Anda di halaman 1dari 6

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Proses keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang sistematik
untuk merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan yang melalui lima fase berikut
yaitu pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Identitas
a) Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk,tanggal pengkajian, nomor register,
diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
b) Identitas penanggungjawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggungjawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan oleh klien saat
pengkajian.
b) Riwayat kesehatan sekarang merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan
klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal menjalar kemana,
Safety(S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau
klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal
tersebut.
c) Riwayat kesehatan yang lalu perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit
sama atau pernah diriwayat sebelumnya.
d) Riwayat kesehatan keluarga mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien yang
pernah menderita penyakit kolelitiasis.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pemeriksaan dari kepala sampai kaki
melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Dx pre operasi
a. Ketidakseim-bangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. ketidakmam-puan mencerna
makanan
2. Dx Post Operasi
a. Kerusakan integritas kulit b.d. pemasangan kolostomi
b. Resiko infeksi b.d trauma jaringan, perawatan tidak adekuat

C. INTERVENSI

INTERVENSI
TUJUAN DAN TINDAKAN RASIONAL
NO DIAGNOSA
NOC KEPERAWATAN/NIC
1. Ketidakseim- Setelah dilakukan 1. Memonitor mual 1. Mengetahui
bangan nutrisi tindakan kepera- dan muntah berapa output
kurang dari watan selama 2. Kaji kemampuan yang keluar
kebutuhan b.d. 1x24 jam klien untuk 2. Memberikan
ketidakmam- diharapkan kebu- mendapatkan makanan sesuai
puan mencerna tuhan nutrisi klien nutrisi yang kemampuan
makanan terpenuhi dengan dibutuhkan (oral atau NGT)
(pre operasi) kriteria hasil: 3. Memonitor status 3. Mengetahui
 Mampu gizi status gizi dan
mengidentifi- 4. Kolaborasi dengan meminimali-sir
kasikan dokter malnutrisi
kebutuhan 4. Terkait
nutrisi (4) pemasangan
 Tidak ada NGT
tanda-tanda
malnutrisi (4)

2 Kerusakan Setelah dilakukan 1. 4.     Hindari kerutan 1. Untuk mencegah


integritas kulit asuhan pada tempat tidur perlukaan pada
b.d. keperawatan 2. Jaga kebersihan kulit
pemasangan selama 1x24 jam kulit agar tetap 2. Untuk menjaga
kolostomi diharapkan bersih dan kering ketahanan kulit
(post operasi) kerusakan 3. Monitor kulit akan 3. Untuk
integritas kulit adanya kemerahan mengetahui
dapat berkurang 4. Oleskan lotion/baby adanya tanda
kriteria hasil: oil pada daerah yang kerusakan
 Integritas tertekan jaringan kulit
kullit yang 5. Monitor status 4. Untuk menjaga
baik bisa nutrisi klien kelembaban kulit
dipertahan- 5. Untuk menjaga
kan (4) keadekuatan
 Perfusi nutrisi guna
jaringan baik penyembuhan
(3) luka
Menunjukan
pemahaman
dalam proses
perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya cedera
berulang (4)
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan 1. Untuk
b.d trauma tindakan gejala infeksi mengetahui tanda
jaringan, keperawatan sistemik dan lokal infeksi lebih dini
perawatan selama 1x24 jam 2. Batasi pengunjung 2. Untuk
tidak adekuat diharapkan klien 3. Pertahankan teknik menghindari
(post operasi) bebas dari tanda- cairan asepsis pada kontaminasi dari
tanda infeksi klien yang beresiko pengunjung
dengan kriteria 4. Inspeksi kondisi 3. Untuk mencegah
hasil: luka/insisi bedah penyebab infeksi
• Klien 5. Ajarkan keluarga 4. Untuk
bebas dari tanda klien tentang tanda mengetahui
dan gejala infeksi dan gejala infeksi kebersihan luka
(4) 6. Laporkan dan tanda infeksi
• Jumlah kecurigaan infeksi 5. Agar gejala
leukosit dalam infeksi dapat di
batas normal (4) deteksi lebih dini
6. Agar gejala
infeksi dapat
segera teratasi

D. IMPLEMENTASI

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI TTD


.
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang 1. Memonitor intake – output cairan
2. Memasang infus
dari kebutuhan b.d.
3. Mengobservasi TTV
ketidakmampuan mencerna 4. Memonitor status hidrasi
(kelembaban membran mukosa, nadi
makanan
adekuat, takanan darah ortostatik)
(pre operasi)
2. Kerusakan integritas kulit b.d. 1. Menghindarkan kerutan pada
tempat tidur
pemasangan kolostomi
2. Menjaga kebersihan kulit agar
(post operasi) tetap bersih dan kering
3. Memonitor kulit akan adanya
kemerahan
4. Mengoleskan lotion/baby oil pada
daerah yang tertekan
5. Memonitor status nutrisi klien
3. Resiko infeksi b.d trauma jaringan, Memonitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
perawatan tidak adekuat
2. Membatasi pengunjung
(post operasi) 3. Mempertahankan teknik cairan
asepsis pada klien yang beresiko
4. Menginspeksi kondisi luka/insisi
bedah
5. Mengajarkan keluarga klien
tentang tanda dan gejala infeksi
6. Melaporkan kecurigaan infeksi

E. EVALUASI

NO TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI TTD


.
1. Ketidakseimbangan S : Klien dapat mempertahankan
keseimbangan cairan
nutrisi kurang dari
O : Output urin 1-2
kebutuhan b.d. ml/kg/jam, capillary refill 3-5
detik, turgor kulit baik,
ketidakmampuan
membrane
mencerna makanan mukosa lembab
A : Diagnosa keperawatan
(pre operasi)
Resiko
kekurangan volume cairan
teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. Kerusakan S : integritas kulit klien dapat
terkontrol
integritas kulit b.d.
O : Temperatur jaringan dalam
pemasangan batas
normal, sensasi dalam batas
kolostomi
normal,
(post operasi) elastisitas dalam batas normal,
hidrasi dalam batas normal,
pigmentasi dalam batas normal,
perfusi jaringan baik.
A : Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. Resiko infeksi b.d S : Klien sudah tidak mengalami
infeksi
trauma jaringan,
O : tanda gejala infeksi tidak ada
perawatan tidak A : Diagnosa Keperawatan
Resiko
adekuat
infeksi teratasi
(post operasi) P : Intervensi dihentikan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital) dimana terjadi pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna (abnormal) atau anus tampak rata maupun sedikit
cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung
dengan rektum yang terjadi pada masa kehamilan.
Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur; (2) Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3
bulan; (3) Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat
sampai keenam usia  kehamilan; (4) Berkaitan dengan sindrom down.
Penanganan pada atresia ani tergantung bagaimana kondisi klien apabila atresia
ani terlalu tinggi maka dilakukan operasi anoplasti dan pemasangan kolostomi sedangkan
pada yang rendah dilakukan dilatasi rutin.

B. SARAN
Atresia ani merupakan kelainan bawaan yang diderita oleh bayi. Biasanya terjadi
ketika organgenesis pada trisemester I. Sebagai perawat, kita harus senantiasa untuk
memingatkan kepada ibu untuk selalu berpola hidup sehat, menjaga pola makan, dan
memeriksakan masalah kehamilan kepada ahli kesehatan. Dan ketika bayi lahir dalam
keadaan atresia ani, maka perawat harus dapat melakukan asuhan keparatan sebagaimana
mestinya agar dapat mengatasi masalah yang timbul.

Anda mungkin juga menyukai