Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

ANALISIS HIDROLOGI

1.1 Pengertian Bencana Banjir


“Banjir di defenisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang
melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan
ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya
tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilaah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam
yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun
ekonomi” (IDEP,2007).
“Banjir merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya kering (bukan daerah rawa)
menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi
wilayah berupa dataran rendah hingga cekung. Selain itu terjadinya banjir jua dapat disebabkan
oleh limpasan air permukaan (runoff) yang meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengaliran
sistem drainase atau sistem aliran sungai. Terjadinya bencana banjir juga disebabkan oleh
rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak mampu lagi
menyerap air. Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang diatas
normal, perubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat,
terhambatnya aliran air di tempat lain” (Ligak, 2008).

1.2 Jenis-Jenis Banjir


Menurut Pusat Kritis Kesehatan Kemenkes RI (2018), banjir dibedakan menjadi lima tipe
sebagai berikut:
1. Banjir Bandang
Banjir yaitu banjir yang sangat berbahaya karena bisa mengangkut apa saja. Banjir ini cukup
memberikan dampak kerusakan cukup parah. Banjir bandang biasanya terjadi akibat
gundulnya hutan dan rentan terjadi di daerah pegunungan.
2. Banjir Air
Banjir air merupakan jenis banjir yang sangat umum terjadi, biasanya banjir in terjadi akibat
meluapnya air sungai, danau atau selokan. Karena intensitas banyak sehingga air tidak
tertamoung dan meluap itulah banjir air.
3. Banjir Lumpur
Banjir lumpur merupakan banjir yang mirip dengan banjir bandang tapi banjir lumpur yaitu
banjir yang keluar dari dalam bumi yang sampai ke daratan.banjir lumpur mengandung bahan
yang berbahaya dan bahan gas yang mempengaruhi kesehatan makhul hidup lainnya.
4. Banjir Rob (Banjir Laut Air Pasang)
Banjir rob adalah banjir yang terjadi akibat air laut. Biasanya banjir ini menerjang kawasan di
wilayah sekitar pesisir pantai.
5. Banjir Cileunang
Banjir cileunang mempunyai kemiripan dengn banjir air , tapi banjir cileunang terjadi akibat
deras hujan sehingga tidak tertampung.

1.3 Faktor-Faktor Penyebab Banjir


Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), ‘‘faktor penyebab terjadinya banjir dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir alami dan banjir oleh tindakan manusia. Banjir
akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai,
kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia
disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan seperti :
perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran,
rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi
alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat’’. Peraturan Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 28 tahun 2015 tentang penetapangaris sepadan sungai dan garis
sempadan danau pada pasal 15 berbunyi untuk bangunan yang terdapat di sempadan sungai
minimal jarak rumah dari tepi sungai yaitu 10 meter dari tepi kiri dan kanan sungai, dan apabila
sungai terlalu dalam melebihi 3 meter maka jarak dari sepadan sungai lebih dari 10 meter.
1. Penyebab banjir secara alami
Yang termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah :
a. Curah hujan
b. Pengaruh fisiografi
c. Erosi dan Sedimentasi
d. Kapasitas sungai
e. Kapasitas drainasi yang tidak memadai
f. Pengaruh air pasang
2. Penyebab banjir akibat aktivitas manusia
Banjir juga dapat terjadi akibat ulah/aktivitas manusia sebagai berikut:
a. Perubahan kondisi DAS
b. Kawasan kumuh dan sampah
c. Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian
d. Kerusakan bangunan pengendali air
e. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
f. Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)

1.4 Analisa Lokasi Banjir


1. Kecamatan Sidorejo
a) Kelurahan Blotongan
Berdasarkan hasil wawancara dan tinjauan lokasi pada kelurahan Blotongan terdapat 5
titik yang terindikasi terjadinya genangan dan banjir.
1) Jembatan pada jl. Fatmawati sebelah wedangan sejati Blotongan. (-
7.30175,110.4858)

Permasalahan :
 Perubahan tataguna lahan akibat pembangunan Gedung UKSW Debit
banjir pada sungai yang tinggi.
 Ketidakmampuan saluran alam menampung debit hujan
 Berkurangnya kapasitas saluran karena tertutup tumbuhan dan sampah,
Saran :
 Perlu adanya normalisasi saluran alam, sehingga memiliki kapasitas yang cukup untuk
menampung debit
 Pengurangan debit yang menuju saluran dengan cara pengurangan daerah catchment
2) Jl. Kota baru Raya RT 03/RW 13 No. 75-136 (-7.306086,110.484916)

Permasalahan :
 Saluran tidak dapat menampung debit hujan
Saran :
 Pengurangan debit yang menuju saluran dengan cara pengurangan daerah catchment
 Perlu dilakukan analisis lokasi mana saja yang menjadi daerah layanan saluran
drainase tersebut
3) Gang Mawar II Blotongan Sidorejo (-7.308349,110.482338)

Permasalahan :
 Daerah memiliki karakteristik curam
 Saluran tidak dapat menampung karena kekurangan kapasitas Saluran tertutup dengan
tanaman
Saran :
 Saluran perlu diperbesar dan diperbaiki
 Pengurangan daerah layanan

4) Perum sehati RW 14 Blotongan di Gapura (-7.307187,110.480101)

Permasalahan :
 Debit banjir pada sungai yang tinggi
 Ketidakmampuan saluran alam menampung debit hujan
 Berkurangnya kapasitas saluran karena tertutup tumbuhan dan sampah
 Slope relative datar
Saran :
 Perlu adanya normalisasi saluran alam, sehingga memiliki kapasitas yang cukup untuk
menampung debit
 Perlu dilakukan analisis lokasi mana saja yang menjadi daerah layanan saluran drainase
tersebut apabila memungkinkan dikurangi daerah layanannya.

5) Jalan Bonggan Blotongan (-7.298790,110.474191)

Permasalahan :
 Debit dengan kecepatan tinggi
 Saluran tidak dapat menampung debit hujan
 Berada pada daerah cekungan
 Slope curam sehingga air terlalu cepat menuju lokasi banjir
Saran :
 Penguran debit banjir dengan sudetan
 Pembuatan kolam retensi untuk menampung debit

b) Kelurahan Bugel

Berdasarkan hasil wawancara dan tinjauan lokasi pada kelurahan Blotongan terdapat 1 titik yang
terindikasi terjadinya genangan dan banjir.
1) Jl. Nogosari, Bugel Kec. Sidorejo Kota salatiga (-7.18107,100.30331)

Permasalahan :
 Belum ada saluran layanan untuk aliran dari kebun karet Tidak ada saluran pada sisi
timur laut
Saran :
 Pembuatan saluran pada sisi timur dan layanan untuk kebun karet

c) Kelurahan Sidorejo Lor


Berdasarkan wawancara dan tinjauan lokasi pada Kelurahan SIdorejo Lor, terdapat 2 titik
yang terindikasi terjadi genangan dan banjir.
1). Lokasi Pos Polisi Lalu Lintas, Depan Roncali, Depan Dealer Honda-Kemenag dan Jl. Ki
Penjawi
Brdasarkan wawancara dengan masyarakat sekitar hanya terjadi genangan saat terjadi
hujan, namun ketika hujan sudah reda genangan tersebut hilang.
2). Perumahan Lembah Hijau (-7.308844, 110.484525)

Permasalahan:
Terjadi banjir, karena adanya kiriman dari hulu saluran alam, yaitu dari arah terminal Debit yang
terjadi terlalu tinggim sehingga, saluran tidak mampu menampung aliran air yang melaju
Saran:
Berdasarkan wawancara dengan Ketua RT, dalam mengatasi banjir perlu dilakukan pendalaman
saluran. Untuk pelebaran saluran dari warga tidak menghendaki. Selain itu dalam mengatasi
banjir yang terjadi dapat dilakukan sudetan untuk memecah aliran yang menuju ke perumahan
tersebut.

d) Kelurahan Pulutan
Berdasarkan wawancara dan tinjauan lokasi pada Kelurahan Pulutan, terdapat 1 titik yang
terindikasi terjadi genangan. Lokasi genangan yaitu pada Jl. Dipomenggolo depan Traffic Light
sekitar Puskesmas Pembantu Pulutan (-7.313557, 110.477034)
Permasalahan:
 Genangan terjadi pada area cekungan jalan
 Hanya ada saluran disebelah kanan, di sebelah kiri tidak ada saluran sehingga air
 menggenang tidak ada saluran pembuang

Saran:
Perlu dibuatkan saluran pembuang disebelah kiri jalan, kemudian saluran tersebut di arahkan
menuju sungai pada lokasi tersebut.

2. Kecamatan Pabelan
1) Jl. Kenangan Graha Salatiga Pabelan (-7.1678,110.3088)
Permasalahan :
 Perubahan dimensi saluran dari hulu ke pembuang berupa penyempitan dan pendangkalan
 Kemiringan saluran sebelum pembuang cukup curam Banyak
tumbuhan dan sampah di saluran
 Dimensi saluran tidak dapat menampung debit banjir
Saran :
Perbaikan dimensi saluran

2) Pasar Pabelan (-7.294381, 110.512766)

Permasalahan:
 Banjir di Pasar Pabelan ketinggian 1-1.3 m
 Elevasi jalan lebih tinggi daripada elevasi saluran, dan saluran di depan pasar merupakan
saluran tertutup sehingga ketika terjadi hujan deras aliran ke saluran tidak terlalu cepat
 Terjadi perubahan dimensi saluran di bagian hulu dan hilir
 Jembatan di depan Mina Kencana terlalu rendah dan dimensi salurannya mengecil
 Terjadi sedimentasi pada saluran pembagi di depan Mina Kencana yang menyebabkan
alirannya meluap
 Di depan area Mina Kencana terjadi aliran balik sehingga terjadi luapan yang menjadi salah
satu penyebab banjir
Saran:
 Perlu dilakukan pelebaran saluran minimal sesuai dengan bagian hulu jika memungkinkan

 Pada lokasi depan Mina Kencana, sedimentasi perlu dikeruk dan jembatan perlu perlu
ditinggikan agar dimensi saluran lebih tinggi
 Perlu ditelusuri aliran yang masuk menuju saluran irigasi dari aliran lain, sehingga
penyebab utama banjir dapat diketahui dan aliran yang terjadi dapat dipecah.

3. Kecamatan Argomulyo
1) Sepanjan jalan besar Argoboga (-7.20943,110.30530)

Permasalahan :

 Perubahan dimensi saluran dari hulu ke pembuang berupa penyempitan dan pendangkalan
 Kemiringan saluran pada hulu terlalu curam sehingga air tertampung pada hilir
 Saluran menuju pembuang terlalu kecil
Saran :
 Perbaikan dimensi saluran
 Penambahan pembuangan pada bagian hulu
2) Perumahan wahid Argomulyo (-7.21582,110.30489)

Permasalahan :
 Berada pada lokasi cekungan
 Lubang pengeluaran dari jalan menuju gorong-gorong kecil sehingga air lama tergenang
Saran :
Penambahan pengeluaran air dari jalan raya menuju pembuang

1.5 Analisis Hidrologi


Langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut:
1. Menentukan curah hujan maksimum harian rata-rata DAS Kaligangsa Kecamatan
Margadana dari data curah hujan yang ada.
2. Menentukan curah hujan rencana dengan menggunakan data dari hujan harian
maksimum
3. Menghitung intensitas curah hujan dengan menggunakan metode Mononobe
4. Menghitung debit banjir dengan program EPA SWMM pada saluran drainase.

1.5.1 Analisis Curah Hujan Maksimum Wilayah Poligon Thiessen STA DUKUH
Besarnya curah hujan maksimum DAS dihitung dengan metode Thiessen.
Hujan maksimum harian rata-rata didapat dengan menentukan hujan maksimum pada
setiap tahunnya. Hasil analisis curah hujan harian maksimum daerah masing masing
stasiun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Analisa Perhitungan Hujan Harian STA Dukuh
RMAX Tahunan (Xi)
No. Tahun Tanggal
(mm)
1 2005 26-Januari 86,00
2 2006 21-Febuari 87,00
3 2007 26-Desember 60,00
4 2008 19-Juni 65,00
5 2009 09-Juni 57,00
6 2010 06-Febuari 49,00
7 2011 25-Desember 86,00
8 2012 28 0ktober 87,00
9 2013 19-Maret 60,00
10 2014 19-Juni 65,00

1.5.1.1 Analisis Curah Hujan Rencana


Hujan rencana adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk
menghitung intensitas hujan. Data yang digunakan dalam analisis frekuensi curah
hujan rencana adalah data hujan harian maksimum kecamatan Margadana Kota Tegal
DAS Kaligangsa pada Tabel 4.2. Data tersebut dianalisis secara statistik untuk
mendapatkan pola sebaran yang sesuai dengan sebaran curah hujan rata-rata
maksimum yang ada.
1. Parameter Statistik
Curah hujan rencana dihitung besaran dispersinya. Besarnya dispersi dilakukan
dengan pengukuran dispersi, yakni melalui perhitungan parametrik statistik untuk
2 3 4
( X i−X rt ) , ( X i−X rt ) , ( X i−X rt ) , ( X i−X rt ) terlebih dahulu.
Dimana : Xi = Curah hujan maksimum (mm)
Xrt = Rata-rata curah hujan maksimum (mm)
Perhitungan dispersi ini dilakukan dua kali yaitu untuk data hujan dalam bentuk
normal dan data hujan dalam bentuk logaritma. Data hujan dalam bentuk normal
digunakan untuk perhitungan analisis frekuensi Distribusi Normal dan Distribuasi
Gumbel. Data hujan dalam bentuk logaritma digunakan untuk perhitungan analisis
frekuensi Distribusi Log Normal dan Distribusi Log Pearson Tipe III. Hasil
perhitungan parameter statistik dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 .
Tabel 2 Perhitungan Dispersi Curah Hujan Normal

RMAX Tahunan (Xi)


No. Tahun (Xi - XR) (Xi - XR)2 (Xi - XR)3 (Xi - XR)4
(mm)
1 2005 86,000 15,800 249,640 3944,312 62320,130
2 2006 87,000 16,800 282,240 4741,632 79659,418
3 2007 60,000 -10,200 104,040 -1061,208 10824,322
4 2008 65,000 -5,200 27,040 -140,608 731,162
5 2009 57,000 -13,200 174,240 -2299,968 30359,578
6 2010 49,000 -21,200 449,440 -9528,128 201996,314
7 2011 86,000 15,800 249,640 3944,312 62320,130
8 2012 87,000 16,800 282,240 4741,632 79659,418
9 2013 60,000 -10,200 104,040 -1061,208 10824,322
10 2014 65,000 -5,200 27,040 -140,608 731,162
Jumlah 702,000 0,000 1949,600 3140,160 539425,952
Rata-Rata (XR) 70,200
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 2 didapat parameter statistik sebagai berikut:
 Rata-rata curah hujan (Xrt) = 70,2 mm
 Standar Deviasi (Sd) = 14,718 mm
 Koefisien Variasi (Cv) = 0,21
 Koefisien Skewness (Cs) = 0,109
 Koefisien Kurtosis (Ck) = 1,597
Tabel 3 Perhitungan Dispersi Curah Hujan Logaritma

RMAX Tahunan (Xi)


No. Tahun Yi Yi-Y (Yi-Y)2 (Yi-Y)3 (Yi-Y)4
(mm)
1 2005 86,000 1,934 0,097 0,009 0,001 0,000
2 2006 87,000 1,940 0,102 0,010 0,001 0,000
3 2007 60,000 1,778 -0,059 0,004 0,000 0,000
4 2008 65,000 1,813 -0,025 0,001 0,000 0,000
5 2009 57,000 1,756 -0,082 0,007 -0,001 0,000
6 2010 49,000 1,690 -0,147 0,022 -0,003 0,000
7 2011 86,000 1,934 0,097 0,009 0,001 0,000
8 2012 87,000 1,940 0,102 0,010 0,001 0,000
9 2013 60,000 1,778 -0,059 0,004 0,000 0,000
10 2014 65,000 1,813 -0,025 0,001 0,000 0,000
Jumlah 18,376 0,000 0,076 0,000 0,001
  Y 1,838  

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3 didapat parameter statistik sebagai berikut:


 Rata-rata curah hujan (Y) = 1,838 mm
 Standar Deviasi (Sd) = 0,092 mm
 Koefisien Variasi (Cv) = 0,05
 Koefisien Skewness (Cs) = -0,048
 Koefisien Kurtosis (Ck) = 2,584
2. Pemilihan Jenis Sebaran
Dalam statistik terdapat beberapa jenis sebaran (distribusi), diantaranya yang
sering digunakan dalam hidrologi adalah:
1. Distribusi Normal.
2. Distribusi Log Normal.
3. Distribusi Gumbel.
4. Distribusi Log Pearson Tipe III.
Penentuan jenis sebaran (distribusi probabilitas) yang sesuai dengan data
dilakukan dengan mencocokan parameter data tersebut dengan syarat masing-
masing jenis distribusi. Dari hasil uji distribusi dibandingkan dengan parameter
statistik persyaratan, selanjutnya dipilih yang paling mendekati.
Tabel 4 Penentuan Jenis Sebaran

Jenis
No Syarat Hasil Perhitungan Keterangan
Distribusi
Cs ~ 0   Cs 0,109 memenuhi
1 Normal
Ck ~ 3   Ck 1,597 Tidak Memenuhi
Gumbel Tipe Cs ~ 1,1396   Cs 0,109 Tidak Memenuhi
2
1 Ck ~ 5,4002   Ck 1,597 Tidak Memenuhi
Cs = Cv3 + 3Cv 0,150 Cs -0,048 memenuhi
3 Log Normal Ck = Cv8 + 6Cv6 +
3,040 Ck 2,584 Tidak Memenuhi
15Cv4 + 16Cv2 + 3
Log Pearson Cs ≠ 0   Cs -0,048 Memenuhi
4
III Ck = 1,5Cs2 + 3 3,003 Ck 2,584 Memenuhi
Dari hasil perhitungan yang ditunjukan pada Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa perhitungan
curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu dapat dilakukan dengan Log Pearson III
karena syarat yang ada telah dipenuhi.
3. Perhitungan Periode Ulang
Dalam menghitung curah hujan rencana dengan periode ulang Log Pearson Tipe III terlebih
dahulu menentukan nilai K T yang terdapat di tabel nilai variabel reduksi Gauss
Setelah mendapatkan nilai K T , untuk menghitung besarnya curah hujan periode ulang
dengan distribusi Log Pearson III menggunakan persamaan:
Y T = ý + K . S D

X T =10Y T

Tabel 5 Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Pearson III

Periode Standar Deviasi Log Koef. XT


KT YT
Ulang (T) (SD) XR Skewness (Cs) (mm)
345,70
5 0,71 1,957 -1,604 0,817 2,539
4
462,09
10 0,71 1,957 -1,604 0,994 2,665
2

4. Curah Hujan Rencana Terpakai


Penentuan curah hujan rencana dilakuan setelah terlebih dahulu menentukan jenis sebaran/
distribusi yang dapat dipakai dalam perencanaan. Dari hasil perhitungan periode ulang dan
hasil Aprob maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebaran yang mendekati adalah sebaran
Log Pearson III.

1.4.1.2 Hyetograph Hujan Rencana


Dalam perhitungan banjir rancangan, diperlukan masukan berupa hujan rancangan yang
didistribusikan ke dalam kedalaman jam-jaman (hyetograph). Apabila yang tersedia adalah
data hujan harian, untuk mendapatkan kedalaman hujan jam-jaman dari hujan rancangan dapat
menggunakan model distribusi hujan.
Metode distribusi hujan yang digunakan pada studi ini adalah Tadashi Tanimoto. Tabel
perhitungan hyetograph dapat dilihat pada Tabel 4.20 dan gambar hyetograph dapat dilihat
pada Gambar 1
90

80

70

60
Curah Hujan (mm)
50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu (jam ke-)

Gambar 1. Hyetograph Hujan Rencana dengan Periode Ulang 5 Tahun

Tabel 6 Perhitungan Hyetograph stasiun Tuntang

Jam Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8
26 24 17 13 7 5,5 4 3,5
Curah Hujan (mm) 89,8 82,9 19,0 13,8
8 6 58,76 44,94 24,19 1 2 12,09

1.4.2 Analisis Curah Hujan Maksimum STA Tuntang


Besarnya curah hujan maksimum DAS dihitung dengan metode Thiessen.
Hujan maksimum harian rata-rata didapat dengan menentukan hujan maksimum pada
setiap tahunnya. Hasil analisis curah hujan harian maksimum daerah masing masing
stasiun dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 7 Analisa Perhitungan Hujan Harian Maksimum Tuntang

RMAX Tahunan (Xi)


No. Tahun Tanggal
(mm)
1 2005 26-Januari 36,000
2 2006 21-Febuari 86,000
3 2007 26-Desember 120,000
11 2008 19-Juni 109,000
5 2009 09-Juni 135,000
6 2010 06-Febuari 121,000
7 2011 25-Desember 105,000
8 2012 28 0ktober 61,000
9 2013 19-Maret 83,000
10 2014 19-Juni 105,000

1.5.2.1 Analisis Curah Hujan Rencana


Hujan rencana adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk
menghitung intensitas hujan. Data yang digunakan dalam analisis frekuensi curah
hujan rencana adalah data hujan harian maksimum DAS Salatiga Stasiun Tuntang
pada Tabel 4.7. Data tersebut dianalisis secara statistik untuk mendapatkan pola
sebaran yang sesuai dengan sebaran curah hujan rata-rata maksimum yang ada.
1. Parameter Statistik
Curah hujan rencana dihitung besaran dispersinya. Besarnya dispersi dilakukan
dengan pengukuran dispersi, yakni melalui perhitungan parametrik statistik untuk
2 3 4
( X i−X rt ) , ( X i−X rt ) , ( X i−X rt ) , ( X i−X rt ) terlebih dahulu.
Dimana : Xi = Curah hujan maksimum (mm)
Xrt = Rata-rata curah hujan maksimum (mm)
Perhitungan dispersi ini dilakukan dua kali yaitu untuk data hujan dalam bentuk
normal dan data hujan dalam bentuk logaritma. Data hujan dalam bentuk normal
digunakan untuk perhitungan analisis frekuensi Distribusi Normal dan Distribuasi
Gumbel. Data hujan dalam bentuk logaritma digunakan untuk perhitungan analisis
frekuensi Distribusi Log Normal dan Distribusi Log Pearson Tipe III. Hasil
perhitungan parameter statistik dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9 .
Tabel 8 Perhitungan Dispersi Curah Hujan Normal

RMAX Tahunan (Xi) (Xi -


No. Tahun (Xi - XR)2 (Xi - XR)3 (Xi - XR)4
(mm) XR)
1 2005 36,000 -60,100 3612,010 -217081,801 13046616,240
2 2006 86,000 -10,100 102,010 -1030,301 10406,040
3 2007 120,000 23,900 571,210 13651,919 326280,864
4 2008 109,000 12,900 166,410 2146,689 27692,288
5 2009 135,000 38,900 1513,210 58863,869 2289804,504
6 2010 121,000 24,900 620,010 15438,249 384412,400
7 2011 105,000 8,900 79,210 704,969 6274,224
8 2012 61,000 -35,100 1232,010 -43243,551 1517848,640
9 2013 83,000 -13,100 171,610 -2248,091 29449,992
10 2014 105,000 8,900 79,210 704,969 6274,224
Jumlah 961,000 0,000 8146,900 -172093,080 17645059,417

Rata-Rata (XR) 96,100

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 8 didapat parameter statistik sebagai berikut:


 Rata-rata curah hujan (Xrt) = 96 mm
 Standar Deviasi (Sd) = 30,87 mm
 Koefisien Variasi (Cv) = 0,313
 Koefisien Skewness (Cs) = - 0,702
 Koefisien Kurtosis (Ck) = 2,991
Tabel 9 Perhitungan Dispersi Curah Hujan Logaritma

RMAX Tahunan (Xi)


Tahu
No. Yi Yi-Y (Yi-Y)2 (Yi-Y)3 (Yi-Y)4
n
(mm)
1 2005 36,000 1,556 -0,400 0,160 -0,064 0,026
2 2006 86,000 1,934 -0,022 0,000 0,000 0,000
3 2007 120,000 2,079 0,122 0,015 0,002 0,000
4 2008 109,000 2,037 0,081 0,007 0,001 0,000
5 2009 135,000 2,130 0,174 0,030 0,005 0,001
6 2010 121,000 2,083 0,126 0,016 0,002 0,000
7 2011 105,000 2,021 0,064 0,004 0,000 0,000
8 2012 61,000 1,785 -0,171 0,029 -0,005 0,001
9 2013 83,000 1,919 -0,038 0,001 0,000 0,000
10 2014 105,000 2,021 0,064 0,004 0,000 0,000
Jumlah 19,567 0,000 0,267 -0,059 0,028

  Y 1,957
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 9 didapat parameter statistik sebagai berikut:
 Rata-rata curah hujan (Y) = 1,957 mm
 Standar Deviasi (Sd) = 0,712 mm
 Koefisien Variasi (Cv) = 0,088
 Koefisien Skewness (Cs) = - 1,604
 Koefisien Kurtosis (Ck) = 6,298
2. Pemilihan Jenis Sebaran
Dalam statistik terdapat beberapa jenis sebaran (distribusi), diantaranya yang
sering digunakan dalam hidrologi adalah:
1. Distribusi Normal.
2. Distribusi Log Normal.
3. Distribusi Gumbel.
4. Distribusi Log Pearson Tipe III.
Penentuan jenis sebaran (distribusi probabilitas) yang sesuai dengan data
dilakukan dengan mencocokan parameter data tersebut dengan syarat masing-
masing jenis distribusi. Dari hasil uji distribusi dibandingkan dengan parameter
statistik persyaratan, selanjutnya dipilih yang paling mendekati.
Tabel 10 Penentuan Jenis Sebaran

Jenis
No Syarat Hasil Perhitungan Keterangan
Distribusi
Cs ~ 0   Cs -0,702 memenuhi
1 Normal
Ck ~ 3   Ck 2,991 memenuhi
Gumbel Tipe Cs ~ 1,1396   Cs -0,702 Tidak Memenuhi
2
1 Ck ~ 5,4002   Ck 2,991 Tidak Memenuhi
Cs = Cv3 + 3Cv 0,265 Cs -1,604 memenuhi
3 Log Normal Ck = Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4
3,125 Ck 6,298 Tidak Memenuhi
+ 16Cv2 + 3
Log Pearson Cs ≠ 0   Cs -1,604 Memenuhi
4
III Ck = 1,5Cs2 + 3 6,860 Ck 6,298 Memenuhi
Dari hasil perhitungan yang ditunjukan pada Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa
perhitungan curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu dapat dilakukan dengan Log
Pearson III karena syarat yang ada telah dipenuhi.
3. Perhitungan Periode Ulang
Dalam menghitung curah hujan rencana dengan periode ulang Log Pearson Tipe III terlebih
dahulu menentukan nilai K T yang terdapat di tabel nilai variabel reduksi Gauss
Setelah mendapatkan nilai K T , untuk menghitung besarnya curah hujan periode ulang
dengan distribusi Log Pearson III menggunakan persamaan:
Y T = ý + K . S D

X T =10Y T

Contoh perhitungan distribusi Log Pearson III dengan periode ulang 2 tahun adalah
sebagai berikut :
Y T = ý + K . S D
= 1,957 + (-0,033 . 0,10)
= 1,9537 mm
X T =10Y T

¿ 10 y =101,9537 =89 ,8876 mm


T

Perhitungan distribusi Log Pearson III dengan periode ulang yang lainnya disajikan
dalam Tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11 Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Pearson III

Periode Ulang
Standar Deviasi (SD) Log XR Koef. Skewness (Cs) KT YT XT (mm)
(T)
5 0,09 1,838 -0,048 0,790 1,911 81,410
10 0,09 1,838 -0,048 1,332 1,958 90,757

4. Curah Hujan Rencana Terpakai


Penentuan curah hujan rencana dilakuan setelah terlebih dahulu menentukan jenis sebaran/
distribusi yang dapat dipakai dalam perencanaan. Dari hasil perhitungan periode ulang dan
hasil Aprob maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebaran yang mendekati adalah sebaran
Log Pearson III.
1.5.2.2 Hyetograph Hujan Rencana
Dalam perhitungan banjir rancangan, diperlukan masukan berupa hujan rancangan yang
didistribusikan ke dalam kedalaman jam-jaman (hyetograph). Apabila yang tersedia adalah data
hujan harian, untuk mendapatkan kedalaman hujan jam-jaman dari hujan rancangan dapat
menggunakan model distribusi hujan.
Metode distribusi hujan yang digunakan pada studi ini adalah Tadashi Tanimoto. Tabel
perhitungan hyetograph dapat dilihat pada Tabel 12 dan gambar hyetograph dapat dilihat pada
Gambar 2.
90

80

70

60
Curah Hujan (mm)

50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu (jam ke-)

Gambar 2. Hyetograph Hujan Rencana dengan Periode Ulang 5 Tahun

Tabel 12 Perhitungan Hyetograph Stasiun Dukuh

Jam Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8
26 24 17 13 7 5,5 4 3,5
Curah Hujan (mm) 21,16 19,53 13,83 10,58 5,69 4,47 3,25 2,84

1.6 Perhitungan Debit Banjir Rencana


1.6.1 Perhitungan Debit Banjir Dengan SWMM
Perhitungan debit banjir rencana dimodelkan dengan bantuan program SWMM (Storm
Water Management Model) dengan hujan rencana periode ulang 5 Tahun. Beberapa parameter
input pada program SWMM yaitu :
1. Daerah Tangkapan Air (Subcatchment)
Pembagian subcatchment dilakukan dengan cara melihat kontur tanah yang dihubungkan
menjadi suatu bentuk subcatchment. Pemodelan subcatchment dilakukan dengan pembuatan
masing-masing subcatchment dengan tools SWMM. Pemodelan subcatchment pada program
SWMM dapat dilihat pada Gambar 3

Gambar 3. Pemodelan Subcatchment Dengan Program SWMM


2. Hasil Output SWMM
Hasil simulasi banjir ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 4. Pemodelan Subcatchment Dengan Program SWMM


Hasil Debit masing-masing saluran ditunjukkan pada tabel berikutb ini :

Tabel 12 Hasil Running Debit Disetiap Saluran

Lokasi Titik banjir ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel 13 Titik Lokasi Banjir Hasil Running Banjir SWMM


Untuk lokasi yang memiliki kapasitas kurang dalam menampung debit banjir ditunjukkan pada
tabel berikut ini :

Tabel 14 Titik Lokasi Saluran yang memiliki Kapasitas dibawah Kebutuhan

Keterangan :
Con 2 dan con3 = Jl. Argosari raya, saluran sekunder argoboga sebelah kanan
jalan menuju hilir atau saluran timur
Con 9 = Jl. Patimura saluran sekunder patimura 2 bagian hilir (kiri
menuju hilir)
Con 10 dan con 12 = Jl. Patimura saluran sekunder patimura 2 bagian hulu (kanan
menuju hilir)
Con 15 = Jl. Patimura saluran sekunder patimura 2 bagian hulu (kiri
menuju hilir)
Con 18 = Pembuang menuju sungai dari jl argosari
Con 19 = JL. Argosari raya, saluran sekunder argoboga sebelah kiri
jalan menuju hilir atau saluran barat
Grafik Hidrograf pada setiap saluran ditunjukkan pada gambar berikut ini :
Gambar 5. Grafik Banjir Con 2

Gambar 6. Grafik Banjir Con3


Gambar 7. Grafik Banjir Con 9

Gambar 8. Grafik Banjir Con 10


Gambar 9. Grafik Banjir Con 12

Gambar 10. Grafik Banjir Con 15


Gambar 11. Grafik Banjir Con 18

Gambar 11. Grafik Banjir Con 18

Anda mungkin juga menyukai