III. Dasar teori : Alkalimetri dapat diartikan sebagai pengukuran jumlah asam ataupun
pengukuran zat yang bersifat asam dengan basa sebagai titran.
⋙Bahan
1. Larutan NaOH 0,1N 50 ml
2. Larutan H2C2O4, 2H2O 0,1N 50 ml
3. Indikator PP
4. Aqua bebas CO2
5. CH3COOH CO2
V. Prosedur :
A. Pembuatan larutan baku primer H2C2O4, 2H2O 0,1N 50 ml
ml
Perhitungan g = × N × BE
1000
Cara :
1. Dihitung dengan seksama asam oksalat sesuai dengan perhitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kualitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta
5. Kocok sampai homogen.
D. Penentuan kadar CH3COOH {sampel} dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi.
Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutan CH3COOH dimasukkan kedalam Erlenmeyer
2. Tambahkan indikator PP
3. Titrasi dengan larutan NaOH sampai terbentuk warna merah muda konstan
4. Catat volume titrasi
5. Lakukan titrasi 3× {tripol}
Xn−(Xn−1)
Q terbesar = Q terbesar Q tabel
Xn−Xi
17,7−(17,4)
= 0,75 ¿ 0,94 memenuhi
17,7−17,3
0,3 17,7+17,3+17,4
= x=
0,4 3
= 0,75 = 17,47 ml
VII. Perhitungan :
A. Kadar baku primer
Bobot penimbangan
×N
Bobot perhitungan
= 260,3 mg × 0,1
315 mg
= 0,1490 N
C. Kadar sampel
m grek sampel = m grek 2°
(NV) sampel = (NV) 2°
N × 10,0 = 0,1419 × 17,47
2,478993
N=
10,0
N = 0,2478993
VIII. Pembahasan :
Penetapan kadar CH3COOH dilakukan secara alkalimetri karena CH3COOH
bersifat asam (asam lemah) dan alkalimetri memiliki perinsip reaksi penetralan asam
basa. Dimana basa kuat sebagai titran dapat menetralkan asam lemah.
Dimulai dengan standarisasi titran NaOH dengan baku primer H2C2O4 dan
indikator pp sebagai indikator, penetapan kadar dilakukan dengan titrat CH3COOH dan
titran NaOH dengan indikator pp yang memiliki trayek Ph 8,0 – 10,0. Indikator pp
merupakan jenis indikator asam yang memiliki warna berbeda dalam keadaan tak
terinisiasi dan terionisasi. Dalam keadaan tak terionisasi tidak berreaksi, larutan
CH3COOH, tidak berwarna, sedangkan dalam keadaan terionisasi ketika berreaksi,
larutan NaOH berwarna merah tua. Ketika terbentuk warna merah muda yang konstan
disaat inilah menunjukkan titik akhir titrasi.
Dalam melakukan titrasi, untuk pembuatan larutan baku baik primer maupun
skunder diperlukan aqua bebas CO2. Aqua harus bebas CO2 supaya tidak terjadi ikatan
antara NaOH dan CO2 saat titrasi dengan reaksi sebagai berikut.
2NaOH + CO2 ⟶ Na2CO3
Karena apabila terjadi ikatan akan mempengaruhi titik akhir titrasi, sehingga titik akhir
titrasi menjadi sulit untuk ditentukan. Untuk itu aqua yang digunakan harus aqua bebas
CO2.
IX. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,0826 N
b. Kadar baku skunder : 0,0787 N
c. Kadar baku sampel : 0,1348 N
X. Daftar pustaka
Basett j ed pudjaatmaka Handayana A. 1994, vogel Kimia Analitik Kualitatif Anorganik
edisi 4, bab X Analisis Titrimetri, hal 275-281.
Kelompok V
III. Dasar teori : Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam
sebagai titrasi.
⋙Bahan
1. Larutan HCl 0,1 N
2. Larutan Na2B4O7, 10H2O 0,1 N
3. Indikator Metil Merah
4. Aqua bebas CO2
5.Indikator PP 1 %
V. Prosedur :
A. Pembentukan larutan baku primer Na2B4O7, 10H2O 0,1 N 50 ml
ml
Perhitungan g = × N × BE
1000
Cara :
1. Ditimbang dengan seksama natrium beraksi sesuai hitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kuantitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta
5. Kocok sampai homogen.
C. Standarisasi larutan HCl dengan larutan baku primer Na2B4O7, 10H2O 0,1 N
Cara :
1. Di pipet 10,0 ml larutkan Na2B4O7, 10H2O 0,1 N dimasukkan Erlenmeyer
2. Tambahkan 2 tetes indikator metal merah
3. Titrasi dengan larutan HCl sampai berwarna kuning menjadi merah yang tidak
hilang lagi selama 30 detik
4. Catat volume titrasi
5. Lakukan titrasi 3× {tripol}
C. Kadar sampel
m grek sampel = m grek 2°
(NV) sampel = (NV) 2°
N × 10,0 = 0,0669 × 11,33
0,7579
N=
1,00
N = 0,7579
VIII. Pembahasan :
Penetapan kadar asetat menggunakan asidimetri karena asetat bersifat asam.
Sedangkan asidimetri memiliki prinsip reaksi penetapan asam basa, jadi asidimetri dapat
digunakan untuk penetapan kadar asetat.
Penatapan kadar sampel dilakukan dengan titrasi antara asetat dan NaOH dengan
indikator PP, karena asetat bersifat asam lemah sedangkan NaOH bersifat basa kuat,
maka titik ekivalen berada lebih dari 7 sehingga titrasi tersebut menggunakan indicator
PP semula warna ………..
adalah bening setelah ditetesi indikator PP berubah menjadi pink. Setelah itu dilakukan
titrasi hingga warna pink tersebut menjadi hilang.
Dalam pembuatan larutan baku skunder menggunakan air yang bebas CO2 karena
agar dalam larutan tersebut tidak terjadi ikatan, maka akan mempengaruhi titik akhir
titrasi.
Uji Q dilakukan ketika selisih volume skunder pada saat penetapan kadar sampel
terpaut jauh. Contohnya : 11,50 ml
: 11,40 ml
: 11,10 ml
IX. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,0535 N
b. Kadar baku skunder : 0,0668 N
c. Kadar baku sampel : 0,7579 N
X. Daftar pustaka
Basett j ed pudjaatmaka Handayana A. 1994, vogel Kimia Analitik Kualitatif Anorganik
edisi 4, bab X Analisis Titrimetri, hal 275-281.
Kelompok V
⋙Bahan
1. Larutan Na2CO3 H2O 0,1N 50 ml
2. Larutan HCl 0,1N 600 ml
3. Indikator PP
4. Indikator MO
5. Aqua bebas CO2
6. Campuran Na2CO3 & NaOH (sampel)
V. Prosedur :
A. Pembuatan larutan baku primer Na2CO3 H2O 0,1N 50 ml
ml
Perhitungan g = × N × BE
100
Cara :
1. Ditimbang dengan seksama Na2CO3 sesuai dengan perhitungan
2. Masukkan kedalam labu takar 50 ml secara kuantitatif
3. Larutkan dalam aqua bebas CO2
4. Tambahkan aqua bebas CO2 sampai garis esta
5. Kocok sampai homogen.
Uji tahap I
Q terbesar
Xn− Xn−1
Q=
Xn−Xn
13,30−12,90
=
13,30−12,80
0,40
=
0,50
= 0,80
Uji tahap II
Q terkecil
X 2−X 1
Q=
Xn−X 1
22,80−22,60
=
23,00−22,60
0,20
=
0,40
= 0,50
Q terbesar
Xn− Xn−1
Q=
Xn−Xn
23,00−22,80
=
23,00−22,60
0,20
=
0,40
= 0,50
VII. Perhitungan :
A. Kadar baku primer
Bobot penimbangan
× 0,1
Bobot perhitungan
341,2mg
= × 0,1
310 mg
= 0,400 N
C. Kadar sampel
kadar NaOH = m grek NaOH = m grek HCl
(NV) NaOH = (NV) HCl
N × 10,0 = 0,0545 × 39,00
2,1255
N=
10,0
N = 0,2125 N
kadar Na2CO3 = m grek Na2CO3 = m grek HCl
(NV) Na2CO3 = (NV) HCl
N × 10,0 = 0,0545 × 68,40
3,7278
N=
10,0
N = 0,3727 N
VIII. Pembahasan :
Penetapan kadar campuran NaOH dan Na2CO3 dilakukan secara asidimetri
bertingkat, karena campuran NaOH dan Na2CO3 bersifat basa, sehingga asidimetri yang
dimiliki prinsip reaksi penetralan asam basa, dengan asam (HCl) sebagai titran,
digunakan dalam penetapan kadar campuran NaOH dan Na2CO3
Standarisasi antara Na2CO3 . H2O dengan HCl dan indikator metal jingga, dalam
titrasi antara HCl (asam kuat) dan Na2CO3 (basa lemah) akan memiliki titik ekivalen
pada pH ¿ 7, untuk itu metal jingga yang memiliki trayek pH 3,2 – 4,4 digunakan dalam
titrasi ini, selain itu terjadi perubahan warna sebagai berikut :
HIn ⟶ H+ + In-
↓ ↓
terionisasi tak terionisasi (molekul)
(jingga) (merah)
Penetapan kadar campuran NaOH dan Na2CO3 dilakukan dengan titrasi antara
campuran tersebut dan HCl dengan 2 malkator yaitu :
PP dan metal jingga : pada titrasi tahap I antara NaOH (basa kuat) dan HCl (asam kuat)
akan memiliki ekivalen pada pH = 7 sehingga PP yang memiliki trayek pH = 8,3 – 10,3
digunakan dalam titrasi ini, selain ini terjadi perubahan warna.
InOH ⟶ OH- + In+
↓ ↓
molekul Ion
(jingga) (merah)
Dalam pembuatan larutan baik baku primer maupun baku skunder digunakan
aqua bebas CO2. Ini dilakukan agar tidak terjadi ikatan, misal antara HCl dan CO2
sehingga tidak dipengaruhi titik akhir titrasi.
Dalam perhitungan volume skunder pada saat standarisasi harus dilakukan uji Q.
Karena selisih antara titrasi I, II,III terpaut jauh, baik dari tahap I maupun tahap II, uji Q
dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat digunakan atau tidak.
IX. Kesimpulan :
a. Kadar baku primer : 0,1100 N
b. Kadar baku skunder : 0,0545 N
c. Kadar baku sampel :
1. Kadar NaOH : 0,2125 N
2. Kadar Na2CO3 : 0,3727 N
X. Daftar pustaka
Basett j ed pudjaatmaka Handayana A. 1994, vogel Kimia Analitik Kualitatif Anorganik
edisi 4, bab X Analisis Titrimetri, hal 275-281.
Kelompok V