Anda di halaman 1dari 5

Nama : Choirunnisa

NIM/Kls: 162111055/ 6E

1. a) Akad Murabahah

b) Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan


oleh shahibul mal atau pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa
harga pegadaan barang dengan harga jual terdapat nilai lebih yang
merupakan keuntungan atau laba bagi shahibul mal dan
pengembaliannya dilakukan secara tunai ataupun diangsur. Apabila
terjadi sengketa maka yang pertama adalah dengan yang pertama harus
dilakukan adalah melihat isi perjanjian, jika dalam isi perjanjian telah
memperjanjikan penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan akad,
maka ada beberapa pilihan penyelesaian dan harus ditulis secara jelas
dalam perjanjian, yaitu dengan cara musyawarah, mediasi perbankan,
penyelesaian melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas)
atau lembaga arbitrase lain, konsultasi, negosiasi (perundingan),
konsiliasi, mediasi non mediasi perbankan, pendapat atau penilaian
ahli; (non litigasi). Namun jika dalam isi perjanjain tidak di perjanjikan
penyelesaian sengketa. maka penyelesaian sengketa dapat melalui
pengadilan dalam lingkungan peradilan agama (litigasi) Pasal 55 UU
no 21/ 2008

c) boleh diletakkan hak tanggungan, dengan prosedur bank akan


mengirimkan surat peringatan kepada debitur agar melaksanakan
kewajibannya dalam pembayaran angsuran sesuai dengan yang
diperjanjikan. Peringatan tersebut biasanya diajukan paling sedikit
sebanyak 3 (tiga) kali untuk memenuhi syarat keadaan wanprestasinya
debitur. Apabila telah diperingati secara patut tetapi debitur tidak juga
melakukan pembayaran kewajibanya, maka bank melalui ketentuan
hukum yang terdapat pada Pasal 6 dan Pasal 20 UU 3 Dalam hal akad
murabahah harus dibaca Pengadilan Agama RI No. 4 tahun 1996
tentang Hak Tanggungan, akan melakukan proses lelang terhadap
jaminan debitur. Mungkin juga bank mengajukan permohonan lelang
jaminan Hak Tanggungan kepada KPKNL (Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang) yang merupakan salah satu unit kerja
pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Departemen Keuangan RI.
Pasal 14 UU RI No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan yang
mengisyaratkan bahwa Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan memiliki
kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Jika terdapat
perlawanan dari debitur ataupun pihak lain, maka KPKNL tidak
memiliki kewenangan untuk melakukan eksekusi pengosongan atas
objek lelang yang sudah dibeli oleh peserta/pembeli lelang, hal itu
menjadi kewenangan badan peradilan agama.

2. a) Akad Mudharabah yaitu transaksi penanaman dana dari pemilik dana


atau shahibul mal kepada pengelola dana atau mudharib, untuk melakukan
kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil
usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya

b) a. Hak dan kewajiban shahibul maal adalah: 1) Menerima bagian laba


tertentu sesuai yang disepakati dalam mudharabah. 2) Menerima
jaminan dari mudharib atau pihak ketiga yang dapat digunakan apabila
mudharib melakukan pelanggaran atas akad mudharabah. Jaminan
tersebut dapat berupa jaminan kebendaan dan atau jaminan umum,
seperti jaminan perusahaan. 3) Mengawasi pelaksanaan kegiatan usaha
yang dilakukan oleh mudharib. 4) Menyediakan seluruh modal yang
telah disepakati. 5) Menanggung seluruh kerugian usaha yang tidak
diakibatkan oleh kelalaian, kesengajaan dan atau pelanggaran
mudharib atas mudharabah.
b. Hak dan kewajiban mudharib adalah: 1) Menerima bagian laba
tertentu sesuai yang disepakati dalam mudharabah. 2) Mengelola
kegiatan usaha untuk tercapainya tujuan mudharabah tanpa campur
tangan shahibul maal. 3) Mengelola modal yang telah diterima dari
shahibul maal sesuai dengan kesepakatan, dan memperhatikan syariah
Islam serta kebiasaan yang berlaku. 4) Menanggung seluruh kerugian
usaha yang diakibatkan oleh kelalaian, kesengajaan dan atau
pelanggaran mudharib atas mudharabah

c) Apabila terjadi sengketa maka yang pertama adalah dengan yang


pertama harus dilakukan adalah melihat isi perjanjian, jika dalam isi
perjanjian telah memperjanjikan penyelesaian sengketa dilakukan
sesuai dengan akad, maka ada beberapa pilihan penyelesaian dan harus
ditulis secara jelas dalam perjanjian, yaitu dengan cara musyawarah,
mediasi perbankan, penyelesaian melalui Badan Arbitrase Syariah
Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain, konsultasi, negosiasi
(perundingan), konsiliasi, mediasi non mediasi perbankan, pendapat
atau penilaian ahli; (non litigasi). Namun jika dalam isi perjanjain
tidak di perjanjikan penyelesaian sengketa. maka penyelesaian
sengketa dapat melalui pengadilan dalam lingkungan peradilan agama
(litigasi)

3). a. Putusan MK No.93/PUU-X/2012 tidak mempengaruhi kekuatan dari


mediasi perbankan. Mediasi perbankan masih menjadi suatu pilihan
alternatif jika para pihak bersepakat untuk tidak membawa sengketa ke
pengadilan agama namun harus mencantumkannya secara jelas dalam
akad (perjanjian)

b. Putusaan MK No.93/PUU-X/2012 tidak ada menyinggung atau


mengecilkan kewenangan basyarnas, namun hanya kembali mempertegas
jika para pihak sepakat ingin membawa sengketa perbankan syariah ke
forum penyelesaian basyarnas maka harus secara jelas mencantumkannya
pada akad pembiayaan syariah yang dibuat dihadapan Notaris

c. Putusan MK No. 93/PUU-X/2012 dalam amarnya menyatakan bahwa


Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 bertentangan
dengan UUD 1945 sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

c. Putusan No.93/PUU-X/2012 yang menjelaskan bahwa pengadilan


dalam lingkungan peradilan umum wajib menolak untuk menangani
perkara perbankan syariah, karena bertentangan dengan Pasal 25 Undang-
undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Secara
kompetensi Pengadilan Negeri sama sekali tidak berwenang memeriksa
bahkan mengadili sengketa ekonomi syariah Penyelesaian sengketa
perbankan syariah merupakan kewenangan mutlak Peradilan Agama

d. Putusan Mahkamah Konstitusi No.93/PUU-X/2012 yang menyatakan


penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, maka para pihak tidak lagi terpaku dalam
menyelesaikan sengketanya secara non litigasi pada musyawarah, mediasi
perbankan, arbitrase melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional atau
lembaga arbitrase lainnya, tetapi dapat juga menempuh proses non-litigasi
lainnya seperti konsultasi, negosiasi (perundingan), konsiliasi, mediasi
non mediasi perbankan, pendapat atau penilaian ahli

e. Putusan Mahkamah Konstitusi 93/PUU-X/2012 maka Pengadilan


Agama adalah satu-satunya lembaga peradilan yang berwenang untuk
menyelesaikan sengketa ekonomi syariah baik yang diputus oleh lembaga
peradilan (litigasi) maupun putusan non litigasi.

4) a. Litigasi adalah proses menyelesaikan perselisihan hukum di pengadilan


dimana setiap pihak yang bersengketa mendapatkan kesempatan untuk
mengajukan gugatan dan bantahan.
b. Non-litigasi adalah penyelesaian masalah hukum diluar proses
peradilan. Non litigasi mempunyai beberapa bentuk untuk menyelesaikan
sengketa yaitu: negosiasi, mediasi., arbitrase, dll.

c. Alternatif penyelesaian sengketa (aps) atau alternative dispute


resolution (adr) adalah cara penyelesaikan sengketa di luar dari sistem
litigasi

d. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar


peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa

e. Basyarnas adalah lembaga arbitrase yang didirikan oleh majelis ulama


indonesia (mui) berfungsi menyelesaikan kemungkinan terjadinya
sengketa muamalat yang timbul dalam hubungan perdagangan, industri,
keuangan, dan jasa

f. Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak-pihak yang


terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan
bertentangan

g. Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak


ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil
keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai
penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak.

h. Konsiliasi adalah suatu upaya dalam menyelesaikan sengketa atau


perselisihan dari pihak-pihak dengan melibatkan pihak netral yang
dinamakan konsiliator yang mecari titik tengah (penyelesaian atau
persetujuan) yang mempertemukan keinginan dari pihak-pihak yang
berselisih

Anda mungkin juga menyukai