Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi


dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBBP2) di
Dinas Pendapatan Kota Denpasar Tahun 2015
Bagus Dwipa Adnyana Putra1). Ni Nyoman Dewi Pascarani2). Ni Wayan Supriliyani3)
1,2,3)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
Email: bagusdwipa88@yahoo.com1. dewi.pascarani@yahoo.com2. prily_baligirl@yahoo.com3

ABSTRAK
Peningkatan wajib pajak dilakukan salah satunya dengan cara meningkatkan kualitas
pelayanan. Salah satu pelayanan pajak daerah yang baru ditangani Dinas Pendapatan Kota
Denpasar adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBBP2). Penelitian ini
bertujuan untuk mencari tahu pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam membayar PBBP2. Metode penelitian yang digunakan adalah metode asosiatif
pendekatan kuantitatif. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner
sebanyak jumlah sampel yaitu 100 wajib pajak. Hasil analisis temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel kepatuhan wajib pajak PBBP2 di Dinas Pendapatan Kota
Denpasar dipengaruhi oleh variabel kualitas pelayanan pajak secara positif dan signifikan
dengan hasil R2 sebesar 78,4%. Hasil perhitungan regresi linier sederhana menunjukan
kepatuhan wajib pajak akan menurun 5,677 apabila kualitas pelayanan konstan. Sebaliknya
kepatuhan akan meningkat 0,523 bila kualitas pelayanan meningkat 1%. Dari uji signifikansi
diperoleh thitung (18,873) lebih besar dari ttabel (1,984).

Kata Kunci: Kualitas Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak, PBBP2

1. PENDAHULUAN Secara administratif, PBBP2 dilimpahkan


Reformasi birokrasi dewasa ini kepada pemerintah daerah pada tahun
menuntut pemerintah untuk meningkatkan 2012 dan secara resmi dikelola oleh pemda
pelayanan publik secara professional. pada tahun 2013.
Berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan PBBP2 di Kota Denpasar diatur dalam
penerima layanan, maka cara yang Perda Kota Denpasar Nomor 4 Tahun
bijaksana dilakukan penyelenggara 2012 mengenai Pajak Bumi dan Bangunan
kepemerintahan adalah dengan Perdesaan dan Perkotaan (PBBP2), yang
meningkatkan kualitas pelayanan publik. menjelaskan bahwa PBBP2 merupakan
Menurut Sinambela (2006), kualitas adalah pajak yang dipungut karena kepemilikan
kemampuan memenuhi apa yang bumi atau bangunan baik itu individu
diperlukan penerima layanan. Dengan kata maupun kelompok serta memanfaatkannya
lain apabila masyarakat senantiasa merasa terkecuali bidang usaha perkebunan,
puas dengan pelayanan yang dilakukan pertambangan dan perhutanan.
penyelenggara kepemerintahan, maka Instansi yang menangani pelayanan
kualitas pelayanan publik dapat dikatakan PBBP2 di Kota Denpasar adalah Dinas
baik. Pendapatan Daerah Kota Denpasar. Dinas
Penyelenggaraan kepemerintahan di ini adalah sentra pelayanan pajak daerah di
Indonesia bersifat otonomi daerah. Urusan Kota Denpasar, seluruh wajib pajak PBBP2
yang menjadi wewenang pemerintah membayar kewajiban pajaknya pada dinas
daerah salah satunya adalah penerimaan ini, sehingga Dispenda Denpasar
pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak diharapkan mampu memberikan pelayanan
merupakan iuran masyarakat diwajibkan publik yang berkualitas. Jumlah WP PBBP2
untuk memperoleh kas negara dan dapat yang terdaftar pada dinas tersebut
dipaksakan sesuai ketentuan undang – mengalami peningkatan dari tahun 2013,
undang (Mardiasmo, 2009:1). Pajak yang pada tahun 2013 jumlah WP terdaftar
menjadi kewenangan pemerintah daerah berjumlah 171.898 orang dengan
adalah Pajak Bumi dan Bangunan tunggakan sebesar Rp. 34.974.597.942.
Perdesaaan dan Perkotaan (PBBP2). Pada tahun 2014 jumlah WP yang terdaftar
berjumlah 175.823 orang dengan
tunggakan sebesar Rp. 41.459.621.627. Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Sedangkan Pada tahun 2015 jumlah WP Perdesaan dan Perkotaan (PBBP2) di
yang terdaftar berjumlah 179.034 orang Dinas Pendapatan Kota Denpasar”.
dengan tunggakan sebesar Rp.
52.234.194.208. Tingkat masih rendahnya 2. Kajian Pustaka
kepatuhan perpajakan oleh wajib pajak
dapat tercermin dari tunggakan tersebut. Administrasi Publik
Pemberian pelayanan yang baik secara Administrasi dalam cakupan yang
kuantitas dan kuantitas menjadi salah satu sempit diartikan sebagai kegiatan
cara yang diharapkan mampu mencatat, menyusun informasi secara
meningkatkan kepuasan yang dirasakan berurutan agar nantinya mudah untuk
oleh wajib pajak yang nantinya diharapkan memperoleh kembali informasi tersebut
dapat meningkatkan kepatuhan di bidang (Sukidin, 2011:4). Begitu pula istilah
perpajakan. Apabila wajib pajak merasa administrasi dalam pengertian pemerintah
puas atas pelayanan perpajakan, maka atau administrasi publik. Administrasi publik
akan meningkatkan kesadaran dan sebagai satu bagian dari ilmu administrasi
kewajiban perpajakannya. yang mempelajari kegiatan - kegiatan
Kualitas pelayanan di Dinas Pendapatan kerjasama dalam bidang - bidang yang
Daerah Kota Denpasar khususnya bersifat publik.
pelayanan PBBP2 yang tergolong baru ini Paradigma baru dalam administrasi
dapat dikatakan belum optimal. Tampak publik dalam rangka memberi pelayanan
dari masih adanya beberapa permasalahan yang lebih baik disebut New Public Service
yang dirasakan oleh wajib pajak, baik (NPS). Adapun penjabaran perumusan
permasalahan keterbatasan informasi prinsip-prinsip New Public Service (NPS)
maupun keterlambatan penerimaan Surat menurut Denhardt yang mengajak
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). pemerintah untuk :
Masalah pertama, keterbatasan informasi 1. Melalui pajak yang dibayarkan,
pembayaran yang diterima oleh wajib masyarakat adalah pemilik sah sebuah
pajak. Terlihat dari website resmi Dinas negara. Masyarakat dilayani selayaknya
Pendapatan Kota Denpasar masih terdapat warga negara.
wajib pajak yang menanyakan hal terkait 2. Memenuhi dan selalu mengutamakan
informasi pelayanan dalam membayar kepentingan umum. Negara wajib
PBBP2 seperti menanyakan cara memenuhi kepentingan yang beragam
mengecek tagihan, menanyakan prosedur dan komplek tersebut.
pembayaran, menanyakan cara mendaftar 3. Mengutamakan masyarakat diatas
untuk membayar dan lain - lain. bisnis.
Masalah kedua, keterlambatan 4. Pemerintah mengarahkan pada
pemberian Surat Pemberitahuan Pajak tindakan terencana dan demokratis,
Terutang (SPPT) oleh kepala lingkungan dalam berhadapan dengan masyarakat
daerah setempat. Wajib pajak yang hendaknya menggunakan pendekatan
memiliki tunggakan pajak dengan nominal dialog dalam menyelesaikan masalah.
rendah, SPPT akan diterima melalui kepala 5. Menyadari pentingnya pertanggung
lingkungan. Surat Pemberitahuan Pajak jawaban dan transparansi kepada
Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT mayarakat.
PBBP2) diperlukan untuk mengetahui 6. Pemerintah memiliki fungsi melayani
besarnya pembayaran dan Bank yang masyarakat, bukan sebagai pengarah
ditunjuk untuk melakukan pembayaran. atau penyuruh masyarakat.
Permasalahan keterlambatan pemberian 7. Kepentingan masyarakat harus menjadi
SPPT ini menyebabkan wajib pajak prioritas diatas segala-galanya bukan
menunda untuk melakukan pembayaran. hanya perjanjian.
Berdasarkan permasalahan yang
diuraikan diatas mengenai tunggakan Kualitas Pelayanan Publik
pembayaran oleh Wajib Pajak Bumi dan Kualitas berfungsi sebagai penilai dan
Bangunan dan kualitas pelayanan yang untuk mengukur kesesuaian sesuatu
belum optimal, maka peneliti menilai terhadap persyaratan ataupun spesifikasi
pengaruh dari dua variabel itu dengan judul yang telah ditentukan sebelumnya, bila hal
“Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak tersebut sesuai maka kualitas dapat
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam dikatakan baik namun sebaliknya bila hal
tersebut tidak terpenuhi maka kualitas Wajib pajak yang bersikap patuh berarti
dikatakan buruk (Pasolong, 2007:132). mempunyai kesadaran pemenuhan
Ibrahim dalam Hardyansyah (2011) perpajakannya dan juga diharapkan
mendefinisikan kualitas pelayanan publik melaksanakan kewajiban perpajakan
adalah penilaian pada suatu keadaan yang dengan benar. (Devano, 2010:114).
memiliki keterkaitan dengan produk atau Adapun indikator – indikator dalam
jasa, manusia dan lingkungannya. mengukur kepatuhan wajib pajak menurut
Sedangkan menurut Kasmir dalam Rahayu (2010) sebagai berikut:
Pasolong (2007:133) mendefinisikan bahwa 1. Wajib pajak melakukan pembayaran
pelayanan yang baik adalah pelayanan tepat waktu
yang diberikan oleh pemberi layanan telah 2. Wajib pajak melakukan pembayaran
sesuai dengan prosedur, aturan dan tepat jumlah
standar yang jelas. 3. Wajib pajak tidak mempunyai
Penelitian ini mengukur kualitas tunggakan (hutang) pajak
pelayanan pajak dengan dimensi - dimensi Dari penjelasan di atas, penulis
yang penting diperhatikan menurut menyimpulkan kepatuhan wajib pajak
Zheitaml dalam Hardyansyah (2011:46) adalah pemenuhan kewajiban perpajakan
yaitu: yang dilakukan oleh seorang atau
1. Bukti Langsung (Tangibility) organisasi yang diharapkan dalam
Adalah alat, sarana pasarana fisik yang pemenuhannya diberikan secara sukarela
membantu pemberian layanan. Memberi dan memiliki rasa bersalah atau rasa malu
kepuasan pelayanan sangat mudah apabila mereka tidak membayar kewajiban
ditelaah dengan melihat kondisi fisik pajaknya. Indikator menurut Rahayu (2010)
yang dapat dirasakan penerima digunakan sebagai pengukuran dalam
layanan. penelitian ini.
2. Kehandalan (Reliability)
Kesesuaian antara apa yang dijanjikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dibandingkan dengan apa yang dan Perkotaan (PBBP2)
diberikan pada pelayanan itu. Hal ini Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
penting karena akan mempengaruhi Perdesaan dan Perkotaan (PBBP2)
perencanaan usaha dan kepastian dari menurut Perda Kota Denpasar Nomor 4
masyarakat dalam mendapatkan Tahun 2012 sesuai dengan yang menjadi
pelayanan. subjek dan objek pajaknya yaitu subjek
3. Ketanggapan (Responsiveness) PBBP2 meliputi seseorang atau
Tanggap dalam memberikan pelayanan sekelompok orang yang secara nyata dan
agar cepat dan tepat. Pemberi layanan fakta mempunyai dan menggunakan bumi
harus bertanggung jawab dalam dan/atau bangunan. Kemudian yang
memberikan penyelesaian masalah - menjadi objek PBBP2 adalah bumi
masalah yang dihadapi masyarakat. dan/bangunan mencakup sektor perdesaan
4. Jaminan (Assurance) dan sektor perkotaan kecuali daerah yang
Pemberi layanan dapat menjamin dijadikan usaha tambang, perikanan dan
masyarakat agar terhindar dari resiko perhutanan. Dimaksudkan bumi disini yang
pelayanan yang gagal. meliputi perairan dan tanah serta laut
5. Empati (Empathy) wilayah kota sedangkan bangunan hal yang
Yaitu adanya sikap empati atau meliputi pendirian bangunan pada tahah
kedekatan yang baik antara pemberi ataupun perairan. Adapun yang mencakup
layanan dengan masyarakat. Mengenal dalam pengertian bangunan antara lain:
dan menjalin komunikasi yang baik jalan lingkungan dalam kompleks
dengan masyarakat akan memudahkan perumahan, bangunan seperti tol, pagar
pemberi layanan mengidentifikasi mewah, kolam renang, hotel, tempat
keinginan masyarakat. penampungan/kilang minyak, air dan gas.
Perhitungan PBBP2 berdasarkan Perda
Kepatuhan Wajib Pajak Kota Denpasar Nomor 4 Tahun 2012,
Menurut Nurmantu dalam Rahayu secara sederhana ditetapkan terlebih
(2013), Kepatuhan perpajakan adalah dahulu NJOP PBBP2 (Nilai Jual Objek
kondisi dimana wajib pajak memahami dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
melakukan hak dan kewajiban ataupun Perkotaan) setelah itu dikurangi dengan
aturan perpajakannya. NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak
Kena Pajak) yang telah ditentukan pada Ho:tidak terdapat pengaruh signifikan dan
Perda sebesar Lima belas juta rupiah (Rp. positif antara kualitas pelayanan pajak
15.000.000,00). Hasil dari pengurangan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
tersebut kemudian dikalikan pada tarif membayar PBBP2.
pajak dengan ketentuan NJOP yang
terhitung mecapai besaran satu miliyar 3. Metodologi Penelitian
rupiah dikenakan pajak pertahunnya
sebesar 0,1%. Sedangkan apabila diatas Jenis Penelitian
dari satu miliyar rupiah maka dikenakan Pendekatan penelitian adalah kuantitatif
pajak pertahunnya sebesar 0,2%. dan tergolong penelitian asosiatif, bertujuan
Adapun alur pembayaran PBBP2 untuk memberikan gambaran yang jelas
dijelaskan sebagai berikut : mengenai pengaruh antar dua variabel
a. Diperlukan adanya Surat yaitu kualitas pelayanan pajak (X) dan
Pemberitahuan Pajak Terhutang PBBP2 kepatuhan wajib pajak (Y). Data yang
dalam melakukan pembayaran PBBP2 diperoleh bisa secara langsung ataupun
b. Pembayaran PBBP2 bisa dilakukan data dari sumber yang telah tersedia.
pada Bank yang ditunjuk (bank Unit analisis terkait dengan populasi
dimaksud tertera pada SPPT) atau yang diteliti adalah seluruh wajib pajak
melakukan pembayaran di Kantor PBBP2 yang terdaftar di Dinas Pendapatan
Dispenda Denpasar Kota Denpasar pada tahun 2015 sejumlah
c. Perhitungan besarnya PBBP2 yang 179.034 orang. Sedangkan sampel yang
harus dibayar sudah tercantum pada diambil dengan metode insidental sampling
SPPT yaitu 100 orang yang ditemui pada situasi
d. Penjelasan selengkapnya serta contoh menerima layanan.
SPPT PBBP2 akan dikirimkan ke alamat Data pada penelitian ini diperoleh
e-mail wajib pajak. dengan teknik pengumpulan data melalui
kuisioner, observasi non partisipan dan
Model Analisis studi kepustakaan. Penyajian data ditulis
berupa tabel, presentase dan narasi.
Kualitas Kepatuhan Wajib
Pelayanan Pajak Pajak (Y) Teknik Analisis Data
(X) Analisis data berfungsi sebagai alat
Zheitaml dalam Rahayu (2010:138)
Hardyansyah
untuk menguji hipotesis dalam rangka
(2011:46) 1) Membayar mencari kesimpulan dalam suatu penelitian.
1) Bukti dengan tepat Seluruh teknik analisis dibantu dengan
langsung waktu program SPSS 18. Uraian teknik analisis
2) Kehandalan 2) Membayar
3) Ketanggapan
penelitian ini sebagai berikut :
dengan tepat
4) Jaminan jumlah a. Uji syarat ketepatan penggunaan suatu
5) Empati 3) Tidak memiliki kuisioner dilakukan dengan pengujian
tunggakan valid dan reliabelnya kuisioner.
PBBP2 b. Uji Asumsi Klasik digunakan untuk
mengetahui model regresi agar tidak
menafsirkan bias. Beberapa asumsi
Dalam penelitian ini menggunakan yang harus dipenuhi sebelum uji analisis
variabel (X) Kualitas Pelayanan Pajak dan regresi linier sederhana terdiri atas: Uji
variabel (Y) Kepatuhan Wajib pajak dengan Normalitas dan Uji Heteroskedastisitas.
menggunakan indikator-indikator seperti c. Uji Analisis Regresi Linier Sederhana
yang disebutkan diatas guna untuk Adapun fungsi dari uji analisis ini adalah
mengukur kedua variabel tersebut. untuk mencari tahu pengaruh antara
variabel X dengan variabel Y, yaitu
Hipotesa
antara kualitas pelayanan pajak
Adapun hipotesa penelitian dirumuskan
terhadap kepatuhan wajib pajak dengan
berikut ini
menggunakan persamaan regresi linier
H1:terdapat pengaruh signifikan dan positif
sederhana dengan rumus sebagai
antara kualitas pelayanan pajak
berikut:
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
Y= a + bx
membayar PBBP2.
Keterangan: Persamaan garis linier sederhana tersebut
Y : Variabel kepatuhan wajib pajak dapat diartikan berikut ini.
b : Koefisien regresi b a. Nilai tetap atau konstan -5,677
X : Variabel kualitas pelayanan menunjukkan bahwa secara rata – rata
a : Koefisien regresi a jika tidak ada penambahan pada
d. Uji Signifikansi kualitas pelayanan pajak atau nilainya 0,
Uji signifikasi dilakukan dengan maka jumlah kepatuhan wajib pajak
menggunakan uji t untuk melihat sejauh pada Dinas Pendapatan Kota Denpasar
mana adanya pengaruh positif atau akan mengalami penurunan sebesar
negatif antar variabel yang diteliti. 5,677.
Ketentuannya adalah H1 diterima, jika b. Nilai koefisien regresi 0,523
thitung lebih besar dari ttabel, variabel menunjukkan besarnya koefisien
independen berpengaruh terhadap hubungan bahwa setiap peningkatan
variabel dependen. sebesar 1% oleh kualitas pelayanan di
e. Koefisien Determinan Dispenda Kota Denpasar, maka
Koefisien determinan untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak akan mengalami
besarnya persentase pengaruh antara kenaikan sejumlah 0,523.
variabel independent kepada variabel Hasil uji regresi linear sederhana di atas
dependen. Adapun koefisien determinan menunjukkan setiap kenaikan yang terjadi
dihitung dengan rumus berikut: pada variabel X akan diikuti pula oleh
D = (rxy)2 x 100% kenaikan variabel Y dan mengandung
Keterangan : makna variabel kualitas pelayanan pajak
D = Determinasi berpengaruh positif terhadap variabel
rxy = KPM antara X dan Y kepatuhan wajib pajak.
Jika determinan (D) semakin besar
(mendekatin satu) maka dapat Uji Signifikansi
dikatakan bahwa pengaruh yang Uji ini berfungsi untuk mengetahui
signifikan dari variabel tersebut. tingkat signifikan yang digunakan, hal ini
tercermin melalui tingkat signifikansi
4. Hasil dan Pembahasan variabel X terhadap varibael Y. Tingkat
signifikansi menggunakan alfa = 0,05.
Analisis Regresi Linear Sederhana Dengan kriteria pengujian untuk
Data variabel X dan Y yang telah menjelaskan interpretasi pengaruh antar
dikumpulkan diolah dengan menggunakan variabel yaitu apabila signifikansi t kurang
bantuan Program SPSS 18. Dan disajikan dari 0.05 maka H1 diterima, dan berlaku
pengujian data analisis regresi linier sebaliknya.
sederhana sebagai berikut : Berdasarkan Tabel Hasil Uji Analisis
Regresi Linear Sederhana diperoleh thitung >
Tabel Uji Regresi Linear Sederhana ttabel = 18,873 > 1,984 dengan nilai sig.
Model Unstandardized Standar
0,000 < 0,05, Maka H1 diterima. Hasil ini
Coefficients Koefisien mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh
Std.Kes Signifi pada variabel yang diteliti dan layak
B alahan Beta t kan digunakan untuk memprediksi variabel
Konstanta - 1.635 - .001
dependen (Y).
5.677 3.472
Kualitas .523 .028 .886 18.87 .000 Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan
Pelayanan Pajak 3 bahwa hipotesis yang diajukan diterima (H1
R Square 0,784 diterima) dimana adanya pengaruh
F Statistik 356,202 signifikan dan positif dari kualitas
Signifikansi 0,000
pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer,
pajak dalam membayar PBBP2 di Dinas
2016
Pendapatan Kota Denpasar.
Berdasarkan tabel hasil uji analisis
Koefisien Determinan
regresi linier sederhana seperti yang
Besarnya pengaruh antara kedua
digambarkan diatas maka persamaan garis
variabel yaitu kualitas pelayanan pajak (X)
linear sederhananya adalah :
terhadap kepatuhan wajib pajak (Y)
Y = -5,677 + 0,523 X
diketahui melalui nilai koefisien determinan.
Koefisien determinan didapat dari hasil membayar PBBP2 akan turut mengalami
pengkuadratan koefisien korelasi R = R2. peningkatan.
Berdasarkan Tabel uji regresi dilihat nilai Hasil dari Uji t yaitu diketahui thitung untuk
koefisien korelasinya (R) sebesar 0,886 variabel kualitas pelayanan pajak sebesar
maka koefisien determinasi (R2 = 0,8862 = 18,873 lebih besar dari ttabel 1,984 atau nilai
0,784) atau 78,4% dimaksudkan sebesar signifikansi kualitas pelayanan pajak lebih
kepatuhan wajib pajak dipengaruhi 78,4% kecil dibandingkan dengan nilai alfa (0,05)
oleh kualitas pelayanan pajak, sisanya yaitu 0,00 yang menunjukan adanya
sebesar 21,6% djelaskan oleh faktor lain pengaruh yang signifikan pada kedua
seperti kesadaran wajib pajak dan sanksi variabel terkait. Dengan kata lain, rumusan
pajak yang tegas. Secara kuantitatif hipotesis H1 diterima pada taraf nilai 0,05.
determinasi 78,4% tersebut menunjukkan
kontribusi faktor kualitas pelayanan 5. Kesimpulan
terhadap kepatuhan wajib pajak relatif Berdasarkan penelitian yang penulis
besar dan kedua variabel memiliki lakukan melalui analisis statistik dari 100
hubungan yang cukup kuat. kusioner yang disebarkan kepada Wajib
Pajak PBBP2, maka dapat ditarik
Pembahasan Hasil Penelitian kesimpulan bahwa secara statistik terdapat
Penerapan paradigma baru dalam hubungan yang signifikan dan positif antar
administrasi publik atau yang kini dikenal kedua variabel. Artinya peningkatan
sebagai New Public Service (NPS) kualitas pelayanan pajak (X) akan
merupakan bentuk pelayanan publik yang menyebabkan terjadinya peningkatan
diberikan oleh Dinas Pendapatan Kota kepatuhan wajib pajak (Y) dalam
Denpasar kepada wajib pajak. Dengan membayar PBBP2 di Dinas Pendapatan
memberikan pelayanan prima, kepatuhan Kota Denpasar. Hal ini terdiri atas :
wajib pajak dapat ditingkatkan. Kepuasan a. Hasil dari uji regresi linear sederhana
atas pelayanan yang diberikan dengan diketahui memperoleh nilai koefisen
penerapan NPS dapat mendorong korelasi sejumlah 0,886. Dari
kepatuhan perpajakan pada masa yang perhitungan tersebut juga didapat hasil
akan datang dan juga dapat mendorong dari β kualitas pelayanan pajak sebesar
wajib pajak untuk mengingatkan kepada 0,523. Hal tersebut menunjukan jika
sesama wajib pajak agar dapat variabel kualitas pelayanan pajak
meningkatkan kepatuhannya. Hasil uji mengalami kenaikan 1% maka
koefisien determinasi menunjukan sebesar kepatuhan wajib pajak akan turut naik
78,4% kepatuhan wajib pajak dipengaruhi sebesar 0,523. Namun sebaliknya
oleh kualitas pelayanan pajak, dan sisanya apabila kualitas pelayanan tidak ada
sebesar 21,6% dapat dipengaruhi oleh perubahan atau berada pada titik
kesadaran wajib pajak dan juga sanksi konstan, secara statistik kepatuhan
tegas yang diberikan oleh pemerintah. wajib pajak akan menurun sebesar
Hasil perhitungan uji regresi linear 5,677.
sederhana mendapatkan hasil korelasi b. Hasil uji t menunjukan nilai thitung > ttabel =
kedua variabel sebesar 0,866. Perhitung uji 18,873 > 1,984, dengan nilai signifikansi
regresi dilakukan dengan bantuan software sejumlah 0,000 < 0,05 tentu hasil ini
SPSS 18 dan didapat hasil dari β kualitas menyimpulkan bahwa H1 diterima.
pelayanan pajak senilai 0,523. Hal tersebut Dengan demikian dapat dikatakan
menunjukan apabila variabel X (kualitas Kualitas Pelayanan Pajak berpengaruh
pelayanan pajak) naik 1 satuan (1%) maka signifikan dan positif secara statistik
variabel Y (kepatuhan wajib pajak) naik terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
sebesar 0,523. Serta apabila kualitas membayar PBBP2 di Dispenda Kota
pelayanan (X) tidak ada perubahan atau Denpasar.
berada pada titik konstan, maka kepatuhan c. Hasil dari koefisien determinan,
wajib pajak akan menurun sejumlah 5,677. diperoleh persentase sebesar 78,4%
Hal diatas juga berarti pengaruh antara artinya kepatuhan wajib pajak
variabel kualitas pelayanan pajak dengan dipengaruhi kualitas pelayanan pajak
kepatuhan wajib pajak berpengaruh positif. sebesar 78,4%. Sedangkan sisanya
Dapat dilihat apabila kualitas pelayanan 21,6% dapat disebabkan oleh pengaruh
pajak yang diberikan semakin membaik kesadaran wajib pajak itu sendiri dan
maka kepatuhan wajib pajak dalam juga sanksi pajak yang tegas oleh
pemerintah dalam hal ini Dispenda Kota
Denpasar. Sukidin, Damai Darmadi. 2011.
Administrasi Publik. Editor H.Rudolf
Saran Chrysoekamto. LaksBang PRESSindo:
Berikut adalah beberapa saran yang Yogyakarta.
dapat disampaikan oleh peneliti yang
dipertimbangkan berdasarkan kesimpulan Suparmoko, M. 2000. Ekonomi Publik,
dan juga hasil temuan dilapangan: Untuk Keuangan dan Pembangunan
1) Dispenda Kota Denpasar hendaknya Daerah. Andi: Yogyakarta
terus dapat melakukan peningkatan
kualitas pelayanannya secara Usman dan Akbar. 2014. Metodologi
berkelanjutan khususnya dalam hal Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
ketanggapan. Petugas pelayanan harus
lebih memahami dan mengerti cara
mengatasi setiap keluhan dari wajib
pajak dengan baik. Selain itu diperlukan
sosialisasi lapangan terkait pengajuan
keringanan pembayaran pajak,
sehingga wajib pajak merasa diberikan
alternatif untuk menekan besarnya
jumlah pajak yang harus dibayarkan.
2) Wajib pajak diharapkan lebih menggali
dan meningkatkan pengetahuannya
tentang manfaat dan fungsi pajak,
sehingga wajib pajak memiliki acuan
yang jelas dalam melakukan
pemenuhan kewajibannya. Wajib pajak
seharusnya mampu memanfaatkan
program - program pelayanan yang
sifatnya dapat mempermudah dan
meringankan beban pajaknya.

6. Daftar Pustaka

Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu.


2010. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu.
Jakarta: Kencana

Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan


Publik Konsep, Dimensi, Indikator dan
Implementasinya. Yogyakarta: Gava Media.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi


2009. Yogyakarta: Andi Offset.

Pasolong, Harbani. 2007. Teori


Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

_________. 2012. Metode Penelitian


Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Rahayu, Kurnia Siti. 2010. Perpajakan


Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.
Grafa Ilmu: Yogyakarta.

Sinambela, LijanPoltak. 2006. Reformasi


Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan
Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai