Anda di halaman 1dari 49

Penetapan kadar CH3COOH secara alkalimetri

I. Tujuan : Menetapkan kadar CH3COOH secara alkalimetri.

II. Prinsip reaksi : Penetralan Asam-Basa


reaksi : CH3COOH + NaOH ⟶ CH3COONa + H2O.

III. Dasar teori : Alkalimetri dapat diartikan sebagai pengukuran jumlah asam
ataupun
pengukuran zat yang bersifat asam dengan basa sebagai titran.

IV. Alat dan Bahan :


⋙Alat
1.Buret 8. Statif dan klem
2. Pipet volum 9. Labu takar
3. Erlenmeyer 10. Kaca arloji
4. Beaker glass 11. Kertas saring
5. Pipet tetes 12. Neraca analitik
6. Corong kaca 13. Bola hisap.
7. Batang pengaduk

⋙Bahan
1. Larutan NaOH 0,1N 50 ml
2. Larutan H2C2O4, 2H2O 0,1N 50 ml
3. Indikator PP
4. Aqua bebas CO2
5. CH3COOH CO2

V. Prosedur :
A. Pembuatan larutan baku primer H2C2O4, 2H2O 0,1N 50 ml
ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Dihitung dengan seksama asam oksalat sesuai dengan perhitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kualitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta
5. Kocok sampai homogen.

B. Pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1N 500 ml

ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Timbang NaOH kurang lebih seperti pertimbangan
2. Masukkan kedalam beaker glass
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai volume 500 ml
5. Kocok sampai homogen.

C. Standarisasi larutan NaOH dengan baku primer


H2C2O4 2H2O 0,1N
Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutkan H2C2O4 2H2O 0,1N dimasukkan Erlenmeyer
2. Tambahkan 3 tetes indikator
3. Titrasi dengan larutan NaOH sampai berwarna merah muda konstan
4. Catat volume titrasi
5. Lakukan titrasi 3× {tripol}

D. Penentuan kadar CH3COOH {sampel} dengan larutan NaOH yang telah


distandarisasi.
Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutan CH3COOH dimasukkan kedalam Erlenmeyer
2. Tambahkan indikator PP
3. Titrasi dengan larutan NaOH sampai terbentuk warna merah muda konstan
4. Catat volume titrasi
5. Lakukan titrasi 3× {tripol}

IV. Data pengamatan :


A. Perhitungan baku primer H2C2O4 2H2O

mol
g= × N × BE
1000

50 126
= × 0,1 ×
1000 2
= 0,315 gr
= 315 mg
Penimbangan :
Berat kertas + bahan = 0,4696 gr
Berat kertas + sisa bahan = 0,2093 gr _
Berat bersih bahan 0,2603 gr
= 260,3 mg

B. Perhitungan baku skunder NaOH

ml
g= × N × BE
1000

500 40
= × 0,1 ×
1000 1
= 2 gr
= 200 mg

C. Volume skunder (NaOH) pada saat skunderisasi

No Volume primer Volume skunder


1. 1,0ml 10,50ml
2. 1,0ml 10,60ml
3. 1,0ml 10,40ml
Volume total 31,50ml

31,50
Volume rata-rata =
3
= 10,50 ml

D. Volume Skunder (NaOH) pada saat penetapan kadar sampel

No Volume sampel Volume skunder


1. 1,0ml 17,30ml
2. 1,0ml 17,40ml
3. 1,0ml 17,70ml
Volume total 52,30ml
Uji Q

Xn−(Xn−1)
Q terbesar = Q terbesar Q tabel
Xn−Xi

17,7−(17,4)
= 0,75 ¿ 0,94 memenuhi
17,7−17,3

0,3 17,7+17,3+17,4
= x=
0,4 3
= 0,75 = 17,47 ml

VII. Perhitungan :
A. Kadar baku primer

Bobot penimbangan
= ×N
Bobot perhitungan

260,3 mg
= × 0,1
315 mg
= 0,0826 N
B. Kadar baku skunder
m grek titrat = m grek titran
(NV) 1° = (NV) 2°
0,0826.10,0 = N.10,50

0,826
N=
10,50
= 0,0786 N

C. Kadar sampel
m grek sampel = m grek 2°
(NV) sampel = (NV) 2°
N × 10,0 = 0,0786 × 17,47

1,3731
N=
10,0
N = 0,1373 N

VIII. Pembahasan :

Penetapan kadar CH3COOH dilakukan secara alkalimetri karena CH3COOH


bersifat asam (asam lemah) dan alkalimetri memiliki perinsip reaksi penetralan asam
basa.Dimana basa kuat sebagai titran dapat menetralkan asam lemah.

Dimulai dengan standarisasi titran NaOH dengan baku primer H 2C2O4 dan
indikator pp sebagai indikator, penetapan kadar dilakukan dengan titrat CH3COOH dan
titran NaOH dengan indikator pp yang memiliki trayek Ph 8,0 – 10,0. Indikator pp
merupakan jenis indikator asam yang memiliki warna berbeda dalam keadaan tak
terinisiasi dan terionisasi. Dalam keadaan tak terionisasi tidak berreaksi, larutan
CH3COOH, tidak berwarna, sedangkan dalam keadaan terionisasi ketika berreaksi,
larutan NaOH berwarna merah tua. Ketika terbentuk warna merah muda yang konstan
disaat inilah menunjukkan titik akhir titrasi.

Dalam melakukan titrasi, untuk pembuatan larutan baku baik primer maupun
skunder diperlukan aqua bebas CO2. Aqua harus bebas CO2 supaya tidak terjadi ikatan
antara NaOH dan CO2 saat titrasi dengan reaksi sebagai berikut.
2NaOH + CO2 ⟶ Na2CO3

Karena apabila terjadi ikatan akan mempengaruhi titik akhir titrasi, sehingga titik akhir
titrasi menjadi sulit untuk ditentukan. Untuk itu aqua yang digunakan harus aqua bebas
CO2 .
IX. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,0826 N
b. Kadar baku skunder : 0,0786 N
c. Kadar baku sampel : 0,1373 N

X. Daftar pustaka
Basett j ed pudjaatmaka Handayana A. 1994, vogel Kimia Analitik Kualitatif
Anorganik
edisi 4, bab X Analisis Titrimetri, hal 275-281.

Ponorogo, 30 Maret 2012


Praktikan

Kelompok V
Penetapan kadar NaOH secara Asidimetri

I. Tujuan : Menentukan kadar NaOH secara asidimetri.

II. Prinsip reaksi : Penetralan Asam-Basa


reaksi : NaOH + HCl ⟶ NaCl + H2O

III. Dasar teori : Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam
sebagai titran.

IV. Alat dan Bahan :


⋙Alat
1.Buret 8. Statif dan klem
2. Pipet volum 9. Labu takar
3. Erlenmeyer 10. Kaca arloji
4. Beaker glass 11. Kertas saring
5. Pipet tetes 12. Neraca analitik
6. Corong kaca 13. Bola hisap.
7. Batang pengaduk

⋙Bahan
1. Larutan HCl 0,1 N
2. Larutan Na2B4O7, 10H2O 0,1 N
3. Indikator Metil Merah
4. Aqua bebas CO2
5.Indikator PP 1 %

V. Prosedur :
A. Pembentukan larutan baku primer Na2B4O7, 10H2O 0,1 N 50 ml

ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Ditimbang dengan seksama natrium beraksi sesuai hitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kuantitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta
5. Kocok sampai homogen.

B. Pembuatan larutan baku sekunder HCl 0,1 N 100 ml


Perhitungan (VN) HCl pekat = (VN) HCl larutan
Cara :
1. Ukur HCl kurang lebih seperti perhitungan
2. Masukkan kedalam beker glass yang sudah di isi aqua bebas CO2
3. Aduk sampai homogen.
4. Tambahkan aquadest bebas CO2 sampai volume 100 ml
5. Aduk sampai homogen.

C. Standarisasi larutan HCl dengan larutan baku primer Na2B4O7, 10H2O 0,1 N
Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutkan Na2B4O7, 10H2O 0,1 N dimasukkan Erlenmeyer
2. Tambahkan 2 tetes indikator metal merah
3. Titrasi dengan larutan HCl sampai berwarna kuning menjadi merah yang tidak
hilang lagi selama 30 detik
4. Catat volume titrasi
5. Lakukan titrasi 3× {tripol}

D. Pentuan kadar NaOH dengan larutan HCl yang telah distandarisasi.


Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutan NaOH (sampel) tambahkan 10 ml aqua bebas CO2
kocok sampai homogen dan masukkan kedalam Erlenmeyer
2. Tambahkan 2 tetes indikator PP
3. Titrasi dengan larutan HCl sampai warna merah hilang
4. Catat volume titran
5. Lakukan titrasi 3× {tripol}

IV. Data pengamatan :


A. Perhitungan baku primer Na2B4O7, 10H2O 0,1 N

mol
g= × N × BE
1000

50 1
= × 0,1 × . 381,24
1000 2
= 0,9531 gr
= 953,1 mg
Penimbangan :
Berat kertas + bahan = 0,7021 gr
Berat kertas + sisa bahan = 0,1919 gr _
Berat bersih bahan 0,5102 gr
= 510,2 mg

B. Perhitungan baku skunder HCl 0,1 N 600 ml


(VN)1 = (VN)2
600 × 0,1 = (V. 11,3)2

60
V2 =
11,3

V2= 5,309

C. Volume skunder (HCl) pada saat standarisasi

No Volume primer Volume skunder


1. 1,0ml 7,90ml
2. 1,0ml 8,10ml
Volume total 16,00ml
16,00
Volume rata-rata =
2
= 8,00 ml

D. Volume Skunder (HCl) pada saat penetapan kadar sampel

No Volume primer Volume skunder


1. 1,0ml 11,50ml
2. 1,0ml 11,40ml
3. 1,0ml 11,10ml
Volume total 34,00ml

Uji Q
Xn−(Xn−1)
Q terbesar = Q hitung ¿ Q tabel, Q terkecil
Xn−Xi
11,10−11,40
= 0,75 ¿ 0,94 bisa digunakan
11,10−11,50
−30 34,00
= x=
−40 3
= 0,75 = 11,33 ml
VII. Perhitungan :
A. Kadar baku primer
Bobot penimbangan
×N
Bobot perhitungan
510,2
= × 0,1
953,1
51,02
=
953,1
= 0,0535 N

B. Kadar baku skunder


m grek titrat = m grek titran
(NV) 1° = (NV) 2°
0,535
N=
8,00
= 0,0669 N

C. Kadar sampel
m grek sampel = m grek 2°
(NV) sampel = (NV) 2°
N × 10,0 = 0,0669 × 11,33
0,7579
N=
1,00
N = 0,7579

VIII. Pembahasan:

Penetapan kadar NaOH menggunakan asidimetri karena asetat bersifat asam.


Sedangkan asidimetri memiliki prinsip reaksi penetapan asam basa, jadi asidimetri dapat
digunakan untuk penetapan kadar asetat.

Penatapan kadar sampel dilakukan dengan titrasi antara asetat dan NaOH dengan
indikator PP, karena asetat bersifat asam lemah sedangkan NaOH bersifat basa kuat,
maka titik ekivalen berada lebih dari 7 sehingga titrasi tersebut menggunakan indicator
PP semula warna adalah bening setelah ditetesi indikator PP berubah menjadi pink
setelah itu dititrasi hingga warna ping menjadi hilang.

Dalam pembuatan larutan baku skunder menggunakan air yang bebas CO2 karena
agar dalam larutan tersebut tidak terjadi ikatan, maka akan mempengaruhi titik akhir
titrasi.
Uji Q dilakukan ketika selisih volume skunder pada saat penetapan kadar sampel
terpaut jauh. Contohnya : 11,50 ml
: 11,40 ml
: 11,10 ml
IX. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,0535 N
b. Kadar baku skunder : 0,0668 N
c. Kadar baku sampel : 0,7579 N

X. Daftar pustaka
Basett j ed pudjaatmaka Handayana A. 1994, vogel Kimia Analitik Kualitatif Anorganik
edisi 4, bab X Analisis Titrimetri, hal 275-281.

Ponorogo, 19 Maret 2012


Praktikan

Kelompok V
Penetapan kadar campuran Na2CO3 dan NaOH

secara asidimetri bertingkat

I. Tujuan : Menentukan penetapan kadar campuran Na2CO3 dan NaOH

Secara acidimetri bertingkat.


II. Prinsip reaksi : Penetralan Asam-Basa
- Tahap I (dengan indikator PP)
NaOH + HCl ⟶ NaCl + H2O
Na2CO3 + HCl ⟶ NaHCO3 + NaCl
- Tahap II (dengan indikator MO)
NaHCO3 + HCl ⟶ H2CO3 + NaCl

III. Dasar teori : Titrasi bertingkat adalah titrasi asidimetri untuk garam karbonat atau
asidimetri alkalimetri untuk garam fosfat dengan menggunakan 2
macam indikator untuk 2 tahap reaksi, masing-masing indikator akan
menunjukkan perubahan warna pada tiap tahap reaksi.

IV. Alat dan Bahan :


⋙Alat
1.Buret 8. Statif dan klem
2. Pipet volum 9. Labu takar
3. Erlenmeyer 10. Kaca arloji & timbangan
4. Beaker glass 11. Kertas saring
5. Pipet tetes 12. Neraca analitik
6. Corong kaca 13. Bola hisap.
7. Batang pengaduk

⋙Bahan
1. Larutan Na2CO3 H2O 0,1N 50 ml
2. Larutan HCl 0,1N 600 ml
3. Indikator PP
4. Indikator MO
5. Aqua bebas CO2
6. Campuran Na2CO3 & NaOH (sampel)

V. Prosedur :
A. Pembuatan larutan baku primer Na2CO3 H2O 0,1N 50 ml

ml
Perhitungan g= × N × BE
100
Cara :
1. Ditimbang dengan seksama Na2CO3 sesuai dengan perhitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kuantitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta
5. Kocok sampai homogen.

B. Pembuatan larutan baku sekunder HCl 0,1N 600 ml


Perhitungan (NV)1 – (NV)2
Cara :
1. Timbang HCl kurang lebih seperti perhitungan
2. Masukkan kedalam beaker glass yang sudah di isi aqua bebas CO2
3. Larutkan ke dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai volume 600 ml
5. Aduk sampai homogen.

C. Standarisasi larutan Na2CO3 0,1 N H2O


Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutkan Na2CO3 0,1 N dan dimasukkan Erlenmeyer
2. Tambahkan 1 tetes larutan indikator MO
3. Titrasi dengan larutan HCl sampai berwarna dari ke jingga ke merah yang
konstan
4. Catat volume titran
5. Lakukan titrasi 3× {tripol}

D. Pentuan kadar sampel dengan larutan HCl yang telah distandarisasi.


Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutan sampel dimasukkan kedalam Erlenmeyer
2. Tambahkan 1tetes larutan indikator PP
3. Titrasi dengan larutan HCl sampai terbentuk warna merah muda menjadi tidak
berwarna
4. Catat volume titran
5. Tambahkan 1 tetes larutan indikator MO
6. Titrasi dengan larutan HCl sampai terbentuk warna ……. Menjadi merah yang
konstan
7. Catat volume titran
8. Lakukan titrasi 3× {tripol}

IV. Data pengamatan :


A. Perhitungan baku primer Na2CO3 H2O 0,1N 50 ml

mol
g= × N × BE
1000
5∅ 1
= × 0,1 × .124
100 ∅ 2
= 0,31 gr
= 310 mg
Penimbangan :
Berat kertas + bahan = 0,5537 gr
Berat kertas + sisa bahan = 0,2125 gr _
Berat bersih bahan = 0,3412 gr
= 341,2 gr

B. Perhitungan baku skunder HCl 0,1 N 600 ml


(NV)1 = (NV)2
(600 × 0,1)1 = (V × 11,3)2

60
V2 =
11,3
= 5,309 ml

C. Volume skunder HCl pada saat skunderisasi

No Volume primer Volume skunder


1. 1,0ml 11,50ml
2. 1,0ml 11,40ml
3. 1,0ml 11,10ml
Volume total 34,00ml
60,50
Volume rata-rata =
3
= 20,17 ml

D. Volume Skunder HCl pada saat penetapan kadar sampel

NO Volume sampel Volume skunder (ml)


Tahap I Tahap II
1 1,0ml 0,00 – 24,30 24,30 – 35,80
2 1,0ml 0,00 – 24,60 24,60 – 35,90
3 1,0ml 0,00 – 24,30 24,30 – 35,70
Volume total 73,20 34,24
No Volume sampel Volume skunder (ml)
NaOH (2a-b) Na2CO3(b-a)
1 1,0ml (2.24,30 – 35,80) = 12,80 2(11,50) = 23,00
2 1,0ml (2.24,60 – 35,90) = 13,30 2(11,30) = 22,60
3 1,0ml (2.24,30 – 35,70) = 12,90 2(11,40) = 22,80
Volume total 39,00 68,40

Uji tahap I
Q terbesar

Xn− Xn−1
Q=
Xn−Xn

13,30−12,90
=
13,30−12,80

0,40
=
0,50
= 0,80

Q hitung Q tabel Q terbesar bisa digunakan


0,80 ¿ 0,94

390
Volume rata-rata = = 13,00
3

Uji tahap II
Q terkecil
X 2−X 1
Q=
Xn−X 1

22,80−22,60
=
23,00−22,60

0,20
=
0,40
= 0,50

Q hitung Q tabel Q terkecil bisa digunakan


0,50 ¿ 0,94

Q terbesar

Xn− Xn−1
Q=
Xn−Xn

23,00−22,80
=
23,00−22,60

0,20
=
0,40
= 0,50

Q hitung Q tabel Q terbesar bisa digunakan


0,50 ¿ 0,94

68,40
Volume rata-rata = = 22,80 ml
3

VII. Perhitungan :
A. Kadar baku primer

Bobot penimbangan
× 0,1
Bobot perhitungan

341,2mg
= × 0,1
310 mg
= 0,1100 N

B. Kadar baku skunder


m grek titrat = m grek titran
(NV) 1° = (NV) 2°
0,1100 × 10,0 = N.20,17

1,100
N=
20,17
= 0,0545 N

C. Kadar sampel
kadar NaOH = m grek NaOH = m grek HCl
(NV) NaOH = (NV) HCl
N × 10,0 = 0,0545 ×13

0,785
N=
10,0
= 0,0708 N

kadar Na2CO3 = m grek Na2CO3 = m grek HCl


(NV) Na2CO3 = (NV) HCl
N × 10,0 = 0,0545 x 22,80

1,2426
N=
10,0
= 0,1242 N

VIII. Pembahasan :

Penetapan kadar campuran NaOH dan Na2CO3 dilakukan secara asidimetri


bertingkat, karena campuran NaOH dan Na2CO3 bersifat basa, sehingga asidimetri yang
dimiliki prinsip reaksi penetralan asam basa, dengan asam (HCl) sebagai titran,
digunakan dalam penetapan kadar campuran NaOH dan Na2CO3

Standarisasi antara Na2CO3 . H2O dengan HCl dan indikator metal jingga, dalam
titrasi antara HCl (asam kuat) dan Na2CO3 (basa lemah) akan memiliki titik ekivalen
pada pH ¿ 7, untuk itu metal jingga yang memiliki trayek pH 3,2 – 4,4 digunakan dalam
titrasi ini, selain itu terjadi perubahan warna sebagai berikut :
HIn ⟶ H+ + In-
↓ ↓
terionisasi tak terionisasi (molekul)
(jingga) (merah)
Penetapan kadar campuran NaOH dan Na2CO3 dilakukan dengan titrasi antara
campuran tersebut dan HCl dengan 2 malkator yaitu :
PP dan metal jingga : pada titrasi tahap I antara NaOH (basa kuat) dan HCl (asam kuat)
akan memiliki ekivalen pada pH = 7 sehingga PP yang memiliki trayek pH = 8,3 – 10,3
digunakan dalam titrasi ini, selain ini terjadi perubahan warna.
InOH ⟶ OH- + In+
↓ ↓
molekul Ion
(jingga) (merah)

Dalam pembuatan larutan baik baku primer maupun baku skunder digunakan
aqua bebas CO2. Ini dilakukan agar tidak terjadi ikatan, misal antara HCl dan CO 2
sehingga tidak dipengaruhi titik akhir titrasi.

Dalam perhitungan volume skunder pada saat standarisasi harus dilakukan uji Q.
Karena selisih antara titrasi I, II,III terpaut jauh, baik dari tahap I maupun tahap II, uji Q
dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat digunakan atau tidak.

IX. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,1100 N
b. Kadar baku skunder : 0,0545 N
c. Kadar baku sampel :
1. Kadar NaOH : 0,0708 N
2. Kadar Na2CO3 : 0,1242 N

X. Daftar pustaka
Basett j ed pudjaatmaka Handayana A. 1994, vogel Kimia Analitik Kualitatif Anorganik
edisi 4, bab X Analisis Titrimetri, hal 275-281.

Ponorogo, 25 April 2012


Praktikan

Kelompok V

Penetapan Kadar NaCl Secara Argentometri

I. Tujuan : Menentukan kadar NaCl secara Argentometri

II. Prinsip Reaksi : Pengendapan bertingkat

NaCl + 2AgNO3 → AgCl ↓Putih +NaNO3


K2CrO4 + 2 AgNO3 → Ag2CrO4 ↓ Merah Coklat + 2KNO3

III. Dasar Teori :Argentometri adalah metode titrimetri yang didasarkan pada reaksi
pengendapan

IV. Alat dan Bahan:

Alat:
1. Buret 6.Corong 11.Kertas Saring
2. Beaker Glas 7.Batang Pengaduk 12.Neraca Analitik
3. Erlenmayer 8.Statif dan klem 13.Bola Hisap
4. Pipet Volume 9.Labu Takar
5. Pipet Tetes 10.Kaca
Bahan:
1. Larutan NaCl 0,025
2. Larutan AgNO3 0.025
3. Indikator K2CrO4 5%
4. Aquadest

V. Prosedur

A.Pembutan larutan baku primer NaCl 0,025 N 50ml


ml
gram= x NxBE
1000
1. Timbang dengan seksama Natrium Klorida sesuai perhitungan
2. Masukkan ke dalam labu takar 50 ml secara kuantitatif
3. Larutkan dalam aquadest
4. Tambahkan aquadest
5. Kocok sampai homogen

B.Pembuatan larutan baku AgNO3 0,025N 700ml perhitungan

1. Timbang AgNO3 kurang lebih seperti timbangan


2. Masukkan dalam beaker glas
3. Larutkan dalam aqudest sampai 700ml
4. Tambahkan aquadest sampai 700ml
5. Aduk sampai homogeny

C.Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan baku primer NaCl 0.025N


1. Pipet 1,0ml NaCl 0,025 dimasukkan elenmayer
2. Tambahkan 2 tetes indicator K2CrO4 5%
3. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai berwarna coklat tua
4. Catat volume titran
5. Lakukan titrasi triplo

D.Penentuan kadar sampel dengan larutan AgNO3 yang telah distandarisasi

1. Pipet 10,0ml larutan sampel dimasukkan elenmayer


2. Tambahkan 1 tetes indikator K2CrO4 5%
3. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai berwarna merah coklat muda
4. Catat volume titran
5. Lakukan titrasi triplo

VI. Data Pengamatan

A.Perhitungan baku primer NaCl 0,025 N 50ml

ml
gram= xNxBE
1000
50 58,45
= x0,025x
1000 1

=0,0730625 gr
=73,0625mg
Penimbangan
Berat Kertas + Bahan = 0,7590gr
Berat Kertas + Sisa Bahan =0,3124gr
Berat bersih bahan =0,4466gr
=446,6mg
B.Pehitungan baku skunder AgNO3 0,025N 700ml
ml
gram= xNxBE
1000
700
= x0,025x169,9
1000
=2,97325gr
=2973,25mg
C.Volume skunder (AgNO3) saat standarisasi

No Volume primer Volume skunder


1. 1,0ml 6,00ml
2. 1,0ml 6,20ml
3. 1,0ml 6,30ml
Volume total 18,50ml

D.Volume skunder (AgNO3)saat penetapan kadar sampel

No Volume primer Volume skunder


1. 1,0ml 10,90ml
2. 1,0ml 10,90ml
3. 1,0ml 10,60ml
Volume total 32,40ml

VII. Perhitungan

A. Kadar Baku Primer


Kadar Baku primer =bobot penimbangan X N
bobot perhitungan
=446,6 x 0,025
73,0625
=0,1528 N
B. Kadar Baku Skunder
m grek titrat = m grek titran
(NV)1° = (NV)2°
0,1528 . 1,0= N .6,17
N= 0,1528
6,17
=0,0247 N
C. Kadar Baku Sampel
m grek sampel = m grek 2°
(NV)1° = (NV)2°
N . 1,0= 0,0247 . 10,80
N= 0,2667
10,80
=0,0246 N

VIII. Pembahasan

Penetapan kadar NaCl dilakukan dengan metode Argentometri Mohr.Karena metode ini
dapat digunakan untuk mengetahui kadar klorida dalam air dan reaksi yang terjadi cukup
spesifik dan khas.Dimana akan terbentuk suatu endapan yang berwarna merah bata.
AgNO3 sebagai titran akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang
berwarna putih.Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ akan bereaksi dengan CrO42-
dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan .Ini berarti titik akhir titrasi telah tercapai,yaitu bila
terbentuk warna merah bata dari endapan Ag2CrO4.
Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh pada titrasi.Titrasi
dengan metode Mohr dilakukan pada pH 6-9 .Jika pH terlalu asam (pH<6)sebagai
indikator.K2CrO4 akan membentuk HCrO4- sehingga larutan AgNO3 lebih banyak yang
dibutuhkan untuk membentuk endapan Ag2CrO4. Pada pH basa (pH>8) sebagian Ag+ akan
diendapkan menjadi perak hidroksida.sehingga larutan AgNO3 sebagai penitrasi lebih banyak
yang dibutuhkan.

IX. Kesimpulan

a.Kadar Baku Primer = 0,1528N


b.Kadar Baku Sekunder =0,0247N
c.Kadar Baku Sampel =0,0246N

X. Pustaka

Basset Y ed pudjatmaka handayana 4.1994.Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi


4 Bab X Analisis Titrimetri.
Ponorogo,27 April 2012
Praktikan

Kelompok V

Penetapan kadar FeSO4 secara Permanganometri

I. Tujuan : Menentukan FeSO4 secara Permanganometri

II. Prinsip reaksi :Reaksi redoks


reaksi :MnO4- + 5 Fe2+ + 8H+ →Mn2+ + 5 Fe3+ + 4 H2O

Ungu tak berwarna coklat muda

III. Dasar teori : Permanganometri adalah salah satu metode titrimetri yang didasarkan
pada terjadinya reaksi redoks dengan menggunakan titran kalium
permanganat dalam suasana asam sulfat encer.

IV. Alat dan Bahan :


⋙Alat
1.Buret 8. Statif dan klem
2. Pipet volum 9. Labu takar
3. Erlenmeyer 10. Kaca arloji
4. Beaker glass 11. Kertas saring
5. Pipet tetes 12. Neraca analitik
6. Corong kaca 13. Bola hisap.
7. Batang pengaduk

⋙Bahan
1. Larutan H2C2O4 0,5 N
2. Larutan KMnO4 0,5 N
3.Larutan H2SO4 2 N
4. Aquadest

V. Prosedur :
A. Pembuatan larutan baku primer H2C2O4 0,5 N 50 ml

ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Dihitung dengan seksama asam oksalat sesuai dengan perhitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kuantitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta

B. Pembuatan larutan baku KMnO4 0,5 N

ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Timbang KMnO4 kurang lebih seperti pertimbangan
2. Masukkan kedalam beaker glass
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aquadest sampai volume 700 ml
5. Aduk sampai homogen.

C. Pembuatan larutan H2SO4 2 N 100 ml


Perhitungan : (VN) H2SO4 p = (VN) H2SO4 larutan
Cara :
1. Ukur H2SO4 kurang lebih seperti perhitungan
2. Masukkan dalam beaker glass yang sudah di isi aquadest
3. Tambahkan aquadest sampai volume 100 ml
4. Aduk sampai homogen

D. Standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan baku primer


H2C2O4 2H2O 0,5N
Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutkan H2C2O4 0,5N dimasukkan Erlenmeyer
2. Tambahkan 2 ml H2SO4 2 N
3. Panaskan sampai suhu 700 – 800 C
4. Titrasi dengan larutan KMnO4 sampai terbentuk warna merah muda yang
konstan (suhu akhir titrasi tidak kurang dari 600C)
5. Catat volume titran
6. Lakukan titrasi 3× {tripol}

E. Penentuan kadar sampel FeSO4 dengan larutan KMnO4 yang telah distandarisasi.
Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutan sampel dimasukkan kedalam Erlenmeyer
2. Tambahkan 2 ml H2SO4 2 N
3. Panaskan sampai suhu 700 – 800C
4. Titrasi dengan larutan KMnO4 sampai terbentuk warna merah muda konstan
(suhu akhir tidak kurang dari 600C)
5. Catat volume titran
6. Lakukan titrasi 3× {tripol}

IV. Data pengamatan :


A. Perhitungan baku primer H2C2O4 2H2O 0,05 N 5 ml

mol
g= × N × BE
1000

50 126.07
= × 0,05 ×
1000 2
= 0,1575875 gr
g = 157,5875 mg
Penimbangan :
Berat kertas + bahan = 0,3644 gr
Berat kertas + sisa bahan = 0,1851 gr _
Berat bersih bahan 0,17593 gr
= 179,3 mg

B. Perhitungan baku skunder KMnO4 0,5 N 700 ml

ml
g= × N × BE
1000

700 158,05
= × 0,05 × = 0,7 ×0,05 × 31,61
1000 5
= 1,10635 gr
= 1106,35 mg
C. Perhitungan larutan H2SO4 2 N 199 ml
(VN)1 = (VN)2
2.100 = 36.V2

200
V2 = = 5,55 ad 100 ml
36

D. Volume skunder (NaOH) pada saat skunder KmnO4 standarisasi


No Volume primer Volume skunder
1. 1,0ml 12,50ml
2. 1,0ml 12,30ml
3. 1,0ml 12,60ml
Volume total 37,40ml

Uji Q

X 2−X 1
Q= Q terkecil bisa digunakan/memenuhi
Xn−Xi

12,50−12,30
=
12,60−12,30

0,2
=
0,3
= 0,66

37,40
Volume rata-rata =
3
= 12,47 ml

E. Volume baku sekunder KmnO4 pada saat penetapan kadar sampel

No Volume sampel Volume skunder


1. 10,0ml 5,50ml
2. 10,0ml 5,50ml
3. 10,0ml 5,40ml
Volume total 16,40ml
16,40
Volume rata-rata :
3
= 5,46 ml
VII. Perhitungan :
A. Kadar baku primer

Bobot penimbangan
×N
Bobot perhitungan
179,3
= × 0,05
157,5875
= 0,0568 N

B. Kadar baku skunder


m grek titrat = m grek titran
(NV) 1° = (NV) 2°
0,0568.10,0 = 12,47 ×N2°

5,68
N2° = × 0,4554 N
12,47

C. Kadar baku sampel


m grek sampel = m grek 2°
10,0 × N = 5,46× 0,4554

2,4870
N=
10
= 0,2486 N

VIII. Pembahasan :

Penetapan kadar FeSO4 dilakukan dengan metode permanganometri Karena


metode ini didasarkan pada reaksi oksida si ion permanganat dengan penetapan kadar zat
berdasarkan hasil oksidasi dengan KMnO4 oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana
asam, netral dan alkalis. KMnO4 adalah oksidasi yang paling baik untuk menetapkan
kadar besi yang terdapat dalam sampel dalam suasana asam menggunakan larutan asam
sulfat(H2SO4)
Kalium permanganate juga bertindak sebagai indikator dan umumnyatitrasi
dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasi.
Titrasi permanganometri memerlukan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi, karena pada awal titrasi warna merah untuk beberapa saat
(menandakan reaksi berlangsung lambat) pada penambahan titran berikutnya, warna
merah hilang makin cepat karena ion yang terbentuk sebagai katalis. Selanjutnya titran
dapat ditambahkan lebih cepat sampai titik akhir tercapai, yaitu sampai
terbentuknya warna merah muda kostan. Selain itu KMnO 4 mengandung zat pengotor
sehingga setelah KMnO4 dipanaskan dan dingin harus disaring terlebih dahulu dengan
gelas woll sebelum melakukan titrasi.

IX. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,0568 N
b. Kadar baku skunder : 0,4554 N
c. Kadar baku sampel : 0,2486 N

X. Daftar pustaka
Basett j dkt. 1994. vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik edisi 4. hal 406 – 411
jakarta EGC

Ponorogo, 11 Mei 2012


Praktikan

Kelompok V

Penetapan kadar Na2SO3 secara Iodimetri

I. Tujuan : Menetapkan kadar Na2SO3 secara Iodimetri

II. Prinsip reaksi : Reaksi redoks


reaksi : 2S2O3-2 + I2 ⟶ S4O62- + 2I-
I2+ Amylum (tak berwarna) ⟶ biru

III. Dasar teori :


Iodimetri adalah titrasi langsung suatu reduktor dengan titran iodium pada metode
ini analit dioksidasi oleh iodium sehingga terreduksi menjadi iodida. Iod merupakan
oksidator yang tidak terlalu kuat sehingga hanya zat yang bersifat reduktor sangat kuat
yang bisa ditetapkan kadarnya pada metode ini. Iod mempunyai warna yang berbeda
antara bentuk teroksidasi (coklat) dan reduksi (tidak berwarna) sehingga penetapan titik
akhir titrasi bisa terlihat tanpa penambahan indikator, namun warna iod sangat lemah
sehingga perlu ditambah indikator amylum yang akan berwarna biru jika berreaksi
dengan iod.

IV. Alat dan Bahan :


⋙Alat
1.Buret 10. Statif dan klem
2. Pipet volum 11. Labu takar
3. Erlenmeyer 12. Kaca arloji
4. Beaker glass 13. Kertas saring
5. Pipet tetes 14. Neraca analitik
6. Corong kaca 15. Bola hisap.
7. Batang pengaduk 16. Pemanas listrik
8. Gelas ukur
9. Anak timbang & penimbang

⋙Bahan
1. Larutan KIO3 0,05N 50 ml
2. Larutan Na2S2O3 2 N 50 ml
3. Larutan H2SO4 2 N 50 ml
4. Larutan I2 0,05 N 700 ml
5. Larutan amylum 1% 30 ml
6. Larutan KI 10% 30 ml
7. Aqua bebas CO2
8. Larutan Na2S2O3 (sampel)

V. Prosedur :
A. Pembuatan larutan baku primer KIO3 0,05N 50 ml
ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Ditimbang dengan seksama KIO3 sesuai dengan perhitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kuantiitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta
5. Kocok sampai homogen.

B. Pembuatan larutan baku sekunder Na2S2O3 0,05 ml 700 ml

ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Timbang Na2S2O3 kurang lebih seperti perhitungan
2. Masukkan kedalam beaker glass
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai volume 200 ml
5. Kocok ad homogen.

C. Pembuatan larutan iodium 0,05 N 700 ml

700 0,05
Perhitungan I2 = × × 12,69 g
1000 0,1

700 0,05
KI = × × 18 g
1000 0,1
Cara :
1. Timbang masing-masing sesuai perhitungan
2. Larutkan KI kedalam 70 ml aquadest
3. Masukkan I2 aduk ad larut
4. Tambahkan aquadest sampai volume 700 ml
5. Aduk ad homogeny
D. Pembuatan larutan H2SO4 2 N 50 ml
Perhitungan (VN) = (VN)
Cara :
1. Ukur H2SO4 kurang lebih sesuai perhitungan
2. Masukkan kedalam beaker glass yang berisi aquadest
3. Larutkan dan Tambahkan aquadest sampai volume 50 ml
4. Aduk ad homogeny

E. Pembuatan amylum 1% 30 ml

1
Perhitungan × 30 g
100
Cara :
1. Timbang amylum sesuai perhitungan
2. Masukkan dan Tambahkan aquadest sampai volume 30 ml
3. Didihkan, setelah dingin saring

F. Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan baku KIO3 0,05N 50 ml


Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutkan KIO3 0,05N 50 ml dimasukkan Erlenmeyer
2. Tambahkan 5 ml larutan KI 10%
3. Tambahkan 2 ml H2SO4 2 N
4. Segera tutup dengan plastik hitam (untuk mengurangi penguapan dalam
iodium)
5. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai terbentuk warna kuning muda
6. Tambahkan 1 ml amylum 1%
7. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang
8. Catat volume titran
9. Lakukan titrasi 3× {tripol}

G. Standarisasi larutan I2 dengan larutan Na2S2O3 standart


Cara :
1. Di pipet 10,0 ml Na2S2O3 standart dimasukkan kedalam Erlenmeyer
2. Tambahkan 1 ml amylum 1%
3. Titrasi dengan iodium sampai warna biru
4. Catat volume titran
5. Lakukan titrasi 3× {tripol}

H. Penentuan kadar sampel (Na2S2O3) dengan larutan I2 yang telah distandarisasi.


Cara :
1. Di pipet 10,0 ml Na2S2O3 dimasukkan kedalam Erlenmeyer
2. Tambahkan 1 ml amylum 1%
3. Titrasi dengan I2 standart sampai warna biru
4. Catat volume titran
5. Lakukan titrasi 3× {tripol}

IV. Data pengamatan :


A. Perhitungan baku primer KIO3 0,05N 50 ml

mol
g= × N × BE
1000

50 214
= × 0,05 ×
1000 6
= 0,892 gr
= 892 mg
Penimbangan :
Berat kertas + bahan = 0,3380 gr
Berat kertas + sisa bahan = 0,2523 gr _
Berat bersih bahan 0,0857 gr
= 85,7 mg

B. Perhitungan baku skunder Na2S2O3 0,05N 200 ml

ml
g= × N × BE
1000
200 248,19
= × 0,05 ×
1000 1
= 2,4829 gr

C. Perhitungan larutan iodium 0,05 N 700 ml

700 0,03
I2 = × × 12,69 = 4,4415gr
1000 0,1

700 0,05
KI = × × 18 = 6,3 gr
1000 0,1

D. Perhitungan larutan H2SO4 2 N 50 ml


(NV)1 = (NV)2
36.V1 = 2.50

100
V1 = = 2,78 ml
36

E. Perhitungan amylum 1% 30 ml

1
× 30 = 0,3 gr
100
F. Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan KIO3 0,05N

No Volume KIO3 Volume Na2S2O3


1. 1,0ml 6,00ml
2. 1,0ml 6,50ml
3. 1,0ml 6,50ml
Volume total 19,00ml

X 2−X 1 6,50−6,00
Uji Q terkecil = =
Xn−X 1 6,50−6,00

0,50
= = 1,00
0,50
Q hitung ¿ Q table , Q hitung tidak dapat digunakan
1,00 0,94
13
Volume rata-rata = = 6,50 ml
2

H. Penetapan kadar sampel (Na2S2O3) dengan larutan I2 yang telah distandarisasi.

No Volume Na2S2O3 Volume I2


1. 1,0ml 12,60ml
2. 1,0ml 10,60ml
3. 1,0ml 12,30ml
Volume total 35,50ml
Uji Q

X 2−X 1 12,30−10,60
Uji Q terkecil = =
Xn−X 1 12,60−10,60

1,7
=
2
= 0,85
Q hitung ¿ Q table , Q hitung bisa digunakan
0,85 ¿ 0,94

Xn−(Xn−1)
Q terbesar =
Xn−Xi

12,60−12,30
=
12,60−10,60

0,3
=
2
= 0,15
Q hitung ¿ Q tabel . Q hitung bisa digunakan

0,15 ¿ 0,94

35,50
Volume rata-rata =
3
= 11,83 ml

VII. Perhitungan :
A. Kadar baku primer KIO3 0,05N

Bobot penimbangan
×N
Bobot perhitungan

85,7
= × 0,05
85,2
= 0,0480 N

B. Kadar Na2S2O3 0,05 N


m grek titrat = m grek titran
(NV) 1° = (NV) 2° Na2S2O3
0,0480.1,0 = N.6,50

0,0480
N=
6,50
= 0,0073 N

C. Kadar sampel I2 0,05 N


m grek titrat = m grek titran
(NV) Na2S2O3 = (NV) I2
0,0073 × 10,0 = N × 22.90

0,074
N=
22,90
N = 0,0032 N
D. Kadar baku sampel (Na2S2O3)
m grek sampel = m grek I2
(NV) sampel = (NV) I2
N.1,0 = 0,0032.11,83

0,0378
N=
1,0
= 0,0378 N
VIII. Pembahasan :

Penetapan kadar Na2S2O3 dilakukan dengan metode iodimetri karena tiosulfat


merupakan reduktor sehingga dapat di titrasi langsung dengan larutan I2. I2 sendiri dalam
pembuatannya menurut FI harus dilarutkan ke dalam larutan KI, karena I2 tidak bisa larut
dalam air. Jadi harus dilakukan dalam larutan dalam KI 10%.

Standarisasi dalam metode ini dilakukan dua kali karena hasil dari standarisasi
larutan Na2S2O3 dalam larutan baku primer KIO3 belum mendapatkan hasil kadar yang
setandart dan hasil standarisasi tersebut tidak bisa digunakan langsung untuk pks
sehingga perlu dilakukan standarisasi yang kedua yaitu standarisasi larutan I2 dengan
larutan Na2S2O3 standart untuk menentukan kadar sampel.

Untuk mengetahui titik akhir titrasi pada metode ini bisa dilakukan tanpa
penambahan indiktor karena iodium masih bisa berfungsi sebagai indikator sehingga
warnanya tidak nampak jelas. Sehingga amylum digunakan untuk menunjukkan
keberadaan iodium dengan membentuk senyawa komplek yang berwarna.

XI. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,0484 N
b. Kadar Na2S2O3 : 0,0076 N
c. Kadar I2 : 0,0033 N
d. Kadar sampel : 0,0390 N
X. Daftar pustaka
Basett j dkt. 1994. vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik edisi 4. hal 406 – 411 jakarta
EGC

Ponorogo, 25 Mei 2012


Praktikan

Kelompok V
Penetapan Kadar CuSO4 Secara Iodometri

I.Tujuan : Menentukan kadar CuSO 4 secara Iodometri

II.Prinsip Reaksi : Reaksi Redoks

2 CuSO4 + 4 KI →K2SO4 + 2 CuI + I

I2 + 2 S2O32- →S4O62- + 2 I-

III.Dasar Teori :Iodometri adalah metode titrasi yang tidak langsung

IV.Alat dan Bahan:

Alat:
6. Buret 11.Kertas Saring 13.Bola Hisap
7. Beaker Glas 7.Batang Pengaduk 14.Gelas Ukur
8. Erlenmayer 8.Statif dan klem 15.Pemanas listrik
9. Pipet Volume 9.Labu Takar 16.Kaca Arloji
10. Pipet Tetes 10 Anak timbang 17. Alat timbang
6.Corong kaca 12.Neraca Analitik

Bahan:
5. Larutan KIO3 0,05 N 50 ml
6. Larutan Na2S2O3 0,05N 750 ml
7. Larutan H2SO4 2N 50 ml
8. Larutan Amylum 1% 30ml
9. Larutan CuSO4 (sampel)
10. Aquadest

V.Presedur

A.Pembutan larutan baku primer KIO3 0,05 N 50 ml


Perhitungan :
ml
gram= x NxBE
1000
6. Menimbang dengan seksama KIO3 sesuai perhitungan
7. Memasukkan ke dalam labu takar 50 ml secara kuantitatif
8. Melarutkan dalam aquadest
9. Menambahkan aquadest sampai garis etsa
10. Kocok sampai homogeny
B.Pembuatan larutan baku sekunder Na2S2O3 0,05 N 700ml
Perhitungan :
ml
gram= x NxBE
1000

1.Menimbang Na2S2O3 kurang lebih seperti timbangan

2. Memasukkan dalam beaker glass

3.Melarutkan dalam aqudest

4.Menambahkan aquadest sampai 700ml

5.Mengaduk sampai homogeny

C.Pembuatan Amylum 1% 30 ml

1
Perhitungan: gram= x 30
100

Cara:

1. Menimbang Amylum kurang lebih sesuai perhitungan


2. Memasukkan ke dalam beaker glass
3. Melarutkan dalam aquadest
4. Menambahkan Aquadest sampai volume 30 ml,lalu didihkan
5. Mendinginkan dan saring
D.Pembuatan KI

1. Menimbang KI kurang lebih sesuai perhitungan


2. Memasukkan ke dalam beaker glass
3. Melarutkan dalam aquadest
4. Menambahkan Aquadest sampai volume 30 ml
5. Mendinginkan dan saring

E.Pembuatan Larutan H2SO4 2N 50ml


Perhitungan:(NV)1=(NV)2
Cara:
1. Mengukur H2SO4 sesuai perhitungan
2. Memasukkan dalam beaker glass yang berisi Aquadest
3. Melarutkan dan tambahkan aquadest ad volume 50 ml
4. Mengaduk ad homogeny

C.Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan baku primer KIO3 0,05N


6. Memipet 10,0ml KIO3 0,05N dimasukkan elenmayer
7. Menambahkan 5 ml larutan KI 10%
8. Menambahkan 2ml larutan H2SO4 2N
9. Segera tutup dengan plastic hitam (untuk mengurangi penguapan Iodium)
10. Menitrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai berwarna kuning muda
11. Menambahkan 1 ml Amylum 1%
12. Menitrasi dilanjutkan sanpai warna biru hilang
13. Mencatat volume titran
14. Melakukan titrasi triplo

D.Penetapan kadar CuSO4 secara Iodometri

Cara:

6. Memipet 10,0ml larutan sampel dimasukkan elenmayer


7. Menambahkan 5ml KI 10% dan H2SO4 2N 2 ml
8. Menutup segera dengan plastic hitam
9. Menitrasi dengan Na2S2O3 Standart sampai berwarna kuning muda
10. Menambahkan 1ml Amylum 1%
11. Melanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang
12. Mencatat volume titran
13. Melakukan titrasi triplo

VI.Data Pengamatan

A.Perhitungan baku primer KIO3 0,05 N 50ml

ml
gram= xNxBE
1000
50 214
= x0,05x
1000 6
=0,0892 gr
=89,2mg
Penimbangan
Berat Kertas + Bahan = 0,3526gr
Berat Kertas + Sisa Bahan = 0,2615gr
Berat bersih bahan = 0,0911gr
=91,1mg

B.Pehitungan baku skunder Na2S2O3 0,05 N 700ml


ml
gram= xNxBE
1000
700 248,19
= x0,05x
1000 1
=8,68665 gr
=8686,65 mg
C.Perhitungan Amylum 1% 30ml
1
gram= x30=0,3 gr
100
D. Perhitungan KI 10% 30ml
10
gram= x30=3 gr
100
E.Perhitungan larutan H2SO4 2N 50ml
(NV)1=(NV)2
36.V1=2.50
100
V1= =2,78 ml
36
F. Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan baku primer KIO3 0,05N

No Volume KIO3(1°) Volume Na2S2O3 (2°)


1. 10,0ml 10,20ml
3. 10,0ml 10,50ml
4. 10,0ml 10,30ml
Volume total 31,00ml

G.Penetapan kadar sampel (CuSO4) secara Iodometri

No Volume primer Volume skunder


1. 10,0ml 10,20ml
2. 10,0ml 10,30ml
3. 10,0ml 10,30ml
Volume total 30,80ml

VII.Perhitungan

A. Kadar Baku Primer KIO3 0,05 N


Kadar Baku primer =bobot penimbangan X N
bobot perhitungan
=91,1 x 0,05
89,2
=0,051N

B. Kadar Baku Skunder


m grek titrat = m grek titran
(NV)1° = (NV)2°
0,0510 .10,00=10,33 .N2°
N= 0,51
10,33
=0,0493N

C. Kadar Baku Sampel


m grek sampel = m grek 2°
(NV)1° sampel = (NV)2°
10,00 × N =10,26 . 0,0493
N= 0,5058
10
=0,0505N

VIII.Pembahasan

Metode ini dilakukan untuk menentukan kadar zat yang bersifat oksidator (I-→I2) Iodium
Yang terjadi dititrasi dengan tiosulfat. Iodium adalah titrasi tak langsung atau titrasi kembali.
Titrasi kembali merupakan proses titrasi yang sangat baik untuk titrasi yang melibatkan
iodide.
Iodida pada umumnya KI ditambahkan secara berlebihan pada larutan oksidator
sehingga terbentuk I2. I2 yang terbentuk adalah equevalen dengan jumlah oksidator yang telah
ditentukan,Jumlah I2 digunakan menitrasi dengan larutan larutan standart tiosulfat dan dengan
indikator amylum sehingga terjadi perubahan warna dari biru tua kompleks amylum I 2
sampai warna ini tepat hilang.

IX.Kesimpulan

a.Kadar Baku Primer = 0,0510N


b.Kadar Baku Sekunder =0,0493N
c.Kadar Baku Sampel =0,0505N
X.Pustaka

Basett j dkt. 1994. vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik edisi 4. hal 406 – 411 jakarta
EGC

Ponorogo,01 Juni 2012


Praktikan

Kelompok V

Anda mungkin juga menyukai