Anda di halaman 1dari 8

Nama : Faishal Arif Murtadho

NIM : 1741420041

Kelas : 4C

Prodi : D4-Teknologi Kimia Industri

Mata Kuliah : Minat Keahlian 3

I. Ethanol

Etanol

Etanol atau disebut juga dengan etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan
cairan yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat
psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol. Etanol termasuk ke dalam alkohol
rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Etanol merupakan
isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et"
merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).

Sifat fisika etanol adalah dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya
rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga
membuatnya cair dan lebih sulit menguap daripada senyawa organik lainnya dengan massa
molekul yang sama. Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik
lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena
glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Etanol juga larut dalam hidrokarbon alifatik
yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti
trikloroetana dan tetrakloroetilena. Campuran etanol-air memiliki volume yang lebih kecil
daripada jumlah kedua cairan tersebut secara terpisah. Campuran etanol dan air dengan volume
yang sama akan menghasilkan campuran dengan volume 1,92 kali jumlah volume awal.
Pencampuran etanol dan air bersifat eksotermik dengan energi sekitar 777 J/mol dibebaskan pada
suhu 298 K. Campuran etanol dan air akan membentuk azeotrop dengan perbandingkan kira-kira
89% mol etanol dan 11% mol air. Perbandingan ini juga dapat dinyatakan sebagai 96% volume
etanol dan 4% volume air pada tekanan normal dan T = 351 K. Komposisi azeotropik ini sangat
tergantung pada suhu dan tekanan. Etanol akan menguap pada temperatur di bawah 303 K.
Campuran etanol dengan air yang lebih dari 50% etanol bersifat mudah terbakar dan mudah
menyala. Campuran yang kurang dari 50% etanol juga dapat menyala apabila larutan tersebut
dipanaskan terlebih dahulu.

Etanol termasuk dalam alkohol primer yang berarti bahwa karbon yang berikatan dengan
gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen atom yang terikat dengannya juga. Reaksi
kimia yang dijalankan oleh etanol kebanyakan berkutat pada gugus hidroksilnya.

1. Reaksi asam-basa

Gugus hidroksil etanol membuat molekul ini sedikit basa. Gugus hidroksi etanol ini
hampir netral dalam air dengan pH 100% etanol adalah 7,33. Etanol dapat diubah menjadi
konjugat basanya yaitu ion etoksida (CH3CH2O−) dengan mereaksikannya dengan logam alkali
seperti natrium:

2CH3CH2OH + 2Na → 2CH3CH2ONa + H2

ataupun dengan basa kuat seperti natrium hidrida:

CH3CH2OH + NaH → CH3CH2ONa + H2.

Reaksi seperti ini tidak dapat dilakukan dalam larutan akuatik, karena air lebih asam daripada
etanol, sehingga pembentukan hidroksida lebih difavoritkan daripada pembentukan etoksida.

2. Halogenasi

Etanol bereaksi dengan hidrogen halida dan menghasilkan etil halida seperti etil klorida
dan etil bromida:

CH3CH2OH + HCl → CH3CH2Cl + H2O

Reaksi dengan HCl memerlukan katalis seperti seng klorida.

CH3CH2OH + HBr → CH3CH2Br + H2O


Reaksi dengan HBr memerlukan proses refluks dengan katalis asam sulfat. Etil halida juga dapat
dihasilkan dengan mereaksikan alkohol dengan agen halogenasi yang khusus, seperti tionil
klorida untuk pembuatan etil klorida, ataupun fosforus tribromida untuk pembuatan etil bromida.

CH3CH2OH + SOCl2 → CH3CH2Cl + SO2 + HC

3. Oksidasi

Etanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehida yang kemudian dapat dioksidasi lebih lanjut
menjadi asam asetat. Dalam tubuh manusia, reaksi oksidasi ini dikatalisis oleh enzim tubuh. Pada
laboratorium, larutan akuatik oksidator seperti asam kromat ataupun kalium permanganat
digunakan untuk mengoksidasi etanol menjadi asam asetat. Etanol dapat dioksidasi menjadi
asetaldehida tanpa oksidasi lebih lanjut menjadi asam asetat menggunakan piridinium kloro
kromat (Pyridinium chloro chromate, PCC).

C2H5OH + 2[O] → CH3COOH + H2O

Produk oksidasi etanol, asam asetat, digunakan sebagai nutrien oleh tubuh manusia sebagai
asetil-koA.

4. Pembakaran

Pembakaran etanol akan menghasilkan karbon dioksida dan air:

C2H5OH(g) + 3O2(g) → 2CO2(g) + 3H2O(l);(ΔHr = −1409 kJ/mol[20])

5. Pembentukan ester

Kondisi di bawah katalis asam, etanol bereaksi dengan asam karboksilat dan menghasilkan
senyawa etil eter dan air.

RCOOH + HOCH2CH3 → RCOOCH2CH3 + H2O.

Agar reaksi ini menghasilkan rendemen yang cukup tinggi, air perlu dipisahkan dari campuran
reaksi seketika terbentuk.

Pada proses pembuatan etanol dari air tebu, pertama batang tebu digiling untuk
menghasilkan air tebu yang selanjutnya digunakan untuk produksi gula (sukrosa) dan alkohol
(etanol). Air tebu dapat menghasilkan monosakarida atau disakarida yang apabila di fermentasi
menghasilkan etanol. Mikroorganisme yang digunakan untuk fermentasi bioetanol adalah
Saccharomyces cerevisiae. Spesies ini akan memecah gula menjadi etanol dan karbon dioksida.
Penggunaan Saccharomyces cerevisiae untuk proses fermentasi memerlukan nutrien yaitu NPK
dan Urea dengan pengkondisian kadar gula awal. Kadar gula sampel yang akan difermentasi
tidak boleh lebih dari 20% karena dapat menghambat aktivitas khamir dan tidak sempurnanya
produksi bioetanol. Saccharomyces cerevisiae akan tumbuh optimal dalam kisaran suhu 30-35°C
dan puncak produksi alkohol dicapai pada suhu 33°C. Jika suhu terlalu rendah, maka fermentasi
akan berlangsung secara lambat dan sebaliknya jika suhu terlalu tinggi maka Saccharomyces
cerevisiae akan mati sehingga proses fermentasi tidak akan berlangsung. Pada proses fermentasi
ini bioetanol atau alkohol mempunyai kemurnian sekitar 8-10% dan dengan produk samping
CO2. Proses fermentasi ini membutuhkan waktu 28-72 jam (rata-rata sekitar 45 jam). Pada proses
pembuatan etanol menggunakan fermentasi anaerob. Fermentasi anaerob ini adalah fermentasi
yang tidak membutuhkan adanya oksigen, beberapa mikroorganisme dapat mencerna bahan
energinya tanpa adanya oksigen. Dari fermentasi tersebut hanya sebagian energi yang dipecah
dan sebagian energi yang dihasilkan yaitu air, termasuk asam laktat, asetat, etanol, asam, volatil,
alkohol dan ester.

Glukosa (gula sederhana) dihasilkan oleh tumbuhan atau tanaman :

6CO2 + 6H2O + cahaya matahari C6H12O6 + 6O2 (2)

Pada proses fermentasi etanol, glukosa akan dipecah menjadi etanol dan karbon dioksida :

C6H12O6 2CH3CH2OH + 2 CO2 + panas (3)

Hasil dari fermentasi berupa cairan mengandung alkohol/ethanol(beer).Pada


kadar ethanol sangat tinggi ragi menjadi tidak aktif lagi, karena kelebihan alkohol akan beakibat
racun bagi ragi itu sendiri dan mematikan aktifitasnya.
Pada proses kedua yaitu proses pemurnian. Pada tahap pemurnian ini bertujuan untuk
mendapatkan kadar fuel grade etanol sebesar 99,58% dan dilakukan secara continous. Pada
umumnya proses pemurnian ini terdapat tiga proses yaitu evaporasi, distilasi, dan dehidrasi.
Tetapi, pada kebanyakan industri hanya mengkombinasikan kedua dari ketiga proses tersebut.
Proses distilasi dan dehidrasi banyak digunakan dalam proses produksi etanol. Proses distilasi
atau penyulingan merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
tingkat volatilitas suatu bahan. Proses distilasi merupakan proses pemisahan antara etanol yang
terbentuk dalam proses fermentasi dengan bahan lain (air, dll) melalui proses penyulingan atau
pemisahan dengan cara memanaskan pada suhu 78°C sehingga terjadi penguapan, kemudian
etanol tersebut dialirkan ke kondensor untuk mengubah fase dari etanol tersebut yang awalnya
uap kemudian diubah menjadi cair dan etanol tersebut dialirkan ke wadah berupa tangki
penampung etanol. Hasil penyulingan masih menghasilkan etanol 95%. Untuk mendapatkan
etanol dengan kadar 99,58% maka dilakukan proses dehidrasi. Proses dehidrasi ini bertujuan
untuk memisahkan kadar air dari ethanol. Dehidrasi dilakukan untuk mendapatkan kadar ethanol
lebih dari 99%. Etanol yang dihasilkan sebelumnya dilewatkan ke heat exchanger sehingga
terjadi kontak dengan steam yang menyebabkan peningkatan suhu pada ethanol sehingga
memudahkan proses pemisahan dengan air. Etanol akan memasuki tangki dengan zeolite
didalamnya. Air akan tertinggal dalam rongga zeolite, sedangkan ethanol akan ditampung dalam
vessel atau tangki penampung dan kemudian diperoleh kadar bioetanol sebagai biofuel sebesar
99,58%.
Pada era pandemi Covid-19 ini pendirian pabrik etanol dari bahan baku air tebu sangatlah
diperlukan dikarenakan permintaan etanol sangat meningkat di indonesia. Etanol tersebut sangat
dibutuhkan oleh dunia kesehatan untuk diolah menjadi handsanitizer atau cairan desinfektan
untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19. Selain itu, etanol banyak diproduksi untuk
penggunaan bahan bakar. Dalam industri minuman, etanol dijadikan dalam bahan pembuatan
minuman beralkohol. Dalam industri parfum, etanol seringkali digunakan untuk membuat wangi
yang ada di dalam botol tahan lama. Namun, setiap parfum yang menggunakan etanol pasti
diberikan peringatan agar tidak terkena mata ataupun sampai masuk ke mulut karena berbahaya
untuk kesehatan. Selain itu, banyak juga pewarna makanan yang menggunakan etanol sebagai
bahan bakunya. Hal ini bertujuan untuk mempertajam warna yang ada.
II. Sabun Cair
Sabun Cair
Sabun merupakan campuran dari senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakann
sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa, dengan atau tanpa zat tambahan lain serta
tidak menimbulkan iritasi pada kulit (BSN,1994). Pada pembuatan sabun cair terjadi reaksi
saponifikasi. Saponifikasi merupakan proses yang bertujuan untuk memisahkan asam lemak
bebas dari minyak untuk direaksikan dengan basa sehingga terbentuk sabun.
Dua komponen utama penyusun sabun adalah asam lemak dan alkali. Pemilihan jenis
asam lemak menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan, karena setiap jenis asam lemak
akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun (Corredoira dan Pandolfi, 1996 dalam
Widiyanti, 2009). Bahan baku pembuatan sabun digunakan pada penelitian ini adalah minyak
kelapa sawit (Palm Oil).

Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel
yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Sabun dan detergen merupakan agen
pengemulsi yang paling efektif, khususunya untuk emulsi minyak-air. Minyak dalam air
merupakan emulsi dengan minyak sebagai fase terdispersi dan air sebagai fase pendispersi.
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air
yang menyebabkan larutan sabun dalam air bersifat basa. Jika larutan sabun dalam air diaduk
maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Sabun dapat
menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap. Sabun mempunyai
sifat membersihkan yang disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam
lemak), digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun
mempunyai gugus polar dan non polar.

1. Hidrolisis

Reaksi hidrolisis antara minyak dan air akan menghasilkan asam lemak dan gliserol,
menurut reaksi:

C3H5(COOR)3 + H2O ↔ C3H5(OH)3 + 3HOOCR

(Riegel, 1949)
2. Esterifikasi

Esterifikasi asam lemak adalah kebalikan dari hidrolisis, dibuat secara lengkap secara
kontinyu penyingkiran air dari zona reaksi. (Spitz, Soap Manufacturing Technology, 2009).

3. Interesterifikasi

Reaksi ini biasa disebut alkoholisis. Ester beralkohol rendah diperoleh dengan
mereaksikan alkohol secara langsung dengan lemak untuk menggantikan gliserol, biasanya
menggunakan katalis alkali. Reaksinya adalah sebagai berikut:

C3H5(COOR)3+3CH3OH ↔ 3CH3OOCR+ C3H5(OH)3

(Spitz, 2009)

4. Saponifikasi

Reaksi ini adalah dasar reaksi yang digunakan pada industri sabun. Jika lemak
direaksikan dengan alkali untuk menghasilkan gliserol dan garam

Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisis lemak/minyak dengan menggunakan


basa kuat seperti NaOH atau KOH sehingga menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau
sabun. Untuk menghasilkan sabun yang keras digunakan NaOH, sedangkan untuk menghasilkan
sabun yang lunak atau sabun cair digunakan KOH. Perbedaan antara sabun keras dan lunak jika
dilihat dari kelarutannya dalam air yaitu sabun keras bersifat kurang larut dalam air jika
dibandingkan dengan sabun lunak. Reaksi penyabunan disebut juga reaksi saponifikasi.

Untuk
membuat
membutuhkan utama yang diawali dengan MFR dikarenakan bahan yang diproses adalah cair-
cair maka dibutuhkan reactor berpengaduk. Kemudian membutuhkan Decanter untuk
Memisahkan Sebgaian Gliserol dan air yang ada didalam sabun, setelah Decanter adalah alat
Netralisasi untuk mengatur pH yang ada didalam sabun dan menambahkan beberapa zat aditif
didalam sabun, dan yang terakhir adalah Mixer untuk mencampurkan pewarna dan parfum
kedalam sabun.

Sabun mandi sendiri adalah sebuah surfaktan yang digunakan untuk membersihkan tubuh
dari debu, kotoran, keringat, bakteri, dan lain-lain. aktifitas kita setiap hari menyebabkan kuman-
kuman itu menempel pada tubuh. Belum lagi kotoran dari debu dan polusi di udara. Cara untuk
mengusir kuman pun bermacam-macam caranya. Salah satunya adalah dengan menjaga
kebersihan rumah. Jaga ventilasi dan biarkan sinar matahari masuk ke dalam rumah kita. Karena
sinar matahari dapat membunuh bakteri dan kuman. Selain menjaga kebersihan rumah, menjaga
kebersihan tubuh juga penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Salah satunya adalah dengan
rajin mandi atau membersihkan diri. Manfaat dari sabun cair adalah :

 Membersihkan diri dari kuman-kuman mikroskopik


 Dapat memutihkan kulit
 Dapat memberikan sensasi segar dan wangi pada tubuh
 Membantu menjaga kelembaban Kulit
 Mengandung aroma terapi untuk membuat kita nyaman dan merasa segar
selepas berkatifias

Industri yang menggunakan sabun cair adalah industri Kesehatan kemudian masyarakat umum.

Anda mungkin juga menyukai