Anda di halaman 1dari 11

A.

Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan


amilum menjadi glukosa?

B. Tujuan Percobaan

Mengamati pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan


amilum menjadi glukosa.

C. Hipotesis

H0: Enzim tidak berpengaruh terhadap kecepatan reaksi pengubahan amilum


menjadi glukosa.

HA: Enzim berpengaruh terhadap kecepatan reaksi pengubahan amilum


menjadi glukosa.

D. Kajian Pustaka

Setiap enzim terbentuk dari molekul protein sebagai komponen utama


penyusunannya dan beberapa enzim hanya terbentuk dari molekul protein
dengan tanpa adanya penambahan komponen lain. Enzim berperan secara
lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan dipacu
dibandingkan dengan katalisator anorganik, sehingga ribuan reaksi dapat
berlangsung dengan tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun.
Enzim juga tanggap terhadap perubahan kondisi lingkungan, sehingga
perubahan dapat dilakukan oleh tumbuhan sesuai dengan perubahan unsur
lingkungan. (Lakitan. 2007)

Fungsi utama suatu enzim adalah mengurangi hambatan energi aktivasi


pada suatu reaksi kimia. Yang dimakud dengan energi aktivasi adalah jumlah
energi yang dibutuhkan untuk membawa suatu substansi ke status reaktifnya.
Enzim bergabung dengan substansinya (substrat) membentuk suatu status
transisi yang membutuhkan energi aktivasi lebih kecil untuk berlangsungnya
reaksi kimia tersebut. (Pelczar, dkk. 1986)

Enzim merupakan katalisator biologi, sehingga dapat mengkatalis reaksi


kimia pada kondisi yang tidak ekstrim (suhu tubuh dan pH netral). Sebagian
besar enzim-enzim tubuh organisme tersusun atas protein yang mempunyai
struktur tersier (konformasi tiga dimesi). Protein penyusun enzim adalah
makromolekul yang sangat besar. Dengan demikian ukuran enzim jauh lebih
besar dibandingkan substratnya. Enzim fungsional disebut holoenzim
(Isnawati, 2009)

1
Keunggulan enzim sebagai biokatalisator antara lain memiliki spesifitas
tinggi, mempercepat reaksi kimia tanpa pembentukan produk samping,
produktivitas tinggi, dan dapat menghasilkan produk akhir yang tidak
terkontaminasi sehingga mengurangi biaya purifikasi dan efek kerusakan
lingkungan (Chaplin and Bucke, 1990 dalam Farisi, 2015).

Menurut Lehninger (1982) dalam skripsi Rahmawati (2014), klasifikasi


enzim dibedakan menjadi dua macam yaitu berdasarkan tempat bekerjanya
enzim dan berdasarkan cara terbentuknya enzim. Berdasarkan tempat
kerjanya enzim dibedakan menjadi dua yaitu endoenzim dan eksoenzim.
Endoenzim adalah enzim yang bekerja di dalam sel yang biasa disebut
dengan enzim intraseluler. Sedangkan eksoenzim adalah enzim yang bekerja
di luar sel yang biasa disebut dengan enzim ekstraseluler. Berdasarkan cara
terbentuknya enzim dibedakan menjadi dua yaitu enzim konstitutif dan
enzim adaptif. Enzim konstitutif yaitu enzim yang jumlahnya dipengaruhi
kadar substratnya. Sedangkan enzim adaptif yaitu enzim yang
pembentukannya dirangsang oleh adanya substrat.

Enzim juga mempunyai sifat–sifat katalitik, diantaranya yaitu enzim


mampu meningkatkan laju reaksi padaa kondisi biasa, enzim mempunyai
selektifitas tinggi terhadap substrat dan jenis yang dikatalisis, serta enzim
memberikan peningkatan laju reaksi yang tinggi dibanding dengan katalis
biasa (Page, 1989 dalam Rahmawati, 2014).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas enzim diantaranya
sebagai berikut:
a. Suhu
Dalam batas-batas suhu tertentu, kecepatan reaksi yang dikatalisis
enzim akan meningkat seiring dengan naiknya suhu. Reaksi yang
paling cepat terjadi pada suhu optimum (Rodwell, 1987 dalam
Rahmawati, 2014). Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan enzim
mengalami denaturasi (Poedjiadi, 1994 dalam Rahmawati, 2014).
Menurut Lay dan Sugyo (1992) dalam skripsi Rahmawati (2014),
enzim menjadi tidak aktif pada suhu 0C dan dapat kembali aktif pada
suhu normal.
b. pH
Perubahan kereaktifan enzim diperkirakan akibat dari perubahan
pH lingkungan (Winarno, 1989 dalam Rahmawati, 2014). pH optimal
enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat
asam atau sangat alkalis, enzim mengalami inaktivasi (Gaman &
Sherrington, 1994). Suasana yang terlalu asam atau alkalis
menyebabkan denaturasi protein dan hilangnya secara total aktivitas
enzim (Tranggono & Sutardi, 1990).

c. Konsentrasi enzim

2
Menurut Reed (1975) dalam skripsi Rahmawati (2014), semakin
tinggi konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi akan meningkat
hingga batas konsentrasi tertentu. Namun, hasil hidrolisis substrat akan
konstan dengan naiknya konsentrasi enzim. Hal ini disebabkan
penambahan enzim sudah tidak efektif lagi.
d. Konsentrasi substrat
Menurut Lehninger (1982) dalam skripsi Rahmawati (2014),
kecepatan reaksi akan meningkat apabila konsentrasi substrat
meningkat. Peningkatan kecepatan reaksi ini akan semakin kecil
hingga tercapai suatu titik batas yang pada akhirnya penambahan
konsentrasi substrat hanya akan sedikit meningkatkan kecepatan reaksi.
e. Aktivator dan inhibitor
Menurut Martoharsono (1994), aktivator merupakan senyawa atau
ion yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis. Komponen
kimia yang membentuk enzim disebut juga dengan kofaktor. Kofaktor
dapat berupa ion-ion anorganik seperti Zn, Fe, Ca, Mn, Cu, Mg, atau
dapat juga berupa molekul organik kompleks yang biasa disebut
dengan koenzim.
Sedangkan inihibitor merupakan suatu zat kimia tertentu yang
dapat menghambat aktivitas enzim dan pada umumnya bekerja dengan
cara menyerang sisi aktif enzim, sehingga enzim tidak dapat berikatan
dengan substrat dan fungsi katalitiknya terganggu (Winarno, 1989
dalam Rahmawati, 2014).

Larutan buffer merupakan larutan yang tahan terhadap perubahan pH


dengan penambahan asam atau basa. Larutan ini digunakan dalam berbagai
percobaan biokimia, dimana dibutuhkan pH yang terkontrol dan tepat.
Larutan buffer bermanfaat untuk melarutkan kotoran yang masih ikut di
dalam endapan enzim dan dapat mencegah enzim terdenaturasi dan
kehilangan fungsi biologisnya (Fox, 1991). Larutan buffer dapat
mempertahankan kondisi enzim presipitat agar tidak terjadi perubahan pH
dan mencegah agar enzim tidak mengalami inaktivasi (Winarno, 1989 dalam
Rahmawati, 2014).

Amilase adalah enzim pemecah karbohidrat dari bentuk majemuk


menjadi bentuk sederhana. Enzim ini terdapat di dalam air liur dan getah
pankreas yang membantu pencernaan karbohidrat dalam makanan. Amilase
memotong rantai polisakarida yang panjang dan menghasilkan campuran
glukosa dan maltosa. Dalam air, amilosa bereaksi dengan iodine memberikan
warna biru yang khas (Fox, 1991)

3
E. Variabel Penelitian

1. Variabel Manipulasi : Kadar enzim (0%, 25%, 50%, 100%).


2. Variabel Kontrol : Jenis kecambah, jenis substrat, berat kecambah
(30 gram), umur kecambah (1 hari), larutan amilum (2 ml tiap kadar
enzim), kecepatan centrifuge 2 rpm, tetesan larutan KI-I2, rentan waktu
penetesan.
3. Variabel Respon : Kecepatan reaksi pengubahan amilum menjadi
glukosa.
F. Definisi Operasional Variabel
Pada variable manipulasi ada kadar enzim yang digunakan, yaitu 0%,
25%, 50% dan 100%. Pada variabel control ada jenis kecambah yang
digunakanya itu kacan hijau dengan umur 1 hari dengan massa yang
digunakan 30 gram. Lalu, jenis subtrat yang digunakan supernatan kecambah
kacang hijau yaitu larutan buffer fosfatsitrat denga pH 5,6, aquades
secukupnya, larutan amilum 4% dan larutan KI-I2. Kecepatan sentrifuge
yang digunakan untuk pembuatan supernatan 2 rpm selama 5 menit.
Supernatan digunakan untuk pembuatan larutan enzim dengan konsentrasi
100%, 50%, 25% dan 0%. Setelah larutan enzim siap diteteskan kecawan
tetes, ditetesi KI-I2 1 tetes. Rentang waktu penetesan 2 menit.
Pada variable respon ada kecepatan rekasi perubahan amilum menja
diglukosa yang ditandai dengan perubahan warna larutan supernatant +
amilum + KI-I2

G. Alat dan Bahan

Alat :

 Mortar 1 buah
 Penumbuk porselin 1 buah
 Timbangan 1 buah
 Tabung reaksi 8 buah
 Gelas ukur 1 buah
 Centrifuge 1 buah
 Cawan tetes 1 buah
 Pipet tetes 4 buah
 Pegangan tabung reaksi 1 buah
 Lampu spirtus 1 buah

Bahan :

 Kecambah kacang hijau (berumur 1 hari)


 Larutan amilum

4
 Aquades
 Larutan KI-I2
 Larutan fosfat sitrat buffer
 Kertas grafik/milimeter

H. Rancangan Percobaan

Buanglah kulit biji Masukkan ke Ambil cairan


kecambah, gerus dalam tabung supernatan sebanyak
30 gr dan reaksi centrifuge, 10 ml, masukkan ke
tambahkan larutan kecepatan 2 rpm
dalam tabung reaksi
buffer sampai selama 5 menit
semua kecambah (enzim 100%)
hancur

Buat enzim 0 % Buat enzim 25 % Buat enzim 50 %


dari 5 ml enzim 100 dari 5 ml enzim 50 dari 5 ml enzim
% dengan cara % ditambahkan 5 100 %
dipanaskan sampai ml aquades ditambahkan 5 ml
mendidih aquades

Isi 5 ml enzim 100 % Ulangi langkah Setiap 2 menit


+ 2 ml amilum 0,5 %, 7-8 pada ambil 1 tetes
catat waktunya dan konsentrasi campuran + 1 tetes
kocok 50%, 25%, dan KI-I2 pada
0% lempeng cawan
tetes

5
I. Langkah Kerja

1. Buanglah kulit biji kecambah.


2. Geruslah 30 gram kecambah kacang hijau dan tambahkan 30 ml
larutan buffer fosfat sitrat sampai semua kecambah hancur.
3. Masukkan ke dalam tabung reaksi centrifuge dan pusing selama 5
menit dengan kecepatan 2 rpm.
4. Ambil cairan bagian atas (supernatan) dan masukkan ke dalam tabung
reaksi. Cairan ini dianggap sebagai larutan enzim amilase 100%.
5. Buatlah enzim dengan kadar 0%;25%;50% dari enzim yang berkadar
100% dengan cara sebagai berikut: Kadar enzim 50% diperoleh
dengan cara mengambil 5 ml enzim 100% dan ditambahkan aquades
sampao volumenya 10ml; Kadar enzim 25% diperoleh dengan cara
mengambil 5 ml enzim 50% dan ditambahkan aquades sampai
volumenya menjadi 10ml; Kadar enzim 0% diperoleh dengan cara
memanaskan 5 ml enzim 100% sampai mendidih.
6. Sediakan tabung reaksi dan isilah dengan 5 ml larutan enzim 100%,
tambahkan 2 ml larutan amilum 4%. Catat waktunya, kemudian kocok
perlahan sampai larutan tercampur benar. Saat mencapur larutan
amilum + enzim ditetapkan sebagai saat nol.
7. Setiap 2 menit diambil 1 tetes campuran lalu diuji dengan 1 tetes
larutan KI-I2 pada lempeng penguji (cawan tetes).
8. Catat waktu tiap perubahan warna yang terjadi pada lempeng penguji.
9. Lakukan langkah ke 6 sampai 8 masing-masing untuk kadar enzim
50%; 25% dan 0%.

J. Rancangan Tabel Pengamatan

Tabel 1. Perubahan Warna dan Waktu yang dibutuhkan oleh Enzim


untuk Kadar yang Berbeda Pada Kecambah
Total Waktu
Konsentrasi Enzim (%)

(menit)

Waktu (Menit)

2¹ 2² 2³ 2⁴ 2⁵ 2⁶ 2⁷ 2⁸ 2⁹ 210
0                  
 

25                  
 

50                  
 

100                  
 

6
K. Rencana Analisis Data

1. Dari tes KI-I2 pada larutan amilum + enzim 100% warna apa yang
saudara peroleh? Mengapa demikian?

2. Apa fungsi dari Fosfat Sitrat Buffer?
 Untuk merangsang enzim keluar dari biji kecambah dan
memisahkan antara endapan dan cairan bagian atas (supernatan) ,
sebagai larutan penyangga untuk menjaga agar enzim tetap dapat
bekerja aktif dan tidak rusak pada kondisi optimum agar tidak
terlalu basa dan menjaga pH bagi enzim amilase agar tidak rusak.
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kerja enzim?
 Suhu
Semua enzim membutuhkan suhu yang cocok agar dapat
bekerja dengan biak. Laju reaksi biokimia meningkat seiring
kenaikan suhu. Hal ini karena panas meningkatkan energi kinetik
dari molekul sehingga menyebabkan jumlah tabrakan diantara
molekul-molekul meningkat. Sedangkan dalam kondisi suhu
rendah, reaksi menjadi lambat karena hanya terdapat sedikit
kontak antara substrat dan enzim. 
Namun, suhu yang ekstrim juga tidak baik untuk enzim. Di
bawah pengaruh suhu yang sangat tinggi, molekul enzim
cenderung terdistorsi, sehingga laju reaksi pun jadi menurun.
Enzim yang terdenaturasi gagal melaksanakan fungsi normalnya.
Dalam tubuh manusia, suhu optimum di mana kebanyakan enzim
menjadi sangat aktif berada pada kisaran 35°C sampai 40°C. Ada
juga beberapa enzim yang dapat bekerja lebih baik pada suhu
yang lebih rendah daripada ini.
 Nilai pH
Efisiensi suatu enzim sangat dipengaruhi oleh nilai pH atau
derajat keasaman sekitarnya. Ini karena muatan komponen asam
amino enzim berubah bersama dengan perubahan nilai pH. Secara
umum, kebanyakan enzim tetap stabil dan bekerja baik pada
kisaran pH 6 dan 8. Tapi, ada beberapa enzim tertentu yang
bekerja dengan baik hanya di lingkungan asam atau basa. 
Nilai pH yang menguntungkan bagi enzim tertentu sebenarnya
tergantung pada sistem biologis tempat enzim tersebut bekerja.
Ketika nilai pH menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka
struktur dasar enzim dapat mengalami perubahan. Sehingga sisi
aktif enzim tidak dapat mengikat substrat dengan benar, sehingga
aktivitas enzim menjadi sangat terpengaruhi. Bahkan enzim dapat
sampai benar-benar berhenti berfungsi.

7
 Konsentrasi Substrat
Jelas saja konsentrasi substrat yang lebih tinggi berarti lebih
banyak jumlah molekul substrat yang terlibat dengan aktivitas
enzim. Sedangkan konsentrasi substrat yang rendah berarti lebih
sedikit jumlah molekul substrat yang dapat melekat pada enzim,
menyebabkan berkurangnya aktivitas enzim. 
Tapi ketika laju enzimatik sudah mencapai maksimum dan
enzim sudah dalam kondisi paling aktif, peningkatan konsentrasi
substrat tidak akan memberikan perbedaan dalam aktivitas enzim.
Dalam kondisi seperti ini, di sisi aktif semua enzim terus terdapat
substrat, sehingga tidak ada tempat untuk substrat ekstra.
 Konsentrasi Enzim 
Semakin besar konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi akan
semakin cepat pula. Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan
kecepatan reaksi, tentunya selama masih ada substrat yang perlu
diubah menjadi produk.
 Aktivator & Inhibitor
Aktivator merupakan molekul yang membantu enzim agar
mudah berikatan dengan substrat. Inhibitor adalah substansi yang
memiliki kecenderungan untuk menghambat aktivitas enzim.
Inhibitor enzim memiliki dua cara berbeda mengganggu fungsi
enzim. Berdasarkan caranya, inhibitor dibagi menjadi 2 kategori:
inhibitor kompetitif dan inhibitor non-kompetitif. 
Inhibitor kompetitif memiliki struktur yang sama dengan
molekul substrat, inhibitor ini melekat pada sisi aktif enzim
sehingga menghalangi pembentukan ikatan kompleks enzim-
substrat. Inhibitor non-kompetitif dapat melekat pada sisi enzim
yang bukan merupakan sisi aktif, dan membentuk kompleks
enzim-inhibitor. Inhibitor ini mengubah bentuk/struktur enzim,
sehingga sisi aktif enzim menjadi tidak berfungsi dan substrat
tidak dapat berikatan dengan enzim tersebut.

8
L. Hasil Analisis Data

Tabel 1. Perubahan Waktu yang dibutuhkan oleh Enzim untuk Kadar


yang Berbeda Pada Kecambah

Total Waktu
Konsentrasi Enzim (%)

(menit)
Waktu (Menit)

2¹ 2² 2³ 2⁴ 2⁵ 2⁶ 2⁷ 2⁸ 2⁹ 210
0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 >20
25 2 2 2 2 2 2 2 - - - 14
50 2 2 2 2 2 - - - - - 10
100 2 2 2 2 - - - - - - 8

Pengaruh Kadar Enzim terhadap reaksi perubahan


amilum menjadi glukosa
25
22
Waktu Perubahan Warna (Menit)

20

15 14

10
10 8

0
0 20 40 60 80 100 120
kadar Enzim (%)

Gambar 1. Grafik Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi


Pengubahan Amilum menjadi Glukosa

9
1. Analisis Data
Berdasarkan tabel hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa laju reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa. Pada
kadar enzim 100% waktu yang dibutuhkan enzim amilase untuk
mengubah warna biru kecoklatan menjadi jingga adalah 8 menit (pada 2
menit ke-4). Pada kadar enzim 50% waktu yang dibutuhkan enzim
amilase untuk mengubah warna biru kecoklatan menjadi jingga adalah 10
menit (pada 2 menit ke-5). Pada kadar enzim 25% waktu yang
dibutuhkan enzim amilase berubah menjadi warna jingga adalah 14 menit
(pada 2 menit ke-7). Sedangkan pada kadar enzim 0% waktu dibutuhkan
lebih dari 20 menit.
2. Pembahasan
Pada percobaan pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubhan amilum menjadi glukosa menggunakan kecambah kacang
hijau. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar enzim terhadap
kecepatan reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kadar enzim
100% mempunyai nilai laju reaksi tercepat, yaitu 8 menit (pada menit ke-
4). Hal ini disebabkan karena pada saat enzim akan meningkatkan
proporsi molekul yang mempunyai cukup energi untuk bereaksi sehingga
laju reaksi akan berjalan lebih cepat. Enzim akan menurunkan energi
yang diperluan reaksi dan bukan meningkatkan jumlah energi dalam tiap
molekul. Ini terjadi pada waktu substrat diubah menjadi produk(hasil),
penghalang( barrier) energi harus diatasi. Penghalang tersebut adalah
energi aktivisi. Adanya enzim akan menurunkan energi aktivasi suatu
reaksi. Jika energi aktivasi suatu reaksi itu rendah maka akan lebih
banyak molekul (substrat) yang dapat bereaksi sehingga waktu yang
banyak molekul (substrat) yang dapat bereaksi mengubah amilum
menjadi glukosa oleh enzim amilase untuk mengubah amilum menjadi
glukosa pun lebih singkat, oleh karena itu, laju reaksi pun menjadi lebih
cepat.
Pada kadar enzim 50% nilai laju reaksi menurun, yaitu 10 menit
(pada 2 menit ke 5). Sedangkan pada kadar 25% nilai laju reaksi
menurun dari reaksi 100% dan 50%, yaitu 14 menit (pada 2 menit ke 7).
Hal ini dikarenakan pada konsentrasi enzim mempunyai kecepatan reaksi
yang lambat karena pada waktu substrat diubah menjadi produk (hasil),
penghalang (barrier) yang disebut energi aktivasi tidak dapat
dikurangin(diturunkan) dalam reaksi tersebut. Karena energi aktivasi
tinggi, maka molekul (subsrat) lebih sedikit yang bereaksi sehingga

10
waktu yang diperlukan pun lebih lama dan pada akhirnya laju reaksi pun
lebih lambat.
Pada kadar 0% tidak ada laju reaksi yang terjadi. Ketidakaktifan
enzim disebabkan karena enzim dipanaskan sampai mendidih. Akibat
pemanasan tersebut, maka enzim yang merupakan protein mengalami
denaturasi peristiwa perubahan struktur protein dari bentuk tiga dimensi
menjadi tidak beraturan sehingga substratnya tidak dapat terikat dengan
enzim. Sehingga enzim kehilangan sifat katalisnya.

M. Kesimpulan

Semakin tinggi konsentrasi enzim maka semakin cepat laju reaksi


pengubahan amilum menjadi glukosa. Kadar enzim 100% laju reaksi enzim
tercepat yaitu 8 menit, sedangkan pada kadar enzim 50% yaitu 10 menit,
kadar enzim 25% yaitu 14 menit dan pada kadar enzim 0% laju reaksi
enzimnya paling lama yaitu lebih dari 20 menit.

N. Daftar Pustaka

Fox, P. F. 1991. Food Enzymology Vol. 2. Elsevier Applied Science. London.

Isnawati. 2009. Biokimia. Surabaya: UNESA University Press.

Lakitan, benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo


Persada. Jakarta.
Lehninger, AL. 1982. Dasar –Dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga.Jakarta.
Martoharsono, S. 1994. Biokimia Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pelczar, MJ., Chan, ECS., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press.
Jakarta.
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi
Tumbuhan. Surabaya: Jurusan Biologi-FMIPA Unesa.
Rahmawati, Sutisna Rina. 2015. Skripsi. Peningkatan Stabilitas Enzim
Selulase dari Bacillus subtilis ITBCCB148 dengan Modifikasi
Kimia Menggunakan Asam Glioksilat. Lampung: Universitas
Lampung.
Tranggono & Sutardi. 1990. Biokimia Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.

11

Anda mungkin juga menyukai