III. Dasar teori : Alkalimetri dapat diartikan sebagai pengukuran jumlah asam
ataupun
pengukuran zat yang bersifat asam dengan basa sebagai titran.
⋙Bahan
1. Larutan NaOH 0,1N 50 ml
2. Larutan H2C2O4, 2H2O 0,1N 50 ml
3. Indikator PP
4. Aqua bebas CO2
5. CH3COOH CO2
V. Prosedur :
A. Pembuatan larutan baku primer H2C2O4, 2H2O 0,1N 50 ml
ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Dihitung dengan seksama asam oksalat sesuai dengan perhitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kualitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta
5. Kocok sampai homogen.
ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Timbang NaOH kurang lebih seperti pertimbangan
2. Masukkan kedalam beaker glass
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai volume 500 ml
5. Kocok sampai homogen.
mol
g= × N × BE
1000
50 126
= × 0,1 ×
1000 2
= 0,315 gr
= 315 mg
Penimbangan :
Berat kertas + bahan = 0,4696 gr
Berat kertas + sisa bahan = 0,2093 gr _
Berat bersih bahan 0,2603 gr
= 260,3 mg
ml
g= × N × BE
1000
500 40
= × 0,1 ×
1000 1
= 2 gr
= 200 mg
31,50
Volume rata-rata =
3
= 10,50 ml
Xn−(Xn−1)
Q terbesar = Q terbesar Q tabel
Xn−Xi
17,7−(17,4)
= 0,75 ¿ 0,94 memenuhi
17,7−17,3
0,3 17,7+17,3+17,4
= x=
0,4 3
= 0,75 = 17,47 ml
VII. Perhitungan :
A. Kadar baku primer
Bobot penimbangan
= ×N
Bobot perhitungan
260,3 mg
= × 0,1
315 mg
= 0,0826 N
B. Kadar baku skunder
m grek titrat = m grek titran
(NV) 1° = (NV) 2°
0,0826.10,0 = N.10,50
0,826
N=
10,50
= 0,0786 N
C. Kadar sampel
m grek sampel = m grek 2°
(NV) sampel = (NV) 2°
N × 10,0 = 0,0786 × 17,47
1,3731
N=
10,0
N = 0,1373 N
VIII. Pembahasan :
Dimulai dengan standarisasi titran NaOH dengan baku primer H 2C2O4 dan
indikator pp sebagai indikator, penetapan kadar dilakukan dengan titrat CH3COOH dan
titran NaOH dengan indikator pp yang memiliki trayek Ph 8,0 – 10,0. Indikator pp
merupakan jenis indikator asam yang memiliki warna berbeda dalam keadaan tak
terinisiasi dan terionisasi. Dalam keadaan tak terionisasi tidak berreaksi, larutan
CH3COOH, tidak berwarna, sedangkan dalam keadaan terionisasi ketika berreaksi,
larutan NaOH berwarna merah tua. Ketika terbentuk warna merah muda yang konstan
disaat inilah menunjukkan titik akhir titrasi.
Dalam melakukan titrasi, untuk pembuatan larutan baku baik primer maupun
skunder diperlukan aqua bebas CO2. Aqua harus bebas CO2 supaya tidak terjadi ikatan
antara NaOH dan CO2 saat titrasi dengan reaksi sebagai berikut.
2NaOH + CO2 ⟶ Na2CO3
Karena apabila terjadi ikatan akan mempengaruhi titik akhir titrasi, sehingga titik akhir
titrasi menjadi sulit untuk ditentukan. Untuk itu aqua yang digunakan harus aqua bebas
CO2 .
IX. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,0826 N
b. Kadar baku skunder : 0,0786 N
c. Kadar baku sampel : 0,1373 N
X. Daftar pustaka
Basett j ed pudjaatmaka Handayana A. 1994, vogel Kimia Analitik Kualitatif
Anorganik
edisi 4, bab X Analisis Titrimetri, hal 275-281.
Kelompok V
Penetapan kadar NaOH secara Asidimetri
III. Dasar teori : Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam
sebagai titran.
⋙Bahan
1. Larutan HCl 0,1 N
2. Larutan Na2B4O7, 10H2O 0,1 N
3. Indikator Metil Merah
4. Aqua bebas CO2
5.Indikator PP 1 %
V. Prosedur :
A. Pembentukan larutan baku primer Na2B4O7, 10H2O 0,1 N 50 ml
ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Ditimbang dengan seksama natrium beraksi sesuai hitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kuantitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta
5. Kocok sampai homogen.
C. Standarisasi larutan HCl dengan larutan baku primer Na2B4O7, 10H2O 0,1 N
Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutkan Na2B4O7, 10H2O 0,1 N dimasukkan Erlenmeyer
2. Tambahkan 2 tetes indikator metal merah
3. Titrasi dengan larutan HCl sampai berwarna kuning menjadi merah yang tidak
hilang lagi selama 30 detik
4. Catat volume titrasi
5. Lakukan titrasi 3× {tripol}
mol
g= × N × BE
1000
50 1
= × 0,1 × . 381,24
1000 2
= 0,9531 gr
= 953,1 mg
Penimbangan :
Berat kertas + bahan = 0,7021 gr
Berat kertas + sisa bahan = 0,1919 gr _
Berat bersih bahan 0,5102 gr
= 510,2 mg
60
V2 =
11,3
V2= 5,309
Uji Q
Xn−(Xn−1)
Q terbesar = Q hitung ¿ Q tabel, Q terkecil
Xn−Xi
11,10−11,40
= 0,75 ¿ 0,94 bisa digunakan
11,10−11,50
−30 34,00
= x=
−40 3
= 0,75 = 11,33 ml
VII. Perhitungan :
A. Kadar baku primer
Bobot penimbangan
×N
Bobot perhitungan
510,2
= × 0,1
953,1
51,02
=
953,1
= 0,0535 N
C. Kadar sampel
m grek sampel = m grek 2°
(NV) sampel = (NV) 2°
N × 10,0 = 0,0669 × 11,33
0,7579
N=
1,00
N = 0,7579
VIII. Pembahasan:
Penatapan kadar sampel dilakukan dengan titrasi antara asetat dan NaOH dengan
indikator PP, karena asetat bersifat asam lemah sedangkan NaOH bersifat basa kuat,
maka titik ekivalen berada lebih dari 7 sehingga titrasi tersebut menggunakan indicator
PP semula warna adalah bening setelah ditetesi indikator PP berubah menjadi pink
setelah itu dititrasi hingga warna ping menjadi hilang.
Dalam pembuatan larutan baku skunder menggunakan air yang bebas CO2 karena
agar dalam larutan tersebut tidak terjadi ikatan, maka akan mempengaruhi titik akhir
titrasi.
Uji Q dilakukan ketika selisih volume skunder pada saat penetapan kadar sampel
terpaut jauh. Contohnya : 11,50 ml
: 11,40 ml
: 11,10 ml
IX. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,0535 N
b. Kadar baku skunder : 0,0668 N
c. Kadar baku sampel : 0,7579 N
X. Daftar pustaka
Basett j ed pudjaatmaka Handayana A. 1994, vogel Kimia Analitik Kualitatif Anorganik
edisi 4, bab X Analisis Titrimetri, hal 275-281.
Kelompok V
Penetapan kadar campuran Na2CO3 dan NaOH
III. Dasar teori : Titrasi bertingkat adalah titrasi asidimetri untuk garam karbonat atau
asidimetri alkalimetri untuk garam fosfat dengan menggunakan 2
macam indikator untuk 2 tahap reaksi, masing-masing indikator akan
menunjukkan perubahan warna pada tiap tahap reaksi.
⋙Bahan
1. Larutan Na2CO3 H2O 0,1N 50 ml
2. Larutan HCl 0,1N 600 ml
3. Indikator PP
4. Indikator MO
5. Aqua bebas CO2
6. Campuran Na2CO3 & NaOH (sampel)
V. Prosedur :
A. Pembuatan larutan baku primer Na2CO3 H2O 0,1N 50 ml
ml
Perhitungan g= × N × BE
100
Cara :
1. Ditimbang dengan seksama Na2CO3 sesuai dengan perhitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kuantitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta
5. Kocok sampai homogen.
mol
g= × N × BE
1000
5∅ 1
= × 0,1 × .124
100 ∅ 2
= 0,31 gr
= 310 mg
Penimbangan :
Berat kertas + bahan = 0,5537 gr
Berat kertas + sisa bahan = 0,2125 gr _
Berat bersih bahan = 0,3412 gr
= 341,2 gr
60
V2 =
11,3
= 5,309 ml
Uji tahap I
Q terbesar
Xn− Xn−1
Q=
Xn−Xn
13,30−12,90
=
13,30−12,80
0,40
=
0,50
= 0,80
390
Volume rata-rata = = 13,00
3
Uji tahap II
Q terkecil
X 2−X 1
Q=
Xn−X 1
22,80−22,60
=
23,00−22,60
0,20
=
0,40
= 0,50
Q terbesar
Xn− Xn−1
Q=
Xn−Xn
23,00−22,80
=
23,00−22,60
0,20
=
0,40
= 0,50
68,40
Volume rata-rata = = 22,80 ml
3
VII. Perhitungan :
A. Kadar baku primer
Bobot penimbangan
× 0,1
Bobot perhitungan
341,2mg
= × 0,1
310 mg
= 0,1100 N
1,100
N=
20,17
= 0,0545 N
C. Kadar sampel
kadar NaOH = m grek NaOH = m grek HCl
(NV) NaOH = (NV) HCl
N × 10,0 = 0,0545 ×13
0,785
N=
10,0
= 0,0708 N
1,2426
N=
10,0
= 0,1242 N
VIII. Pembahasan :
Standarisasi antara Na2CO3 . H2O dengan HCl dan indikator metal jingga, dalam
titrasi antara HCl (asam kuat) dan Na2CO3 (basa lemah) akan memiliki titik ekivalen
pada pH ¿ 7, untuk itu metal jingga yang memiliki trayek pH 3,2 – 4,4 digunakan dalam
titrasi ini, selain itu terjadi perubahan warna sebagai berikut :
HIn ⟶ H+ + In-
↓ ↓
terionisasi tak terionisasi (molekul)
(jingga) (merah)
Penetapan kadar campuran NaOH dan Na2CO3 dilakukan dengan titrasi antara
campuran tersebut dan HCl dengan 2 malkator yaitu :
PP dan metal jingga : pada titrasi tahap I antara NaOH (basa kuat) dan HCl (asam kuat)
akan memiliki ekivalen pada pH = 7 sehingga PP yang memiliki trayek pH = 8,3 – 10,3
digunakan dalam titrasi ini, selain ini terjadi perubahan warna.
InOH ⟶ OH- + In+
↓ ↓
molekul Ion
(jingga) (merah)
Dalam pembuatan larutan baik baku primer maupun baku skunder digunakan
aqua bebas CO2. Ini dilakukan agar tidak terjadi ikatan, misal antara HCl dan CO 2
sehingga tidak dipengaruhi titik akhir titrasi.
Dalam perhitungan volume skunder pada saat standarisasi harus dilakukan uji Q.
Karena selisih antara titrasi I, II,III terpaut jauh, baik dari tahap I maupun tahap II, uji Q
dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat digunakan atau tidak.
IX. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,1100 N
b. Kadar baku skunder : 0,0545 N
c. Kadar baku sampel :
1. Kadar NaOH : 0,0708 N
2. Kadar Na2CO3 : 0,1242 N
X. Daftar pustaka
Basett j ed pudjaatmaka Handayana A. 1994, vogel Kimia Analitik Kualitatif Anorganik
edisi 4, bab X Analisis Titrimetri, hal 275-281.
Kelompok V
III. Dasar Teori :Argentometri adalah metode titrimetri yang didasarkan pada reaksi
pengendapan
Alat:
1. Buret 6.Corong 11.Kertas Saring
2. Beaker Glas 7.Batang Pengaduk 12.Neraca Analitik
3. Erlenmayer 8.Statif dan klem 13.Bola Hisap
4. Pipet Volume 9.Labu Takar
5. Pipet Tetes 10.Kaca
Bahan:
1. Larutan NaCl 0,025
2. Larutan AgNO3 0.025
3. Indikator K2CrO4 5%
4. Aquadest
V. Prosedur
ml
gram= xNxBE
1000
50 58,45
= x0,025x
1000 1
=0,0730625 gr
=73,0625mg
Penimbangan
Berat Kertas + Bahan = 0,7590gr
Berat Kertas + Sisa Bahan =0,3124gr
Berat bersih bahan =0,4466gr
=446,6mg
B.Pehitungan baku skunder AgNO3 0,025N 700ml
ml
gram= xNxBE
1000
700
= x0,025x169,9
1000
=2,97325gr
=2973,25mg
C.Volume skunder (AgNO3) saat standarisasi
VII. Perhitungan
VIII. Pembahasan
Penetapan kadar NaCl dilakukan dengan metode Argentometri Mohr.Karena metode ini
dapat digunakan untuk mengetahui kadar klorida dalam air dan reaksi yang terjadi cukup
spesifik dan khas.Dimana akan terbentuk suatu endapan yang berwarna merah bata.
AgNO3 sebagai titran akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang
berwarna putih.Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ akan bereaksi dengan CrO42-
dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan .Ini berarti titik akhir titrasi telah tercapai,yaitu bila
terbentuk warna merah bata dari endapan Ag2CrO4.
Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh pada titrasi.Titrasi
dengan metode Mohr dilakukan pada pH 6-9 .Jika pH terlalu asam (pH<6)sebagai
indikator.K2CrO4 akan membentuk HCrO4- sehingga larutan AgNO3 lebih banyak yang
dibutuhkan untuk membentuk endapan Ag2CrO4. Pada pH basa (pH>8) sebagian Ag+ akan
diendapkan menjadi perak hidroksida.sehingga larutan AgNO3 sebagai penitrasi lebih banyak
yang dibutuhkan.
IX. Kesimpulan
X. Pustaka
Kelompok V
III. Dasar teori : Permanganometri adalah salah satu metode titrimetri yang didasarkan
pada terjadinya reaksi redoks dengan menggunakan titran kalium
permanganat dalam suasana asam sulfat encer.
⋙Bahan
1. Larutan H2C2O4 0,5 N
2. Larutan KMnO4 0,5 N
3.Larutan H2SO4 2 N
4. Aquadest
V. Prosedur :
A. Pembuatan larutan baku primer H2C2O4 0,5 N 50 ml
ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Dihitung dengan seksama asam oksalat sesuai dengan perhitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kuantitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta
ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Timbang KMnO4 kurang lebih seperti pertimbangan
2. Masukkan kedalam beaker glass
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aquadest sampai volume 700 ml
5. Aduk sampai homogen.
E. Penentuan kadar sampel FeSO4 dengan larutan KMnO4 yang telah distandarisasi.
Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutan sampel dimasukkan kedalam Erlenmeyer
2. Tambahkan 2 ml H2SO4 2 N
3. Panaskan sampai suhu 700 – 800C
4. Titrasi dengan larutan KMnO4 sampai terbentuk warna merah muda konstan
(suhu akhir tidak kurang dari 600C)
5. Catat volume titran
6. Lakukan titrasi 3× {tripol}
mol
g= × N × BE
1000
50 126.07
= × 0,05 ×
1000 2
= 0,1575875 gr
g = 157,5875 mg
Penimbangan :
Berat kertas + bahan = 0,3644 gr
Berat kertas + sisa bahan = 0,1851 gr _
Berat bersih bahan 0,17593 gr
= 179,3 mg
ml
g= × N × BE
1000
700 158,05
= × 0,05 × = 0,7 ×0,05 × 31,61
1000 5
= 1,10635 gr
= 1106,35 mg
C. Perhitungan larutan H2SO4 2 N 199 ml
(VN)1 = (VN)2
2.100 = 36.V2
200
V2 = = 5,55 ad 100 ml
36
Uji Q
X 2−X 1
Q= Q terkecil bisa digunakan/memenuhi
Xn−Xi
12,50−12,30
=
12,60−12,30
0,2
=
0,3
= 0,66
37,40
Volume rata-rata =
3
= 12,47 ml
Bobot penimbangan
×N
Bobot perhitungan
179,3
= × 0,05
157,5875
= 0,0568 N
5,68
N2° = × 0,4554 N
12,47
2,4870
N=
10
= 0,2486 N
VIII. Pembahasan :
IX. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,0568 N
b. Kadar baku skunder : 0,4554 N
c. Kadar baku sampel : 0,2486 N
X. Daftar pustaka
Basett j dkt. 1994. vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik edisi 4. hal 406 – 411
jakarta EGC
Kelompok V
⋙Bahan
1. Larutan KIO3 0,05N 50 ml
2. Larutan Na2S2O3 2 N 50 ml
3. Larutan H2SO4 2 N 50 ml
4. Larutan I2 0,05 N 700 ml
5. Larutan amylum 1% 30 ml
6. Larutan KI 10% 30 ml
7. Aqua bebas CO2
8. Larutan Na2S2O3 (sampel)
V. Prosedur :
A. Pembuatan larutan baku primer KIO3 0,05N 50 ml
ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Ditimbang dengan seksama KIO3 sesuai dengan perhitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kuantiitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta
5. Kocok sampai homogen.
ml
Perhitungan g= × N × BE
1000
Cara :
1. Timbang Na2S2O3 kurang lebih seperti perhitungan
2. Masukkan kedalam beaker glass
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai volume 200 ml
5. Kocok ad homogen.
700 0,05
Perhitungan I2 = × × 12,69 g
1000 0,1
700 0,05
KI = × × 18 g
1000 0,1
Cara :
1. Timbang masing-masing sesuai perhitungan
2. Larutkan KI kedalam 70 ml aquadest
3. Masukkan I2 aduk ad larut
4. Tambahkan aquadest sampai volume 700 ml
5. Aduk ad homogeny
D. Pembuatan larutan H2SO4 2 N 50 ml
Perhitungan (VN) = (VN)
Cara :
1. Ukur H2SO4 kurang lebih sesuai perhitungan
2. Masukkan kedalam beaker glass yang berisi aquadest
3. Larutkan dan Tambahkan aquadest sampai volume 50 ml
4. Aduk ad homogeny
E. Pembuatan amylum 1% 30 ml
1
Perhitungan × 30 g
100
Cara :
1. Timbang amylum sesuai perhitungan
2. Masukkan dan Tambahkan aquadest sampai volume 30 ml
3. Didihkan, setelah dingin saring
mol
g= × N × BE
1000
50 214
= × 0,05 ×
1000 6
= 0,892 gr
= 892 mg
Penimbangan :
Berat kertas + bahan = 0,3380 gr
Berat kertas + sisa bahan = 0,2523 gr _
Berat bersih bahan 0,0857 gr
= 85,7 mg
ml
g= × N × BE
1000
200 248,19
= × 0,05 ×
1000 1
= 2,4829 gr
700 0,03
I2 = × × 12,69 = 4,4415gr
1000 0,1
700 0,05
KI = × × 18 = 6,3 gr
1000 0,1
100
V1 = = 2,78 ml
36
E. Perhitungan amylum 1% 30 ml
1
× 30 = 0,3 gr
100
F. Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan KIO3 0,05N
X 2−X 1 6,50−6,00
Uji Q terkecil = =
Xn−X 1 6,50−6,00
0,50
= = 1,00
0,50
Q hitung ¿ Q table , Q hitung tidak dapat digunakan
1,00 0,94
13
Volume rata-rata = = 6,50 ml
2
X 2−X 1 12,30−10,60
Uji Q terkecil = =
Xn−X 1 12,60−10,60
1,7
=
2
= 0,85
Q hitung ¿ Q table , Q hitung bisa digunakan
0,85 ¿ 0,94
Xn−(Xn−1)
Q terbesar =
Xn−Xi
12,60−12,30
=
12,60−10,60
0,3
=
2
= 0,15
Q hitung ¿ Q tabel . Q hitung bisa digunakan
0,15 ¿ 0,94
35,50
Volume rata-rata =
3
= 11,83 ml
VII. Perhitungan :
A. Kadar baku primer KIO3 0,05N
Bobot penimbangan
×N
Bobot perhitungan
85,7
= × 0,05
85,2
= 0,0480 N
0,0480
N=
6,50
= 0,0073 N
0,074
N=
22,90
N = 0,0032 N
D. Kadar baku sampel (Na2S2O3)
m grek sampel = m grek I2
(NV) sampel = (NV) I2
N.1,0 = 0,0032.11,83
0,0378
N=
1,0
= 0,0378 N
VIII. Pembahasan :
Standarisasi dalam metode ini dilakukan dua kali karena hasil dari standarisasi
larutan Na2S2O3 dalam larutan baku primer KIO3 belum mendapatkan hasil kadar yang
setandart dan hasil standarisasi tersebut tidak bisa digunakan langsung untuk pks
sehingga perlu dilakukan standarisasi yang kedua yaitu standarisasi larutan I2 dengan
larutan Na2S2O3 standart untuk menentukan kadar sampel.
Untuk mengetahui titik akhir titrasi pada metode ini bisa dilakukan tanpa
penambahan indiktor karena iodium masih bisa berfungsi sebagai indikator sehingga
warnanya tidak nampak jelas. Sehingga amylum digunakan untuk menunjukkan
keberadaan iodium dengan membentuk senyawa komplek yang berwarna.
XI. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,0484 N
b. Kadar Na2S2O3 : 0,0076 N
c. Kadar I2 : 0,0033 N
d. Kadar sampel : 0,0390 N
X. Daftar pustaka
Basett j dkt. 1994. vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik edisi 4. hal 406 – 411 jakarta
EGC
Kelompok V
Penetapan Kadar CuSO4 Secara Iodometri
I2 + 2 S2O32- →S4O62- + 2 I-
Alat:
6. Buret 11.Kertas Saring 13.Bola Hisap
7. Beaker Glas 7.Batang Pengaduk 14.Gelas Ukur
8. Erlenmayer 8.Statif dan klem 15.Pemanas listrik
9. Pipet Volume 9.Labu Takar 16.Kaca Arloji
10. Pipet Tetes 10 Anak timbang 17. Alat timbang
6.Corong kaca 12.Neraca Analitik
Bahan:
5. Larutan KIO3 0,05 N 50 ml
6. Larutan Na2S2O3 0,05N 750 ml
7. Larutan H2SO4 2N 50 ml
8. Larutan Amylum 1% 30ml
9. Larutan CuSO4 (sampel)
10. Aquadest
V.Presedur
C.Pembuatan Amylum 1% 30 ml
1
Perhitungan: gram= x 30
100
Cara:
Cara:
VI.Data Pengamatan
ml
gram= xNxBE
1000
50 214
= x0,05x
1000 6
=0,0892 gr
=89,2mg
Penimbangan
Berat Kertas + Bahan = 0,3526gr
Berat Kertas + Sisa Bahan = 0,2615gr
Berat bersih bahan = 0,0911gr
=91,1mg
VII.Perhitungan
VIII.Pembahasan
Metode ini dilakukan untuk menentukan kadar zat yang bersifat oksidator (I-→I2) Iodium
Yang terjadi dititrasi dengan tiosulfat. Iodium adalah titrasi tak langsung atau titrasi kembali.
Titrasi kembali merupakan proses titrasi yang sangat baik untuk titrasi yang melibatkan
iodide.
Iodida pada umumnya KI ditambahkan secara berlebihan pada larutan oksidator
sehingga terbentuk I2. I2 yang terbentuk adalah equevalen dengan jumlah oksidator yang telah
ditentukan,Jumlah I2 digunakan menitrasi dengan larutan larutan standart tiosulfat dan dengan
indikator amylum sehingga terjadi perubahan warna dari biru tua kompleks amylum I 2
sampai warna ini tepat hilang.
IX.Kesimpulan
Basett j dkt. 1994. vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik edisi 4. hal 406 – 411 jakarta
EGC
Kelompok V