Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan seni dalam kehidupan manusia merupakan bagian yang tidak


dapat terpisahkan. Seni selalu tumbuh dan berkembang sejalan dengan kehidupan
manusianya serta memiliki arti penting dalan setiap aspek kehidupan manusia. Seni
terlahir sebagai ekspresi diri dalam jiwa manusia yang dinamis dan menyatu. Seni
dapat diekspresikan dengan berbagai macam cara dan media. Perwujudan seni dapat
berupa suatu objek atau benda seperti seni rupa dan seni patung atau perwujudannya
dapat melalui suara dan gerak tubuh seperti seni tari, seni musik dan seni teater.
Adapun seni yang mencakup aspek suara dan gerak tubuh disebut sebagai seni
pertunjukan.
Seni juga bisa dibilang sebagai budaya dari peninggalan orang-orang
terdahulu atau peninggalan dari daerah masing-masing. Dengan berkembangnya
jaman kesenian atau budaya perlahan semakin menghilang karena kemajuan
teknologi, kesenian dalam negeri sendiri harus dijaga agar tidak hilang apalagi
terkalahkan oleh seni atau budaya dari luar negeri. Kebanyakan di Indonesia seni
lebih di tampilkan di jalan-jalan atau tidak mempunyai wadah untuk mereka
berkreasi. Masyarakat Indonesia sangat membutuhkan Gedung Pertunjukan Seni di
setiap daerahnya untuk mewadahi para seniman berkreasi pada tempatnya dan tidak
terbengkalai.
Gedung Pertunjukan Seni ini akan dibangun di Kota Bogor karena
banyaknya komunitas anak-anak muda yang sering berkumpul tetapi belum ada
fasilitas yang cukup untuk mereka gunakan sebagai tempat mereka berdikusi dan
latihan yang berkaitan dengan kesenian seperti tari, melukis, mural dll. Jumlah usia
muda (mengacu pada UU Kepemudaan Nomor 40 tahun 2009 yaitu usia 16 tahun
s/d 30 tahun) sebesar 266.841 orang atau sebesar 25,1% dari total jumlah penduduk
Kota Bogor. Gedung Pertunjukan Seni ini mengangkat konsep arsitektur Indonesia
jawa barat untuk menonjolkan khas daerah tersebut yang berada di Kota Bogor jawa
barat. Tujuan membangun gedung ini adalah untuk memfasilitasi yang
mengimbangi kegiatan mereka oleh karena itu diperlukan fasilitas yang mampu
menumbuhkan dan meningkatkan minat dan bakat di Bogor.
1
1.2 Rumusan Masalah

• Bagaimana menentukan dan mempertimbangkan sebuah bangunan Gedung


Pertunjukan Seni di Bogor?
• Bagaimana mendesign bangunan Gedung Pertunjukan Seni dengan
Menggunakan konsep Arsitektur Indonesia yang sesuai dikota bogor?

1.3 Batasan Masalah

Batasan ruang lingkup penelitian arsitektur pada perancangan Gedung


pertunjukan seni dengan pendekatan arsitektur jawa barat, antara lain :
1. Perencanaan dan perancangan Gedung Pertunjukan Seni, termasuk dalam
kategori bangunan tunggal yang berfungsi sebagai fasilitas public beserta
dengan perancangan tapak/lansekapnya.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat
Dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan
bagi mahasiswa yang akan mengajukan Proposal Tugas Akhir.

1.4.2 Tujuan
Tersusunnya usulan langkah-langkah pokok proses (dasar)
perencanaan dan perancangan Gedung Pertunjukan Seni di Bogor, Jawa
Barat dengan pendekatan Arsitektur Jawa Barat.

1.5 Metode Penelitian


Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode deskriptif dengan
menyajikan data yang dianggap relevansi dengan permasalahan dan persoalan
yang ada, baik yang diperoleh dari survey, studi literature, internet maupun
pengalaman untuk kemudian dianalisa dan disimpulkan guna dijadikan dasar
penyusunan konsep perencanaan Gedung pertunjukan Seni
2
1.6 Sistematika Penulisan

BAB.1. Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, keaslian penelitian,
manfaat dan tujuan, metode penelitian, sistematika pembahasan.
BAB.II. Kajian Pustaka atau Kajian Literatur
Kajian pustaka/ kajian literature berisi landasan teori kajian pustaka dari /
literature tentang Gedung Pertunjukan Seni.
BAB.III. Tinjauan Lokasi dan Metode Penelitian
Berisi tinjauan umum wilayah lokasi kota Bogor, Jawa Barat dan Metode
penelitian yang digunakan yaitu kualitatif
BAB.IV. Analisis Dan Pembahasan
Analisis kebutuhan ruang public, dan konsep-konsep dasar perancangan.
BAB.V. Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari perencanaan Gedung
Pertunjukan seni di Kota Bogor

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Gedung Pertunjukan Seni

2.1.1 Sejarah Seni Pertunjukan

Sejarah perkembangan seni tidak berdiri sendiri melainkan terintegrasi


dalam bentuk kebudayaan itu sendiri, karena seni merupakan unsur dari
kebudayaan. Oleh karena itu, membahas tentang perkembangan seni dilakukan
dengan mempelajari perkembangan kebudayaan melalui pendekatan
pengamatan bidang seni.
Fakta menunjukkan bahwa salah satu ciri khas kebudayaan Indonesia
dibandingkan kebudayaan negara lain adalah keseniannya. Banyak wisatawan
mancanegara yang mengagumi Indonesia melalui kesenian. Sangatlah tepat
kiranya, jika pemerintah selalu mengirimkan duta seninya ke manca negara
untuk menarik wisatawan asing agar menjadikan Indonesia sebagai salah satu
tujuan wisata. Secara ringkas akan ditelusuri bersama jejak perkembangan
seni, khususnya yang mencakup seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan
sebagai bagian dari sejarah kebudayaan Indonesia.
a. Perkembangan Seni Pertunjukan
Perkembangan seni pertunjukan pada masa Indonesia kuno dapat diketahui
melalui tulisan pada prasasti-prasasti, relief-relief candi, dan kitab-kitab sastra
yang ada. Secara khusus tidak ada prasasti yang menuliskan tentang adanya
suatu bentuk pertunjukan seni, namun pemakaian kata-kata yang bermakna
tentang seni pertunjukan sering muncul dalam prasasti, kitab sastra, ataupun
relief pada candi.
Kitab sastra dan relief tersebut dipergunakan para ahli etnografi untuk
menyimpulkan bahwa pada masa itu, seni pertunjukan yang berkaitan dengan
seni musik dan seni tari telah berkembang dengan baik. Beberapa kosakata
yang ada pada prasasti, relief candi, ataupun buku sastra pada masa Indonesia
kuno diidentikkan dengan perkembangan seni pertunjukan, antara lain:

4
1. adanya kata-kata: mrdangga, padahi, tuwung, curing, dan murawa yang ada
dalam prasasti merupakan sebutan untuk jenis-jenis alat musik pada masa
Indonesia kuno;
2. kata-kata: widu mangidung, yang sering muncul di prasasti menunjukkan
makna “menyanyi“ (seni vokal);
3. kata-kata mangigel atau anigelaken dan mamirus yang berarti tari topeng
menunjukkan perkembangan seni tari pada masa itu;
4. relief-relief yang terdapat pada dinding candi Borobudur menggambarkan
alat musik petik, siter dan kecapi, alat musik kendang dan alat musik tiup,
menujukkan pada masa itu telah berkembang seni musik;
5. relief-relief yang terdapat pada dinding candi Sukuh, Tawangmangu, Jawa
Tengah menunjukkan gambar terompet dan alat musik bendhe. Pilihan
pembuat candi menggambarkan relief tentang alatalat musik tersebut
menunjukkan bahwa pada masa itu telah berkembang seni pertunjukan
musik dan tari di tengah kehidupan masyarakat. Relief candi pada
hakikatnya merupakan bentuk kegiatan mendokumentasikan pola perilaku
masyarakat pada masa itu;
6. beberapa kitab sastra yang disusun oleh para pujangga kerajaan pada masa
Indonesia kuno telah memasukkan beberapa kata dan kalimat yang
menunjukkan makna adanya suatu bentuk seni pertunjukan, baik yang
mencakup seni musik maupun seni tari, kitab sastra tersebut sebagai
berikut.

• Dalam kitab Arjunawiwaha, disebutkan “ … ghurna ng gong bheri ..”


• Dalam kitab Sutasoma dituliskan “ …munyang gong pangarah .. “
• Dalam kitab Lubdhaka, dituliskan “… rojeh gong gumuruh ..”
• Dalam kitab Hariwangsa, dituliskan “ … rojeh gong grebeg ning bala “

Kata-kata “gong” pada kalimat tersebut menunjukkan makna sebagai alat


musik tradisional, yang sampai kini masih dipergunakan sebagai salah satu
dari alat musik tradisional Jawa.

• Demikian pula dalam Kitab Smaradahana, Hariwangsa, dan Tantri


Kamandaka dituliskan alat musik kendang dengan istilah “tabehtabehan”
atau “ tetabuhan”.

5
• Dalam Kitab Arjunawiwaha juga dituliskan tentang alat musik simbal
yang disebut sebagai “barebet “.
• Dalam Kitab Malat terdapat tulisan alat musik gambang, yakni salah
satu alat musik tradisional Jawa yang berupa rangkaian bilahan kayu
dengan nada berbeda-beda dibunyikan dengan dua alat pemukul yang
bagian pemukulnya bulat pipih.
• Dalam Kitab Malat juga dituliskan tentang pemakaian alat musik rebab
(jenis alat musik gesek tradisional Jawa) dalam kalimat “…. rebab muni
alangu …“, serta menyebutkan alat musik kecapi dengan istilah kacapi
atau kachapi.
• Dalam Kitab Kidung Harsawijaya, terdapat kata-kata angidung, yang
berarti menyanyi, angringgit yang berarti memainkan wayang (ringgit =
wayang), anepuk atau anapuk yang berarti menari topeng, dan amidu
atau widu yang mengandung makna menyanyi, serta agugujegan yang
berarti melucu atau melawak.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masa


Indonesia kuno, masyarakat telah mengenal seni pertunjukan yang terdiri atas
seni vokal (menyanyi), seni musik (gamelan), dan seni tari.

Dalam bidang seni pertunjukan pengaruh kebudayaan Hindu memunculkan


berbagai bentuk seni tari maupun seni drama tradisional yang masih lestari
hingga kini, antara lain:

• wayang orang ataupun wayang kulit yang mengambil cerita dari kisah
Mahabharata dan Ramayana;
• drama tari topeng yang mengambil kisah cerita panji;
• tari topeng panji, tari topeng rumyang dan tari topeng tumenggungan
dari Cirebon;
• tari klono topeng dan tari gunung sari, di Jawa Tengah.

6
b. Perkembangan seni pada masa kebudayaan Islam

Kedatangan pedagang-pedagang dari Parsi dan Gujarat ke Indonesia


pada abad ke-13 merupakan tonggak sejarah masuknya ajaran agama Islam ke
Indonesia. Masuknya ajaran Islam ke Indonesia telah berpengaruh terhadap
kebudayaan masyarakat Indonesia.

2.1.2 Jenis-Jenis Pertunjukan Seni

Seni pertunjukan (Bahasa Inggris: performing art) adalah karya


seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu
tertentu. performance biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang,
tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.

Meskipun seni pertunjukan bisa juga dikatakan termasuk di


dalamnya kegiatan-kegiatan
seni mainstream seperti teater, tari, musik dan sirkus, tetapi biasanya
kegiatan-kegiatan seni tersebut pada umumnya lebih dikenal dengan
istilah pertunjukan seni. Seni pertunjukan adalah istilah yang biasanya
mengacu pada seni konseptual atau avant garde yang tumbuh dari seni
rupa dan kini mulai beralih ke arah seni kontemporer.

1. seni akrobat,
2. mengamen,
3. komedi/lawak,
4. tari,
5. pentas musik,
6. opera,
7. sulap
8. teater
9. film dan lain-lain.
10. seni kebahasaan puisi, pidato
11. tilawah

7
2.2 Pengertian Gedung Pertunjukan

2.2.1 Pengertian Gedung Pertunjukan

Pengertian gedung pertunjukan (teater) Gedung berarti bangunan


(rumah) untuk kantor, rapat/tempat mempertunjukan hasilhasil kesenian
(Poerwadarminta, 1976:303). Pertunjukan adalah tontonan (seperti bioskop,
wayang, wayang orang, dsb), pameran, demonstrasi (Poerwadarminta,
1976:1108). Jadi, gedung pertunjukan merupakan suatu tempat yang
dipergunakan untuk mempergelarkan pertunjukan, baik itu bioskop, wayang,
pagelaran musik, maupun tari.

2.2.2 Jenis Gedung Pertunjukan

Menurut Neufert (2002:136), gedung pertunjukan terdiri dari beberapa


macam, yaitu:
a. Teater Ciri khas gedung teater adalah dengan adanya bentuk tempat
duduk dilantai bawah (yaitu penonton duduk pada bidang besar
berbentuk kurva yang menanjak/naik) dan melalui sebuah depan
panggung yang tampak jelas, depan panggung yang dapat dicontoh
(bidang pertunjukan sebelum pintu gerbang di ruang penonton) (Neufert,
2002:137).
b. Opera Opera berarti bentuk drama panggung yang seluruhnya atau
sebagian dinyanyikan dengan iringan orkes atau musik instrumental
(KBBI online). Menurut Neufert (2002:137) gedung opera mempunyai
karakter adanya sebuah pemisahan ruang yang jelas secara arsitektur
antara ruang penonton dan panggung melalui musik orkestra dan
banyaknya tempat duduk (1000 sampai hampir 4000 tempat duduk) dan
sistem yang sesuai dengan tempat duduk tidak terikat (lepas) atau
balkon, penting untuk jumlah penonton yang banyak.
c. Bioskop (Cinema) Bioskop merupakan Pertunjukan yang diperlihatkan
dengan gambar (film) yang disorot menggunakan lampu sehingga dapat
bergerak (berbicara) (KBBI, 2006:125). Sedangkan menurut
Poerwadarminta (1976:303), gedung berarti bangunan (rumah) untuk
8
kantor, rapat/tempat mempertunjukan hasil-hasil kesenian, sehingga bisa
disimpulkan bahwa gedung bioskop merupakan bangunan yang
digunakan sebagai tempat untuk menampilkan pertunjukan film.

2.2.3 Fungsi dan Tujuan Gedung Pertunjukan

Fungsi dari sebuah gedung pertunjukan berbanding lurus dengan


pertunjukan yang ditampilkan, namun seiring berkembangnya jaman dan
teknologi, sudah banyak gedung pertunjukan yang multi-fungsi, seperti
Ballroom dengan fungsi sebagai dance hall, music concert, Public Performing
Space dengan fungsi sebagai pementasan drama.
Tujuan dibangunnya gedung pertunjukan ini biasanya karena
kurangnya sarana hiburan dalam satu daerah atau kota dan juga untuk
memfasilitasi atau mewadahi local artist untuk mengeksplorasi kreatifitas dan
bakat. Gedung pertunjukan umumnya dibangun di pusat kota dengan
pertimbangan mudah dalam pencapaian/akses dan pengumpulan audience.
Akan tetapi tidak sedikit juga gedung pertunjukan yang dibangun di
pesisir pantai dengan tujuan untuk menampung lebih banyak massa karena
daerah pesisir cenderung lebih luas. Gedung pertunjukan dapat berupa gedung
yang berdiri sendiri maupun menjadi bagian dalam suatu gedung.

2.2.4 Fungsi dan Peranan Gedung Pertunjukan

Gedung pertunjukanpagelaran seni sebagai wadah di dalam kegiatan


masyarakat mempunyai fungsi, antara lain Universitas Katholik Parahyangan,
1976:
1. Sebagai sarana dan wadah dalam meningkatkan kreativitas dan apresiasi
seni.
2. Sebagai sarana pendidikan yang bersifat hiburan.
3. Sebagai sarana bertukar pikiran antara seniman dengan masyarakat
sehingga terjadi suatu penilaian dan komunikasi.
4. Sebagai tempat untuk menampung seni pertunjukan yang merupakan
hasil dari suatu kebudayaan masyarakat. Dalam usaha meningkatkan

9
aktivitas kebudayaan nasional Indonesia, gedung pertunjukan seni secara
umum mempunyai peranan, antara lain:
• Memelihara kelangsungan hidup kebudayaan seni pertunjukan baik
tradisional, maupun bukan, sebagai warisan kebudayaan sebelumnya.
• Merangsang dan membangkitkan kreativitas para seniman dan
budayawan dalam menghimpun dan mengembangkan nilai-nilai
budaya.
• Meningkatkan daya penghayatan budaya di dalam masyarakat luas.
• Membantu memupuk kerjasama di bidang kebudayaan dengan bangsa-
bangsa lain.

10
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi
Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat. Kota ini terletak 59 km²
di sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah
Kabupaten Bogor.
Kota Bogor merupakan salah satu kota yang sudah memiliki peraturan daerah
yang mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), yaitu Peratutan
Daerah 1 Wawancana dengan Bapak Naufal, Bappeda Kota Bogor (Senin, 08 Oktober
2018). Nomor 8 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Bogor 2011-2031. Peraturan
daerah tersebut salah satunya mengatur mengenai ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kota, termasuk di dalamnya terdapat instrument
pengendalian pemanfaatan ruang yang berperan dalam mewujudkan tata ruang yang
tertib. Oleh karena itu, melalui RTRW Kota Bogor 2011-2031, pemerintah kota bogor
dituntut untuk melakukan pengendalian pemanfaatan ruang supaya Kota Bogor sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan.
Salah satunya terkait perizinan, sebagaimana diatur dalam Pasal 75 ayat (2)
Perda Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perizinan, yang menyatakan bahwa:
(2) Perizinan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
dalam rangka:
a. Menghindari dampak negatif yang mengganggu kepentingan umum;
b. Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, standar teknis, kualitas
kinerja minimum, dan peraturan zonasi yang ditetapkan pemerintah daerah.

3.2 Studi Kasus


Teater Jakarta berlokasi di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki,
tepatnya di Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat. Merupakan teater besar yang
mempertunjukan berbagai pertunjukan seni serta galeri seni. Teater Jakarta mampu
menampung 1200 orang dengan total luas lantai adalah 40.108m2 dari luas lahan
14.732m2. Diresmikan pembukaannya oleh Gubernur Pemerintah Daerah Provinsi
DKI Jakarta Jenderal Marinir Ali Sadikin, tanggal 10 November 1968.

11
Pada awalnya proyek ini bernama Grand Theater di Taman Ismail Marjuki yang
akhirnya berubah jadi Teater Jakarta. Gedung teater ini menggambarkan kelanjutan
dari proyek masterplan yang didesain oleh Raul Renanda bersama Altelier 6 pada tahun
1995. Pelaksaannya baru diawali pada tahun 1996 dan berakhir dapat digunakan pada
tahun 2010. Konsep ini gabungan vernacular di Indonesia yang bersumber pada ilham
dari struktur bangunan Toraja serta juga merupakan konsep bangunan Joglo bagaikan
potongan melintang dari bangunan teater ini. disajikan dalam tatanan modern akan
tetapi masih mempunyai nafas Indonesia.
Bentuk fasade yang diambil gabungan antara wujud persegi serta segitiga. Dengan
dua tangga melingkar menuju pintu utama lantai dua. Pada fasade terdapat pintu, kaca,
tangga, kolom besar. pada tangga setengah melingkar terbuat dari besi dan aluminium
sebaliknya bilik serta pintu terdiri dari kaca kolom yang besar dari beton dengan nyaris
menggapai diameter 1. 5 m.
Pada bagian depan bangunan ada ampiteater yang dikeliling sebagian batu besar
putih. Ruang dengan kapasitas 1200 penonton dengan luas panggung 14x16 meter dan
7–9 meter( h) bisa digunakan untuk berbagai pertunjukan( musik, teater, tari dll).
Terdapat ruang- ruang pendukung lain yang menjadikan gedung ini lumayan matang
dituturkan bagaikan satu buah gedung teater, yaitu ruang pameran, studio tari, ruang
ubah pemain, gudang properti, kantor pengelola, serta orchestra shell. Dilengkapi
dengan ruang lobby, 12 ruang rias, ruang latihan dan sistem tata sinar, tata suara,
sistem auditorium serta pendingin ruangan. dilengkapi dengan sarana fly menara
dengan ketinggian sama dengan panggung, yang mengizinkan para kru panggung
mengganti latar belakang pertunjukan secara vertikal.
Plafond pada kantor memakai gypsum dengan bilik kaca transparan serta Panasap
hijau. Pada sambungan kaca Spider glass dengan sistem Irish dari Fev Italia.
Alumunium frame bercorak metallic. Pintu frameless fitting dari Dorma. Pada bungkus
kolom beton precast Atap metal tembaga( TECU Patina) serta metal aluminium( TECU
Zinn). Pada bagian baja ada pelapis Cat rangka baja( Tamansimailmarzuki. Jakarta. Go.
Id, 2018).

3.3 Metode Penelitian Arsitektur


Penelitian ini memakai penjabaran metode serta langkah- langkah yang dicoba
dengan menguraikan secara deskriptif dengan memanfaatkan penelitian kualitatif.
Peneliti memutuskan menggunakan metode ini dengan pertimbangan kalau
permasalahan yang diteliti ialah permasalahan yang membutuhkan pemakaian
pengamatan serta bukan memakai model pengangkaan, kedua dengan penelitian
12
kualitatif lebih gampang apabila berhadapan dengan realitas, serta yang ketiga
merupakan terdapatnya keakraban ikatan emosional antara periset serta responden
sehingga hendak menciptakan sesuatu informasi yang mendalam.

Penelitian kualitatif kerap diucap dengan riset naturalistik, etnografik, studi kasus
ataupun fenomenologi. Penelitian kualitatif menciptakan informasi deskriptif
berbentuk perkata tertulis ataupun lisan tentang orang- orang ataupun sikap yang bisa
di lihat. Informasi kualitatif merupakan informasi yang berupa perkata, bukan dalam
wujud angka( Depdiknas, 2008).

13
BAB IV
ANALISIS PENELITIAN
4.1 Program Ruang
Berikut adalah Contoh Analis Program ruang yang dibutuhkan Gedung pertunjukan
seni :
A. FASILITAS UTAMA
Kapasitas/ Standar Luas
No. Nama Ruang Sumber Keterangan
Kwantitas (m²/org) (m²)
TEATER TERTUTUP (kapasitas 850 penonton)
1 Lobby/Hall 425 0,8 340 AD
2 Ticket Box 3 2 6 SR
3 Lavatory penonton pria 4 wc 2,5 10 AD
6 urinoir 1,5 9
2 wastafel 1,5 3
4 Lavatory penonton wanita 6 wc 2,5 15 AD
4 wastafel 1,5 6
5 Counter Informasi 1 2 2 SR
6 Auditorium/ R.penonton 850 0,8 680 PS
7 Lobby pemain 40 0,8 32 AD
8 Panggung 40 4 160 TS
9 R.Briefing 48 TS
10 R.Tunggu pemain 40 1,5 60 PS
11 R.Percobaan 20 1,4 28 AD
12 R.Persiapan 10 0,8 8 SR
13 R. Ganti pemain pria 10 unit 2 20 AD
14 Lavatory pemain pria 2 wc 2,5 5 AD
2 urinoir 1,5 3
2 wastafel 1,5 3
15 R.Rias pria 20 2 40 AD
16 R. Ganti pemain wanita 10 unit 2 20 AD
17 Lavatory pemain wanita 3 wc 2,5 7,5 AD
2 wastafel 1,5 3
18 R.Rias wanita 20 2 40 AD
19 Musholla 15 1,2 18 AD
20 Gudang Alat 20 PS
21 R. Crew 20 0,8 16 SR
22 R. Mesin AC 1 40 40 SR
23 Ruang Panel listrik 1 4 4 PS
24 R.Proyektor 20 PS
25 R.Kontrol suara&cahaya 2 10 20 PS
26 R.Lampu sorot/followshot 2 9 18 PS
27 R.PPPK 9 PS

14
Jumlah 1.713,5
Sirkulasi 30% 514,05
TOTAL 2.227,55

15
Kapasitas/ Standar Luas
No. Nama Ruang Sumber Keterangan
Kwantitas (m²/org) (m²)
TEATER TERBUKA (kapasitas 1000 penonton)
1 Lobby/Hall 500 0,8 400 AD
2 Ticket Box 3 2 6 SR
3 Lavatory penonton pria 4 wc 2,5 10 AD
6 urinoir 1,5 9
2 wastafel 1,5 3
4 Lavatory penonton 6 wc 2,5 15 AD
wanita 4 wastafel 1,5 6
5 Counter Informasi 1 2 2 SR
6 Auditorium/ R.penonton 1000 0,5 500 PS
7 Lobby pemain 40 0,8 32 AD
8 Panggung 40 4 160 TS
9 R.Briefing 48
10 R.Tunggu pemain 40 1,5 60 PS
11 R.Percobaan 20 1,4 28 AD
12 R.Persiapan 10 0,8 8 SR
13 R. Ganti pemain pria 10 unit 2 20 AD
14 Lavatory pemain pria 2 wc 2,5 5 AD
2 urinoir 1,5 3
2 wastafel 1,5 3
15 R.Rias pria 20 2 40 AD
16 R. Ganti pemain wanita 10 unit 2 20 AD
17 Lavatory pemain wanita 3 wc 2,5 7,5 AD
2 wastafel 1,5 3
18 R.Rias wanita 20 2 40 AD
19 Musholla 15 1,2 18 AD
20 Gudang Alat pentas 40 PS
21 R. Crew 20 0,8 16 SR
22 Ruang Panel listrik 1 4 4 PS
24 R.Kontrol suara 1 9 9 PS
25 R.Kontrol cahaya 1 9 9 PS
26 R.Lampu
2 4 8 PS
sorot/followshot
27 R.PPPK 1 15 15 PS
Jumlah 1.547,5
Sirkulasi 30% 464,25
TOTAL 2.011,75
Kapasitas/ Standar Luas
No. Nama Ruang Sumber Keterangan
Kwantitas (m²/org) (m²)
TEATER SEMI TERBUKA (kapasitas 1200 penonton)
1 Lobby/Hall 600 0,8 480 AD
2 Ticket Box 3 2 6 SR
3 Lavatory penonton pria 4 wc 2,5 10 AD
6 urinoir 1,5 9

16
2 wastafel 1,5 3
4 Lavatory penonton 6 wc 2,5 15 AD
wanita 4 wastafel 1,5 6
5 Counter Informasi 1 2 2 SR
6 Auditorium/ R.penonton 1200 0,5 600 PS
7 Lobby pemain 40 0,8 32
8 Panggung 40 4 160 TS
9 R.Briefing 48
10 R.Tunggu pemain 40 1,5 60 PS
11 R.Percobaan 20 1,4 28 AD
12 R.Persiapan 10 0,8 8 SR
13 R. Ganti pemain pria 10 unit 2 20 AD
14 Lavatory pemain pria 2 wc 2,5 5 AD
2 urinoir 1,5 3
2 wastafel 1,5 3
15 R.Rias pria 20 2 40 AD
16 R. Ganti pemain wanita 10 unit 2 20 AD
17 Lavatory pemain wanita 3 wc 2,5 7,5 AD
2 wastafel 1,5 3
18 R.Rias wanita 20 2 40 AD
19 Musholla 15 1,2 18 AD
20 Gudang Alat pentas 40 PS
21 R. Crew 20 0,8 16 SR
22 Ruang Panel listrik 1 4 4 PS
24 R.Kontrol suara 1 9 9 PS
25 R.Kontrol cahaya 1 9 9 PS
26 R.Lampu
2 4 8 PS
sorot/followshot
27 R.PPPK 1 15 15 PS
Jumlah 1.727,5
Sirkulasi 30% 518,25
TOTAL 2.245,75
B.FASILITAS PENDUKUNG
Kapasitas/ Standart Luas
No. Nama Ruang Sumber Keterangan
Kwantitas (m2) (m2)
KANTOR PENGELOLA
1 Ruang Kepala
1 20 20 AD
Pengelola
2 Ruang Tamu 4 1.5 6
Bagian Tata Usaha
3 Ruang Kabag TU 1 12 12
4 Ruang Kasubag umum 1 9 9
5 Ruang Staff Subag 2 4,5 9 AD
Umum
6 Ruang Kasubag 1 9 9
Keuangan

17
7 Ruang Staff Subag 2 4,5 9
Keuangan
8 Ruang Tamu Bagian TU 6 1,5 9
Bidang Pengembang Seni
9 Ruang Kabid
1 12 12
Pengembang Seni
10 Ruang Kasie
1 9 9
Pengembang Seni
11 Ruang Kasie Program 1 9 9
AD
12 Ruang Kasie Pagelaran 1 9 9
13 Ruang Staff Bidang
6 4,5 18
Pengembang Seni
14 Ruang Tamu Bidang
6 1,5 9
Pengembang Seni
Bidang Pemasaran
15 Ruang Kabid Pemasaran 1 12 12
16 Ruang Kasie Promosi 1 9 9
17 Ruang Kasie Pemasaran 1 9 9
18 Ruang Staff Bagian AD
4 4,5 18
Program
19 Ruang Tamu Bidang
6 1,5 9
Promosi dan Pemasaran
Bidang Sarana dan Prasarana
20 Ruang Kabid Sarana dan
1 12 12
Prasarana
21 Ruang Kasie Peralatan 1 9 9
22 Ruang Kasie Sarana dan
1 9 9 AD
Prasarana
23 Ruang Staff Sarana dan
4 4,5 18
Prasarana
24 Ruang Tamu Bidang
6 1,5 9
Sarana dan Prasarana
Lain-Lain
25 Lobby 15 0,8 12
26 Ruang Rapat 15 1,5 22,5 AD
27 Ruang Loker 32 0,3 9,6
28 Ruang Operator PABX 1 2 2
SR
29 Ruang Operator CCTV 1 2 2
30 Ruang Teknisi MEE dan
5 4,5 22,5
Utilitas AD
31 Pantry 1 unit 9 9
32 R.Istirahat Cleaning
10 1,5 15 SR
Servis
33 R.Arsip 10 unit laci 0,8 8
34 Gudang 1 unit 9 9
35 Lavatory pria 2 wc 2,5
4 urinoir 1,5 11,5 AD
1 wastafel 1,5
36 Lavatory wanita 3 wc 2,5
10,5
2 wastafel 1,5

18
37 Ruang Panel 1 Unit 4 4 SR
Jumlah 400,6
Sirkulasi 30 % 120,18
Total 520,78
Kapasitas/ Standart Luas
No Nama Ruang Sumber Keterangan
Kwantitas (m2) (m2)
FOOD COURT/KANTIN

1 Ruang Makan 120 1,5 180 AD

2 kasir 1 3 3 AD
3 Dapur 1 unit 16 16 AD
Gudang Bahan
4 1 unit 9 9 SR
Makanan
5 Ruang Saji 1 unit 4 4 SR
6 Ruang Cuci Piring 1 unit 6 6 SR
2 wc 2,5
Lavatory pria
7 2 urinoir 1,5 9,5 AD
1 wastafel 1,5
2 wc 2,5
8 Lavatory wanita 8 AD
2 wastafel 1,5
Jumlah 235,5
Sirkulasi 30% 70,65
Total 306,15
No. Kapasitas/ Standart Luas
Nama Ruang Sumber Keterangan
Kwantitas (m2) (m2)
MUSHOLLA
1 Ruang Solat 30 1,2 36 AD
2 Ruang Imam 1 2 2 SR
3 Wudhu Pria 5 1,5 7,5 SR
4 Lavatory Pria 2 wc 2,5 5 AD
5 Wudhu Wanita 5 1,5 7,5 SR
6 Lavatory Wanita 2 wc 2,5 5 AD
7 Gudang 1 unit 9 9 SR
Jumlah 72
Sirkulasi 30% 21,6
Total 93,6
Standart Luas
No Nama Ruang Kapasitas (unit) Sumber Keterangan
(m2) (m2)
POWER HOUSE
1 Genset 1 12 20 SB
2 R. Kontrol Panel 1 16 20 AD
3 R. Pompa 1 15 20 AD
4 R.Water Tank 1 12 20 SB
5 R.Sampah 1 12 20 SB
6 R.Trafo 1 45 20 SB
7 R.Tandon air 1 50 20 SB

19
Gudang
8 1 12 28 SB
Maintenance
T 13,2 /
a9 Parkir Keg. teknis 2 26,4 AD
mobil
b
e Jumlah 194,4
l Sirkulasi 30% 58,32
Total 252,72
4
. C.FASILITAS PELENGKAP
1 Standart Luas
No Nama Ruang Kapasitas (unit) Sumber Keterangan
(m2) (m2)
R
1 Ministore 1 20 20 SR
e
k 2 Toko Souvenir 1 40 40 SR
a 3 Mini galeri 1 170 170 SR
p
4 ATM Centre 2 2 4 SR
i
t 5 Pos keamanan 4 org 1,5 6 SR
u Jumlah 240
l
a Sirkulasi 30% 72
s Total 312
i
D.PARKIR
P Standart Luas
No Nama Ruang Kapasitas (unit) Sumber Keterangan
r (m2) (m2)
o 1 Parkir pengelola 14 mobil 15 210 DA
g
r 49 motor 1,5 73,5 DA
a 2 Parkir pengunjung 60 mobil 15 900 DA
m 270 motor 1,5 405 DA
R 3 bus 40 120 DA
u 3 Parkir seniman 11 mobil 15 165 DA
a 14 motor 1,5 21 DA
n
g 2 bus 40 80 DA
4 Area loading
2 mobil 24 48 DA
G dock/bongkar muat
e Jumlah 2.022,5
d
Sirkulasi 100% 2.022,5
u
n Total 4.045
g
Pertunjukan Seni
Sumber: Analisa pribadi

Total Kebutuhan Bangunan 7.955 m²


Total Kebutuhan Parkir 4.045 m²
Total Kebutuhan Luas Gedung Pertunjukan Seni
12.000 m²
Kabupaten Kuningan
Tabel 4.2 Total Kebutuhan Luas Gedung Pertunjukan Seni
Sumber: Analisa pribadi

20
4.2 Konsep Dasar Perancangan Arsitektur

4.2.1 Utilitas
a. Pencahayaan
Sistem yang digunakan yaitu menggunakan penerangan alami dan buatan.
Penerangan alami adalah sistem penerangan yang memanfaatkan cahaya
matahari/pantulan cahaya matahari (skylight) seoptimal mungkin namun
menghindari pengaruh negatifnya.
Penerangan umum yaitu penerangan yang memberikan iluminasi menyebar merata
ke seluruh ruangan . dengan demikian dapat digunakan pada ruang-ruang yang luas.
Penerangan khusus yaitu penerangan yang memberikanefek pada suatu objek
tertentu. Area yang membutuhkan penerangan khusus yaitu auditorium
b. Jaringan Listrik
Sumber utama daya listrik berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan
sumber daya listrik cadangan berasal dari generator set yang dilengkapi dengan
“automatic switch system” untuk mengatasi kondisi darurat disaat sumber listrik
utama mati. Sumber ini akan melayani beban penerangan, dan beban power seperti
sound system, pompa-pompa, AC, dan peralatan MEE yang lain.
c. Jaringan Air Bersih dan Air Kotor
Sistem air bersih yang digunakan adalah Up Feet Distribution System. Sedangkan
sistem air kotornya dipisahkan menjadi grey water dan black water. Jenis septictank
yang digunakan adalah STP (Sewage Threatment Plant), di dalamnya akan
mengalami penguraian oleh bakteri aerob.
d. Sistem Akustik
Pengaturan akustik dilakukan untuk menghindari gangguan bunyi baik dari luar
ruangan maupun dalam ruangan. Pengaturan akustik ruang ini dapat dilakukan
melalui beberapa cara, antara lain :
• Perencanaan bentuk ruang uang tidak memungkinkan terjadinya pentulan
bunyi, gema yang terus menerus.
• Perencanaan Penempatan ruang terhadap lingkungan.
• Pemakaian material penyerap bunyi.
• Pemakaian unsur vegetasi sebagai peredam kebisingan lingkungan.

21
• Penggunaan sistem pengeras suara (loudspeaker)
e. Sistem Pemadam Kebakaran
Dasar pendekatan diantaranya dengan sistem tata ruang yang memudahkan dalam
perlindungan terhadap kebakaran. Optimalisasi sistem perlindungan terhadap
kebakaran. Optimalisasi sistem pencegahan kebakaran, sistem perlindungan bahaya
kebakaran yang terintegrasi terhadap sistem lain sehingga memudahkan dalam
antisipasi, pencegahan dan pemadaman kebakaran. Sistem ini meliputi :
1. Sistem Deteksi Awal Kebakaran Yaitu sistem yang bekerja sebagai pendeteksi
awal bila ada gejala kebakaran. Sistem ini berupa pendeteksi awal seperti
keberadaan asap ataupun panas api, dimana akan diteruskan ke alarm kebakaran
sebagai tanda bahaya.
2. Sistem pemadam kebakaran Yaitu sistem yang bekerja untuk memadamkan
api untuk mencegah kebakaran yang lebih besar. Beberapa alat yang dipakai
dalam sistem ini adalah : Sprinkler, hydrant box, hydrant pillar, dan fire
extinguisher.

f. Sistem Keamanan
Sistem keamanan di Gedung Pertunjukan Seni Kabupaten Kuningan terdiri dari
sistem keamanan kawasan dan bangunan. Sistem keamanan ini agar pengunjung
tidak melakukan aksi yang membahayakan serta menjaga keamanan antar
pengunjung. Alat yang digunakan antara lain :
1. Alat deteksi bahan peledak (eksplosif detektor)
2. Alat deteksi bahan logam di badan berupa walk trouch
3. CCTV berupa kamera pemantau yang diletakan pada daerah yang
membutuhkan. Seperti. dalam auditorium, perpustakaan dan parkir.

4.2.2 Penekanan Desain


Konsep yang digunakan untuk Gedung Pertunjukan Seni dengan Pendekatan
arsitektur jawa barat adalah Vernakular. Alasan menggunakan konsep arsitektur
vernacular adalah :
• Dapat mencitrakan suatu bangunan yang mewadahi kesenian tradisional.
• Mengambil unsur arsitektur adat

22
• Dapat mengambil bentuk-bentuk yang dapat mengintrepessikan fungsi dari
bangunan tersebut

23

Anda mungkin juga menyukai