek

sebagai barometer kemajuan penderita trauma setelah mendapatkan pemulihan

(healing), diantaranya kondisi, emosi dan kognitif. Dimana orang yang trauma

menunjukkan situasi yang berkurang dari intensitas dampak trauma sebelumnya.

1) Psikologi

Kondisi psikologis korban yang semula mengalami masalah sebagai dampak

dari trauma yang diderita, kemudian setelah mendapatkan penanganan akan

mengalami kemajuan pada kondisi psikologisnya sehingga memunculkan perubahan

kondisi psikologisnya sehinggan memunculkan perubahan kondisi psikologis normal,

seperti:

a) Percaya Diri

Memiliki kemampuan menerima kondisi social dan lingkungan serta memposisikan

diri selalu dalam kondisi kepercayaan atas kemampuan yang dimiliki. Dan tidak

pernah gentar dalam menghadapi hidup dengan berbagai cobaannya. Kekuatan orang
yang selalu percaya diri atau penuh optimis karena penuh harapan kepada Allah. Ia

tidak akan mudah putus asa, karena Allah melarang hambanya bersikap pesimisme

dan selalu menganjurkan optimisme (percaya diri)43 seperti dalam firman-Nya dalam

QS Yu>suf/12: 87 yang berbunyi:


َ َّ َّ ْ َْ ََ ََ َ ْ َ ْ َ ۡ َّ َ َٰ َ
َ ‫ُف َت‬
ِ ۡ َّ ُ ‫ح َّسسوا ُمِنُيوسف ُوأخِيهُِوَل ُتا‬
ُ‫ئَٔسوا ُمِنُروح ُٱَّللُِِۖإِنهۥَُل‬ۡ ‫يب ِِن ُٱذهبوا‬
َ َ ۡ َ ۡ َّ َّ ْ
ُ ُُ‫ِنُر ۡو ِحُٱَّللُِإَِلُٱلق ۡومُٱلك َٰ ِفرون‬
َّ ‫ئَٔسُم‬ ُۡ ‫يَا‬

42
https://www.gurupendidikan.co.id/bimbingan-dan-konseling/, (diakses pada tanggal 1
Agustus 2020).
43
Rif’at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, h. 133.
28

Terjemanya:
Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah oran-orang kafir.44
b) Mandiri

Memiliki kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, baik dalam lingkungan

keluarga, sosial, tanpa menggantungkan pada bantuan dan perhatian orang lain.

2) Emosi

Kondisi emosi yang tidak stabil akibat kondisi trauma yang dialami oleh

seseorang akan memunculkan reaksi emosi yang tidak normal. Namun penanganan

sebagai bagian dari kebutuhan utama yang mengalami trauma akan memberikan

dampak yang berbeda, yang progresif. Dengan beberapa reaksi sebagai berikut:

a) Rasa Tenang

Perasaan yang bahagia muncul dan dirasakan oleh penderita trauma akibat

terjadinya kondisi sosial yang menunjukkan simpati dan kepedulian terhadap kondisi

dirinya.

b) Rasa Semangat

Perasaan yang fokus mengedepankan rasa semangat dalam diri untuk selalu
beraktivitas, untuk terus semangat hidup dan tidak terlalu menghiraukan keadaan

sosial jika memang tidak bermanfaat bagi dirinya.

3) Kognitif

Keadaan kognitif penderita trauma yang tidak rasional akibat ketidak-

stabilan fungsi otaknya sehingga mengakibatkan pola pikir yang tidak rasional, serta

cenderung memperhatikan sesuatu (dengan cara memikirkan) yang sebenarnya.

44
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 246.
29

Adapun kondisi pasca mendapat pemulihan yang akan memunculkan reaksi kognitif

yang lebih rasional, seperti:

a) Memiliki harapan-harapan

Orang yang semula menderita trauma, mampu memikirkan adanya

kesempatan untuk tetap dapat hidup bahagia sebagaimana orang pada umumnya,

sehingga ia akan terdorong untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat

menambah keyakinan dan dapat mendekatkan dirinya pada kebahagiaan yang dicita-

citakan.

b) Mampu merencanakan tindakan

Suatu yang menjadi kebutuhan hari esok sudah mampu dipikirkan hari ini,

dengan menyusun perencanaan kegiatan baik tindakan yang bersifat personal

maupun komunal, dengan target kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dapat

membantu dirinya sampai pada terpenuhinya suatu yang menjadi harapan di masa

sekarang.45

C. Konsep dan Faktor yang Mempengaruhi Pemulihan Trauma

1. Konsep Pemulihan Trauma


Pemulihan trauma yaitu sebuah upaya untuk mengatasi trauma. Pemulihan

trauma sendiri merupakan suatu proses yang bersifat unik pada setiap individu.

Konsep dari pemulihan trauma bisa bersifat dinamis, melalui tahapan-tahan dan

dapat terjadi sebuah kemajuan maupun kemunduran pada pemulihan trauma

tersebut. Kemajuan maupun kemunduran yang terjadi disebabkan oleh faktor yang

mendukung maupun menghambat pemulihan trauma. Dijelaskan dalam Laluyan,

45
Acmanto Mendato, Pemulihan Trauma: Strategi Penyembuhan Trauma Untuk Diri
Sendiri, Anak, Orang Lain di Sekitar Anda, (Yogyakarta: Panduan, 2010), h. 76.
30

dkk., (2007: 46-49) mengenai dua konsep tentang proses pemulihan trauma, sebagai

berikut:

a. Konsep model “Ular Tangga” dalam pemulihan trauma

Pada konsep model ular tangga ini pemulihan trauma pada setiap individu

bersifat unik, tidak dapat disamakan antara yang satu dengan yang lain.

Gambar 1. Konsep Pemulihan Trauma Model Ular Tangga

(gambar diambil dari Kinchin & Brown, dalam Laluyan, dkk, 2007)
Kotak nomor 1 merupakan posisi individu yang mengalami trauma.

Sedangakan kotak 100 merupakan kondisi individu telah pulih secara keseluruhan

dari trauma. Pada proses pemulihan tersebut diilustrasikan terdapat berbagai tangga

dan ular yang melambangkan bentuk penanganan yang dapat mempercepat (tangga)

ataupun menghambat (ular) pada proses pemulihan trauma individu.

Tangga-tangga tersebut dapat berupa: 1) situasi aman dan nyaman di sekitar

seseorang yang mengalami trauma, 2) dukungan sosial dari tokoh yang bermakna, 3)

adanya perasaan kebersamaan, 4) adanya bantuan untuk proses pemulihan.


31

Penghambat proses pemulihan (ular) antara lain: 1) penolakan lingkungan, 2)

perasaan negatif, 3) tidak adanya dukungan sosial, 4) penyalah gunaan alkohol dan

obat terlarang.

b. Konsep tahapan dalam pemulihan trauma

Peristiwa Traumatis

Jalan Hidup

c) Penerimaan 1. Terguncang

5. Tidak berdaya 2. Menyangkal

6. Marah

Gambar 2. Konsep Tahapan dalam Pemulihan Trauma

(gambar diambil dalam Laluyan, dkk., 2007)

Keterangan

Tahapan Penjelasan

Jalan Hidup Hidup berjalan mengikuti jalan tertentu dengan segala

rutinitas sehari-hari.
32

Peristiwa Traumatis Sebuah peristiwa yang menekan, terjadi secara

tibatiba dan di luar kendali seseorang. Peristiwa ini

seringkali membahayakan kehidupan atau mengancam

jiwa seseorang.

Fase 1 Hal ini umumnya menjadi reaksi pertama seseorang

Terguncang setelah mengalami peristiwa traumatis, apakah

peristiwa itu terjadi pada diri kita sendiri atau pada

orang yang kita kasihi. Kita tidak sepenuhnya

memahami apa yang sebenarnya terjadi. Sebenarnya

reaksi ini dapat membantu kita melewati masa-masa

yang menyakitkan namun apabila tahap ini terlalu

berlarut-larut, bisa menjadi masalah.

Fase 2 Pada fase ini, seseorang biasanya mengalami perasaan

Menyangkal tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Fase 3 Kita mungkin merasa marah pada peristiwa yang baru

Marah saja terjadi, pada Tuhan, atau pada diri sendiri yang

telah membiarkan peristiwa ini terjadi atau pada

siapapun yang bertanggungjawab terhadap peristiwa

ini.

Fase 4 Memasuki fase yang keempat, seseorang biasanya


33

Tidak Berdaya kehilangan gairah hidup. Kita merasa tidak memiliki

tujuan hidup dan tidak lagi mempercayai orang lain.

Akhirnya kita menarik diri dan merasa kesepian. Kita

tidak lagi memiliki harapan masa depan yang cerah.

Fase 5 Pada tahap terakhir ini, seseorang mencapai

Penerimaan reorganisasi dan mengembangkan penerimaan

terhadap situasi yang ada. Pada tahap ini kita

memiliki kesadaran baru bahwa kehilangan yang kita

alami adalah kenyataan dan sudah menjadi bagian dari

hidup kita. Secara bertahap kita memulai membangun

hidup baru, menciptakan harapan baru atas masa

depan.

2. Faktor Pemulihan Trauma

Kemampuan seseorang untuk pulih dari trauma berbeda antara orang yang

satu dengan yang lainnya. Pemulihan trauma seseorang dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang saling berhubungan. Faktor-faktor pemulihan trauma disajikan

oleh Kinchin & Browndalam Laluyan, dkk (2007: 50) di dalam sebuah gambar 2.3

sebagai berikut:46

Putri Taliningtyas, Pemulihan Trauma Terhadap Perilaku Emosi Anak Usia Dini Pasca
46

Bencana Tanah Logsor di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten
Banjarnegara, Skripsi, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2017), h. 16.
34

Kecenderungan mengekspresikan duka


Luka Fisik cita
Hubungan dengan orang
lain
Usia
Kecerdasan
Pengalaman trauma sebelumnya

Keyakinan
diri Kepribadian
Individu

Dukungan dari orang yang


Kesempatan untuk berduka Peristiwa penting untuk individu
Traumatik
Bagaimana munculnya Lingkungan Dukungan masyarakat
trauma

Dukungan dari sekolah


Liputan media massa

Dukungan berkelanjutan dari para


Informasi mengenai apa yang telah profesional
terjadi

Gambar 3. Faktor yang Mempengaruhi Pemulihan Trauma

(Disadur dari Kinchin & Brown, dalam Laluyan, dkk, 2007)

Dijelaskan pula oleh Peek (2008) mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pemulihan trauma meliputi:

a. Ancaman kehidupan
b. Pemisahan keluarga

c. Kematian orang yang dicintai

d. Kerusakan rumah/sekolah

e. Paparan langsung atau media paparan bencana

f. Karakteristik anak (ras, umur, jenis kelamin)

g. Distres orang tua

h. Kurangnya dukungan social


35

i. Stress kehidupan.47

Berdasarkan uraian dan pendapat tersebut diatas maka analisis mengenai

faktor yang mempengaruhi seseorang pulih dari trauma, hal tersebut antara lain:

a. Karakteristik (usia, jenis kelamin).

b. Kepribadian. Kepribadian manusia bersifat unik berbeda antara satu dengan yang

lain. Setiap orang memerlukan perlakuan dan penanganan yang berbeda antara

satu dengan yang lain sesuai dengan perkembangan dan kebutuhannya.

c. Ketersediaan jaringan dan dukungan sosial. Adanya bantuan yang diberikan oleh

pekerja kemanusiaan/ tokoh yang bermakna memberikan perhatian terhadap

kondisi dan kebutuhan orang yang trauma.

d. Pengalaman sebelumnya. Seseorang yang sebelumnya telah mengalami peristiwa

traumatik akan melakukan recalling ingatannya bagaimana sebuah bencana

dapat mengancam atau peristiwa masa lalu yang mengguncang jiwanya. Hal ini

membuat anak jauh lebih beresiko mengembangkan Post Traumatic Stress

Diorder (PTSD).

e. Distress orangtua. Orangtua merupakan orang yang terdekat dengan anak yang
paling mengerti akan kebutuhan dan perkembangan, dan orangtua semestinya

memahami akan reaksi dan perubahan perilaku akibat peristiwa traumatik.

Dalam kondisi distress, orangtua mungkin saja tidak sadar bahwa anak mereka

juga mengalami trauma dan membutuhkan sebuah dukungan karena terlalu fokus

dengan perasaan mereka. Sehingga kebutuhan akan kasih sayang, ingin

47
Putri Taliningtyas, Pemulihan Trauma Terhadap Perilaku Emosi Anak Usia Dini Pasca
Bencana Tanah Logsor di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten
Banjarnegara, Skripsi, h. 17.
36

didengarkan dan bagaimana anak dapat mengungkapkan perasaannya kurang

dapat diperhatikan hal ini dapat berdampak pada resiko peningkatan trauma.

f. Tingkat keparahan. Pada anak yang terpisah dari keluarga, kehilangan orang

yang dicintai, kerusakan rumah dan lingkungan masyarakat yang luas dapat

membuat anak lebih mudah mengembangkan PTSD, kecemasan, depresi dan

gangguan yang lain (Peek, 2008).48

48
Putri Taliningtyas, Pemulihan Trauma Terhadap Perilaku Emosi Anak Usia Dini Pasca
Bencana Tanah Logsor di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten
Banjarnegara, Skripsi, h. 19.
BAB III

KAJIAN TAH}LI>LI> QS YU>SUF/12: 21

A. Kajian Nama Surah

Surah Yu>suf adalah surah ke 12 dalam urutan mushaf, yaitu terletak sesudah

surah Hu>d dan surah al-Hijr. Sedangkan dalam urutan turunnya wahyu, surah Yu>suf

adala surah ke 53 yaitu turun sesudah surah Hu>d dan surah Hijr. Penempatan surah

Yu>suf sesudah surah Hu>d sejalan dengan masa turunnya yaitu sesudah kedua surah

tersebut. Surat Yūsuf terdiri dari 111 ayat dan hanya memiliki satu nama. Penamaan

Surat Yūsuf sejalan juga dengan kandungannya yang menguraikan kisah Nabi Yūsuf

as. Keseluruhan ayat dalam Surah Yusuf turun sebelum beliau hijrah, sehingga

digolongkan sebagai surah Makkiyah.49

Para ulama berkata, “Allah menyebutkan cerita para Nabi dalam Al-Qur’an

dan mengulang-ulanginya dengan satu makna, dalam bentuk yang berbeda-beda dan

lafazh yang jelas serta menyentuh” Allah menyebutkan cerita Nabi Yusuf dan tidak

mengulanginya dan tidak seorang pun mampu menentang apa yang telah diulang dan

apa yang tidak diulang. Kemukjizatan itu hanya bisa ditangkap oleh orang-orang
yang memperhatikan dengan seksama.50

Nama surah ini diambil dari aktor utama yang dikisahkan dalam surah ini

yaitu Nabi Yusuf as. Surah Yusuf adalah satu-satunya nama dari surah ini. Ia dikenal

sejak masa Nabi Muhammad saw. Penamaan surah ini juga sejalan dengan

49
Siti Zulaikhoh, Kisah Nabi Yusuf (Ibrah dan Implementasi Konseptual dalam Pendidikan) ,
Tesis, (Salatiga: IAIN Salatiga, 2015), h. 18.
50
Tafsir al-Qurthubi (Surah Hu>d, Yu>suf, Ra’d, Ibra>him), Ta’liq: Muhammad Ibrahim al
Hifnawi, Jilid IX, (t.t: Pustaka Azzam), h. 268.

37
38

kandungannya yang menguraikan kisah Nabi Yusuf as. Berbeda dengan nabi yang

lain, kisah beliau hanya disebut dalam surah ini. Nama beliau sekadar nama, disebut

dalam surah al-An’am dan surah al-Mu’min.51

Yusuf adalah putra Ya’qub Ibn Ishaq Ibn Ibrahim as. Ibunya adalah Rahil,

salah seorang dari tiga istri Nabi Ya’qub as. Ibunya meninggal ketika adiknya,

Benyamin, dilahirkan, sehingga ayahnya mencurahkan kasih sayang yang besar

kepada keduanya melebihi kasih sayang kepada kakak-kakaknya. Inilah yang

menimbulkan kecemburuan yang mengantar mereka menjerumuskannya ke dalam

sumur.52

Dalam kisah ini, cerita Nabi Yusuf as. dipaparkan secara sempurna dan

dalam berbagai bidang kehidupannya. Dipaparkan juga ujian dan cobaan yang

menimpanya serta sikap beliau ketika itu. Surah ini merupakan surah yang unik.

Surah ini menggunakan suatu kisah menyangkut satu pribadi secara sempurna dalam

beberapa episode. Biasanya al-Qur’an menguraikan kisah seseorang dalam satu surah

yang berbicara tentang banyak persoalan dan kisah itupun hanya dikemukakan satu

atau dua episode, tidak lengkap seperti halnya surah Yusuf. Karenanyalah mengapa
sementara ulama memahami bahwa, kisah surah ini ditunjuk dari ayat ketiganya

sebagai ahsan al-qashash (sebaik-baik kisah). Sebagaimana dalam firman Allah swt

َ َ ۡ ۡ َ َٰ َ َ ۡ َ ٓ َ ۡ َ ۡ َ ٓ َ َ ۡ َ َ ۡ َ َ ۡ َ َ ُّ َ ۡ َ
QS Yu>suf/12: 3 yang berbunyi.
َُ‫ان ُِإَونُكنت‬
ُ ‫ص ُبِما ُأوحينا ُإَِلك ُهذاُٱلقرء‬ َ
ُ ِ ‫َننُ ُنقص ُعليك ُأحسن ُٱلقص‬
َۡ َ َ
َُ ‫مِنُق ۡبل ِ ُهِۦُل ِم َنُٱلغَٰفِل‬
ُ ُ٣ُ‫ِني‬

51
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an), (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 387.
52
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an), h. 388.
39

Terjemahnya:
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan
al-Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami
mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.53

Di samping kandungannya yang demikian kaya akan pelajaran, tuntunan dan

hikmah, kisah ini kaya pula dengan gambaran yang sungguh hidup melukiskan

gejolak hati pemuda, rayuan wanita, kesabaran, kepedihan, dan kasih sayang seorang
ayah.

B. Asba>b al-Nuzu>l Surah Yu>suf

Situasi masyarakat Makkah pada saat Surah Yūsuf turun banyak yang

meragukan pengalaman Isrā dan mi’rāj Nabi Muhammad saw sehingga sebagian

umat Islam yang lemah imannya menjadi murtad. Di sisi lain, jiwa Nabi Muhammad

saw sedang diliputi oleh kesedihan, karena saat itu merupakan masa-masa sulit pada

kehidupan Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya. Peristiwa tersebut sering

disebut dengan Amul ḥuzni dan terjadi pada tahun ke-10 kenabian atau tiga tahun

sebelum hijrah ke Madinah atau 619 M.

Ada hubungan antara Amul ḥuzni dengan Surat Yūsuf. Pada saat-saat

tersebut, Nabi Muhammad saw tengah kehilangan dua orang yang dicintainya yang

keduanya selalu menguatkan semangatnya dalam mengemban tugas dakwah yang

mulia tersebut. Khadijah, istri yang setia dan yang pertama menyatakan

keimanannya kepada risalah yang dibawanya. Berturut-turut pada tahun yang sama,

paman yang mengasuh sejak kecil dan menyayangi dengan sepenuh hati, Abu Thalib

53
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 235.
40

meninggal dunia dalam keadaan tidak mau memeluk Islam. Hal ini sesuai dengan

firman Allah sebagaimana yang telah tercantum dalam QS. Al-Qaṣas/28: 56 berikut:
َ ۡ ۡ َۡ َ َ َ ٓ ََ َ ۡ َّ َّ َٰ َ َ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َ َّ
َ
ُ ُ‫ِين‬ َ َ
ُ ‫ٱَّللُيهدِيُمنُيشاءُُۚوهوُأعلمُُب ِٱلمهتد‬
ُ ُ‫كن‬ ِ ‫كَُلُت ۡهدِيُمنُأحببتُول‬ُ ‫إِن‬
Terjemahnya:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang
kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-
Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk.54

Abu Thalib adalah keturunan Bani Hasyim yang mempunyai kedudukan dan

martabat yang tinggi dalam pandangan masyarakat Quraisy sehingga ia disegani.

Hal ini menyebabkan kaum Quraisy tidak berani mengganggu Nabi Muhammad saw

ketika dia masih hidup. Setelah Abu Thalib wafat, orangorang Quraisy semakin

leluasa menantang, menghina, dan melampiaskan rasa benci kepada Nabi

Muhammad saw. Bahkan, ada diantara pemuda Quraisy yang menyiramkan tanah ke

atas kepala Nabi Muhammad saw sambil menghina dan menuduh pemecah belah

persatuan kaum. Dalam masa-masa sedih tersebut, gangguan dari orang-orang

musyrik Makkah semakin bertambah, sehingga hal itu menambah kesedihan Nabi
Muhammad saw. Beliau melihat sendiri bagaimana para sahabatnya disiksa dengan

berbagai model siksaan namun ia tidak dapat menolongnya, misalnya kejadian yang

menimpa keluarga Yasir. Mereka disiksa dengan siksaan yang memilukan hati,

namun tidak ada yang bisa beliau perbuat kecuali hanya berpesan, “Bersabarlah

wahai keluarga Yasir, sesungguhnya janji untuk kalian adalah surga.” Demikian

pula siksaan yang diterima oleh sahabat-sahabat yang lain, sehingga datanglah

Khabbab bin al-Arat. Ketika itu Nabi Muhammad saw sedang bersandar dengan

54
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 392.
41

burdahnya di sisi ka’bah. Khabbab menuturkan, “Tidakkah engkau memintakan

pertolongan untuk kami, tidakkah engkau berdoa untuk kami wahai Rasulullah?”
Rasulullah hanya mengatakan, “Sungguh orang-orang sebelum kalian diringkus oleh
seseorang lalu dibuatkan galian di tanah, lalu ditanam di galian tersebut, kemudian
didatangkan gergaji dan diletakkan di atas kepalanya lalu dibelah menjadi dua
bagian. Dan ada yang disisir dengan sisir besi hingga terkelupas kulit dan tampak
daging-dagingnya, namun tidaklah hal itu melunturkannya dari agamanya. Demi
Allah, akan sempurna perkara ini hingga seseorang berjalan dari ṣan’a ke Hadramaut
tidak ada yang ia takuti kecuali Allah, tidak pula serigala kepada kambingnya, akan
tetap sungguh kalian terburu-buru.”
Dalam keadaan sulit seperti itu, Allah menurunkan kepada Nabi Muhammad

saw, ayat yang mengisahkan tentang suka duka Nabi Yūsuf bin Ya’qub bin Ishaq bin

Ibrahim as. Ada yang mirip antara ujian Nabi Muhammad saw dan Nabi Yūsuf As

misalnya di antara cobaan Nabi Yusuf As antara lain makar saudara-saudaranya,

ujian diceburkan ke dalam sumur dan dirundung ketakutan, ujian dipisah dari

keluarga dan negerinya, ujian perbudakan, ujian makar dari istri al-Aziz dan para
wanita kota, yang sebelumnya adalah ujian syahwat dan fitnah yang disusul dengan

ujian dijebloskan ke penjara. Setelah itu ia masih diuji dengan ujian kekuasaan dan

urusan penyediaan bahan makanan di masa paceklik. Lalu ia diuji dengan

kemasyhuran hingga dapat bertemu kembali dengan saudara-saudaranya yang telah

membuangnya ke dalam sumur. Namun demikian Nabi Yusuf tetap bersabar

menjalani segala ujian tersebut dan tak henti-hentinya mendakwahkan tauhid hingga

Allah swt memberinya kemenangan dan kedudukan. Karena surah Yūsuf tersebut

turun kepada Nabi Muhammad saw pada masa sulit, maka ayat-ayat ini menjadi
42

taṣliyah (pelipur lara), penenang dan penguat keteguhan hati Nabi Muhammad saw

dan para sahabat. Hal itu juga sebagai pertanda bahwa Nabi Muhammad saw kelak

akan keluar dari negerinya seperti dikeluarkannya Nabi Yusuf dari negerinya. Beliau

akan hijrah menuju negeri yang akan memberinya kemenangan dan kedudukan.55

C. Kajian Ayat

1. Ayat dan Terjemah QS Yu>suf/12: 21

َ َ َ َّ َ ۡ َ ٓ َ َ َ َ َ َ َ َٰ َ ۡ َ ۡ َ ٓ ََ ۡ َ ۡ ۡ
َ َ ‫ِيُٱش‬ َّ َ َ
ُٗ ‫ۥُو‬
ُُۚ‫دلا‬ ‫خذه‬ ٰٓ ‫ك ِر ِِم ُمثوىه ُع‬
ِ ‫َس ُأنُينفعنا ُأو ُنت‬ ‫ُِلمرأتِهِۦ ُأ‬ ِ ‫َتىَٰه ُمِنُمِۡص‬ ‫َوقال ُٱَّل‬
َ َ َ ٌ َ َّ َ َۡ َۡ َۡ َ َّ َ َ َٰ َ َ َ
ُ‫ُلَع ُأ ۡم ِره ِۦ‬ ِِۚ ‫يل ُٱۡل َحاد‬
ٰٓ ‫ِيث ُوٱَّلل َُغل ِب‬
ِ ِ ‫و‬‫أ‬ ‫ِنُت‬
‫م‬ ُ‫ۥ‬ ‫ه‬ َ ‫ُونلِ َعل‬
‫ِم‬ َ ‫ۡرض‬ِ ‫ُٱۡل‬ ‫ُِف‬
ِ ‫ف‬ ‫وس‬ ُ
‫اَُل‬
ِ َّ ‫ك‬
‫ن‬ ‫وكذل ِك ُم‬
َ َ َ ََ‫ك‬ ۡ َ َّ َٰ َ َ
ُ‫اسَُل َُي ۡعلمون‬ ِ َّ‫َثُٱنل‬ ‫كنُأ‬ ِ ‫ول‬

Terjemahnya:

Dan orang dari Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya, “Berikanlah
kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan dia bermanfaat
bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan demikianlah Kami
memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar
Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-
Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.56

2. Tafsir al-Mufrada>t
َ َ
a. ُ‫قال‬
‫ قَا َل‬ialah fi’il ma>dhi mabniyyun la mahalla lahu minal I’rab. Di dalam Kamus
َ َ َ َ
disebutkan beberapa makna kata‫ال‬
ُ ‫ُق‬sebagai mashdar dan ‫ال‬
ُ ‫ق‬ -ُ‫ َيق ْول‬, diantaranya:

Sti Zulaikhoh, Kisah Nabi Yusuf as. (Ibrah dan Implementasi Konseptual dalam
55

Pendidikan), Tesis, (Salatiga: IAIN Salatiga, 2015), h. 19.


56
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 237.
43

َ َ َ َ َ َ
a. ُ‫قال‬ ‫تَ َكلَّ َم‬, "berkata", b. ‫ال‬
berarti ُ ‫ ُق‬berarti (isyarah) "memberi isyarat". c. ‫ال‬ ُ ‫ق‬
َ َ
berarti mengambil (‫خ َذ‬ َ َ ‫)ا‬. d.ُُ‫ ُقال‬berarti menyatakan, memutuskan (‫ت‬ ْ ‫) ُح ْك ُم َو ثَ ِّب‬.57
ۡ
َ َ ‫ٱش‬
b. ‫ى‬َُٰ ‫َت‬
َ َ ‫ٱش‬ۡ
َُٰ ‫َت‬
Kata ‫ى‬ “membeli”. Membeli adalah menukar sesuatu dengan sesuatu

yang atas dasar suka. Makna membeli juga berarti menukar sesuatu yang bernilai

tinggi dengan sesuatu bernilai rendah, dan dinyatakan dengan menggelapkan fitrah

diri. Sedangkan menjual sesuatu yang bernilai rendah dengan sesuatu yang bernilai

tinggi adalah yang berjalan di atas fitrahnya.58


َ ۡ
c. ‫ِِلم َرأتِهِۦ‬
َ ۡ
Kata ‫ ِِلم َرأتِهِۦ‬istri penguasa. Yakni, Zulaikha. (QS Yu>suf/12: 30, 51). Pada

masa Yusuf as., sebutan penguasa saat itu adalah al-Malik, sedangkan bagi para

menterinya dinyatakan al-Azi>z.59

d. ‫ا َ ْك َر ِّم ْي‬
Ar-Raghib menjelaskan bahwa “‫ ” َك ِّريْم‬ialah orang yang mempunyai perilaku

yang baik dan terpuji. Setanjutnya Kariim juga merujuk kepada sikap baik tanpa

kekerasan. Menurut beliau: "segala sesuatu yang terhormat dalam bangsanya disebut
‫َك ِّريْم‬ (mulia)".60 Jadi kata ‫ا َ ْك َر ِّم ْي‬ dalam QS> Yu>suf/12: 21 ialah fi’il amar (kata

perintah) yang berarti perlakukanlah dengan baik dalam hal ini yang dimaksud Nabi

Yusuf as. yang diserukan kepada istri orang yang membeli Nabi Yusuf as.

57
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), (t.t: Fitrah Rabbani, t.th), h. 551.
58
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), h. 35.
59
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), h. 771.
60
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), h. 565.
44

e. ٰٓ َ ‫َع‬
ُ‫َس‬
َ َ
ُٰٓ ‫ ع‬Boleh jadi, barangkali, mungkin. Sebuah kata yang menerangkan
Kata ‫َس‬

harapan terhadap sesuatu; dan di balik harapan dimaksudkan juga dengan memberi

kesan kuat yakni mematuhi.61 Jadi di dalam QS Yu>suf/12:21 orang Mesir (al-Aziz)

yang membeli Nabi Yusuf mengharapkan agar Nabi Yusuf bisa bermanfaat bagi

dirinya dan negerinya nanti.


ََٓ َ َ
f. ‫ينفعنُا‬
ََٓ َ َ
Kata ‫ينفعنُا‬ ialah sesuatu yang membantu yang dengannya dapat

menghubungkan ke arah kebaikan-kebaikan (al-khaira>t dan sesuatu yang dapat

menyampaikannya kepada kebaikan maka disebut khair.62 kata diharapkan untuk

memberi manfaat dalam urusan khusus dalam rumah al-Aziz maupun dalam urusan

negara.
َ َّ َ
g. ُ‫خذه‬
ِ ‫نت‬
Kata ‫ َنتَّ ِخذَه‬atau dengan kata lain ‫خذ‬
َ َ ‫ ا‬digunakan pula dalam hal yang bersifat
maknawi, seperti mengambil sumpah atau janji, dan dapat digunakan pula dalam arti

menghancurkan.63 Yakni mengambil sesuatu dan mengumpulkannya. Pengambilan


tersebut terkadang dengan cara ‫التَّنَاول‬ (menangkap).64 Dalam QS Yu>suf/12: 21

‫ َنتَّ ِخذَه‬berarti mengambil dalam hal menjadikan Nabi Yusuf sebagai anak angkat dari
orang yang membelinya di Mesir (al-Aziz).

61
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), h. 443.
62
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), h. 667.
63
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), h. 17.
64
Al-Raghib al-Ashfahani, Kamus Al-Qur’an, Jilid I, (Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id,
2017), h. 37.
45

( ‫ ) َنتَّ ِخذَه َولَدا‬nattkhidzahu walada dalam arti kita jadikan dia, yakni pungut
dia dengan upaya sungguh-sungguh sebagai anak. Kesungguhan yang dimaksud

dipahami dari penambahan huruf ta’ pada kata ( ‫ ) اتخذ‬ittakhadza.65


h. ‫َولَ ٗدا‬
Kata ‫َولَ ٗدا‬ artinya anak, yaitu orang yang dilahirkan. Kata tersebut dapat

digunakan dalam bentuk tunggal, jamak, baik bagi anak kecil ataupun untuk orang

yang sudah besar. Dan orang yang dijadikan anak angkat juga disebut dengan ‫ولَد‬.
َ
Kata ‫َولَ ٗدا‬ menurut tinjauan ilmu balaghah, termasuk al-Jinasun-Naqis,

karena terdapat perubahan syakal (harakat) dan sebagian huruf-hurufnya. Al-lmam

Al-Maraghi menjelaskan waladun adalah anak, sedangkan ibnun adalah anak cucu.

Anak merupakan kesenangan dan sekaligus kebutuhan di waktu tua bagi orang

tuanya. Selain itu, anak dapat mengabadikan kemasyhuran.66 Anak yang dimaksud

dalam QS. Yu>suf/12: 21 ialah pengangkatan atau dijadikannya Nabi Yusuf sebagai

anak dan diharapkan menjadi generasi penerus yang bermanfaat di negeri Mesir.

i. ‫َم َّك َّنا‬


Kata ‫ْال َم َكان‬ menurut ahli bahasa adalah tempat untuk tinggal sesuatu.
Sementara menurut sebagian ahli mutakallimin bahwa yang dimaksud dengan kata
ُ ‫ْال َم َك‬
‫ان‬ adalah tergabungnya sesuatu dengan sesuatu yang menjadikannnya tempat

untuk bergabung. Contohnya seperti permukaan badan yang menghimpun

65
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Cet. I;
Tangerang: PT. Lentera Hati, 2017), h. 45.
66
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), h. 729.
46

(terhimpun) oleh sesuatu yang dihimpunnya. Maka yang dimaksud dengan kata
ُ ‫ ْال َم َك‬menurut mereka adalah keserasian diantara dua jism (badan) tersebut.67
‫ان‬
َّ َّ َ
Kata ‫مكنا‬, berarti ‘dia menjadikan baginya tempat yang dipijak dan

disediakan untuk diduduki’. Maksudnya di sini ialah kekuasaan atas negeri Mesir.
َ َّ َ
‫ مكنُا‬yaitu menyediakan jalan-jalan baginya dan menjadikannya kuasa untuk berbuat
di muka bumi dalam mengatur dan berpendapat,68 yang dimaksud di sini ialah Nabi

Yusuf as yang diberikan tempat tinggal dan kekuasaan di negeri Mesir.


َۡ
j. ُ ِ ‫ٱۡل‬
‫ۡرض‬
َۡ َۡ
Kata ُ ِ ‫ٱۡل‬
‫ۡرض‬ adalah tempat yang dihuni manusia di atasnya. ُ ِ ‫ ٱۡل‬adalah
‫ۡرض‬
isim mufrad (kata benda) yang bermakna tunggal, dalam Mu’jam Mufradat li alfazh
al-Qur’an al-Raghib al-Ashfahani mendefinisikannya dengan sesuatu yang rendah
atau di bawah (kebalikan dari sesuatu yang tinggi, misal: langit): sesuatu yang bisa

menumbuhkan sesuatu yang lain atau sesuatu yang bisa menyuburkan sesuatu.69

Apabila di dalamnya terdapat segala jenis tetumbuhan dan pepohonan (kebun) dan

dapat dimakan.70 Yang dimaksud dalam QS Yu>suf/12:21 ialah di Mesir.

k. ‫َونلِ َعل َِم ُه‬


Kata ‫ َونلِ َعل َِم ُه‬berasal dari akar kata ‫ع ِل َم‬
َ artinya adalah mengetahui hakikat

sesuatu, dan itu ada dua jenis; pertarna, mengetahui jenis (zat) sesuatu, dan kedua,

Al-Raghib al-Ashfahani, Kamus Al-Qur’an, Jilid III, (Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id,
67

2017), h. 515.
68
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), h. 564.
Al-Raghib al-Ashfahani, al-Mu’jam al-Mufradat li Alfazh al-Qur’an, (Beirut: Dar al-
69

Kutub al-‘Ilmiyyah, 2004), h. 22.


70
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), h. 27.
47

menetapkan sesuatu dengan keberadaan sesuatu lainnya yang menjadikannya ada

ataupun menafikannya. Jenis yang pertama ia membutuhkan pada satu objek.71


ْ َۡ
l. ُ‫تأوِ ُي ِل‬
ْ َۡ
Kata ُ ‫ل‬
ِ ‫تأوِ ُي‬ berasal dari kata ‫َكذَا‬ ‫ اِّلَى اْلَ ْم ِّر اِّلَى‬berarti berjalan kepadanya.
Jika dikatakan ma ta'wiiluhu, maksudnya bagaimana kesudahannya.72 yakni

penafsiran-penafsiran tentang makna mimpi dan dampak peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada masa Nabi Yusuf.


َ
m. ُ‫َغل ٌِب‬
Kata ُ‫ ْالغَلَ َبة‬artinya adalah paksaan atau tekanan. Dikatakan dalam sebuah

kalimat ُ‫ ْالغَلَ ْبتُه‬artinya aku telah menekan (mengalahkan)nya. Maka aku disebut
َ َ
ُ ٌ ‫ َغل‬yaitu Allah disifati dengan ‫ِب‬
‫ غَا ِّلب‬orang yang mengalahkan.73 Kata ‫ِب‬ ُ ٌ ‫ َغل‬yakni
tidak ada yang dapat mengalahkan-Nya.74 Maksudnya ialah Allah swt. Berkuasa atas

diri Nabi Yusuf, diberikan perlindungan dan mendapatkan berbagai kebaikan setelah

dicampakkan, diperbudakkan dan dijual di Mesir.


َ ۡ َ
َ‫َث‬
n. ُ ‫أك‬
Sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya, bahwa kata ‫ْال َك ْث َرة‬ berarti
ْ berarti sedikit, keduanya merupakan dua kata yang digunakan
banyak, dan kata ‫ال ِقلَّة‬

untuk menggambarkan jumlah yangterpisah seperti bilangan.75

Al-Raghib al-Ashfahani, Kamus Al-Qur’an, Jilid II, Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id,
71

2017, h. 774.
72
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), h. 132.
Al-Raghib al-Ashfahani, Kamus Al-Qur’an, Jilid II, (Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id,
73

2017), h. 774
74
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), h. 485.
75
Al-Raghib al-Ashfahani, Kamus Al-Qur’an, Jilid III, h. 301.
48

َ ۡ َ
َ‫َث‬
Kata ُ ‫أك‬ adalah kata yang menyifati sesuatu yang menunjukkan

pengertian “banyak”.76 Dalam QS Yu>suf/12:21 yang dimaksud ialah kebanyakan

manusia tidak mengerti apa yang telah dikehendaki oleh Allah swt. Kepada Nabi

Yusuf seperti saudara-saudaranya yang membuangnya, mereka hanya melihat dari

kenyataan lahiriahnya saja, jika Nabi Yusuf dijauhkan dari ayahnya, tentu ayahnya

akan mengalihkan kecintaannya hanya kepada mereka. Tetapi hasilnya tidak sesusai

harapan mereka justru hikmah dari semua perbuatannya kepada Nabi Yusuf ialah

Nabi Yusuf mendapatkan banyak anugerah kebaikan-kebaikan dari Allah swt.

3. Muna>sabah Ayat

Secara etimologi, muna>sabah berarti muqa>rabah (kedekatan, kemiripan).

Dalam ilmu tafsir, muna>sabah adalah kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-

hal tertentu dalam al-Qur’an baik surah maupun ayat-ayatnya, yang menghubungkan

uraian makna satu dengan lainnya.77

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa muna>sabah al-Qur’an membahas

tentang hubungan antara kalimat, ayat ataupun surah secara terperinci. Pengetahuan

tentang muna>sabah memiliki peranan yang sangat besar dalam memahami


keserasian antara makna kalimat, ayat ataupun surah, mukjizat alQur’an secara

retorik, kejelasan keterangannya, keteraturan susunan kalimatnya dan keindahan

gaya bahasanya.78

Berikut muna>sabah QS. Yu>suf/12: 21

76
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah Alfaazhul
Qur’an), h. 563.
77
Mardan, Al - Qur’an: Sebuah Pengantar (Cet. X; Ciputat: Mazhab, 2015), h. 115.
78
Ima>m Badruddin Muh}ammad ibn ‘Abdulla>h al-Zarkasyi@, Al - Burha>n fi@ ‘Ulu>m al - Qur’a>n
(Kairo: Da>r al-Tura>s), h. 35.
49

a. Muna>sabah QS Yu>suf/12: 21 dengan Ayat Sebelum dan Sesudahnya

Hubungan antar ayat sebelum QS Yu>suf/12: 21 ialah ayat 20. Dalam ayat 20

Allah swt. menyebutkan perbuatan saudara-saudara Nabi Yusuf dengan

melemparkannya ke dalam sumur disebutkan pula dalam ayat ini jalan keluar Nabi

Yusuf dari ujian tersebut, yaitu dengan ditemukan oleh para musafir yang hendak

berdagang menuju Mesir kemudian mereka mengambil dan menjualnya di sana

dengan harga beberapa dirham saja. Setelah Allah menceritakan perjalanan Nabi

Yusuf bersama para musafir menuju Mesir berlanjut pada ayat 21 Allah swt.

menerangkan bahwa ini permulaan kisah Yusuf di rumah al-Aziz yang telah

membelinya. Ketika itu, al-Aziz menjabat kepala keamanan Mesir. Kemudian

tentang pengangkatannya sebagai Nabi dan karunia Allah awt. kepadanya berupa

ilmu, kekuasaan dan takwil mimpi juga menjadikannya termasuk golongan orang-

orang yang berbuat baik sebagai balasan dari kesabaran yang dijalani Nabi Yusuf

setelah dibuang oleh saudara-saudaranya.79

Hubungan antar ayat sesudah QS Yu>suf/12: 21 ialah ayat 22 yaitu di ayat 21

menceritakan Nabi Yusuf as. dijadikan sebagai anak dan diberikan tempat dan
pelayanan yang baik, kekuasaan, serta ilmu dan takwil mimpi setelah itu berlanjut

pada ayat 22 Allah swt. menjelaskan ketika perkembangan Nabi Yusuf as. telah

cukup dewasa, Allah mengangkatnya sebagai Nabi seperti yang diungkapkan dengan

diberikannya hikmah dan ilmu dan itulah derajat ilmu yang paling sempurna. Allah
ُ َ‫ا‬
berfirman (‫ش َّد‬ ‫ ) َو َل َما َبلَ َغ‬dan ketika telah sempurna bagi Yusuf kekuatan badan dan
akalnya, Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu, maksudnya adalah kenabian,

79
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir (Aqidah, Syariah, Manhaj, At-Taubah-Yusuf, Juz 11
dan 12), Jilid VI, (t.t: t.p, t.th), h. 474.
50

yang membuatnya semakin dicintai oleh kaumnya, seperti balasan atas kesabaran,

ujian berat dan perbuatannya yang baik.

َ‫ َو َكذَالِّكَ نَجْ ِّزى ْال ُمحْ ِّس ِّنيْن‬Demikianlah Kami berikan balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik. Maksudnya seperti balasan itu, Kami memberi balasan

kepada orang-orang yang berbuat baik, yaitu orang yang berbuat baik kepada diri

mereka sendiri dengan perbuatan mereka. Ini merupakan dalil bahwa Nabi Yusuf

adalah orang yang baik dalam perbuatannya, mengamalkan dengan selalu taat

kepada Allah swt. dan apa yang telah Allah berikan kepadanya seperti kekuasaan

yang tinggi, ilmu, hikmah, kenabian dan kerasulan merupakan balasan atas

kebaikannya dalam beramal juga ketakwaannya pada masa mudanya. Karena berbuat

kebaikan akan mempengaruhi bersihnya akal pikiran, dan kejahatan akan memberi

pengaruh kepada keruhnya jiwa dan buruknya pemahaman dalam semua urusan.80

b. Muna>sabah Surah Yusuf dengan Surah Sebelum dan Surah Sesudahnya

Hubungan antar Surah Yusuf dan surah sebelumnya ialah surah Hud. Surah

Hubungan surah Yusuf dengan surah Hud adalah, kedua surah ini sama-sama dimulai

dengan dengan alif la>m ra’ kemudian diiringi dengan penjelasan tentang al-Qur’an.
Surah ini juga melengkapi penjelasan tentang para rasul yang disebut dalam surah

Hud, kemudian kisah itu dijadikan dalil untuk menyatakan bahwa al-Qur’an adalah

wahyu ilahi. Perbedaan kedua surah ini dalam menjelaskan kisah-kisah para Nabi,

ialah bahwa surat Hud diutarakan kisah beberapa orang Rasul dengan kaumnya

dalam menyampaikan risalahnya, akibat-akibat bagi orang yang mengikuti mereka

dan akibat bagi orang yang mendustakan, kemudian dijadikan perbandingan untuk

80
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir (Aqidah, Syariah, Manhaj, At-Taubah-Yusuf, Juz 11
dan 12), h. 474-476.
51

kaum musyrikin arab beserta pengikut-pengikutnya. Dalam surah Yusuf diterangkan

tentag kehidupan Nabi Yusuf yang awalnya dianiaya oleh saudara-saudaranya

kemudian ia menjadi orang yang berkuasa yang dapat menolong saudara-saudaranya

dan ibu bapaknya.

Surah Yusuf menyempurnakan penjelasan kisah para Rasul yang disebut

dalam surah Hud dan surah Yusuf, kemudian kisah itu dijadikan dalil untuk

menyatakan bahwa al-Qur’an itu adalah wahyu ilahi, tidak ada lagi sesudah Nabi

Muhammad saw. Nabi-nabi atau rasul-rasul yang diutus Allah.81

Hubungan antar surah Yusuf dan surah sebelumnya ialah surah Ar-Ra’d. Di

dalam surah Yusuf, Nabi Yusuf as. menyebutkan persoalan akidah tauhid secara

global yaitu dalam QS Yu>suf/12: 39, lalu dilanjutkan dalam surah ar-Ra’d berupaya

menjelaskan akidah dengan dalil-dalil dan contoh yang jelas. Dalam surah Yu>suf

mengemukakan adanya tanda-tanda keesaan Allah swt. di langit dan di bumi. Di

dalam surah ar-Ra’d Allah mengemukakan secara jelas. Di dalam surah Yu>suf

menjelaskan pribadi saudara-saudara Nabi Yusuf dan akhlak yang mendorong

mereka untuk berbuat tidak baik kepada Nabi Yusuf. Kemudian menceritakan taubat
mereka dan kerelaan Nabi Yusuf untuk menerima mereka serta permohonan ampun

sang ayah untuk mereka. Sedangkan di dalam surah ar-Ra’d Allah swt. mengulas

secara panjang dan lebar tentang akhlak orang-orang mukmin, seolah-olah

memperkuat apa yang telah dijelaskan pada surah Yu>suf. Serta kedua surah ini

81
Edi Yusuf, Munasabah Surat Yusuf antara surat dengan ayat,
https://edipustaka.blogspot.com/2012/09/munasabah-surat-yusuf-antara-surat.html, (9 Agustus 2020)
52

dijelaskan kisah-kisah orang terdahulu dengan rasul-rasul yang diutuskan oleh Allah

swt.82

4. Penafsiran QS Yu>suf/12: 21

Setelah perjalanan hidup yang penuh derita dan kesedihan dilalui Yusuf di

dalam sumur diperlakukannya seperti budak dengan diperjualbelikan, kemudian

Allah swt. menakdirkannya dibeli oleh seseorang dari Mesir.


َ ۡ
َ َ ‫ِيُٱش‬ َّ َ َ
ُٓ‫ُِل ۡم َرأتِهِۦ‬ َ ۡ ‫َتىَٰهُمِنُم‬
ِ ‫ِۡص‬ ‫ َوقالُٱَّل‬Dan orang dari Mesir yang membelinya,
yaitu al-Aziz yang ketika itu menjabat sebagai bendaharawan Mesir. Namanya

adalah Quthafir atau Uthafir. Raja pada masa itu adalah Rayyan bin al-Walid al-

‘lmli>ki> dari Almalik. Namun, Allah tidak menyebutkan nama asli pembeli tersebut,

hanya para perempuan ketika itu memanggilnya al-Aziz, seorang bendahara Mesir.

Disebutkan dalam sejarah, al-Aziz adalah seorang kepala kepolisian dan menteri di

Mesir. Namanya Quthafir atau Uthafir bin Ruahib, seorang menteri keuangan

Mesir.83

Adh-Dhahhak berkata "Ini adalah orang yang dibeli oleh raja Mesir, dan

gelarnya adalah Al-Aziz (yang paling mulia). As-Suhaili berkata, “Namanya adalah
Quthfir”.84 Ibnu Ishak berkata “dialah Ithfir bin Ruwaihab yang membelinya untuk

istinya Ra'il.” Demikian yang disebutkan oleh Al Mawardi. Ibnu Abbas berkata

“Yang membelinya adalah Quthfir, wakil raja Mesir yaitu Ar-Ra’yan bin Al Walid”.

Teungku Imam Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’a>nul Majid an-Nu>r, (Cet. II; Semarang:
82

Pustaka Rizki Putra), 2000, h. 2061.


83
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir (Aqidah, Syariah, Manhaj, At-Taubah-Yusuf, Juz 11
dan 12), Jilid VI, h. 474.
84
Tafsir al-Qurthubi (Surah Hu>d, Yu>suf, Ra’d, Ibra>him), Ta’liq: Muhammad Ibrahim al
Hifnawi, Jilid IX, (t.t: Pustaka Azzam), h. 355.
53

Al-Walid bin ar-Ra’yan dan dia adalah orang yang berpostur tubuh besar. Selain itu,

ada yang mengatakan dia adalah Fir'aun di zaman Musa as.85


َ ۡ
(‫) ِِلم َرأتِهِۦ‬ yaitu Zulaikha atau Ra>’il binti Ra’abil. Ada yang mengatakan

nama istrinya adalah Zulaikha dan Allah telah memberikan rasa cinta kepada Nabi

Yusuf ke dalam hati Al-Aziz lalu dia memberikan wasiat kepada keluarganya.

Demikian pendapat yang dikemukakan oleh Al-Qusyairi.

Al-Aziz yang membeli Nabi Yusuf berkedudukan sebagai bendahara Mesir.

Dia membeli Yusuf dari Malik bin Du’r dengan harga 20 dinar, ditambah pakaian

dan sandal. Ada yang berpendapat, dia membelinya dari anggota kolompok yang

berjalan dari Syam. Mereka meminta tambahan harga dan mencapai berlipat-lipat

timbangannya, ditambah minyak kasturi, anbar, sutera, uang, emas, mutiara dan

permata yang nilai tidak diketahui kecuali oleh Allah, lalu Quthfir membelinya dari

Malik dengan harga itu. Demikian pendapat yang dikemukakan oleh Wahb bin

Munabbih.86

Al-Aziz sangat memerhatikan dan memuliakan Yusuf, bahkan dia

mengatakan kepada keluarganya untuk selalu berbuat baik kepadanya. Ketika mulai
terlihat kebaikan dan kecakapan pada diri Yusuf, al-Aziz berkata kepada istrinya

(Zulaikha atau Ra>’il binti Ra’abil), “Berikanlah tempat yang layak bagi anak ini

serta berikanlah kedudukan bersama kita.” Maksudnya berikanlah layanan yang baik
kepadanya. Hal ini karena al-Aziz memiliki firasat yang baik tentangnya (Nabi

Yusuf).87

85
Tafsir al-Qurthubi (Surah Hu>d, Yu>suf, Ra’d, Ibra>him) , h. 356.
86
Tafsir al-Qurthubi (Surah Hu>d, Yu>suf, Ra’d, Ibra>him), h. 356.
87
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir (Aqidah, Syariah, Manhaj, At-Taubah-Yusuf, Juz 11
dan 12), h. 474.
54

Abu Ishaq meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud, bahwa ia berkata ada

tiga orang yang paling tajam firasatnya, yaitu orang yang mulia Mesir yang
َٰ َ َۡ ۡ َ
mengatakan kepada istrinya (ُ‫ر ِِم ُمثوىه‬
ِ ‫)أك‬ “Berikanlah kepadanya tempat (dan

layanan) yang baik”. Dan wanita (puteri Syuaib) yang berkata kepada ayahnya
“Wahai ayah pekerjakanlah dia (Musa)”. (QS al-Qashash/28: 26)
َۡ َۡ َ ۡ َ
ُ ُُ‫تُٱلقوِ ُّيُٱۡلمِني‬‫تٔٔۡجر‬ ۡ ‫ُمن‬
ُ َ ‫ُٱس‬ َ ‫ري‬ َ َّ ۡ
َ ۡ ‫ُخ‬‫ن‬ ‫إ‬ ُ ‫ه‬‫ر‬‫ج‬ٔ
ۡ ٔ ُ
‫ت‬ ۡ ‫ت‬
َ ‫ُٱس‬ ِ َ‫تُإ ۡح َدىَٰه َماُيَ ٰٓ َأب‬
ۡ َ‫قَال‬
ِ ِ ِ ِۖ ِ
Terjemahnya:
Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata: “wahai ayahku,
jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling
baik engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan
dipercaya”.88
Serta Abu Bakar ash-Shiddiq ketika ia menunjuk Umar bin Khattab ra. sebagai

penggantinya.89

Allah menjelaskan tentang kelembutan-Nya kepada Yusuf dengan

mentakdirkan untuknya, ada orang Mesir yang membelinya, memberikan perhatian

kepadanya, memuliakan dan berpesan kepada keluarganya untuk berbuat baik

kepadanya dania melihat adanya kebaikan dan keshalihan pada diri Yusuf maka ia

berkata kepada isterinya:


َُٰۚ ‫ُم ۡث َو‬ ۡ َ
َ ‫كر ِِم‬
ُ‫ى‬ ِ ‫أ‬ “Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, Maksudnya

jadikanlah kedudukannya baik dan mulia di sisi kita yakni kedudukan dan

tempatnya dengan memberikan makanan dan pakaian yang baik. Kata َٰ ‫ َم ۡث َو‬berasal
ُ‫ى‬

88
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 388.
89
Tafsir Ibnu Katsir Jilid IV, Penterjemah: M. Abdul Ghoffar E.M, (Cet: II; Bogor: Pustaka
Imam Syafi’i, 2003), h. 412.
55

dari (tsawa bilmakan) (bermukim di tempat itu). Hal ini telah dijelaskan sebelumnya

dalam QS A>li-Imra>n dan lainnya.90

Al-Aziz memberi alasan tentang permintaannya kepada sang istri untuk

memberikan pelayanan yang baik bagi Yusuf dengan berkata sebagaimana Allah
ٗ َ َ َ َّ َ ۡ َ ٓ َ َ َ َ َ َ َ
berfirman (ُۚ‫خذهۥُودلُا‬
ِ ‫َسُأنُينفعناُأوُنت‬ ٰٓ ‫ )ع‬Maksudnya, al-Aziz berharap dia (Yusuf)
akan bermanfaat bagi kita, dalam masalah pekerjaan-pekerjaan dan urusan-urusan

yang lain, dan juga berharap dia bisa mengembangkan harta agar membantu

menyelesaikan sebagian tugas-tugas, jika dia mampu.91


ُٗۚ‫ُو َدلُا‬
َ ‫خ َذهۥ‬ َّ‫أَ ۡو َُنت‬
ِ “Atau kita pungut dia sebagai anak”. Ibnu Abbas berkata,

“Ketika itu orang tersebut adalah orang yang belum dikaruniai anak.” Demikian juga

yang dikatakan oleh Ibnu Ishak, "Quthfir tidak berhubungan badan dengan wanita

dan tidak memiliki anak."


ٗ َ َ َ َّ َ ۡ َ
Jika ada yang mengatakan, bagaimana mungkin dia berkata, ‫خذهُۥُودلا‬
ِ ‫أو ُنت‬
"Atau kita pungut dia sebagai anak," padahal Yusuf adalah miliknya, dan

mengangkat budak sebagai anak itu bertentangan? Maka dijawab, “Dia

memerdekakannya terlebih dahulu lalu mengangkatnya menjadi anaknya. Adopsi


anak di tengah berbagai suku bangsa telah dikenal oleh mereka. Demikian juga di

masa awal Islam.92\

Allah berfirman, sebagaimana kami telah menyelamatkan Yusuf dari


َۡ َ َّ َ َ َٰ َ َ َ
saudara-saudaranya, (‫ۡرض‬
ُ ِ ‫ُِف ُٱۡل‬ ِ ‫ُمك َّن‬
ِ ‫اَُلوسف‬ ‫“ )وكذل ِك‬Dan demikian pulalah Kami
memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi”. yaitu di negeri
Mesir. Allah selamatkan Nabi Yusuf dari sumur dan pembunuhan dan dipenuhi

90
Tafsir al-Qurthubi (Surah Hu>d, Yu>suf, Ra’d, Ibra>him) , h. 359.
91
Tafsir al-Qurthubi (Surah Hu>d, Yu>suf, Ra’d, Ibra>him) , h. 359.
92
Tafsir al-Qurthubi (Surah Hu>d, Yu>suf, Ra’d, Ibra>him), h. 361.
56

kecintaan terhadapnya dalam hati al-Aziz diberikan kedudukan yang baik kepada

Nabi Yusuf sehingga dia menjadi kepala pemegang hukum dan menteri keuangan di

sana (Mesir).

Adapun penyempurnaannya pada sifat ilmu, yaitu dengan firman-Nya


َ َۡ َۡ
(‫ِيث‬
ُِِۚ ‫يل ُٱۡلحاد‬ َ َ َ
ِ ِ‫)ونلِ عل ِمهۥ ُمِن ُتأو‬ potongan ayat ini ma’thuf kepada kalimat
َّ َّ َ
tersembunyi yang bergantung dengan kata (‫ )مك ُنا‬dan jika diapresiasikan sebagai
َ َ َ
(‫“ )ونلِ عل ِمهۥ‬agar Kami beri kedudukan baginya dan Kami ajarkan kepadanya”.
َ َۡ َۡ
Maksud kalimat ‫ِيث‬
ُِِۚ ‫يل ُٱۡلحاد‬
ِ ِ‫ تأو‬adalah takwil mimpi, pengungkapan hakikat suatu
perkara dan cara penarikan kesimpulan dengan macam-macam makhluk atas

kekuasaan Allah swt. hikmah dan kebesaran-Nya.93


ۡ َ َ َ ٌ َ َّ َ
Kemudian Allah swt. berfirman (‫ره ِۦ‬ ُٰٓ ‫“ )وٱَّلل َُغل ِب‬Dan Allah berkuasa
ِ ‫ُلَع ُأم‬
ۡ َ
terhadap urusan-Nya” Dhamir (kata ganti) ha' pada lafazh ‫ أم ِره ِۦ‬kembali kepada
Allah. Maksudnya adalah tidak ada (sesuatu apa pun) yang menguasai Allah,

melainkan Dia yang berkuasa terhadap segala urusan-Nya dengan hanya mengatakan

Kun fayakun (Jadilah, maka jadilah ia). Selain itu, ada yang mengatakan, dhomir

(kata ganti) ha’ kembali kepada Yusuf. Maksudnya adalah Allah berkuasa terhadap
urusan Yusuf, mengawasinya, melindunginya, dan tidak membuatnya berserah diri

kepada selain-Nya, sehingga tidak ada tipu daya yang membahayakannya.94 Tidak

ada suatu apa pun yang dapat melemahkan-Nya, tidak ada yang dapat mencegah apa

yang dikehendaki-Nya dan tidak ada pula yang dapat melawan keinginan-Nya.

Apabila Dia menghendaki sesuatu tidak ada yang dapat menolak dan melawan

93
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir (Aqidah, Syariah, Manhaj, At-Taubah-Yusuf), h. 474.
94
Tafsir al-Qurthubi (Surah Hu>d, Yu>suf, Ra’d, Ibra>him) , h. 90.
57

karena Dia-lah yang berkuasa dan hanya Dia-lah yang dapat berbuat sesuai

kehendak-Nya.95
َ ََۡ َ َّ َ َ ۡ َ َّ َٰ َ َ
ُ ‫اس َُل ُيعلم‬
‫ون‬ ِ ‫كن ُأكَث ُٱنل‬ ِ ‫ول‬ “Tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahuinya,” merupakan dalil bahwa sebagian kecil dari manusia mengetahui


hakikat tersebut, seperti Nabi Ya'qub yang mengetahui bahwa Allah berkuasa atas

perkaranya.96 Mereka tidak mengetahui hikmah dibalik penciptaan kelembutan dan

perbuatan-Nya terhadap apa yang dikehendaki-Nya.97 Sebagaimana Sa'id bin zubair

berkata, “Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui hikmah kehendak-Nya

baik itu pada penciptaan, kasih sayang dan perbuatan-Nya. Mereka hanya melihat

apa yang tampak dari semua perkara, sebagaimana sangkaan saudara-saudara Yusuf

bahwa dengan dijauhkan Yusuf dari ayahnya akan membuat perhatian ayah mereka

tercurahkan hanya kepada mereka dan mereka setelah itu akan menjadi orang yang

baik.”

95
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir (Aqidah, Syariah, Manhaj, At-Taubah-Yusuf), h. 475.
96
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir (Aqidah, Syariah, Manhaj, At-Taubah-Yusuf), h. 476.
97
Tafsir Ibnu Katsir Jilid IV, h. 412.
BAB IV

SOLUSI PEMULIHAN TRAUMATIK DALAM QS YU>SUF/12: 21

A. Hakikat Solusi Pemulihan Traumatik QS Yu>suf/12: 21

Solusi pemulihan traumatik dalam konteks ayat yang menjadi objek kajian

peneliti ialah dalam QS Yu>suf/12: 21


َ َ َ َّ َ ۡ َ ٓ َ َ َ َ َ َ َ َٰ َ ۡ َ ۡ َ ٓ ََ ۡ َ ۡ ۡ
َ َ ‫ِيُٱش‬ َّ َ َ
ُٗ ‫ۥُو‬
ُُۚ‫دلا‬ ‫خذه‬ ٰٓ ‫ك ِر ِِم ُمثوىه ُع‬
ِ ‫َس ُأنُينفعنا ُأو ُنت‬ ‫ُِلمرأتِهِۦ ُأ‬ِ ‫َتىَٰه ُمِنُمِۡص‬ ‫َوقال ُٱَّل‬
َ َ َ ٌ َ َّ َ َۡ َۡ َۡ َ َّ َ َ َٰ َ َ َ
ُ‫ُلَع ُأ ۡم ِرُه ِۦ‬ ِِۚ ‫يل ُٱۡل َحاد‬
ٰٓ ‫ِيث ُوٱَّلل َُغل ِب‬
ِ ِ ‫و‬‫أ‬ ‫ِنُت‬
‫م‬ ُ‫ۥ‬ ‫ه‬ َ ‫ُونلِ َعل‬
‫ِم‬ َ ‫ۡرض‬
ِ ‫ُٱۡل‬ ‫ُِف‬
ِ ‫ف‬ ‫وس‬ ‫اَُل‬
ِ َّ ‫ك‬
‫ن‬ ‫ُوكذل ِك ُم‬
َ َ َ ََ‫ك‬ ۡ َ َّ َٰ َ َ
ُ ُُ‫اسَُل َُي ۡعلمون‬ ِ َّ‫َثُٱنل‬ ‫كنُأ‬ ِ ‫ول‬
Terjemahnya:
Dan orang dari Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya, “Berikanlah
kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan dia bermanfaat
bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan demikianlah Kami
memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar
Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-
Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.98

Dapat dilihat secara umum hakikat karunia dan anugerah dari Allah swt.

yang diberikan kepada Nabi Yusuf as. melalui perantara yakni dilembutkan atau

diluluhkannya hati al-Aziz (menteri kerajaan) untuk memperlakukan Nabi Yusuf

dengan baik sehingga diberi tempat yang layak diangkat sebagai anak dan diberikan
jabatan di Mesir. Penyelamatan Nabi Yusuf dari penderitaan-penderitaan yang

dialaminya yang telah dibuang oleh saudaranya sendiri, sehingga menjadi budak lalu

dijual oleh musafir yang mendapatkannya di sumur. Jika dilihat secara khusus ada

dua kesempurnaan pemulihan Nabi Yusuf diberikan oleh Allah swt yang berada pada

dua titik, yaitu kedudukan derajat dan ilmu. Pertama kesempurnaan Nabi Yusuf

98
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 237.

58
59

dalam sisi pangkat derajat dan kedudukan ialah keberadaannya di muka bumi,

dijadikannya sebagai bendahara kerajaan, dan yang kedua kesempurnaanya dalam

sisi ilmu ialah anugerah Allah swt. kepadanya sehingga dia mampu mengetahui

takwil mimpi, hakikat sesuatu dan kemampuannya mengambil keputusan sesuai

kebijakan-Nya.

Adapun konsep pemulihan jiwa Nabi Yusuf sebagai berikut:

Nabi Yusuf as.

Trauma Healing
(Pemulihan Trauma)

Self Healing Pendampingan (dari al-Aziz) Karunia Allah swt.

1. Sabar
1. Diberikan tempat
2. Beriman
(layanan) yang baik
3. Tidak dendam
2. Diangkat sebagai
1. Diberikan kedudukan
anak
(jabatan) di Mesir

2. Diiajarkan takwil

mimpi
60

Ketika dibuang dimulai dari konsep individu sendiri, Nabi Yusuf tetap sabar

setelah dibuang oleh saudara-saudaranya. Secara bahasa sabar berasal dari kata

(‫ )صبرا‬yang memiliki arti bersabar tabah hati, berani. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, sabar diartikan dengan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak

lekas patah hati) semakna dengan tabah.99 Secara terminologi menurut Ibnu Qayyim

Al-Jauziyah, sabar adalah menahan jiwa dari cemas, menahan lisan dari mengeluh,

dan menahan organ tubuh dari mencelakai diri, seperti menampar pipi, merobek-

robek baju dan lain sebagainya. Allah swt. memang akan menguji orang-orang yang

sabar dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa. Dengan

Mengenal dan memahami penyebab emosi diri sendiri dan orang lain,

mengendalikan dan mengekspresikan emosinya dengan tepat, dan berempati. Hal

inilah terlihat dari sikap Nabi Yusuf ketika berada di dalam sumur tetap tenang

dengan ilham yang diberikan Allah melalui bisikan hatinya. Nabi Yusuf juga tidak

meluapkan emosinya ketika dia dijual sebagai budak dan harus mengabdi kepada

salah satu pembesar Mesir, bahkan dia tetap melakukan tugasnya dengan sepenuh

hati.100 Sebagaimana firman Allah swt. dalam QS. Al-Baqarah: 155-157:101


َ ۡ َ َ َۡ ۡ ۡ َ ۡ َۡ َ َّ َ ۡ َ َ َ
ُ‫ّش‬ ِ
َ ‫ب‬ َ
‫و‬ ُ ُ
‫ت‬ِ َٰ َ
‫ر‬ َ
‫م‬ َّ
‫ٱثل‬ ُ
‫و‬َ ُ ُ
‫س‬ ِ ‫نف‬ ‫ٱۡل‬ُ
‫و‬ ُ ُ
‫ل‬ َٰ ‫و‬‫م‬ ‫ٱۡل‬ ُ َ ‫وع ُ َو َن ۡقص ُم‬
‫ِن‬ ُِ ‫ٱۡل‬ُ
‫و‬ ُ ‫ف‬
ُ ِ ‫و‬ ‫ٱۡل‬ ُ ‫ِن‬ ‫ُم‬ ‫ء‬
ٖ ۡ
‫َش‬
َ
‫ب‬ُ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ونلبلون‬
ِ ِ ٖ ِ
َ َ ٰٓ َ ْ َ َّ َّ ْ ٓ َ ٞ َ ُّ ۡ َ َٰ َ َ ٓ َ َ َّ
َ ‫اَُّللُِِإَونَّا ُٓإ ََلۡه‬
ُ‫ك ُ َعل ۡي ِه ۡم‬ ُ ِ ‫ ُأ ُو ُلئ‬١٥٦ُ ‫جعون‬ َِٰ ‫ُِر‬ ِ ِ ‫ِين ُإِذا ُأصبتهمُم ِصيبة ُقالوا ُإِن‬ َُ ‫ِب‬
ُ ‫ ُٱَّل‬١٥٥ُ ‫ين‬ َٰ َّ
ِ ِ ‫ٱلص‬
َ ۡ َ ٰٓ َ َ ِۖ ٞ َ ۡ َ َ ۡ َّ ٞ َ
ُ ُ١٥٧ُ‫ون‬ ُ ‫ُوأ ْولئِكُهمُٱلم ۡه َتد‬ ‫َصل َوَٰتُمِنُرب ِ ِهمُورۡحة‬
Terjemahnya:

99
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 1196.
Siti Zulaikhoh, Kisah Nabi Yusuf as. (Ibrah dan Implementasi Konseptual dalam
100

Pendidikan), Tesis, (Salatiga: IAIN Salatiga, 2015) h. 43.


Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Sabar Perisai Seorang Mukmin, Terj, Fadh, (Jakarta: Pustaka
101

Azzam, 2002), h. 12.


61

Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun"
(sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali, Mereka
itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.102

Allah yang dapat mengajarkan semua apa yang dikehendaki-Nya, tidak ada

yang dapat mengelakkan-Nya. Semua apa yang telah terjadi atas diri Nabi Yusuf as.

mulai dari dia dicampakkan (dimasukkan) ke dalam sumur, diperbudakkan, dijual

dan mendapat penghargaan dari tuannya dan lain-lain, adalah langkah-langkah untuk

menyiapkan Nabi Yusuf as. mencapai kedudukan yang tinggi pada masa mendatang.

Namun, kebanyakan manusia tidak mengetahui hal itu, karena mereka hanya melihat

kenyataan yang lahiriah saja, saudara-saudara Yusuf as. berpendapat bahwa apabila

Yusuf as. dijauhkan dari ayahnya, tentu saja ayahnya mengalihkan kecintaannya

hanya kepada mereka.103

Konsep yang kedua dalam pemulihan jiwa individu Nabi Yusuf ialah iman.

Iman merupakan sumber ketenangan batin dan keselamatan kehidupan karena

substansi dari beriman adalah sikap ikhlas yang mendefinisikan semua kebaikan

sebagai ibadah, sebagai bukti iman selalu bergantung Allah semata dan terhadap

segala ketentuan-Nya yang bisa menghindari manusia dari trauma yang pernah

dialami.

Beriman kepada Allah swt. dan mendekatkan diri kepada-Nya tidak saja

merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan jiwa, tetapi juga merupakan

faktor penting dalam mengobati (psikoterapi) penyakit kejiwaan. Beriman kepada

102
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 24.
103
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nu>r, h. 1980.
62

Allah swt. dan mendekakan diri kepada-Nya melalui sikap tunduk untuk

menjalankan berbagai macam aktivitas ibadah, bersikap pasrah, dan berpegang teguh

pada nilai taqwa demi mencapai ridho-Nya serta menjauhi segala bentuk yang

dilarang Allah swt. dan Rasul-Nya, dapat menciptakan kekuatan spiritual manusia

dan membebaskannya dari pengaruh buruk yang melemahkan aktivitas raga dan

jiwanya seperti yang dilakukan oleh Nabi Yusuf as.

Hati yang penuh dengan keimanan kepada Allah swt. tidak akan terjangkit

penyakit dengki atau jenis penyakit hati lainnya. Beriman kepada Allah swt., ikhlas

dalam menjalankan segala macam kebaikan, tulus dalam melaksanakan setiap

perintah yang Allah serukan, berpegang teguh pada tali agama Allah dan bersikap

pasrah/ridho dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya dapat

menyelamatkan seseorang dari rasa gelisah, gundah serta perasaan hampa pada

jiwanya serta akan melahirkan rasa ketenangan dan kesejukan kepada jiwanya. 104

Allah swt. Berfirman dalam QS ar-Ra’d/13: 28


ۡ َ َّ ۡ َ َ َّ ۡ َ َ ْ َ َ َ َّ
ُ ُُ‫ُوت ۡط َمئ ِ ُّنُقلوبهمُبِذِك ِرُٱَّللُِِۗأَلُبِذِك ِرُٱَّللُِت ۡط َمئ ِ ُّنُٱلقلوب‬ ‫ٱَّلِينُءامنوا‬
Terjemahnya:
“(yaitu) orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah swt. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tenteram.”105
Para ahli ilmu jiwa secara umum mendefinisikan kesehatan jiwa sebagai

kematangan emosi dan sosial. Penyesuaian individu terhadap diri dan alam

sekitarnya. Kesiapan individu dalam memikul beban hidup dan menghadapi segala

104
MD Ahmad, Psikologi dan Konseling Qur’ani, (jurnal,
http://eprints.uad.ac.id/5142/1/PSIKOLOGI DAN KONSELING QURANI.pdf), (9 Agustus 2020), h.
111.
105
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 252.
63

persoalannya, sikap individu yang mau menerima realitas hidupnya, sehingga

individu dapat mencapai kepuasan dan kebahagiaan.106

Atas kesabaran dan keikhlasan Nabi Yusuf, beliau diberikan pemulihan yang

lebih oleh Allah swt. ketika dibuang oleh saudara-saudaranya. Nabi Yusuf diambil

oleh musafir yang ingin mengambil air di sumur tersebut, lalu dijual kepada orang

yang baik yang sangat bersenang hati membeli Nabi Yusuf karena berfirasat Nabi

Yusuf bisa bermanfaat bagi dirinya dan negeri. Melalui perantara orang baik tersebut

ialah al-Aziz, Allah memberikan kebaikan-kebaikan seperti diberikan tempat yang

baik, diangkatnya sebagai anak, diberikan kedudukan, diajarkan ilmu dan takwil

mimpi.

Dari perlakuan-perlakuan tersebut terhadap Nabi Yusuf sudah menjadi

sebuah hakikat kewajiban bagi sesama manusia untuk saling menjaga dan

menghargai hak hidup orang lain. Masing-masing manusia memiliki hak untuk hidup

aman dan mendapat perlindungan tanpa adanya perlakuan diskriminasi dari pihak

lain.

Atas dasar itu, maka setiap orang tidak boleh merendahkan, melecehkan,
melukai apalagi menindas manusia dan berbagai bentuk kekerasan lainnya seperti

yang dialami Nabi Yusuf.107 Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al Hujura>t/49:

11- 12:
ٞ ٓ َ ََ ۡ ۡ ٗۡ َ ْ َ َ َ َ َۡ
ٰٓ ٞ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
ُ‫ِين ُءامنوا َُل ُيسخ ُر ُقوم ُمِنُقو ٍم ُعَس ُأنُيكونوا ُخرياُمِنهم ُوَل ُن ِساء ُمِن‬ ُ ‫يأيها ُٱَّل‬
ۡ ََۡ ۡ ْ َ ََ ۡ َ ْ ۡ َ َ َ َّ ۡ ٗ ۡ َ َّ َ َ َ َ ٓ َ
ُ‫ب ُبِئ َس‬ُِ َٰ‫ُوَل ُت َنابَزوا ُُب ِٱۡللق‬ ‫ُوَل ُتل ِمز ٓوا ُأنف َسكم‬ ِۖ‫َس ُأن ُيكن ُخريا ُمِنهن‬ٰٓ ‫ن ِسا ٍء ُع‬

106
MD Ahmad, Psikologi dan Konseling Qur’ani, jurnal, h. 140.
Lailul Ilham, Penangan Perempuan Korban Trauma Masa Lalu di Lembaga Kiprah
107

Perempuan (KIPPER), Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2016), h. 49.


64

ْ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ َ َٰ َّ َ ٰٓ َ َ ۡ َ ۡ َّ َ َ َٰ َ ۡ َ ۡ َ ۡ ۡ
ُ‫ِين ُءامنوا‬ُ ‫ ُيأيها ُٱَّل‬١١ُ ‫ون‬ ُ ‫ب ُفأ ْولئِك ُهم ُٱلظل ِم‬ ‫ن ُومنُلم ُيت‬ ُِِۚ ‫ٱۡليم‬
ِ ُ ‫سمُ ُٱلفسوقُ ُبعد‬ ُ ‫ٱِل‬ِ
ً َ
ُُۚ ‫مُب ۡعضا‬ ‫بُب ۡعضك‬ َّ ‫ُو ََل َُي ۡغ َت‬ َ َ َ ٞۡ
َ ْ ‫َُتَ َّسسوا‬ َّ َ َّ
ُِ ‫ن ُإِن َُب ۡعض ُٱلظ‬
‫ن ُإِثمُِۖو َُل‬
َّ ٗ ِ ‫وا ُْ َكث‬
ُِ ‫رياُم َِن ُٱلظ‬ ۡ
ُ ‫ٱج َتنِب‬
ٞ َّ ٞ َ َ َّ َّ َ َّ ْ َّ َ ۡ َ َ َٗۡ َ َ َ َۡ َ ۡ َ َ ُّ َ
َّ
ُ١٢ُ‫ٱَّللُتوابُرحِيم‬ ُ ُ‫ٱَّللُُۚإِن‬
ُ ُ‫وا‬ ُ ‫ُوٱتق‬ َ ۡ
ُ ُۚ‫أُيِب ُُأحدكمُأنُيأكلُۡلمُأخِيهُِميتاُفك ِرهتموه‬
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah ada satu kelompok laki-laki
diantara kamu memperolok-olokkan kelompok laki-laki lainnya, karena
kemungkinan mereka inilah yang lebih baik. Begitu juga janganlah ada satu
kelompok perempuan memperolok- olokkan perempuan lainnya karena
mungkin mereka inilah yang lebih baik. Janganlah kalian saling mencela dan
menjuluki dengan nama-nama yang buruk. Betapa buruknya jika setelah
menjadi orang-orang beriman kalian saling menjuluki dengan nama-nama
yang buruk. Barng siap tidak menghentikan perbuatan yang seperti ini adalah
orang-orang yang zalim. Hindarkanlah kecurigaan- kecurigaan, karena
sebagian dari kecurigaan-kecurigaan itu adalah dosa. Janganlah kalian
menyelidiki (memata-matai) orang lain, dan janganlah kalian saling
menjelek-jelekkan. Adakah diantara kalian yang suka memakan bagkai
saudaranya. Betapa menjijikkannya (kalau ini sampai dilakukan).
Sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha pengasih.108
Merupakan suatu yang tidak asing dalam setiap penyampaian nasihat-nasihat

atau hikmah kepada manusia agar tidak segan-segan saling membantu sesama

manusia dalam urusan yang haq (kebenaran-kebaikan). Karena tindakan tersebut


merupakan bagian dari tugas kemanusiaan dan idealnya sebagai manusia harusnya

memperhtikan dan melaksanakan perintah Allah tersebut. Sebagaimana firman Allah

dalam QS al-Ma>idah/5: 2:
َ َ َّ َّ َ َّ ْ َّ َ َٰ َ ۡ ۡ َ ۡ ۡ َ َ ْ َ َ َ َ َ َٰ َ ۡ َّ َ ۡ َ َ ْ َ َ َ َ
ُ‫ُٱَّلل ُشدِيد‬ ‫ن ُوٱتقوا ُٱَّللُِۖإِن‬
ِۚ ِ ‫ُٱۡلث ِم ُوٱلعدو‬
ِ ‫ُوَل ُتعاونوا ُلَع‬
ُ ِۖ‫ُوٱتل ُقوى‬
ُ ‫ِب‬
ِ ِ ‫وتعاونوا ُلَع ُٱل‬...
َ ۡ
ُ ُُ‫اب‬
ِ ِ‫ٱلع‬
‫ق‬
Terjemahnya:

108
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 517.
65

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,


dan jangan tolong- menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya.109
Sudah dapat disaksikan dengan jelas bahwa bersedia untuk terbukan dan

membantu orang orang lain, yang sedang membutuhkan dan tidak dalam kontek

kemaksitan kepada Allah itu merupakan sebuah kewajiban. Serta tidak hanya atas

dasar perintah dari Tuhan melainkan juga panggilan kemanusiaan untuk saling
memberikan kesejahteraan kepada sesama umat.

Dalam kontek penelitian ini pada QS. Yu>suf/12: 21 ialah orang yang sedang

menderita trauma merupakan orang yang sedang dalam posisi membutuhkan simpati

dan kepedulian dari lingkungan, dengan kondisi tidak stabil menuntut penderita

trauma untuk melibatkan orang lain dalam proses pemulihan psikologisnya. Dan

sebagaimana Allah telah mewajibkan kepada hambanya untuk membantu orang yang

sedang dalam kesulitan, teraniaya, tidak berdaya dan salah satu bentuk kasusnya

adalah penderita trauma yang sedang membutuhkan bantuan penanganan. Seseorang

yang pernah mengalami trauma masa lalu atau pernah mengalami penyiksaan baik

secara fisik maupun psikis akan cenderung menjadi pribadi yang tertekan. Tekanan

itu bisa saja membuat seseorang menjadi cenderung keras, suka berbuat kekerasan
juga atau menjadi trauma sehingga sepanjang hidupnya terus mengalami ketakutan.

Dan tidak pernah menunjukkan kebahagiaan selayaknya orang hidup normal pada

umumnya. Sehingga pada situasi seperti itu dibutuhkan segera bantuan dari orang

lain untuk memberikan penanganan khusus untuk bisa menghapus hal-hal buruk

yang tersimpan di alam bawah sadar sehingga kita melangkah dengan lebih ringan

109
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 105.
66

tanpa ada tekanan masa lalu yang cenderung menghambat langkah-langkah untuk

menyongsong masa depan.110

Usaha pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok orang yang

mengalami kesulitan dan masalah hidup, baik lahiriah maupun bathiniah yang

menyangkut kehidupannya, terutama dalam kehidupan keberagamaan di masa kini

dan masa yang akan datang, agar menjadi manusia mandiri dan dewasa dalam

kehidupan, sehingga memiliki kemampuan memahami dan menjalankan akidah,

ibadah, akhlak, dan muamalah dengan benar, untuk mencapai kebahagiaan didunia

dan akhirat.111 Sama seperti hal yang dialami Nabi Yusuf yang telah melalui ujian-

ujian yaitu dibuang oleh saudara-saudaranya sendiri sehingga anugerah dan karunia

Allah datang kepada Nabi Yusuf, yaitu pemulihan melalui kelembutan hati al-Aziz,

memberikan kebaikan-kebaikan sehingga dewasa menjadi pribadi yang lebih baik.

B. Wujud Solusi Pemulihan Traumatik dalam QS Yu>suf/12: 21

Adapun wujud dari solusi pemulihan traumatik dalam QS Yu>suf/12: 21 ialah

diberikan tempat/layanan yang baik, diangkat sebagai anak, diberikan kedudukan di

negeri (Mesir), dan diajarkan takwil mimpi.


1. Diberikan Tempat/Layanan yang Baik

Diberikan tempat bermalam dan kediaman. Dan yang dimaksud dengan

memuliakan tempatnya adalah memuliakan orangnya. Akan tetapi ungkapan ini

mempunyai makna yang lebih dalam. Sebab, penghormatan itu bukan hanya kepada

orangnya saja, melainkan tempat tinggalnya juga, sebagai bentuk intensitas dalam

110
Lailul Ilham, Penangan Perempuan Korban Trauma Masa Lalu di Lembaga Kiprah
Perempuan (KIPPER), Skripsi, h. 51.
111
Kusmawati Hatta, Trauma dan Pemulihannya: Sebuah Kajian Berdasarkan Kasus Pasca
Konflik dan Tsunami, h. 143
67

memberikan penghormatan, yang merupakan kebalikan dari tempat sebelumnya di

dasar sumur dan sekitarnya penuh bahaya dan hal-hal yang menakutkan.112

2. Diangkat sebagai Anak

Pada hakikatnya Islam mendukung adanya usaha perlindungan anak yang

salah satu caranya adalah dengan melakkan pengangkatan anak. Adapun

pengangkatan anak yang diperbolehkan dalam Islam tentu saja yang memiliki arti

mengangkat anak semata-mata karena ingin membantu dalam hal mensejahterakan

anak tersebut dan juga memberikan perlndungan tanpa menjadikannya sebagai anak

kandung. Dan agama Islam juga menganjurkan agar umat manusia dapat saling

tolong menolong trhadap sesame manusia. Pengangkatan anak atau disebut juga

adopsi merupakan salah satu cara untuk menolong sesame manusia, karena adopsi

dengan pengertian mengangkat anak orang lain untuk diperlakukan sebagai anak

sendiri tanpa mengubah status anak tersebut menjadi anak kandung adalah adopsi

yang diperbolehkan dalam Islam, dan hal itu perbuatan yang sangat mulia.

Sedangkan Yusuf Qardawi berpendapat bahwasanya adopsi anak dapat

dibenarkan apabila seseorang yang melaksanakannya tidak mempunyai keluarga,


lalu ia bermaksud untuk memelihara anak tersebut dengan memberikannya

perlindungan, Pendidikan, kasih sayang, mencukupi kebutuhan sandang dan pangan

layaknya anak kandung sendiri. Adapun dalam hal nasab, anak tersebut nasabnya

tetap pada ayah kandungnya karena antara anak angkat dengan orang tua angkat

tidak ada sama sekali hubungan nasab yang dapat mempunyai hak seperti anak

kandung.113 Jadi yang memungut, mengasuh, memelihara, dan mendidik anak-anak

112
Sayyid Quthb, Fi> Zhila>lil Qur’a>n, (Cet. I; Depok: Gema Insani Press, 2003), h. 337.
113
Yusuf Qardawi, Halal dan Haram Dalam Islam, (Surakarta: Era Intermedia, 2005), h. 319.
68

terlantar demi kepentingan dan kemaslahatan anak dengan tidak memutuskan nasab

orang tua kandungnya adalah perbuatan yang terpuji dan dianjurkan, bahkan dalam

kondisi tertentu dimana tidak ada orang lain yang memeliharanya mka wajib bagi si

mampu yang menemukan anak terlantar tersebut hukumnya wajib untuk mengambil

dan memeliharanya tanpa harus memutuskan nasab dengan orang tua kandungnya.

Adapun dasar seseorang mengangkat anak yakni memiliki tujuan tertentu

yang ingin dicapai karena pada dasarnya banyak faktor yang mendukung seseorang

tersebut melakukan pengangkatan anak, namun lazimnya latar belakang

pengangkatan anak dilakukan oleh orang yang tidak diberi keturunan. Pengangkatan

anak dilakukan guna memenuhi keinginan manusia untuk menyalurkan kasih

sayangnya kepada anak, pemberian nafkah, pendidikan dan pelayanan segala

kebutuhan yang dirasakan akan merupakan kelanjutan hidupnya, terlebih lagi

terhadap anak-anak yang terlantar dan anak yatim.114

Seperti halnya pengangkatan Nabi Yusuf as. Sebagai anak dari al-Aziz yang

tujuannya untuk memberi perlindungan dan memberi manfaat dalam urusan al-Aziz

dengan istrinya maupun dengan urusan negara. Sebab, nyatanya terdapat pada tanda-
tanda kecerdikan dan kecerdasan Nabi Yusuf as. sehingga dapat menjadi penawar

dan ahli waris harta al-Aziz.115

3. Diberikan Kedudukan di Negeri (Mesir)

Ketika Nabi Yusuf diminta raja memilih jabatan yang bisa memberikan

manfaat bagi rakyat Mesir, Yusuf memilih agar ia ditugaskan untuk menjadi

114
Zakia Al-Farhani, Proes Pengangkatan Anak (Adopsi) dalam Perspektif Hukum Islam
(Studi Kasus Yayasan Siran Malik Pesantren Al-Falah Parung Benying), Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2011), h. 25.
115
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nu>r, h. 1979.
69

bendahara kerajaan. Nabi Yusuf memilih jabatan itu karena keikhlasannya untuk

semata-mata hanya mengharap ridha Allah dengan mendapat kesempatan untuk

mengoptimalkan potensi yang ada di dalam dirinya berupa rasa percaya diri dan

mampu memikul tanggung jawab. Sedangkan potensi yang terdapat dalam diri Nabi

Yusuf itulah yang menjadi syarat utama memikul jabatan tinggi itu. Selain itu, Nabi

Yusuf juga merasa bahwa pekerjaan sebagai bendaharawan negara itu sangat berat

dan tidak sembarang orang bisa melakukannya. Dengan demikian, bisa diketahui

bahwa Nabi Yusuf tidak menginginkan penghormatan dan kebesaran tanpa

pekerjaan yang seimbang.

Keberanian Nabi Yusuf untuk memilih jabatan itu juga berawal dari raja

yang terlebih dahulu mengeluarkan pernyataan bahwa Nabi Yusuf mendapat

kedudukan yang mulia di sisi raja. Oleh karena itu, Nabi Yusuf yang memilih

jabatan dan raja yang menyetujuinya. Lebih lanjut lagi, Ibnu Su’ud mengatakan

dalam tafsirnya sebagaimana dikutip oleh Hamka bahwa “Yusuf yang memilih

jabatan adalah kehendak Allah, sedangkan fungsi raja hanyalah sebagai alat penyalur

kehendak Allah, dengan menyetujui permintaan Nabi Yusuf.”


Dengan demikian, manusia diperbolehkan meminta pekerjaan dan tanggung

jawab dengan syarat sanggup menanggung resikonya apalagi penguasanya adalah

orang-orang yang zalim. Jawaban Nabi Yusuf dijelaskan Allah dalam firman-Nya

QS Yu>suf/12: 55
ٌ َ
َ ‫يظ‬
ُٞ‫ُعل ِيم‬ َۡ ٓ َ ََ َۡ ۡ َ َ
ِ ‫ُلَعُخ َزائ ِ ِنُٱۡل‬
‫ۡرضُإ ِ ِّنُح ِف‬ َٰ ‫قالُٱجعلِن‬
ِ
Terjemahnya:
70

Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya


aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".116

4. Diajarkan Takwil Mimpi

Takwil mimpi yang diajarkan oleh Allah swt. kepada Nabi Yusuf adalah

anugerah. Mimpi Nabi Yusuf adalah cita-cita. Di dalam kisah Nabi Yusuf, beliau

bermimpi menjadi sarana utama Nabi Ya’qub untuk membimbing Nabi Yusuf.

Yūsuf bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud padanya.

Mimpi tersebut kemudian diceritakan kepada ayahnya. Tentang mimpi Nabi Yūsuf,

terekam dalam firman Allah swt. QS. Yu>suf/12: 4


ۡ ۡ َ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َّ َ ٗ َ ۡ َ َ َ َ َ َ ۡ َ َ َ ََ َ َ َ ۡ
ُ‫ُِل‬ َ َ ٰٓ
ِ ‫ت ُإ ِ ِّن ُرأيت ُأحد ُعّش ُكوكبا ُوٱلشمس ُوٱلقمر ُرأيتهم‬
ِ ‫ُۡلبِيهِ ُيأب‬
ِ ‫إِذ ُقال ُيوسف‬
َ ‫سجد‬ َ
ُ‫ِين‬ ِ َٰ
Terjemahnya:
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku,
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku".117
Sebagai seorang Nabi, Nabi Ya’qub langsung memahami dan mengerti tabir

mimpi anaknya itu, yaitu 11 bintang berarti 11 saudara, matahari adalah bapak, dan

rembulan adalah ibu. Mimpi tersebut menunjukkan bahwa Nabi Yusuf nantinya akan

mendapat anugrah besar dengan menjadi manusia mulia dan terhormat dalam

pandangan Allah swt dan manusia, yaitu menjadi Nabi Allah. Selain itu, Nabi

Ya’qub juga berkata bahwa melalui mimpi itu Allah telah mengistimewakannya

dengan memilihnya menjadi seorang pembawa risalah Allah di masa depan.

Adapun penakwilan mimpi yang dilakukan oleh Nabi Yusuf yang kedua ialah

sewaktu dipenjara, beliau menakwilkan mimpi mimpi 2 pemuda yang bersamanya di

116
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 242.
117
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 235.
71

dalam penjara. Tafsir mimpi yang pertama ialah tafsir mimpi tentang memeras

anggur, Nabi Yusuf menafsirkan bahwa pemuda tersebut akan bebas dan kembali

menjadi pembantu raja, sebagai tukang pembuat minuman. Sementara tentang

mimpi pemuda yang membawa roti di atas kepalanya dan dimakan burung, Nabi

Yusuf menafsirkan bahwa pemuda tersebut tidak akan bebas, bahkan dia akan

dihukum salib dengan hukuman salib di tanah yang lapang, sehingga sebagian

kepalanya di makan burung.118

Allah juga memberikan kemampuan kepada Nabi Yusuf berupa ilmu

menafsirkan atau menakwilkan mimpi sebagai mukjizatnya. Menafsirkan mimpi

berarti menyingkap rahasia dan makna yang terkandung dalam sebuah mimpi

berkaitan dengan kehidupan manusia atau masa depan seseorang. Begitu juga Allah

akan menyempurnakan kenikmatan hidupnya dengan berbagai kebahagiaan di dunia

dan akhirat sebagai tanda bahwa Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana

C. Implementasi dari Solusi Pemulihan Traumatik dalam QS Yu>suf/12: 21

Dalam QS Yu>suf/12: 21 menunjukkan karunia Allah swt. terhadap Nabi

Yusuf as. sebagai balasan atas kesabarannya. Di antara nikmat dan karunia Allah
tersebut baik materi dan bukan adalah sebagai berikut:

1. Sifat Ketahan-Malangan

Ketahan-malangan (sifat tahan banting) merupakan orang yang tahan terhadap

penderitaan, berani menghadapi tantangan, dan resiko dalam perjalanan hidupnya.

Dalam menjalani kehidupan, manusia dapat dibagi atas tiga kategori, yakni:

Quitters (diam dan tidak dinamis), Camper (selalu mencoba tetapi gampang

118
Siti Zulaikhoh, Kisah Nabi Yusuf (Ibrah dan Implementasi Konseptual dalam Pendidikan ,
Tesis, h. 53.
72

menyerah setelah mendapat tantangan), dan Climber (orang yang berani dan bertahan

menghadapi tantangan kehidupan). Semua sifat ini sudah dimiliki oleh Nabi Yusuf

alami ketika berada di dalam sumur yang gelap gulita dan di balik barang-barang

dagangan. Penderitaan Nabi Yusuf mulai lepas dengan mendapat anugrah berupa

tinggal di rumah pembesar Mesir yang identik dengan kemewahan. Melalui hukum

alamnya, Allah menguatkan hati yang sedang menderita dengan caranya sendiri

sebagaimana terlihat pada saat Nabi Yusuf berada di dalam sumur. Dia mendapat

perlindungan dari Allah berupa perasaan tenang, terlindungi,119 Allah juga

memberikan wahyu kepadanya untuk menghibur dan menguatkannya, serta melalui

perantara perlakuan yang baik oleh al-Aziz sebagai pemulihan yang dialami Nabi

Yusuf. sebagaimana dijelaskan Allah swt dalam firman-Nya berikut:


َ َٰ َ ۡ ۡ َ َّ َ َ َ َۡ َٓۡ َ ََۡ ۡ َ َٰ َ َ َ َۡ َ ْٓ َ ۡ ََ ْ َ َ َّ َ َ
ُ‫ُهذا‬ ُ ‫ب ُوأوحينا ُإَِلهُِتلنبِئنهمُبِأم ِرهِم‬
ُُِۚ ‫ت ُٱۡل‬
ِ ‫ُِف ُغيب‬ ِ ‫فلما ُذهبوا ُب ِ ُهِۦ ُوأۡجعوا ُأنَُيعلوه‬
َ ۡ َ
ُ ‫َوه ۡمَُلُيَشعر‬
‫ون‬
Terjemahnya:
Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar
sumur (lalu mereka masukkan dia), dan (di waktu dia sudah dalam sumur)
Kami wahyukan kepada Yusuf: "Sesungguhnya kamu akan menceritakan
kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi”

Ketahanan-malangan juga akan membuat individu mengenal dan memahami


penyebab emosi diri sendiri dan orang lain, mengendalikan dan mengekspresikan

emosinya dengan tepat, dan berempati. Hal ini sebagaimana terlihat dari sikap Nabi

Yusuf ketika berada di dalam sumur tetap tenang dengan ilham yang diberikan Allah

melalui bisikan hatinya. Nabi Yusuf juga tidak meluapkan emosinya ketika dia

119
Siti Zulaikhoh, Kisah Nabi Yusuf (Ibrah dan Implementasi Konseptual dalam Pendidikan,
Tesis, h. 126.
73

dijual sebagai budak dan harus mengabdi kepada salah satu pembesar Mesir (al-

Aziz), bahkan dia tetap melakukan tugasnya dengan sepenuh hati.

Ketahanan-malangan juga akan melatih individu berpikir positif bahwa

tempat yang sulit dan penuh dengan keterbatasan bisa mendatangkan banyak

kebaikan. Hal ini sebagaimana yang telah dilakukan Nabi Yusuf ketika dibuang di

dalam sumur. Untuk memiliki jiwa ketahan-malangan, maka individu bisa melatih

dirinya untuk tidak segera senang dan puas terhadap prestasi yang telah diterima.

2. Kasih Sayang

Kasih sayang yang cukup telah didapatkan Nabi Yusuf dari ayahnya Nabi

Ya’qub dan perilaku baik al-Aziz, berdampak positif bagi Nabi Yusuf yang memiliki

sikap peduli. Sebagai contoh, Nabi Yusuf setelah diangkat menjadi bendahara Mesir,

Nabi Yusuf memberi bantuan bahan makanan kepada rakyat negara Mesir dan

negara tetangga yang dilanda krisis pangan, serta saudara-saudara Nabi Yusuf yang

datang ke Mesir. Ketika krisis pangan berlangsung lama tidak hanya melanda negara

Mesir, tetapi juga negara-negara lain termasuk Kan’an, tempat nabi Yusuf dilahirkan

dan diasuh ayahnya dengan penuh cinta.


Untuk mendapatkan kasih sayang yang cukup, seseorang bisa membiasakan

diri untuk lebih peka terhadap kasih sayang, menikmati kebersamaan dan aktivitas,

dan tidak membiarkan diri dalam perasaan sakit hati yang berkepanjangan sehingga

memunculkan rasa benci dan permusuhan terhadap orang lain. Hal ini sebagaimana

yang Nabi Yusuf lakukan ketika mengetahui kedatangan saudara-saudaranya di

kerajaan Mesir untuk menukarkan barang berharga dengan bahan-bahan makanan,

dia menyambut dengan baik. Meskipun ingatan Nabi Yusuf saat itu masih kuat

tentang perbuatan jahat mereka, Nabi Yusuf tidak membalasnya dengan menyakiti
74

mereka. Nabi Yusuf tetap menghormati mereka sebagaimana lazimnya tamu, yaitu

menjamu dengan baik.120

3. Mimpi

Mimpi secara majazi merupakan cita-cita di masa yang akan datang. Mimpi

merupakan mesin penggerak manusia. Hanya orang yang memiliki mimpi yang

mampu bertahan hidup dalam ujian yang ringan maupun berat. Mimpi diperlukan

untuk pengontrol. Artinya, seseorang dengan mimpinya berusaha merencanakan dan

menetapkan tujuan hidup di masa depan, sehingga dapat memberikan alternatif-

alternatif tindakan yang terbaik. Alternatif yang dapat dipilih adalah alternatif

diantara berbagai kemungkinan yang ditawarkan oleh masa depan. Tanpa mimpi,

seseorang tidak akan memiliki kemajuan, kelangsungan hidup dan masa depan. Di

dalam kisah Nabi Yusuf, mimpi menjadi sarana utama Nabi Ya’qub untuk

membimbing Nabi Yusuf. Dalam menapaki suka duka perjalanan hidupnya, mimpi

itulah yang menyebabkan Nabi Yaqub bertahan meskipun penglihatannya menjadi

sangat terganggu. Adanya dorongan kebutuhan hidup dalam kehidupan sehari-hari,

maka manusia mempunyai mimpi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.121


Dalam mewujudkan “mimpi” setiap individu adalah menumbuhkan

kesadaran untuk meraih masa depan yang cerah melalui mimpi dan juga berperan

sebagai fasilitator bagi mereka dengan memberikan kesadaran dan motivasi

mengenai makna belajar dalam kehidupannya. Isyarat agar seseorang dapat

menjernihkan hati. Kejernihan hati merupakan kunci untuk memperoleh mimpi-

120
Siti Zulaikhoh, Kisah Nabi Yusuf (Ibrah dan Implementasi Konseptual dalam Pendidikan,
Tesis, h. 111.
121
Siti Zulaikhoh, Kisah Nabi Yusuf (Ibrah dan Implementasi Konseptual dalam Pendidikan ,
Tesis, h. 33.
75

mimpi yang benar. Kejernihan hati juga kunci untuk bisa merasakan kasih sayang

Allah dan mendorong optimisme. Ketika Nabi Yusuf berpikir dengan kejernihan

hatinya, dia bisa merasakan betapa Allah cinta kepada dirinya dengan diberikannya

takwil mimpi.

Dipersiapkannya rumah mulia, tempat tinggal dan tempat berpijak yang

menyenangkan, makanan dan pakaian yang baih dan perlindungan serta pelayanan

yang ramah di rumah al-Aziz yang ketika itu menjabat sebagai menteri keuangan di

lingkungan bendaharawan Mesir; dan jabatan itulah yang kemudian dipegang oleh

Nabi Yusuf setelahnya.

4. Sifat Memaafkan dan Tidak Dendam

Kelanjutan implementasi dari pemulihan trauma Nabi Yusuf ketika diambil

oleh al-Aziz pada QS Yu>suf/12: 21 berada dalam surat QS Yusuf itu sendiri yaitu

sifat Nabi Yusuf yang berhati mulia memaafkan kesalahan saudara-saudaranya dan

tidak dendam sama sekali, terdapat pada ayat 91 dan 92. Dalam ayat 91 ini

dijelaskan pengakuan saudara-saudara Nabi Yusuf atas kesalahannya.


َ َ َّ َ َّ َ َ َ َ ۡ َ َ َّ َ ْ َ
َ ُِ‫خَٰ ِط‬
ُ‫ني‬ ‫ٱَّللُ َعل ۡي َُناُِإَونُكناُل‬
ُ ُ‫ٱَّللُِلقدُءاثرك‬
ُ ‫واُُت‬
ُ ‫قال‬
Terjemahnya:
Mereka berkata: "Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu
atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah
(berdosa)"122

Pada ayat diatas dijelaskan Demi Allah, Sesungguhnya Allah telah

melebihkan kamu atas kami) ungkapan saudara-saudara Nabi Yusuf ini


menggambarkan keikhlasan dan ketulusan dalam memuji. Mereka berkata bahwa
Allah swt. melebihkanmu dari kami. Kelebihan yang ada pada diri Nabi Yusuf di

122
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 246.
76

maksud antaranya adalah pengetahuan, kesantunan, kecerdasan, kemuliaan,

kesabaran, ketampanan, sikap ihsan, dan kekuasaan. 123

Kemudian kalimat (dan Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang

bersalah) dalam ungkapan tersebut terkandung pengakuan bersalah sekaligus


permohonan agar dimaafkan dan diampuni. Mereka benar-benar mencela dan

mengecam perbuatan mereka sendiri. Mereka juga tidak mencari dalih dan alasan

untuk perbuatan yang telah mereka lakukan, mereka dengan jantan mengakui

kesalahan dan kedzaliman mereka, seraya mengharapkan rahmat Allah swt.

Jika kita perhatikan cara meminta maaf yang dilakukan oleh saudara-saudara

Nabi Yusuf adalah sangat indah. Mereka meminta maaf dengan akhlak yang mulia.

Mula-mula mereka mengungkapkan pujian terlebih dahulu kepada orang yang

pernah mereka dzalimi kemudian mengakui kesalahannya serta meminta maaf.

Dan dalam ayat selanjutnya QS Yu>suf/12: 92 dijelaskan betapa lembutnya

sikap Nabi Yusuf yang ikhlas memberi maaf terhadap saudara-saudaranya atas

perbuatan dzalim yang pernah mereka perbuat dahulu yang berbunyi


َ َ ۡ َ َّ
َ
ُ ُُ‫ِني‬ َٰ َ ۡ
ُ ‫ٱَّللُلكمُِۖوه َوُأرحمُٱلر ِۡح‬
َّ ۡ َ ۡ ُ‫ُعلَ ۡيكم‬
ُ ُ‫ٱَل ۡو َُم ُِۖ َيغ ِفر‬ َ ‫الُ ََلُتَ َۡث‬
َ ‫يب‬ ُ
َ َ
‫ق‬
ِ
Terjemahnya:
Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-
mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang
diantara para penyayang"124

Selanjutnya kalimat Pada hari Ini tak ada cercaan terhadap kamu secara

harfiyah bermakna menghilangkan lemak atau minyak yang menutupi perut. Kata

Aliem Sofyan, Interpretasi Ayat-Ayat Psikologi dalam Surah Yusuf, (Jurnal,


123

https://www.researchgate.net/publication/335621890_Interpretasi_Ayatayat_Psikologi_Dalam_Surat
_Yusuf), Volume XI, (Lampung: al-Dzikra, 2017), h. 174.
124
Kementerian Agama, Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah, h. 246.
77

itu mengacu pada celaan atau kecaman yang merusak kehormatan, dan membuka aib

seseorang. Maka Nabi Yusuf menggunakan kata ini, dengan tujuan bahwa Nabi

Yusuf benar-benar tidak memiliki rasa dendam terhadap saudara-saudaranya.

Mudah-mudahan Allah mengampunimu, kalimat ini bermakna doa. Artinya


aku mendoakan agar Allah swt. memberi ampun pada kalian. Hal ini menegaskan

bahwa Nabi Yusuf tidak mau menuntut haknya untuk balas dendam. Sebaliknya

beliau memaafkan mereka dan kemudian berdoa agar Allah swt. juga memberikan

ampunan kepada mereka. Karena sesungguhnya setiap manusia yang berhati baik

tidak memiliki ruang untuk dendam dan pada momen kemenangannya beliau

menunjukkan penuh kebaikan kepada saudara-saudaranya dan dengan penuh

kerendahan hati terhadap Tuhannya.125

Jadi, dari semua implementasi dari pemulihan di atas kesimpulan yang dapat

diambil ialah terdapat banyak nilai atau kelebihan-kelebihan yang diperoleh Nabi

Yusuf as. dari Allah swt. melalui perantara perlakuan baik al-Aziz (menteri

kerajaan) sebagai pemulihan yang telah diderita sebelumnya sejak dibuang lalu

dijual, karena sudah menghadapi ujiannya dengan sabar dan ikhlas yang dapat
diimplementasikan yaitu sifat memaafkan dan tidak dendam terlebih lagi dengan

rasa kasih sayang tehadap sesama manusia.

125
Aliem Sofyan, Interpretasi Ayat-Ayat Psikologi dalam Surah Yusuf, (Jurnal
https://www.researchgate.net/publication/335621890_Interpretasi_Ayatayat_Psikologi_Dalam_Surat
_Yusuf), h. 176.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan dari pembahasan skipsi ini sebagai berikut:

1. Secara umum pemulihan trauma adalah suatu metode pemulihan atau

penyembuhan pada gangguan psikologis yang dialami oleh seseorang karena

lemahnya ketahanan fungsi-fungsi mental untuk semnbuh atau sehat

terhadap sesuatu penyakit atau proses pengembalian mental atau fisik yang

telah rusak, yang dirasakan oleh individu atau komunitas sehingga dapat

beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat lainnya tanpa ada perasaan

yang mengganggu dan menuju suatu pertumbuhan yang baik ke depannya.

Adapun fungsi dari pemulihan traumatik ialah mengembalikan rasa aman,

memperbesar kontrol dan mengurangi rasa takut dan kecemasan sehingga

menjalin kembali hubungan-hubungan dengan orang lain dan jalinan

kedekatan, serta mengatasi perasaan duka cita, dan pemulihan nilai-nilai


yang bermartabat dan yang terakhir memperbaiki identitas, makna dan

tujuan hidup.

2. Hakikat solusi pemulihan traumatik dalam QS Yu>suf/12: 21 ialah dapat

dilihat karunia dan anugerah dari Allah swt. yang diberikan kepada Nabi

Yusuf as. Sebagai pemulihan atau pertolongan melalui perantara yakni

dilembutkan atau diluluhkannya hati al-Aziz (menteri kerajaan) untuk

memperlakukan Nabi Yusuf dengan baik sehingga diberikan tempat yang

78
79

baik, diangkat sebagai anak dan diberikan jabatan di Mesir. Penyelamatan

Nabi Yusuf dari penderitaan-penderitaan yang dialaminya yang telah dibuang

oleh saudaranya sendiri, sehingga menjadi budak lalu dijual oleh musafir

yang mendapatkannya di sumur. Sehingga Nabi Yusuf mendapatkan banyak

nilai kelebihan-kelebihan dari Allah swt atas kesabarannya.

3. Bentuk-bentuk pemulihan traumatik dalam QS Yu>suf/12: 21 adalah Nabi

Yusuf as. diberikan tempat/layanan yang baik, diangkat sebagai anak,

diberikan kedudukan di Negeri (Mesir), dan diajarkan takwil mimpi.

4. Implementasi dari pemulihan traumatik dalam QS Yu>suf/12: 21 yaitu setiap

individu harus memiliki rasa keberanian di dalam diri, serta mengaplikasikan

rasa kasih sayang kepada semua orang seperti yang diberikan Allah swt. dan

al-Aziz kepada Nabi Yusuf as. Tidak dendam dengan orang-orang yang telah

menyakiti.

5. Allah berkehendak atas segala sesuatu peristiwa yang terjadi, dan tidak ada

yang bisa menghalangi-Nya.

B. Implikasi dan Saran


Secara umum, penelitian ini sebagai langkah awal untuk mengetahui solusi

pemulihan traumatik dalam QS Yu>suf/12: 21. Dari skripsi ini tentu masih banyak

terdapat kekurangan dan memerlukan perkembangan karena melihat banyaknya

ayat-ayat al-Qur’an yang juga mengindikasikan pemulihan traumatik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa masih banyak kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan. Sehingga penulis berharap adanya kritik serta saran yang

sifatnya membangun dari para pembaca.


DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jabbar, Dhuha dan Burhanuddin. Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Syarah
Alfaazhul Qur’an. t.t: Fitrah Rabbani. t.th.\
ac.id/5142/1/PSIKOLOGI DAN KONSELING QURANI.pdf, (9 Agustus 2020).
Al-‘Arid, Ali Hasan. Sejarah dan Metodologi Tafsir. Terj. Ahmad Akrom. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 1994. Al-Qat}}han, Manna>’. Pembahasan Ilmu
al-Qur’an 2. Terj. Halimudin. Jakarta: PT Rineka Cipta. t.th.
Al-Ashfahani, Al-Raghib. al-Mu’jam al-Mufradat li Alfazh al-Qur’an. Beirut: Dar
al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 2004.
Al-Farhani, zakia. Proes Pengangkatan Anak (Adopsi) dalam Perspektif Hukum
Islam (Studi Kasus Yayasan Siran Malik Pesantren Al-Falah Parung Benying),
Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2011.
Ahmad, MD. Psikologi dan Konseling Qur’ani. Jurnal. http://eprints.uad.
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. Sabar Perisai Seorang Mukmin. Terj, Fadh. Jakarta:
Pustaka Azzam. 2002.
Al-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir (Aqidah, Syariah, Manhaj, At-Taubah-Yusuf,
Juz 11 dan 12. Jilid VI. t.t: Gema Insani. t.th.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.
Badruddin Muh}ammad, Ima>m ibn ‘Abdulla>h al-Zarkasyi@. Al - Burha>n fi@ ‘Ulu>m al-
Qur’a>n. Kairo: Da>r al-Tura>s.
Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001.
Cahyuningsih, Astry. Upaya “Kiprah Perempuan” dalam memberikan Trauma
Healing Kepada Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Berat
Tahun 1965 Di Sleman Yogyakarta, Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga. 2017.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008.
Firdaus, Rahmat. “Prinsip Pendidikan Anak dalam Al-Qr’an (Kajian Tafsir Tahlili
terhadap QS al-Saffat/37:102). Skripsi. Samata: Fak. Ushuluddin dan Filsafat
UIN Alauddin Makassar, 2015.
Gaffar, Abdul. ‘Ilal al-Hadi>s (Rekonstruksi Metodologis atas Kaidah Kesahihan
Hadis). Disertasi Samata: Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.
2015.
Hatta, Kusmawati. Trauma dan Pemulihannya: Sebuah Kajian Berdasarkan Kasus
Pasca Konflik dan Tsunami. Banda Aceh: Dakwah ar-Raniry Press. 2016.
https://www.gurupendidikan.co.id/bimbingan-dan-konseling/, (diakses pada tanggal
1 Agustus 2020).

80
81

Ika Kusumaningrum, Nirmala dkk. Bahan Bacaan Pelatihan dan Pemulihan


Psikososial untuk Pendamping HAM. Jakarta: Yayasan Pulih. 2015.
lham, Penangan Perempuan Korban Trauma Masa Lalu di Lembaga Kiprah
Perempuan (KIPPER), Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2016.
Iqbal, Mashuri Sirojuddin dan A. Fudlali. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung: Angkasa,
2005.
Kementerian Agama. Mushaf Wakaf al-Qur’an dan Terjemah. Surakarta: Forum
Pelayanan Al-Quran. 2013.
Khaeruman, Badri. Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an. Bandung: Pustaka
Setia. 2004.
Mardan, Al - Qur’an: Sebuah Pengantar. Cet. X; Ciputat: Mazhab. 2015.
Mendatu, Achmanto. Pemulihan Trauma: Strategi Penyembuhan Trauma Untuk Diri
Sendiri, Anak dan Orang Lain di Sekitar Anda. Yogyakarta: Pandua. 2010.
Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir. Yogyakarta: Idea Press
Yogyakarta. 2015.
Nawawi, Rif’at Syauqi. Kepribadian Qur’ani. Jakarta: Amzah. 2015.
Qardawi, Yusuf. Halal dan Haram Dalam Islam. Surakarta: Era Intermedia. 2005
Quthb, Sayyid. Fi> Zhila>lil Qur’a>n. Cet. I; Depok: Gema Insani Press. 2003.
Rosihan Anwar, Ulu>m al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia. 2013.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an).
Jakarta: Lentera Hati. 2002.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. Cet.
I; Tangerang: PT. Lentera Hati. 2017.
Sofyan, Aliem. Interpretasi Ayat-Ayat Psikologi dalam Surah Yusuf, Jurnal,
https://www.researchgate.net/publication/335621890_Interpretasi_Ayatayat
_Psikologi_Dalam_Surat_Yusuf. Volume XI. Lampung: al-Dzikra. 2017.
Sutarni, St. dan Sukardi, Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Quadra. 2008.
Tafsir al-Qurthubi (Surah Hu>d, Yu>suf, Ra’d, Ibra>him). Ta’liq: Muhammad Ibrahim
al Hifnawi. Jilid IX. t.t: Pustaka Azzam. t.th.
Tafsir bi al-ma’tsur (tafsir berdasarkan riwayat), Tafsir bi al-ra’yi (tafsir berdasarkan
logika), Tafsir al-su>fi (tafsir bercorak tasawwuf), Tafsir al-fiqhi (tafsir
bercorak hukum), Tafsir al-falsa>fi (tafsir bercorak filsafat), Tafsir al’ilmi
(tafsir bercorak ilmiah) dan Tafsir al-ada>b al-ijtima>’i> (tafsir bercorak sosial
kemasyarakatan), Lihat: Abdul Hayy Al-Farmawi, Al-Bida>yah fi al-Tafsir al-
Maud}u>’: Dira>sah Manhajiyyah Maud}u>’iyyah. Terj. Rosihin Anwar, Metode
Tafsir Maud}u’i. Bandung: Pustaka Setia. 2002.
Tafsir Ibnu Katsir Jilid IV, Penterjemah: M. Abdul Ghoffar E.M. Cet: II; Bogor:
Pustaka Imam Syafi’i, 2003.
82

Taliningtyas, Putri. Pemulihan Trauma Terhadap Perilaku Emosi Anak Usia Dini
Pasca Bencana Tanah Logsor di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan
Karangkobar Kabupaten Banjarnegara, Skripsi. Semarang: Universitas
Negeri Semarang. 2017.
Teungku Imam Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’a>nul Majid an-Nu>r. Cet. II;
Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2000.
Winkel dan Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi. 2006.
Yusuf, Edi. Munasabah Surat Yusuf antara surat dengan ayat,
https://edipustaka.blogspot.com/2012/09/munasabah-surat-yusuf-antara-
surat.html, (9 Agustus 2020)
Zulaikhoh, Siti. Kisah Nabi Yusuf (Ibrah dan Implementasi Konseptual dalam
Pendidikan, Tesis. Salatiga: IAIN Salatiga. 2015.

Anda mungkin juga menyukai