Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu : Rahayu Setyowati, M.Kep
Disusun oleh :
Irmayanti
NIM : 18142011017
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada pasien perioperatif” dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III, selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah pengetahuan kami sebagai penulis dan khususnya bagi kami yang
merupakan mahasiswa keperawatan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Tak ada gading yang tak retak.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Kritik
dan saran yang membangun, sangat kami butuhkan demi kesempurnaan dalam
karya kami kedepan. Dengan adanya makalah ini kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi tenaga dan mahasiswa
keperawatan pada khususnya.
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
1. Pengertian
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan klien. Operasi merupakan tindakan pembedahan pada
suatu bagian tubuh (Hancock, 1999). Operasi (elektif atau kedaruratan) pada
umumnya merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan (Brunner &
Suddarth, 2002). Jadi operasi (perioperatif) merupakan tindakan pembedahan
pada suatu bagian tubuh yang mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan
pascaoperatif (postoperatif) yang pada umumnya merupakan suatu peristiwa
kompleks yang menegangkan bagi individu yang bersangkutan. Tim operasi
terdiri dari dokter ahli, asisten dokter ahli, anesthesiologist atau perawat
anastesi, circulating nurses dan scrub nurses. Butuh kerjasama yang baik dan
fasilitas yang memadai untuk keberhasilan operasi.
2. Tipe Pembedahan
a. Menurut fungsinya (berdasarkan tujuan) :
Diagnostik : biopsi, laparatomi eksplorasi
Kuratif (ablatif) : tumor, appendiktomi
Reparatif (constructive) : memperbaiki luka multiple
Rekonstruktif atau kosmetik : mammoplasti, perbaikan wajah
Paliatif : menghilangkan nyeri, memperbaiki masalah (gastrostomi
ketidakmampuan menelan)
Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau
struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).
b. Menurut luas atau tingkat resiko :
Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai
tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.
Contoh: Bypass arteri koroner, total abdominal histerektomi, reseksi
colon, dll
Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko
komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.
Contoh : Operasi katarak, operasi plastik pada wajah, incisi dan drainage
kandung kemih, sirkumsisi.
c. Menurut urgensi:
Kedaruratan
Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang
diakibatkan diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian atau
kecacatan fisik), dan tidak dapat ditunda.
Contoh : Perdarahan hebat, luka tembak atau tusuk, luka bakar luas,
obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak.
Urgen
Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24 – 30 jam.
Contoh : Infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
Diperlukan
Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa
minggu atau bulan.
Contoh : Katarak, gangguan tiroid, hiperplasia prostat tanpa obstruksi
kandung kemih
Elektif
Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan
jika tidak dilakukan.
Contoh : Hernia simpel, perbaikan vagina, perbaikan skar/cikatrik/
jaringan parut.
Pilihan
Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien (pilihan
pribadi klien)
Contoh : Bedah kosmetik.
3. Prinsip-Prinsip Operatif
a. Prinsip kesehatan dan baju operasi
Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang
operasi. Sehingga keadaan pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit,
merupakan sumber organisme patogenik yang harus dilaporkan.
Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan oleh institusi yang
diperbolehkan, tidak dapat dipakai di luar ruang operasi.
Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi yang meminimalkan
kontaminasi melalui udara, menutup seluruh hidung dan mulut, tetapi
tidak mengganggu pernafasan, bicara atau penglihatan.
Tutup kepala secara menyeluruh menutup rambut.
Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga. Bakiak, sepatu tenis, sandal
dan bot tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit dibersihkan.
Bahaya kesehatan dikontrol dengan pemantauan internal dari ruang
operasi meliputi analisis sampel dari sapuan terhadap agens infeksius
dan toksik. Selain itu, kebijakan dan prosedur keselamatan untuk laser
dan radiasi di ruang operasi telah ditegakkan.
b. Prinsip Asepsis Perioperatif
Pencegahan komplikasi pasien, termasuk melindungi pasien dari operasi.
Ruang operasi terletak di bagian rumah sakit yang bebas dari bahaya
seperti partikel, debu, polutan lain yang mengkontaminasi, radiasi, dan
kebisingan.
Bahaya listrik, alat konduktifitas, pintu keluar darurat yang bebas
hambatan, dan gudang peralatan dan gas-gas anesthesia diperiksa secara
periodik.
Proses Keperawatan
1) Pengkajian
Persiapan praoperasi
a) Persiapan Fisik, mencakup :
Status kesehatan fisik umum
Pemeriksan kesehatan fisik secara umum ada 5 tahapan yaitu:
- Identitas pasien
Pada identitas pasien, hal-hal yang harus dicatat meliputi nama
pasien, umur, jenis kelamin, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
status, keluhan penyakit dan siapa yang akan bertanggung jawab
pada biaya pengoperasian pasien nantinya.
- Riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu
Selain mencatat identitas pasien, data tentang riwayat penyakit
seperti kesehatan masa lalu pasien juga perlu diketahui. Hal itu
bertujuan untuk memudahkan dalam proses meningkatkan koping
pasien.
- Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat tentang kesehatan keluarga juga penting, karena bisa saja
penyakit yang diderita pasien menjadi salah satu faktor penyebab
akibat penyakit keturunan yang diderita keluarganya.
- Pemeriksaan fisik lengkap
Pada pemeriksaan fisik lengkap data yang harus dicatat meliputi :
Vital sign
Analisi darah
Endoskopi
Pemeriksaan feses dan urine
Status Cardiovaskuler
Biopsi jaringan
Fungsi ginjal dan hepar
Fungsi endoskrin
Fungsi imunologi
- Kondisi fisiologis pasien
Kondisi pasien juga menentukan apakah pasien layak untuk
dioperasi atau tidak. Pasien diharapkan mempunyai stamina yang
baik dimana pasien dianjurkan istirahat dan tidur yang cukup
bertujuan agar pasien tidak mengalami stress fisik dan selain itu
tubuh pasien akan menjadi lebih rileks.
Status nutrisi
Hal- hal yang dapat dicatat pada status nutrisi yaitu :
- Mengukur tinggi dan berat badan pasien
- Mengukur kadar protein darah (albumin dan globulin)
- Mengukur lingkar lengan atas
Pengukuran tersebut dilakukan sebelum pembedahan untuk
mengoreksi apakah pasien mengalami defisiensi nutrisi atau tidak.
Jika pasien mengalami defisiensi nutrisi segera beri asupan nutrisi
yang cukup. Hal itu bertujuan agar protein yang cukup nantinya
dapat memperbaiki jaringan.
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit pasien harus dalam keadaan yang normal,
dimana yang perlu diperhatikan yaitu intake cairan yang masuk ke
tubuh pasien harus sama dengan output cairan yang dikeluarkan
pasien. Cara mengukur intake dan output tubuh pasien adalah sebagai
berikut :
- Intake
Pengukuran intake dapat diukur dengan mencatat berapa banyak
cairan (cc) yang masuk melalui oral maupun intravena.
- Output
Cairan yang dikeluarkan bisa melaui urine, keringat dan uap air
pada pernafasan
Pengosongan lambung dan colon
Intervensi keperawatan yang diberikan diantaranya pasien dipuasakan
yaitu berkisar antara 7- 8 jam dan puasa dilakukan mulai pukul 24.00
WIB. Hal itu bertujuan untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca
pembedahan. Jika pada pasien yang membutuhan pengoperasian
segera maka dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (Naso
Gastric Tube).
Personal hygiene
Sebelum melakukan pembedahan ada baiknya memperhatikan
personal hygine pasien yaitu dengan cara memandikan pasien dan
membersihkan bagian tubuh yang akan diopersi. Hal itu bertujuan
agar kuman atau bakteri yang melekat pada tubuh menjadi berkurang
atau bahkan mati dan itu merupakan salah satu cara menjaga
kesterilan sehingga mengurangi resiko terinfeksi terhadap daerah
yang dioperasi.
Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi bertujuan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang akan dilakukan pembedahan
karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
persembunyian kuman dan juga dapat menghambat proses
penyembunhan dan perawatan luka.Sering kali pasien diberikan
kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman.
Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain itu pengosongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi keseimbangan
cairan.
Kondisi fisiologis akan mempengaruhi proses pembedahan.
c) Pendidikan Praopertif
Pada persiapan ini pasien diberikan pendidikan berupa pendidikan tentang
langkah-langkah prosedur dan harus mencakup sensasi yang akan pasien
alami seperti memberitahu pasien hanya medikasi praoperatif yang akan
membuatnya rileks sebelum operasi tidaklah seefektif bila menyebutkan
juga bahwa medikasi tersebut dapat mengakibatkan kepala terasa melayang
dan mengantuk. Terdapat 3 cara medikasi praoperatif yaitu :
Latihan napas dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga
pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan
kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Latihan nafas dalam
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler)
dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
Letakkan tangan diatas perut
Hirup udara sebanyak – banyaknya dengan menggunakan hidung
dalam kondisi mulut tertutp rapat
Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan –
lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
Lakukan latihan dua kali sehari praoperatif
Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien
yang mengalami operasi dengan ansietas general. Karena akan
mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi terantesi.
Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada
tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan
batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien stelah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan
teknik batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari
tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika
batuk
Kemudian pasien naafs dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka
dan tidak hanya batuk menggunakan kekuatan tenggorokan saja
karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya
terhadap incisi
Ulangi lagi sesuai kebutuhan
Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa
menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan
handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati
sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
Perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif
Kontrol dan medikasi nyeri
Kontrol kognitif
Informasi lain
d) Persiapan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka
dokter tidak memungkinkan bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Adapun yang meliputi pemeriksaan penunjang antara
lain :
Hasil pemeriksaan Radiologi :
- Thorax foto, foto abdomen
- USG
- CT scan
- BNO-IVP
- Colon in loop
- EKG, ECHO
Hasil pemeriksaan Laboratorium
Berupa pemeriksaan darah yaitu :
- Hemoglobin
- Angka leukosit
- Limfosit
- Jumlah trombosit
- Protein total (albumin dan globulin)
- Elektrolit (kalium, natrium, chlorida)
- BUN
- LED
- Ureum kreatinin
Biopsi
Tindakan operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit pasien sebelum dioperasi
Pemeriksaan kadar gula darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula
darah pasien dalam rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya
dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil
darahnya jam 8 pagi)
Informed Consent
Informed consent merupakan suatu pernyataan tertulis yang dibuat
secara sadar dan sukarela dari pasien diperlukan sebelum surat
pembedahan dilakukan. Dan disini tanggung jawab perawat adalah
memastikan informed consent telah didapat sukarela dari pasien oleh
dokter. Hal-hal yang harus dilakukan oleh ahli bedah dan perawat
sebelum pasien menandatangani formulir consent adalah :
- Ahli bedah harus memberikan penjelasan yang jelas dan
sederhana tentang apa yang akan diperlukan dalam pembedahan.
- Ahli bedah juga harus menginformasikan pasien tentang
alternatif-alternatif yang ada.
- Menjelaskan kemungkinan resiko saat dan sesudah
pembedahan
- Menjelaskan perubahan bentuk tubuh yang akan terjadi
- Menjelaskan pembedahan dapat menimbulkan kecacatan
fisik
- Menjelaskan bahwa pembedahan juga dapat
menimbulkan ketidakmampuan dan pengangkatan bagian tubuh
- Menjelaskan komplikasi yang akan muncul akibat
pembedahan
- Menjelaskan juga tentang apa yang akan diperkirakan
terjadi pada periode pascaoperatif awal dan lanjut
Adapun kriteria informed consent dikatakan sah apabila :
- Pasien secara pribadi menandatangani consent tersebut
jika telah mencapai usia legal dan mampu secara mental
- Pasien dibawah umur , atau tidak sadar atau tidak
kompeten, izin harus didapat dari anggota keluarga yang
bertanggung jawab atau wali yang sah.
Pemeriksaan status anastesi
Pemeriksaan status fisik untuk dilakukan pembiusan dilkukan untuk
keselamatan pasien selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi
demi kepentingan pembedahn, pasien akan mengalami pemeriksaan
status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko
pembiusan terhadap diri pasien.
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Gunakan data dari pasien dan catatan pasien untuk mengidentifikasi
variable yang dapat mempengaruhi perawatan dan yang berguna sebagai
pedoman untuk mengembangkan rencana perawatan pasien individual.
1. Identifikasi klien
2. Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien perkebijakan bagian.
3. Telaah catatan pasien terhadap adanya:
Informed yang benar dengan tanda tangan pasien
Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan diagnostic
Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan
Ceklist praoperatif
4. Lengkapi pengkajian keperawatan praoperatif segera
Status fisiologis (tingkat sehat sakit, tingkat kesadaran)
Status psikososial (ekpresi kekhawatiran, tingkat ansietas,
masalah komunikasi verbal, masalah mekanisme koping)
Status fisik (tempat operasi, kondisi kulit dan efektivitas
persiapan, pencukuran, atau obat penghilang rambut, sendi
tidak bergerak)
2. Diagnosa Keperawatan
(1) Risiko aspirasi berhubungan dengan pemasangan OTT, penurunan
refleks muntah dan penurunan kesadaran akibat efek anaesthesia
(2) PK Anemia
(3) Risiko syok berhubungan dengan hipovolemia akibat perdarahan
(4) Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin
(5) Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan efek
samping medikasi
(6) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pembedahan)
(7) Risiko cedera akibat kondisi operatif berhubungan dengan efek
anastesi, lingkungan intraoperatif.
(8) Risiko jatuh berhubungan dengan pengaturan posisi intraoperatif
(9) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis
(terputusnya kontinuitas jaringan) akibat luka operasi
(10) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya
penumpukan sekret
POST OPERATIF
Proses Keperawatan
1) Pengkajian
Setelah laporan pemindahan dai ruang operasi ke unit perawatan pasca
anastesia (PACU), perawat unit melakukan pengkajian awal dan melanjutkan
intervensi keperawatan segera. Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang tingkat kenyamanan dan mental pasien. Dengan mengatahui hal
ini, maka perawat akan lebih gampang menentukan tindakan yang akan diberikan
kepada pasien sesuai kebutuhan pasien. Yang perlu dikaji segera setelah pasien di
operasi :
Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan
Kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tanda-tanda vital
Anesthetik dan medikasi lain yang digunakan (misal : narkotik, relaksan
otot, antibiotik)
Segala masalah yang terjadi selama fase pembedahan yang sekiranya dapat
mempengaruhi perawatan pasca-operatif (misal : hemorrhagi, syok, dan
henti jantung)
Patologi yang dihadapi (pemberitahuan kepada keluarga apabila
ditemukan adanya keganasan)
Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian cairan
Segala selang, drain, kateter atau alat bantu pendukung lainnya
Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anesthesia yang akan
diberitahu.
Evaluasi saturasi oksigen dengan oksimetri, pengkajian nadi-volume-
keteraturan
Evaluasi pernafasan : kedalaman, frakuensi, sifat pernafasan
Kaji status kesadaran, warna kulit dan kemampuan berespon terhadap
perintah.
Kenyamanan: Tipe nyeri, intnsitas, dan loksi nyeri, mual dan muntah dan
perubahan posisi yang dibutuhkan
Psikologi: sifat dari pertanyaan pasien, kebutuhan akan istirahat, gangguan
oleh kebisingan dan ketersediaan bel atau lampu pemanggil
Keselamatan: kebutuhan akan pagar tempat tidur, drainase selang tidak
tersumbat, cairan infuse terpsang dengan tepat
Peralatan: diperiksa apakah alat-alat masih berfungsi dengan baik atau
tidak
2. Diagnosa Keperawatan
2. Nyeri akut berhubungan dengan dan agen mekanis (terputusnya
kontinuitas jaringan) akibat luka operasi
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis
(terputusnya kontinuitas jaringan) akibat luka operasi
4. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pembedahan)
5. Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin.
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi.
7. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan peningkatan efek
relaksasi khususnya pada gastrointestinal.
8. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan depresi berlebihan pd
pusat pernafasan.
9. Mual berhubungan dengan peningkatan rangsangan pada nervus
vagus/glosso pharyngeal.
10. PK Hipotensi
11. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan adanya
gangguan sirkulasi perifer.
Intervensi Kolaboratif
Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
Tanda dan gejala : penurunan tekanan darah, saturasi O2 yang tidak adekuat,
pernafasan cepat atau sulit, peningkatan frekuensi nadi, gelisah, respoN
melambat, kulit dingin-kusam-sianosis, denyut perifer menurun atau tidak
teraba,haluaran urine kurang dari 30 ml/jam. Tindakan kolaboratif dan
mandiri:
a. Penggantian cairan
b. Terapi komponen darah
c. Medikasi untuk memperbaiki atau mendukung fungsi jantung missal :
(antidisritmia)
d. Pemberian oksigen
e. Latihan tungkai untuk menstimulasi sirkulasi
Mempertahankan volume cairan adekuat
Selama fase intra operatif, kehilangan cairan yang berlebihan banyak terjadi
bersamaan dengan pembedahan sebagai akibat meningkatnya perspirasi, sekresi
mukus dalam paru-paru, dan kehilangan darah. Tindakan :
a. Penggantian cairan dan elektrolit per IV
b. Penggantian cairan per oral secara bertahap setelah mual-muntah
menghilang dan bising usus terdengar
Pencegahan infeksi
Kebanyakan infeksi terjadi pada salah satu dari empat tempat anatomi :
lukabedah, saluran kemih, aliran darah atau saluran pernafasan. Infeksi dapat
terjadi karena adanya hal-hal berikut :
a. Penggunaan selang dan kateter, proses penyakit, atau oleh prosedur
pembedahan
b. Efek ansethesia dan bedah mengurangi daya tahan tubuh terhadap infeksi
c. Pasien dapat terpajan pada agen infeksius selama hospitalisasi
d. Organisme yang ditemukan pada infeksi yang didapat di RS menyebar
luas dan resisten (kebal) terhadap antibiotik
e. Terjadi pelanggaran dalam teknik aseptik dan praktik mencuci tangan yang
tidak baik.
Tindakan pengendalian :
a. Dorongan kepada pasien untuk batuk dan nafas efektif serta sering
mengubah posisi
b. Penggunaan peralatan steril
c. Antibiotik dan antimikroba
d. Mempraktikkan teknik aseptik
e. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
f. Pencegahan kerusakan kulit
g. Pantau tanda-tanda hemorrhagi dan drainage abnormal
h. Pantau adanya perdarahan
i. Perawatan insisi dan balutan
j. Penggantian selang intravena dan alat invasif lainnya sesuai program.
3) Evaluasi post operatif
Fungsi pulmonal tidak terganggu
Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah
Orientasi tempat, peristiwa dan waktu
Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam
Mual dan muntah dalam kontrol, nyeri minimal.
Komplikasi pasca operatif
Syok
Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai
dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk sampah metabolisme.
Tanda-tandanya : pucat, kulit dingin dan terasa basah, pernafasan cepat,
sianosis pada bibir, gusi dan lidah, nadi cepat, lemah dan bergetar, penurunan
tekanan nadi, tekanan darah rendah dan urine pekat.
Pencegahan :
a.Terapi penggantian cairan
b. Menjaga trauma bedah pda tingkat minimum
c.Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan dengan
menggunakan narkotik secara bijaksana
d. Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah vasodilatasi)
e.Ruangan tenang untuk mencegah stres
f. Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi
g. Pemantauan tanda vital
Pengobatan :
a.Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan
b. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan
c.Pemantauan status pernafasan dan CV
d. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul
jika diindikasikan
e.Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex :
komponen darah, albumin, plasma atau pengganti plasma)
f. Penggunaan beberapa jalur intravena
g. Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik
h. (mengurangi retensi cairan dan edema)
Hemorrhagi
Jenis :
a. H. Primer : terjadi pada waktu pembedahan
b. H. Intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan
tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut
dengan tidak aman dari pembuluh darah yang tidak terikat
c. H. Sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena
pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau
mengalami erosi oleh selang drainage.
Tanda-tanda : Gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-
pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan
konjungtiva pucat dan pasien melemah.
Penatalaksanaan :
a. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
b. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
c. Inspeksi luka bedah
d. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
e. Transfusi darah atau produk darah lainnya
f. Observasi Vital sign.
Trombosis Vena Profunda (TVP)
Merupakan trombosis pada vena yang letaknya dalam dan bukan superfisial.
Manifestasi klinis :
a. Nyeri atau kram pada betis
b. Demam, menggigil dan perspirasi
c. Edema
d. Vena menonjol dan teraba lebih mudah
Pencegahan :
a. Latihan tungkai
b. Pemberian Heparin atau Warfarin dosis rendah
c. Menghindari penggunaan selimut yang digulung, bantal yang digulung
atau bentuk lain untuk meninggikan yang dapat menyumbat pembuluh di
bawah lutut
d. Menghindari menjuntai kaki di sisi tempat tidur dalam waktu yang lama
Pengobatan :
a. Ligasi vena femoralis
b. Terapi antikoagulan
c. Pemeriksaan masa pembekuan
d. Stoking elatik tinggi
e. Ambulasi dini.
Embolisme Pummonal
Terjadi ketika embolus menjalar ke sebelah kanan jantung dan dengan
sempurna menyumbat arteri pulmonal. Pencegahan paling efektif adalah
dengan ambulasi dini pasca operatif.
Retensi urine
Paling sering terjadi setelah pembedahan pada rektum, anus dan vagina.
Delirium
Penurunan kesadaran dapat terjadi karena toksik, traumatik atau putus alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Konsep Perioperatif. Available at :
http://yenibeth.wordpress.com/category/keperawatan/ (Diakses tanggl :
21 Nopemeber 2010)
Potter and Perry1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol 2. Jakarta : EGC