Anda di halaman 1dari 4

Nama : choirunnisa

Kelas/nim : 6B/162111055

Berdasarkan Keputusan DSN- MUI No: Kep-98/MUI/III/2001,

Dewan Syariah Nasional adalah dewan yang di bentuk MUI untuk menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan syariah. Sedangkan Dewan pengawas syariah (DPS)
merupakan salah satu bagian penting dari institusi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia.

Dewan Pengawah Syariah diangkat dan diberhentikan di Lembaga Keuangan Syariah melalui RUPS
setelah mendapat rekomendasi dari DSN.

Lalu saya akan menjelaskan tentang Badan Arbitrase Syariah Nasional

(BASYARNAS)

Berdasarkan fatwa dewan syariah nasional, Badan Arbitrase Syariah Nasional

(BASYARNAS) adalah suatu lembaga yang menyelesaikan sengketa-sengketa yang

terjadi antara asuransi syariah atau lembaga keuangan syariah dengan pesertanya

setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. BASYARNAS adalah perubahan nama dari
Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) yang

merupakan salah satu wujud dari arbitrase Islam yang pertama kali didirikan di

indonesia. Pendirinya diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

*Landasan Hukum Arbitrase Syariah*


1) Al-Qur’anul-Karim

QS al-Hujuraat: 9, QS an-Nisaa: 35

2.) As-Sunnah

Hadits riwayat an-Nasa’i (tentang dialog Nabi Muhammad dengan Abu Sureih

yang sering juga dipanggil sebagai Abul Hakam)

3) Hukum Positif

UU No. 30 TAHUN 1999.

*Tujua Badan Arbitrase Syariah Nasional*

a. Menyelesaikan sengketa-sengketa keperdataan.

b. Dalam surah Al-Hujuraat ayat 9 , mendamaikan orang yang bersengketa itu menjadi

perintah

c. Tarqir

d. Menurut Hartono MaMardjono, bila lembaga lebih menitik beratkan pada

diberlakukanya ketentuan-ketentuan hukum yang bersifat kaku, maka badan

Arbitrase Syariah menitikberatkan pada tugas dan fungsinya untuk mencari titik temu

kedua belah pihak yang berselisih.


e. Tujuan utama didirikanya Badan Arbitrase Muamalah Indonesia dan kini menjadi BASYARNAS:
memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa sengketa muamalah/perdata yang timbul
dari bidang perdagangan, industri,

keuangan, jasa, dll,. Menerima permintaan yang diajukan para pihak yang bersengketa dalam suatu
perjanjian, tanpa ada suatu sengketa untuk memberikan

suatu pendapat yang mengikat mengenai suatu persoalan berkenaan dengan

perjanjian tersebut.

*Klausa Badan Arbitrase Syariah dalam Asuransi Syariah*

a. Klausa Arbitrase adalah suatu ketentuan yang dicantumkan dalam suatu perjanjian

oleh para pihak bersengketa yang menyebabkan tiap perselisihan yang timbul dari

berhubungan dengan perjanjia/kontrak itu akan dijatuhkan kepada arbitrase untuk

diputus

b. Klausa arbitrase merupakan persetujuan yang biasanya disepakati oleh kedua belah

pihak dalam melakukan perjanjian

c. Menurut Setiawan, adanya Klausa Arbitrase, apabila pernyataan itu sendiri memuat

satu atau beberapa pasal yang menjadikan dasar hukum penyerahan penyelesaian

sengketa tentang pelaksanaan perjanjian itu kepada arbitrase.

Lalu saya akan menjelaskan tentang sertifikat ahli asuransi.

Ahli asuransi konvensional

Tenaga Ahli Asuransi Kerugian adalah memiliki kualifikasi ahli asuransi kerugian dariasosiasi Ahli
Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) dan memiliki pengalaman kerjasekurang-kurangnya 3 tahun.
Gelar yang diberikan adalah AAIK (Ahli Asuransi Indonesia Kerugian).
Tenaga Ahli Perusahaan Asuransi Jiwa adalah memiliki kualifikasi ahli asuransi kerugian dariasosiasi Ahli
Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) dan memiliki pengalaman kerjasekurang-kurangnya 3 tahun.
Gelar yang diberikan adalah AAIJ (Ahli Asuransi Indonesia Jiwa).

Tenaga Ajun Ahli Asuransi Jiwa/Kerugian adalah memiliki kualifikasi ahli asuransi kerugian dariasosiasi
Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) dan memiliki pengalaman kerja di bidang teknisi asuransi
jiwa atau kerugian sekurang-kurangnya 2 Tahun. Gelar profesional yang diberikan adalah AAAIJ (Ajun
Ahli Asuransi Indonesia Jiwa) atau AAAIK (Ajun Ahli Asuransi.

Setiap perusahaan asuransi (jiwa maupun kerugian) harus mengangkat seseorang tenaga Ahli Asuransi
Indonesia Kerugian (AAIK) untuk asuransi kerugian. Dan tenaga Ahli Asuransi Indonesia Jiwa (AAIJ) untuk
perusahaan asuransi jiwa. Serta seseorang tenaga Ahli Asuransi Indonesia Kerugian (AAIK) untuk
perusahaan reasuransi.

Sedangankan pengertian dari tenaga ahli yang memiliki keahlian dibidang asuransi dan ekonomi syariah
adalah tenaga ahli yang telah memperoleh gelar Profesional dari AAMAI dan pada saat yang sama yang
bersangkutan telah Mendapatkan pendidikan tambahan yang sepadan dengan itu dalam bidang
ekonomi syariah (islamic insurance) Pendiri atau konversi Asuransi atau perusahaan Reasuransi dengan
prinsip syariah harus menyampaikan Bukti pendukung bahwa tenaga ahli yang dipekerjakan memiliki
keahlian dibidang asuransi dan ekonomi syariah.

Anda mungkin juga menyukai