Anda di halaman 1dari 52

ESTIMASI BIAYA

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang
lain, masing-masing berhajat kepada orang lain, bertolong-tolongan, tukar menukar
untuk memenuhi kebuatuhan hidupnya baik dengan cara jual beli, sewa menyewa,
pinjam meminjam atau suatu usaha yang lain yang bersifat pribadi maupun untukk
kemaslahatan umat.
Dalam pergaulan sehari-hari ada kalanya kita sebagai manusia dihadapkan
pada suatu permasalahan keluarga yang mau tidak mau harus dihadapi. Ada kalanya
keberadaan kitab suci umat Islam sering kita abaikan, padahal Al-Quran dan As-
sunnah merupakan pedoman hidup bagi umat Islam karena didalamnya telah diatur
sedemikian lengkapnya tentang kehidupan dan tata cara beribadah baik itu
berhubungan dengan Allah SWT sebagai Maha Pencipta juga didalam Al-Qur’an
pun telah diuraikan bagaimanana cara kita berhubungan dengan sesama makhluk
hidup lainnya.
Selain merupakan satu-satunya agama yang di ridhoi Allah, Islam juga
merupakan sebuah agama yang sangat sempurna karena selain permasalahan akhirat
Islam juga sangat lengkap dalam mengatur semua kehidupan umatnya di dunia
seperti Muamalah. Apa arti muamalah ? Mengapa sewa menyewa merupakan bagian
dari muamalah ?
Sebelum kita bahas tentang sewa-menyewa yang merupakan bagian dari
muamalah , sebaiknya kita mengetahui apa arti muamalah itu sendiri.
Secara bahasa kata Muamalah adalah masdar dari kata asmala-yu’amilu
mu’amalatan yang berarti saling bertindak, saling berbuat, dan saling beramal.
Dalam Fiqih muamalah memiliki dua macam pengertian yaitu pengertian muamalah
secara sempit dan pengertian muamalah secara luas. Secara sempit muamalah adalah
: Aturan allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya
untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik
( Idris Ahmad ), sedangkan secara sempit muamalah adalah : tukar menukar barang

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 1


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

atau sesuatu yang sangat bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan (Rasyid
Ridho ).
Muamalah merupakan bagian dri rukun Islam yang mengatur hubungan
antara seseorang dengan orang lain. Contoh hokum Islam yang termasuk muamalah
salah satunya adalah Ijarah atau sewa-menyewa.
Dalam operasional bank Syariah, mudharabah merupakan salah satu bentuk
akad pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabahnya. Sistem dari mudharabah
ini merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
Dalam penentuan kontraknya, harus dilakukan diawal ketika akan memulai akad
mudharabah tersebut.

Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi
operasional bank syari’ah secara keseluruhan. Secara syari’ah prinsip berdasarkan
pada kaidah mudharabah akan berfungsi sebagai mitra baik dengan penabung
demikian juga dengan pengusaha yang meminjam dana.

Dalam kontrak mudharabah ini, mudharib (si pengelola) harus menjalankan


kewajibannya menjalankan usaha dengan cara sebaik-baiknya. Dalam menjalankan
usaha, harus jelas dan sesuai dengan prisip syariah. Maka dari itu penulis ingin lebih
jauh mengetahui bagaimana jalannya system pembiayan ini (mudharabah) dalam
suatu operasional bank syariah secara jelas.

Dalam makalah ini akan kami jelaskan secara sederhana tentang definisi
ijarah, landasan hukum, rukun dan syrat sah ijarah, juga pembagian dan hukum
ijarah.

1.2 Tujuan dan Manfaat

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 2


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Tujuan dari pembahasan bentuk perjanjian pinjam pakai :


1. Diharapkan Mengetahui dan Memahami dasar-dasar Perjanjian yang tertuang
di Perjanjian Sewa Menyewa
2. Diharapkan mampu memahami syarat-syarat dan tata aturan umum dalam
Perjanjian Sewa Menyewa
3. Diharapkan mampu memahami peraturan-peraturan dasar hukum dan
pelaksanaan ketika menggunakan perjanjian Sewa Menyewa
4. Diharapkan mampu memahami hak dan kewajiban bagi peminjam dan yang
meminjamkan

Manfaat dari pembahasan bentuk perjanjian pinjam pakai :


1. Dapat mengetahui macam-macam bentuk perjanjian sewa menyewa
2. Dapat mengetahui peraturan-peraturan yang berlaku pada perjanjian sewa
menyewa
3. Dapat membedakan bentuk perjanjian yang satu dengan yang lainnya

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang di batasi pada pembahasan perjanjian pinjam pakai
meliputi :
1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian sewa menyewa?
2. Apa perbedaan perjanjian pinjam pakai dan perjanjian sewa menyewa?
3. Bagaimana peraturan-peraturan yang diatur dalam perjanjian sewa menyewa?
4. Bagaimana Hak dan Kewajiban dalam perjanjian sewa menyewa?
5. Bagamaina unsur, jenis dan asas dari bentuk perjanjian sewa menyewa?

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 3


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan Makalah ini disusun per bab. Hal ini dimaksudkan agar
setiap permasalahan yang akan dibahas dapat diketahui.

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat, rumusan
masalah, sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini menguraikan tentang teori-teori mengenai dasar-dasar pengertian umum
perjanjian, teori mengenai syarat-syarat perjanjian, pihak-pihak dalam perjanjian,
unsur-unsur perjanjian, syarat-syarat perjanjian dan jenisnya yang bersumber dari
berdasarkan buku-buku referensi yang tersedia dan peraturan-peraturan yang
berlaku.

BAB IIIPEMBAHASAN
Bab ini menguraikan secara detail mengenai bentuk perjanjian pinjam pakai yang
akan digunakan berdasarkan data-data dan referensi yang di dapat di lapangan,
web maupun di buku.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari makalah yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya, serta beberapa saran untuk mencari solusi
yang tepat untuk di kemudian hari.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 4


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Perjanjian

Pengertian perjanjian secara umum dapat dilihat dalam pasal 1313


KUHPerdata, yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Menurut R.Setiawan pengertian
perjanjian sebagai mana tersebut dalam pasal 1313 KUHPerdata terlalu luas, karena
istilah perbuatan yang dipakai dapat mencakup juga perbuatan melawan hukum dan
perwakilan sukarela, padahal yang dimaksud adalah bukan perbuatan melawan
hukum. Perjanjian adalah suatu hubungan atas dasar hukum kekayaan
(vermogenscrechtlijke bettrecking) antara dua pihak, dimana pihak yang satu
berkewajiban memberikan suatu prestasi atas nama pihak yang lain mempunyai hak
terhadap prestasi itu. Wirjono Prodjodikoro memberikan definisi bahwa perjanjian
itu merupakan suatu perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua
pihak, dimana satupihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal
atau tidak melakukan suatu hal, sedang pihak yang lain berhak menuntut pelaksanaan
janji itu. Perjanjian menurut Abdulkadir Muhammad adalah hal yang mengikat
antara orang yang satu dengan orang yang lain. Hal yang mengikat tersebut yaitu
peristiwa hukum yang dapat berupa perbuatan misalnya jual beli, berupa kejadian
misalnya kelahiran, dan dapat juga berupa suatu keadaan misalnya pekarangan yang
berdampingan, hal mana semua peristiwa hukum tersebut akan menciptakan suatu

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 5


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

hubungan hukum. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan tersebut di atas,


maka dapat disebutkan bahwa perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak
atau lebih dimana pihak yang satu berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal dan pihak
yang lain berhak menuntut hal (prestasi) tersebut.

2.2 Pihak-Pihak dalam Perjanjian

Pihak dalam perjanjian disebut sebagai subjek hukum. Subjek hukum tersebut
ada dua, yaitu :
a.Orang
b.Badan Hukum (Legal entity).

Perjanjian hanya mengikat pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu


sendiri atau tidak mengikat pihak lain. Suatu perjanjian hanya meletakkan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban antara para pihak yang membuatnya. Pihak yang
berkewajiban untuk melaksanakan prestasi disebut debitur sedangkan pihak yang
berhak atas pelaksanaan prestasi disebut kreditur.
Sebagai pihak yang aktif, kreditur dapat melakukan tindakan-tindakan debitur
yang pasif yang tidak mau memenuhi kewajibannya atau wanprestasi. Tindakan
kreditur tersebut dapat berupa memberi peringatan-peringatan atau menuntut di muka
pengadilan dan lain sebagainya.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 6


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

2.3 Unsur-Unsur Perjanjian

Unsur-unsur dalam perjanjian ada tiga yaitu:


a)Essentalia
b)Naturalia
c)Accidentalia

a. Essentalia
Yaitu unsur utama, tanpa adanya unsur ini persetujuan tidak mungkin ada.
Unsur essentalia (merupakan unsur/bagian into dari suatu perjanjian) yaitu
merupakan yang harus ada dalam perjanjian. Syarat-syarat adanya atau sahnya
perjanjian adalah adanya kata sepakat atau persesuaian kehendak, kecakapan para
pihak, obyek tertentu dan kausa atau dasar yang halal.

b. Naturalia
Yaitu unsur yang oleh undang-undang ditentukan sebagai peraturan yang
bersifat mengatur. Unsur Naturalia (merupakan unsur / bagian non inti dari suatu
perjanjian) yaitu unsur yang lazim melekat dalam perjanjian. Unsur ini merupakan
unsur bawaan(natuur) perjanjian sehingga secara diam-diam melekat pada perjanjian,
unsur yang tanpa diperjanjikan secara khusus dalam perjanjian secara diam-diam
dengan sendirinya dianggap ada dalam perjanjian.

c. Accidentalia
Yaitu unsur yang oleh para pihak ditambahkan dalam persetujuan dimana
Undang-undang tidak mengatur. Unsur ini merupakan sifat yang melekat pada
perjanjian dalam hal secara tegas diperjanjikan oleh para pihak, seperti ketentuan
mengenai tempat tinggal atau domisili yang dipilih oleh para pihak, termik (jangka
waktu pembayaran), pilihan hukum, dan cara penyerahan barang.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 7


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

2.4 Asas-Asas Perjanjian

Dalam hukum perjanjian, dikenal adanya beberapa azas penting yang


merupakan dasar kehendak masing-masing pihak di dalam mencapai tujuannya.
Asas-asastersebut antara lain :

a.Asas Kebebasan berkontrak (freedom of contract/ laissez faire)


Setiap orang bebas membuat perjanjian apa saja baik yang sudah diatur atau
belum oleh undang-undang, tetapi kebebasan itu dibatasi oleh tiga hal yaitu tidak
dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum pasal
1338 kitab undang-undang hukum perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Ketentuan undang-undang boleh tidak diikuti apabila pihak-pihak mengkhendaki
cara-cara tersendiri, tetapi apabila tidak ditentukan lain maka ketentuan undang-
undang yang berlaku.

b.Asas Konsensualitas
Suatu perjanjian dianggap telah terjadi pada saat diperoleh kata sepakat
antara para pihak mengenai perjanjian. Sejak saat itu, perjanjian dianggap telah
mengikat dan mempunyai akibat hukum. Asas konsensualisme suatu perjanjian
walaupun dibuat secara lisan antara dua orang atau lebih telah mengikat, dan telah
melahirkan kewajiban bagi salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut,
segera setelah orang-orang tersebut mencapai kesepakatan (consensus), maka
perjanjian yang mengikat dan berlaku diantara para pihak tidak lagi membutuhkan
formalitas. Untuk menjaga kepentingan pihak debitur dibuat dalam bentuk-bentuk
formal atau dipersyaratkan adanya suatu tindakan nyata tertentu.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 8


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

c.Asas Personalia
Pasal 1315 kitab undang-undang hukum perdata mengatur mengenai asas
personalia yang menyatakan “pada umumnya tak seorang pun dapat mengikatkan
diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya
sendiri”. Pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorangdalam
kapasitasya sebagai individu (subjek hukum pribadi), hanya akan berlaku dan
mengikat untuk dirinya sendiri.Meskipun secara sederhana dikatakan bahwa
ketentuan pasal 1315 kitab undang-undang hukum perdata menunjuk pada asas
personalia, namun lebih jauh dari itu, ketentuan pasal 1315 kitab undang-undang
hukum perdata juga menunjuk kewenangan bertindak dari seseorang yang membuat
dan atau mengadakan suatu perjanjian. Dengan kapasitas kewenangan tersebut
setiaptindakan, perbuatan yang dilakukan oleh orang perorangan sebagai subjek
hukum pribadi yang mandiri, akan mengikat diri pribadi tersebut, dan dalam
lapangan perikatan, mengikat seluruh harta kekayaan yang dimliki olehnya secara
pribadi.
d.Asas Obligator
Perjanjian yang dibuat para pihak baru dalam tahap menimbulkan hak dan
kewajiban saja dan belum memindahkan hak milik. Hak milik akan berpindah
apabila dilakukan dengan perjanjian kebendaan (zakelijke overeenkomst), yaitu
melalui upaya levering.

2.5 Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian

Pasal 1320 kitab undang-undang hukum perdata menyatakan bahwa


untuksahnya suatu perjanjian diperlukan syarat -syarat, yaitu :
a)Kesepakatan (agreement atau consensus)
b)Kecakapan (capacity)
c)Hal yang tertentu (certainty of term)
d)Sebab yang halal (legality)

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 9


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

a.) Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri (agreement atau consensus).


Maksudnya adalah terjadinya persesuaian kehendak. Timbulnya kehendak
atau keinginan itu tidak didasarkan atas paksaan, kekhilafan, ataupenipuan dari salah
satu pihak.

b.) Kecakapan (Capacity).


Setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian apabila ia oleh undang-
undang tidak dinyatakan tidak cakap, hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 1329
KUHPerdata. Orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian sesuai dengan
amanat pasal 1330 kitab undang-undang hukum perdata adalah :
1. Orang-orang yang belum dewasa
2. Mereka yang ditaruh dibawah Pengampuan
3. Orang perempuan yang sudah kawin.

Mengenai orang perempuan yang sudah kawin sebagaimana surat edaran


Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3 Tahun 1963 telah dicabut dan sesuai dengan
pasal 31 ayat 2 undang-undang No.1 Tahun 1974, perempuan yang sudah
kawinberhak untuk melakukan perbuatan hukum. Jadi yang tidak cakap menurut
pasal 1330 kitab undang-undang hukum perdata sekarang hanyalah :
1.Orang yang belum dewasa dan ;
2.Yang ditaruh dibawah pengampuan
Orang belum dewasa dan yang ditaruh dibawah pengampuan apabila
melakukan perbuatan hukum harus diwakili oleh wali mereka. Menurut Pasal 1330
juncto Pasal 330 KUH Perdata bahwa usia dewasa adalah 21 tahun. Sebaliknya
terdapat juga pandangan bahwa usia dewasa adalah usia 18 tahun hal ini berdasarkan
rumusan pasal 47 juncto Pasal 50 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang
menegaskan bahwa :

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 10


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

1.Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah


melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orangtuanyaselama mereka
tidak dicabut kekuasaanya.
2.Orangtua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum
didalam dan diluar pengadilan.

Dalam Pasal 50 Undang-Undang Nomor 1Tahun 1974 Tentang Perkawinan


Menyebutkan bahwa :

1.Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah


melangsungkan perkawinan, yang tidak berada dibawah kekuasaan orangtua, berada
dibawah kekuasaan wali.
2.Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta
bendanya.

c.) Hal yang tertentu (certainty of term )


Hal yang menjadi objek perjanjian harus jelas atau paling tidak dapat
ditentukan jenisnya, sedangkan mengenai jumlahnya dapat tidak ditentukan
padawaktudibuat perjanjian dengan ketentuan bahwa nanti dapat dihitung atau
ditentukan jumlahnya (Pasal 1333 KUHPerdata). Kejelasan mengenai pokok
perjanjian atau objek perjanjian ialah untuk memungkinkan pelaksanaan hak dan
kewajiban pihak-pihak.

d.) Sebab yang halal ( legality )


Dalam membuat suatu perjanjian, isi daripada perjanjian tersebut yang
menggambarkan suatu tujuan yang hendak dicapai oleh parapihak itu, harus
dibenarkan atau tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan
kesusilaan.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 11


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Keempat syarat tersebut diatas merupakan syarat pokok bagi setiap


perjanjian. Selain itu terdapat juga syarat tambahan bagi perjanjian tertentu saja,
misalnya perjanjian perdamaian yang diharuskan dibuat secara tertulis.10Keempat
syarat tersebut selanjutnya dalam doktrin ilmu hukum yang berkembang digolongkan
kedalam :
a.Unsur subjektif, menyangkut (pihak) yang mengadakan perjanjian.
b.Unsur objektif, menyangkut objek daripada perjanjian.
Unsur subjektif mencakup adanya kesepakatan dari para pihak dan kecakapan
dari pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian. Sedangkan unsur objektif meliputi
keberadaan dari objek yang diperjanjikan dan causa dari objekberupa prestasi yang
disepakati untuk dilaksanakan tersebut haruslah sesuatu yang tidakdilarang oleh
undang-undang.Perbedaan unsur-unsur atas syarat-syarat sahnya perjanjian tersebut
digunakan untuk mengetahui apakah perjanjian itu batal demi hukum (voib ab initio)
ataumerupakan perjanjian yang dapat dimintakan pembatalannya (voidable).Dalam
hal unsur subjektif tidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut dapat dimintakan
pembatalanya (voidable). Perjanjian itu sah atau mengikat selama tidak dibatalakan
(olehhakim) oleh karena adanya permintaan pembatalan oleh para pihak yang
berkepentingan. Dalam hal syarat objektiftidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut
batal demi hukum. Perjanjian yang batal demi hukum merupakan perjanjian yang
dari awal sudah batal, hal ini berarti tidak pernah ada perjanjian tersebut. Sedangkan
perjanjian yang dimintakan pembatalannya (voidable) yaitu perjanjian yang dari awal
berlaku tetapi perjanjian itu dapat dimintakan pembatalannya dan apabila
tidakdimintakan pembatalnnya maka perjanjian itu tetap berlaku.
Dari syarat sahnya perjanjian kredit yang telah dikemukakan diatas maka
dapat disimpulkan unsur-unsur dari perjanjian kredit yakni unsur essensialia,unsur
naturalia dan unsur accidentalia. Unsur essensialia adalah unsur perjanjian yang
harus terdapat dalam perjanjian, tanpa adanya unsur ini maka suatu perjanjian tidak
mungkin lahir atau ada. Seperti kecakapan para pihak yangmengikatkan diri dalam
suatu perjanjian. Unsur naturalia adalah unsur didalam perjanjian yang oleh undang-
undang diatur tetapi oleh para pihak dapat digantikan. Misalnya pembuatan

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 12


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

perjanjian kredit dengan akta notariil tetapi menggunakan akta dibawah tangan.
Sedangkan unsur accidentalia adalah unsurperjanjian yang ditambahkan oleh para
pihak, hal ini tidak diatur oleh undang-undang tetapi para pihak dapat menambahkan
dalam perjanjiannya contohnyadalam penyelesaian permasalahan akibat perjanjian
untuk diselesaikan dipengadilan negeri tertentu.
2.6 Jenis-Jenis Perjanjian

Beberapa jenis perjanjian yaitu :

a.Perjanjian Timbal Balik


Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban
pokok bagi kedua belah pihak.

b.Perjanjian Cuma-Cuma
Menurut Ketentuan pasal 1314 KUHPerdata, suatu persetujuan yang dibuat
dengan cuma-cuma adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima suatu
manfaat bagi dirinya sendiri.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 13


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

c.Perjanjian Atas Beban


Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari pihak
yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu
ada hubungannya menurut hukum.

d. Perjanjian Bernama
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang sudah mempunyai nama sendiri,
maksudnya adalah bahwa perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh
pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari -hari.
Perjanjian khusus terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII KUHPerdata.

e.Perjanjian tidak bernama Perjanjian tak bernama adalah perjanjian-


perjanjian yang tidak diatur didalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam
masyarakat. Jumlah perjanjian initidak terbatas dengan nama yang disesuaikan
dengan kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya.

f.Perjanjian Obligator
Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban
diantara para pihak.

g.Perjanjian kebendaan
Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seorang menyerahkan
haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban
(oblilige) pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain (levering,
transfer).

h.Perjanjian konsensual
Perjanjian konsensual adalah perjanjian dimana antara kedua belah pihak
telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perjanjian. Menurut
KUHPerdata perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat (Pasal 1338).

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 14


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

i.Perjanjian real
Suatuperjanjian yang terjadinya itu sekaligus dengan realisasi tujuan
perjanjian, yaitu pemindahan hak.

j.Perjanjian Liberatoir
Perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang
ada(Pasal 1438 KUHPerdata).

k.Perjanjian Pembuktian ( Bewijsovereenkomts )


Suatu perjanjian dimana para pihak menentukan pembuktian apakah yang
berlaku di antara mereka.

l.Perjanjian Untung –Untungan


Menurut Pasal 1774 KUHPerdata, yang dimaksud dengan perjanjian untung-
untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi
semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang
belum tentu.

m.Perjanjian Publik
Perjanjian publik yaitu suatu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya
dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu pihak yang bertindak adalah
pemerintah, dan pihak lainnya swasta.

n.Perjanjian Campuran
Perjanjian campuran adalah suatu perjanjian yang mengandung berbagai
unsur perjanjian di dalamnya.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 15


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Sewa Menyewa


Secara umum, perjanjian dirumuskan dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau
lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih. Suatu perjanjian akan
melahirkan perikatan pada pihak-pihak yang membuatnya seperti dinyatakan dalam
Pasal 1233 KUH Perdata bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena perjanjian
maupun karena undang-undang.
Sebelum penulis menguraikan tentang pengertian perjanjian, ada baiknya jika
terlebih dahulu penulis menguraikan tentang pengertian perikatan, dimana perikatan
itu berkaitan dengan adanya suatu perjanjian.
Suatu perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu. Sedangkan suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana
seseorang berjanji kepada pihak lain atau orang lain atau dimana dua orang saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa tersebut, Perjanjian itu
menimbulkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dengan demikian
hubungan antara perikatan dengan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu
menerbitkan perikatan.
Perikatan melahirkan hak dan kewajiban dalam lapangan hukum harta
kekayaan, karena setiap perjanjian akan selalu melahirkan perikatan maka perjanjian
juga akan melahirkan hak dan kewajiban dalam lapangan hukum harta kekayaan bagi
pihak-pihak yang membuat perjanjian.
Dengan membuat perjanjian, pihak yang mengadakan perjanjian secara
sukarela mengikatkan diri untuk menyerahkan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu guna kepentingan dan keuntungan dari pihak terhadap siapa ia telah
berjanji atau mengikatkan diri dengan jaminan atau tanggungan berupa harta
kekayaan yang dimiliki dan akan dimiliki oleh pihak yang membuat perjanjian atau
yang telah mengikatkan diri tersebut.”Dengan sifat sukarela, perjanjian harus lahir

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 16


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

dari kehendak dan harus dilaksanakan sesuai dengan maksud dari pihak yang
membuat perjanjian”56
”Pernyataan sukarela menunjukkan pada kita semua bahwa perikatan yang
bersumber dari perjanjian tidak mungkin terjadi tanpa dikehendaki oleh para pihak
yang terlibat atau membuat perjanjian tersebut.”57 Ini berbeda dari perikatan yang
lahir dari undang-undang, yang menerbitkan kewajiban bagi salah satu pihak dalam
perikatan tersebut, meskipun sesungguhnya para pihak tidak menghendakinya.
Selanjutnya pernyataan dalam lapangan harta kekayaan, dimaksud untuk
membatasi bahwa perjanjian yang dimaksudkan disini adalah perjanjian yang
berkaitan dengan harta kekayaan seseorang sebagaimana dijamin dengan ketentuan
Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi sebagai berikut :
 Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada
dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya
perseorangan.
 Seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya, Pasal 1548 KUH
Perdata
merumuskan bahwa “sewa menyewa adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya
kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan pembayaran suatu
harga, yang oleh pihak tersebut belakangan ini disanggupi pembayarannya.”58
Sewa menyewa adalah persetujuan antara pihak yang menyewakan dengan
pihak penyewa. Pihak yang menyewakan atau pihak pemilik menyerahkan barang
yang hendak disewa kepada pihak penyewa untuk dinikmati sepenuhnya.Sebagai
salah satu dari perjanjian, maka sewa menyewa merupakan suatu persetujuan antara
pihak yang menyewakan dengan pihak penyewa.Berdasarkan rumusan tersebut,
dapat disimpulkan beberapa hal pokok dalam sewa menyewa, yaitu :

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 17


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

1) Sewa menyewa adalah suatu perjanjian


Sebagai suatu perjanjian, sewa menyewa harus mengikuti
kaidah-kaidah hukum perjanjian. Sebagaimana perjanjian pada
umumnya, perjanjian sewa menyewa harus memenuhi syarat
sahnya perjanjian seperti diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata
yaitu :
a. Adanya kesepakatan antara mereka yang mengikatkan
dirinya
b. Pihak-pihak yang melakukannya dianggap cakap untuk
membuat suatu perjanjian,
c. Adanya hal tertentu yang diperjanjikan, dan
d. Perjanjian itu harus mengandung suatu sebab yang
halal.Para pihak yang membuat perjanjian, apabila dianggap
cakap secara hukum, selayaknya atau dianggap sudah
mengetahui bahwa mereka tidak hanya mengikatkan diri
terhadap apa yang dinyatakan dalam perjanjian yang
dibuatnya tetapi juga telah mengikatkan diri terhadap segala
ketentuan perundang-undangan, kepatutan dan kebiasaan seperti
diatur dalam Pasal 1339 KUH Perdata yang berbunyi :
“Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan
tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau
undang-undang”.59 Menelaah bunyi pasal tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa setidaknya ada dua unsur yang menentukan
keterikatan para pihak terhadap perjanjian yang dibuatnya, yaitu :
a. Klausul-klausul perjanjian yang telah disepakati
b. Kewajiban dan atau larangan yang timbul dari kebiasaan, kepatutan
serta undang-undang yang terkait dengan sifat perjanjian yang
dibuatnya.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 18


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Seperti dinyatakan oleh Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang menyatakan
bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya”, maka klausul-klausul perjanjian yang dibuat dan
disepakati oleh para pihak pembuat perjanjian itu, dengan sendirinya berlaku sebagai
undang-undang (pacta sunt servanda) bagi pihak-pihak yang telah menyepakatinya.
Menurut Subekti dengan menekankan pada kata “semua”, maka pasal
tersebut seolah-olah berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat bahwa kita
diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja (atau tentang apa
saja) dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu
undang-undang atau dengan perkataan lain bahwa dalam soal perjanjian, setiap orang
yang telah dianggap cakap diperbolehkan membuat “undang-undang” sendiri bagi
para pihak
yang menyepakati suatu perjanjian yang dibuatnya.60
Pasal-pasal dari hukum perjanjian hanya berlaku, apabila para pembuatnya
tidak mengadakan aturan-aturan sendiri dalam perjanjian yang dibuatnya selama
tidak mengabaikan kewajiban atau larangan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
”Menurut Subekti, memang tepat sekali nama hukum pelengkap bagi hukum
perjanjian karena hukum perjanjian dapat dikatakan melengkapi perjanjian-perjanjian
yang dibuat secara tidak lengkap”.61
Biasanya orang yang mengadakan suatu perjanjian tidak mengatur secara
terperinci semua persoalan yang bersangkutan dengan perjanjian itu. Pada umumnya
mereka hanya menyetujui hal-hal pokok saja, dengan tidak memikirkan soal-soal
lainnya. Dalam hal perjanjian sewa menyewa, perjanjian sudah dianggap cukup jika
sudah memuat klausul-klausul apabila setuju tentang barang dan harga sewanya.
Tentang dimana barang harus diserahkan, siapa yang harus memikul biaya
pengantaran barang, tentang bagaimana barang itu musnah dalam perjalanan, soal-
soal itu lazimnya tidak terpikirkan dan tidak diperjanjikan. Bagi pembuat perjanjian
yang memahami hukum tentu akan berfikir bahwa apabila dikemudian hari terdapat
masalah maka yang bersangkutan akan tunduk saja pada hukum dan undang-

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 19


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

undang. ”Namun apabila pembuat perjanjian itu tidak atau kurang memahami
hukum maka akan berlandaskan pada kebiasaan setempat yang mungkin saja
kebiasaan itu sesungguhnya lahir atau sejalan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”62

Gambaran tersebut diatas memperlihatkan bahwa perjanjian menganut


sistem terbuka yang juga mengandung pengertian bahwa KUH Perdata hanya
mengatur perjanjian khusus atau perjanjian bernama yang sudah memang dikenal
masyarakat ketika KUH Perdata dibentuk. “Sistem terbuka dalam hukum perjanjian
telah memberi peluang yang sangat luas bagi munculnya jenis-jenis perjanjian baru
yang lazimnya merupakan gabungan dari perjanjian-perjanjian bernama tersebut”63.
Perjanjian sewa menyewa telah berkembang sedemikian rupa sesuai dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat seperti, perjanjian sewa beli, sewa usaha
dengan hak opsi (leasing), perjanjian bangun-pakai-serah (Build-Operate-Transfer)
dan sebagainya64.

Perjanjian sewa menyewa seperti halnya perjanjian jual beli dan


tukar menukar mengandung azas konsensualitas. Azas ini tidak hanya sekedar
mengandung pengertian adanya syarat kesepakatan dalam suatu perjanjian tetapi
lebih dari itu, seperti yang dijelaskan oleh Subekti sebagai berikut :

Arti Azas konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan


perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik
tercapainya kesepakatan.dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah
sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal pokok dan tidaklah
diperlukan sesuatu formalitas65.

Menurut Kartini Mulyadi dan Gunawan Wijaya, azas konsensualitas


memperlihatkan kepada kita semua, bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang
dibuat secara lisan antara dua atau lebih orang yang telah mengikat,dan karenanya
telah melahirkan kewajiban bagi salah satu atau lebih dalam perjanjian tersebut,

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 20


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

segera setelah orang-orang tersebut mencapai kesepakatan atau consensus,


meskipun kesepakatan tersebut telah dicapai secara lisan semata-mata. 66

Ini pada prinsipnya perjanjian mengikat dan berlaku sebagai pengikat bagi

Para pihak yang berjanji tidak memerlukan formalitas, walau demikian untuk

menjaga pihak debitur (yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi) diadakanlah

bentuk-bentuk formalitas, atau dipersyaratkan adanya suatu tindakan nyata tertentu.

2) Adanya Suatu Benda Yang Dapat Memberikan Manfaat (Kenikmatan)

Perjanjian sewa menyewa tidak mungkin terjadi tanpa adanya suatu yang

dapat memberikan manfaat dan kegunaan atau menurut istilah KUH.

suatu kenikmatan” kepada si pemakainya. Pada umumnya,

suatu benda sulit dipisahkan dengan manfaat yang ditimbulkannya.

walaupun demikian, dalam praktek sewa menyewa terdapat

perbedaan kecenderungan terhadap objek perjanjian yaitu

ada yang cenderung terhadap benda (secara fisik) tetapi ada pula

yang cenderung kepada manfaat yang dimaksud dalam perjanjian atau ada

pula antara wujud benda dan manfaatnya mutlak harus ada sebagai objek

perjanjian.

Misalnya sewa menyewa sebuah kios tidak dipermasalahkan apakah si


penyewa akan menggunakannya untuk berjualan atau digunakan sebagai
penyimpanan barang sementara sebelum barang dagangannya didistribusikan.
Jadi, dalam perjanjian sewa menyewa yang objek perjanjiannya lebih menitik
beratkan kepada wujud bendanya, si penyewa yang aktif mewujudkan manfaat dari

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 21


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

benda yang disewanya sedangkan pihak yang menyewakan cukup menyerahkan


benda tersebut untuk jangka waktu tertentu kepada penyewa.

Mengenai penyerahan barang tersebut, antara lain diatur oleh Pasal 612
KUH Perdata sebagai berikut :

Penyerahan kebendaan bergerak, terkecuali yang tidak bertubuh,


dilakukan dengan penyerahan yang nyata akan kebendaan itu oleh
atau atas nama pemilik, atau dengan penyerahan kunci-kunci dari
bangunan, dalam mana kebendaan itu berada.Penyerahan tak perlu
dilakukan, apabila kebendaan yang harus diserahkan, dengan alasan
hak lain, telah dikuasai oleh orang yang hendak menerimanya

3) Adanya pihak yang memiliki suatu benda yang dapat memberi manfaat
(yang menyewakan) dan pihak yang menggunakan manfaat (penyewa)
Unsur ini merupakan subjek perjanjian atau para pihak pembuat
perjanjian. Subjek perjanjian dapat merupakan orang per orang (naturlijk
person) atau badan hukum (recht person). Sehubungan dengan subjek
perjanjian, perjanjian menganut azas personalia. Azas ini dapat
ditemukan dalam dalam ketentuan Pasal 1315 KUH Perdata, yang
berbunyi Pada umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas
nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji daripada untuk
dirinya sendiri.
Secara khusus ketentuan Pasal 1315 KUH Perdata tersebut menunjukkan
pada kewenangan bertindak untuk individu pribadi sebagai subjek hukum
pribadi yang mandiri, yang memiliki kewenangan bertindak untuk dan
atas nama dirinya sendiri. Dengan kapasitasnya kewenangan tersebut,
sebagai orang yang cakap bertindak dalam hukum maka setiap tindakan,
perbuatan yang dilakukan oleh orang perorangan, sebagai subjek hukum
akan mengikat diri pribadi tersebut, dan lapangan perikatan, mengikat
seluruh harta kekayaan yang dimiliki olehnya secara pribadinya sebagai
ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata, yang berbunyi :

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 22


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak


bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian
hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.

Dalam hal, orang perorangan tersebut melakukan tindakaan hukum dalam


kapasitasnya yang berada yaitu tidak untuk kepentingan dirinya sendiri,
maka kewenangannya harus disertai dengan bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa memang.

orang-orang perorangan tersebut tidak membuat atau menyetujui


dilakukannya perjanjian untuk dirinya sendiri.

”Menurut Kartini Muljadi masalah kewenangan seseorang sebagai


individu dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Untuk dan atas namanya serta bagi kepentingan dirinya sendiri ”67.
Dalam hal ini ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata berlaku baginya
secara pribadi

2. Sebagai wakil dari pihak tertentu.


Mengenai perwakilan ini, dapat dibedakan kedalam :

a. Badan hukum dimana orang perorangan tersebut bertindak dalam


kapasitasnya selaku yang berhak dan berwenang untuk mengikat
badan hukum tersebut dengan pihak ketiga. Dalam hal ini
berlakulah ketentuan mengenai perwakilan yang diatur dalam
Anggaran Dasar dari badan hukum tersebut, yang akan
menentukan sampai seberapa jauh kewenangan yang dimilikinya
untuk mengikat badan hukum tersebut serta batasan-batasannya.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 23


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

b. Perwakilan yang ditetapkan oleh hukum, misalnya dalam bentuk


kekuasaan orang tua, kekuasaan wali dari anak dibawah umur,
kewenangan curator untuk mengurus harta pailit. Dalam hal ini
berlakulah ketentuan umum yang diatur dalam buku I KUH
Perdata dan Undang-undang kepailitan sebagaimana diumumkan
dalam Staatsblaad Tahun 1905 No.217 dan Tahun 1906 No. 348
yang telah diubah dengan pemerintah pengganti undang-
undangan No.1 Tahun 1998 jo Undang-undang No.4 Tahun 1998
tentang Kepailitan jo Undang – Undang No 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Hutang.

c. Sebagai kuasa dari orang atau pihak yang memberikan kuasa.


Dalam hal ini berlakulah ketentuan yang diatur dalam Bab XVI
Buku III KUH Perdata, mulai dari Pasal 1792 hingga Pasal 1819
KUH Perdata.

4) Adanya imbalan pembayaran suatu harga atas manfaat tersebut

Imbalan terhadap pembayaran benda dan manfaatnya merupakan hal


penting untuk menjadikan suatu perjanjian dapat dikategorikan sebagai
perjanjian sewa menyewa karena apabila penggunaan suatu benda dan
manfaatnya tanpa adanya kewajiban pembayaran harga sewa maka perjanjian
yang dibuat adalah perjanjian pinjam pakai.

Sebagai suatu unsur esensial pada perjanjian, harga sewa hampir


dapat dipastikan selalu tercantum dalam klausul perjanjian tertulis.

“Namun dalam masyarakat masih banyak dilakukan perjanjian sewa


menyewa hanya dengan perjanjian lisan dengan mengikuti kebiasaan

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 24


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

setempat bahkan tidak jarang terjadi pembayaran dilakukan tanpa kwitansi


dan hanya mengandalkan ingatan kedua belah pihak”68.

Atas kemungkinan ini, KUH Perdata mengatur ketentuan Pasal 1569


Alinea pertama, yaitu Tiap-tiap pembayaran memperkirakan adanya suatu
utang, apa yang telah dibayarkan dengan tidak diwajibkan dapat dituntut
kembali.

Salah satu akibat dari perjanjian lisan, adalah khilaf terhadap jumlah
sewa yang diperjanjikan, untuk itu Pasal 1569 KUH Perdata, mengantisipasi
pengaturan hukumnya sebagai berikut :

Jika terjadi perselisihan tentang harga suatu penyewaan yang dibuat


dengan lisan, yang sudah dijalankan dan tidak terdapat suatu pembayaran
maka pihak yang menyewakan harus dipercaya atas sumpahnya, kecuali
apabila si penyewa memilih untuk menyuruh menaksir harga sewanya oleh
orang-orang ahli.

5) Adanya jangka waktu

Pada prinsipnya, tidak terjadi suatu perjanjian sewa menyewa tanpa


adanya batas waktu. Namun demikian tidak diwajibkan untuk semua
perjanjian sewa menyewa menyebutkan batas waktunya secara jelas,
misalnya “sewa menyewa dilangsungkan dari tanggal 1 Januari 2009 sampai
tanggal 31 Desember 2010” dan sebagainya. Ketentuan dalam KUH Perdata
dalam hal ini memperhatikan kebiasaan masyarakat tradisional dimana
banyak terjadi perjanjian sewa menyewa hanya menentukan jumlah sewa per
tahun atau per bulan bahkan sewa menyewa harian seperti misalnya
persewaan hotel atau kendaraan.

Untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diharapkan timbul


dikemudian hari dan mencegah penafsiran dan makna ganda, pencantuman
“batas waktu yang jelas” sangat diperlukan.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 25


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

3.2 Jenis – Jenis Barang Yang Disewakan

Barang yang disewakan harus diketahui secara jelas yang berbentuk, yang
bisa diambil manfaat secara langsung dan tidak mengandung cacat yang
menghalangi fungsinya.

A.Sewa Menyewa Rumah


Sewa menyewa rumah adalah untuk dipergunakan sebagi tempat tinggal oleh
penyewa atau si penyewa menyuruh orang lain untuk menempatinya dengan cara
meminjamkan atau menyewakan kembali.
Hal ini dibolehkan dengan syarat pihak menyewa tidak merusak bangunan
yang disewanya, selain itu penyewa atau orang yang menempatinya berkewajiban
untuk memelihara rumah tersebut untuk tetap dapat dihuni sesuai dengan kebiasaan
yang lazim berlaku ditengah tengah masyarakat.
B. Sewa Menyewa Tanah
Sewa menyewa tanah dalam hukum perjanjian islam dapat dibenarkan baik
tanah untuk pertanian atau untuk pertapakan bangunan atau kepentingan lainnya.
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam hal perjanjian sewa menyewa tanah antara
lain sebagai berikut, “untuk apakah tanah tersebut digunankan ?” apabila tanah
digunakan untuk lahan pertanian, maka harus diterapkan dalam perjanjian jenis
apakah tanaman yang harus ditanam ditanah tersebut. Sebab jenis tanaman yang
ditanam akan berpengaruh pula terhadap jumlah uang sewanya.
Keanekaragaman tanaman dapat juga dilakukan asal orang yang menyewa /
pemilik mengizinkan tanahnya ditanami apa saja yang dikehendaki penyewa,
namun lazimnya bukan jenis tanaman tua/keras Apabila dalam sewa menyewa tanah
tidak dijelaskan kegunaan tanah, maka sewa menyewa yang diadakan dinyatakan
batal (fasid). Sebab kegunaan tanah perjanjian, dikhawatirkan akan melahirkan
persepsi yang berbeda antara pemilik tanah dengan penyewa dan pada akhirnya
akan menimbulkan persengketaan .

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 26


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

3.3 Tujuan Sewa Menyewa


Adapun tujuan sewa menyewa adalah untuk mengambil manfaat dari apa
yang disewa tersebut dengan maksud tertentu dan mubah setelah disewa maka
akan memberi pengganti kepada yang menyewakan.

3.4 Hukum Sewa Menyewa

Hukum sewa menyewa adalah tetapnya kemanfaatan bagi penyewa, dan


tetapnya upah bagi pekerja atau orang yang menyewakan ma’qud’alaih, sebab ijarah
termasuk jual beli pertukaran, hanya saja dengan kemanfaatan.Adapun hukum
ijarah rusak, menurut ulama Hanafiyah, jika penyewa telah mendapatkan manfaat
tetapi orang yang menyewakan atau yang bekerja dibayar lebih kecil dari
kesepakatan pada waktu akad. Bila kerusakan tersebut terjadi pada syarat. Akan
tetapi, jika kerusakan disebabkan penyewa tidak memberitahukan jenis pekerjaan
perjanjiannya, upah harus diberikan semestinya.
Jafar dan ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa ijarah fasid sama dengan jual beli
fasid, yakni harus dibayar sesuai dengan nilai atau ukuran yang dicapai oleh barang
sewaan.

Adapun hukum Sewa Menyewa secara global terbatas dalam 2 kelompok,


yaitu :
 Perkara-perkara yang mewajibkan dan mengikat akad ini tanpa adanya
emergency yang akan menimpa.
 Hukum-hukum emergency yang datang belakangan, dan ini terbagi kepada;
hal-hal yang mewajibkan adanya tanggungan dan tidak adanya tanggungan;
kewajiban adanya pembatalan dan tidak adanya pembatalan; dan hukum
perselisihan.
 Perkara-perkara yang mengharuskan akad ini tanpa adanya kejadian
(emergency) yang datang kepadanya.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 27


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Diantara masalah yang mencakup dalam hal ini adalah :


Menurut Malik dan Abu Hanifah bahwa harga sewa harus diberikan sebagian
sebagian sesuai manfaat yang diambil, kecuali apabila ia mensyaratkan harga
harus diserahkan diserahkan seluruhnya. Seperti berbentuk suatu ganti tertentu
atau sewa dalam suatu tanggungan. Syafi’i berkata, “Wajib memberikan harga
saat terjadi akad.”
Malik memandang bahwa harga akan dimiliki sesuai dengan kadar ganti yang
akan diambil. Sedangkan Syafi’i seolah-olah melihat bahwa keterlambatan
pembayaran harga sewa tersebut termasuk kategori jual beli utang dengan utang.
Diantara hal tersebut adalah perselisihan mereka mengenai penyewa binatang
atau rumah serta yang serupa dengan hal tersebut, apakah ia berhak untuk
menyewakan dengan harga lebih dari harga ia menyewa:

 Malik, Syafi’i dan Jama’ah membolehkan hal tersebut dengan


mengqiyaskannya kepada jual beli.
 Abu Hanifah dan para sahabatnya melarang hal tersebut.

Dalil yang dijadikan landasan mereka adalah bahwa hal tersebut termasuk kategori
laba sesuatu yang tidak ditanggung. Karena tanggungan barang yang pokok adalah
dari pemiliknya. Begitu juga hal tersebut termasuk dalam kategori jual beli sesuatu
yang belum diambil. Sedangkan sebagian ulama membolehkan hal tersebut apabila ia
mengadakan suatu pekerjaan. Diantara ulama yang tidak memakruhkan hal ini
apabila terjadi dengan sifat ini adalah Sufyan Ats-Tsauri serta jumhur, mereka
melihat bahwa persewaan dalam hal ini mirip dengan jual beli.
Dalil yang dijadikan landasan mereka adalah bahwa hal tersebut termasuk kategori
laba sesuatu yang tidak ditanggung. Karena tanggungan barang yang pokok adalah
dari pemiliknya. Begitu juga hal tersebut dalam kategori jual beli sesuatu yang belum
diambil. Sedangkan sebagian ulama membolehkan hal tersebut apabila ia
mengadakan suatu pekerjaan.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 28


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Hukum-hukum darurat yang datang belakangan

Pasal pertama: Pembatalan


Abu Hanifah dan para sahabatnya berkata, “Boleh menggagalkan akad sewa
karena adanya alas an yang dating belakangan kepada penyewa, seperti ia menyewa
sebuah toko sebagai tempat berdagang kemudian barang dagangan nya terbakar atau
dicuri.” Karena sewa adalah akad atas manfaat sehingga menyerupai pernikahan, dan
karena sewa adalah akad berdasarkan atas saling mengganti sehingga tidak batal dan
asalnya adalah jual beli.
Dalil yang dijadikan landasan oleh Abu Hanifah adalah bahwa ia
menyamakan hilangnya sesuatu yang dengannya manfaat akan didapatkan secara
sempurna dengan hilangnya barang yang memiliki manfaat.

Pasal kedua: Tanggung jawab (Jaminan)


Menurut para fuqaha ada dua bentuk yaitu: Karena suatu pelanggaran, atau
untuk suatu kemaslahatan serta penjagaan harta. Adapun yang disebabkan karena
suatu pelanggaran maka tanggung jawab menjadi kewajiban atas penyewa dengan
kesepakatan ulama, sedangkan perselisihan hanyalah mengenai jenis pelanggaran
yang mewajibkan serta mengenai kadarnya.
Diantara hal tersebut adalah perselisihan para ulama mengenai keputusan
penyewa hewan (kendaraan) untuk menuju kesuatu tempat kemudian ia melebihi
tempat yang telah disepakati dalam persewaan tersebut :

 Ahmad dan Syafi’i berpendapat ia bertanggung jawab atas sewa yang ia


tetapkan dan kelebihannya.
 Malik berpendapat bahwa pemilik kendaraan memiliki khiyar antara
mengambil (ongkos) sewa kendaraannya atas jarak yang telah ia lampaui atau
ia menanggung nilai-nilai tersebut.
 Abu Hanifah berpendapat tidak ada kewajiban sewa atas jarak yang telah ia
lampau.
Tidak ada perselisihan bahwa apabila kendaraan tersebut rusak pada jarak

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 29


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

yang melebihi kesepakatan, maka penyewa yang bertanggung jawab.


Dalil yang dijadikan landasan Syafi’i adalah karena penyewa telah melakukan
pelanggaran terhadap suatu manfaat sehingga ia wajib membayar ongkos
yang semisal, pada dasar hal tersebut adalah suatu pelanggaran terhadap
manfaat lain. Adapun Malik saat ia menahan hewan (kendaraan) tersebut dari
(mendatangi) pasar hewan, ia memandang bahwa orang tersebut telah
melakukan pelanggaran terhadap manfaat yang ada, mengenai tewasnya
hewan (rusaknya kendaraan), apabila karena keteledoran dari pemilik hewan
tersebut maka ia bertanggung jawab. Begitu pula apabila tali-talinya telah
using. Adapun pendapat Abu Hanifah sangat jauh dari dasar-dasar syari’at
dan yang paling dekat kepada dasar syari’at adalah pendapat syafi’i.
Adapun membebankan tanggung jawab kepada pembuat sesuatu atas
kerusakan barang-barang yang telah diserahkan kepada mereka, para ulama
berbeda pendapat dalam hal ini:
 Malik, Ibnu Abu Laila, dan Abu Yusuf berpendapat bahwa mereka (pembuat
barang) bertanggung jawab terhadap apa yang rusak ditangan mereka
 Abu Hanifah berpendapat bahwa para pembuat barang yang tidak
mendapatkan upah atau orang khusus, tidak terkena tanggung jawab,
sedangkan pembuat barang biasa membuat barang untuk orang lain dan
mendapatkan upah maka ia terkena tanggung jawab atas kerusakan yang
terjadi.

Pasal ketiga: hukum perselisihan


Sebuah pembahasan mengenai perselisihan, para ulama berbeda pendapat
mengenai seorang pembuat sesuatu dan pemilik barang yang dibuat tersebut yang
berselisih tentang sifat produk :

 Abu Hanifah berpendapat perkataan yang kuat adalah perkataan pemilik


barang yang dibuat
 Malik dan Ibnu Abu Laila berpendapat bahwa perkataan yang kuat adalah
perkataan pembuat tersebut

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 30


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Sebab perbedaan pendapat: ketidakjelasan siapa yang menuduh dan yang dituduh
diantara keduanya. Apabila pembuat tersebut mengklaim bahwa ia telah
mengambilkan barang yang diserahkan kepada pemesan, sedangkan pemesan (yang
telah membayar) mengingkari hal tersebut:

 Menurut pendapat Malik, perkataan yang kuat adalah perkataan pemesan,


dan pembuat barang tersebut berkewajiban untuk mendatangkan bukti karena
ia adalah orang yang bertanggung jawab terhadap apa yang ada ditangannya
 Ibnu Al Majisyun berkata, “Perkataan yang kuat adalah perkataan pembuat
barang tersebut apabila barang yang diserahkan kepada pemesannya tanpa
bukti, sedangkan apabila diserahkan dengan membawa bukti maka mereka
tidak dapat lepas tanggung jawab kecuali dengan suatu bukti.”
Apabila pembuat suatu (barang) berbeda pendapat dengan pemilik barang
mengenai pembayaran upah: Menurut pendapat yang terkenal dalam madzhab
Malik bahwa perkataan yang kuat adalah perkataan pembuat dengan disertai
sumpah apabila hal tersebut berlangsung belum lama, sedangkan apabila telah
berlangsung lama maka perkataan yang kuat adalah perkataan pemilik
barang.
Begitu pula apabila orang yang menyewakan dan penyewa berbeda pendapat:
Ada yang mengatakan bahwa perkataan yang kuat adalah perkataan pembuat
barang dan orang yang menyewakan walaupun telah berlangsung lama dan
demikianlah sebenarnya.
Apabila orang yang menyewakan dan penyewa, atau orang yang diupah dan
orang yang mengupah berbeda pendapat mengenai tenggang waktu yang
terjadi padanya pengambilan suatu manfaat, apabila mereka telah sepakat
bahwa manfaat tidak diterima pada seluruh waktu yang telah ditetapkan maka
menurut pendapat yang masyhur dalam madshab Malik bahwa perkataan
yang kuat adalah perkataan penyewa karena ia adalah orang yang membayar,
sedangkan kaidahnya adalah bahwa perkataan yang kuat adalah perkataan
orang yang membayar.
Apabila perselisihan mereka mengenai jenis jarak tersebut atau jenis sewaan;

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 31


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

maka mereka saling bersumpah serta membatalkan kesepakatan sebagaimana


perselisihan dua orang yang berjual beli mengenai jenis harga :
 Ibnu Majisyun berpendapat terjadi atau belum terjadi
 Sedangkan selainnya berpendapat bahwa perkataan yang kuat adalah
perkataan pemilik hewan apabila telah terjadi, dan hal tersebut seperti apa
yang ia katakana

3.5 Keuntungan Dan Kerugian Adanya Sewa Menyewa

Keuntungan adanya sewa menyewa :

 Adanya sewa-menyewa bisa membantu orang mengambil manfaat


dari yang disewakan tersebut.
 Membantu orang yang tidak mampu membeli barang, jadi dengan
adanya sewa ini orang tersebut bisa menyewa barang itu.
 Penyewa tidak dibebani biaya-biaya yang diperlukan kepada
pemiliknya untuk menyerahkan barang jika barang tersebut rusak

Kerugian adanya sewa menyewa :

 Bila barang rusak maka yang menanggung resiko adalah pemilik


barang
 Resiko yang ditanggung tak sebanding dengan harga sewa.
 Ajir musytarok terikat pada waktu yang telah dijanjikan namun bila
waktu tersebut tidak dipenuhi maka penyewa mengalami kerugian.

3.6 Subjek dan Objek Sewa Menyewa

Subjek atau pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa menyewa adalah pihak
yang menyewakan dan pihak penyewa. Pihak yang menyewakan adalah orang atau
badan hukum yang menyewakan barang atau benda kepada pihak penyewa,
sedangkan pihak penyewa adalah orang atau badan hukum yang menyewa barang
atau benda dari pihak yang menyewakan.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 32


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Objek dalam perjanjian sewa menyewa adalah barang atau benda, dengan
syarat barang atau benda yang disewakan adalah barang yang halal, artinya tidak
bertentangan dengan undang-undang, ketertiban, dan kesusilaan.

3.7 Hak dan Kewajiban Pihak Yang Menyewakan

Hak dari pihak yang menyewakan adalah menerima harga sewa yang telah
ditentukan, sedangkan kewajibannya adalah sebagai berikut (perhatikan Pasal 1551-
1552 KUHPerdata) :

 Barang yang disewakan harus diserahkan dalam keadaan baik,


 Barang yang disewakan harus terus dijaga baik-baik dan yang rusak wajib
diperbaiki (apabila hal tersebut menjadi tanggung jawabnya),
 Menjamin terhadap penyewa untuk dapat memakai dan menggunakan barang
yang disewa dengan aman selama berlaku perjanjian sewa menyewa,
 Menanggung segala kekurangan pada benda yang disewakan, yaitu
kekurangan-kekurangan yang dapat menghalang-halangi pemakaian benda
itu, walaupun ia sejak berlakunya perjanjian itu tidak mengetahui adanya
kekurangan atau cacat tersebut.

3.8 Hak dan Kewajiban Penyewa

Hak dari penyewa adalah menerima barang yang disewakan dalam keadaan
baik, sedangkan kewajibannya adalah sebagai berikut (perhatikan Pasal 1560-1566
KUHP perdata) :

 Membayar uang sewa pada waktu yang telah ditentukan,


 Tidak diperkenankan mengubah tujuan barang yang disewakan,
 Mengganti kerugian apabila terjadi kerusakan yang disebabkan oleh penyewa
sendiri, atau oleh orang-orang yang diam di dalam rumah yang disewa,
 Mengembalikan barang yang disewa dalam keadaan semua ketika perjanjian
sewa menyewa tersebut telah habis waktunya,

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 33


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

 Menjaga barang yang disewa sebagai tuan rumah yang bertanggung


jawab,Tidak boleh menyewakan lagi barang sewaannya kepada orang lain.
Apabila telah ditentukan demikian, dan ketentuan tersebut dilanggar, maka
perjanjian dapat dibubarkan dan penyewa dapat dituntut mengganti
perongkosan, kerugian, serta bunga.

3.9 Bentuk dan Substansi Perjanjian Sewa Menyewa

KUHP perdata tidak menentukan secara tegas tentang bentuk perjanjian sewa
menyewa yang dibuat oleh para pihak. Perjanjian sewa menyewa dapat dibuat dalam
bentuk tertulis maupun lisan. Dalam praktik, perjanjian sewa menyewa misalnya
seperti bangunan/tanah dibuat dalam bentuk tertulis dan isi perjanjian telah
dirumuskan oleh para pihak dan/atau notaris.

Adapun substansi perjanjian sewa menyewa minimal memuat hal-hal sebagai berikut
:

 Tanggal dibuatnya perjanjian sewa menyewa,


 Subjek hukum, yaitu para pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa
menyewa,
 Objek yang disewakan,
 Jangka waktu sewa,
 Besarnya uang sewa,
 Hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam perjanjian tersebut,
 Dapat juga ditambahkan mengenai berakhirnya kontrak dan denda.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 34


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

3.10 Risiko Atas Musnahnya Barang

Risiko mewajibkan seseorang untuk memikul suatu kerugian, jikalau ada


kejadian di luar kemampuan salah satu pihak yang menimpa benda yang menjadi
objek perjanjian. Musnah atas barang atau benda yang menjadi objek sewa menyewa
dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu musnah secara total dan musnah sebagian
dari objek sewa (perhatikan ketentuan Pasal 1553 KUHPerdata).

 Jika barang yang disewakan oleh penyewa itu musnah secara keseluruhan di
luar kesalahannya pada masa sewa, perjanjian sewa menyewa itu gugur demi
hukum dan yang menanggung risiko atas musnahnya barang tersebut adalah
pihak yang menyewakan. Artinya, pihak yang menyewakan yang akan
memperbaiki dan menanggung segala kerugiannya.
 Jika barang yang disewa hanya sebagian yang musnah maka penyewa dapat
memilih menurut keadaan, akan meminta pengurangan harga sewa atau akan
meminta pembatalan perjanjian sewa menyewa. Pada dasarnya, pihak
penyewa dapat menuntut kedua hal tersebut, namun tidak dapat menuntut
pembayaran ganti kerugian kepada pihak yang menyewakan.

3.11 Ciri – Ciri Perjanjian Sewa Menyewa


Beberapa pengertian perjanjian sewa-menyewa di atas dapat disimpulkan
bahwa cirri-ciri dari perjanjian sewa-menyewa, yaitu:

1. Ada dua pihak yang saling mengikatkan diri

Pihak yang pertama adalah pihak yang menyewakan yaitu pihak yang
mempunyai barang. Pihak yang kedua adalah pihak penyewa, yaitu pihak
yang membutuhkan kenikmatan atas suatu barang. Para pihak dalam    
perjanjian sewa- menyewa dapat bertindak untuk diri sendiri, kepentingan
pihak lain, atau kepentingan badan hukum tertentu.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 35


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

2. Ada unsur pokok yaitu barang, harga, dan jangka waktu sewa. 

Barang adalah harta kekayaan yang berupa benda material, baik bergerak
maupun tidak bergerak. Harga adalah biaya sewa yang berupa sebagai
imbalan atas pemakaian benda sewa. Dalam perjanjian sewa-menyewa
pembayaran sewa tidak harus berupa uang tetapi dapat juga mengunakan
barang ataupun jasa (pasal 1548 KUH Perdata). Hak untuk menikmati
barang yang diserahkan kepada     penyewahanya terbatas pada jangka waktu
yang ditentukan kedalam perjanjian.  R. Subekti I, Op. Cit, hal 40

3. Ada kenikmatan yang diserahkan

Kenikmatan dalam hal ini adalah penyewa dapat menggunakan barang yang
disewa serta menikmati hasil dari barang tersebut. Bagi pihak yang
menyewakan akan memperoleh kontra prestasi berupa uang, barang, atau jasa
menurut apa yang diperjanjikan sebelumnya. Perjanjian sewa-menyewa
merupakan perjanjian konsensuil, yang berarti perjanjian tersebut sah dan
mengikat apabila sudah tercapai kata sepakat diantara para pihak tentang
unsur pokok perjanjian sewa-menyewa yaitu barang dan harga. Di dalam
KUH Perdata tidak dijelaskan secara tegas tentang bentuk perjanjian sewa-
menyewa sehingga perjanjian sewa-menyewa dapat dibuat secara lisan
maupun tertulis. Bentuk perjanjian sewa-menyewa dalam praktek khususnya
sewa-menyewa bangunan dibuat  dalam  bentuk  tertulis.  Para  pihak  yang
menentukan  subtansi atau isi perjanjian sewa-menyewa biasanya yang paling
dominan adalah pihak yang menyewakan dikarenakan posisi penyewa berada
dipihak yang lemah.

KUH Perdata tidak menjelaskan secara tegas tentang bentuk perjanjian sewa-
menyewa sehingga perjanjian sewa-menyewa dapat dibuat secara lisan maupun
tulisan. Bentuk perjanjian sewa-menyewa dalam praktek khususnya sewa-menyewa
bangunan dibuat dalam bentuk tertulis. Para pihak yang menentukan substansi atau

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 36


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

isi perjanjian sewa-menyewa biasanya yang paling dominan adalah pihak yang
menyewakan dikarenakan posisi penyewa berada di pihak yang lemah.

Dalam sewa-menyewa harus ada barang yang disewakan, penyewa, pemberi sewa,
imbalan dan kesepakatan antara pemilik barang dan yang menyewakan barang.
Penyewa dalam mengembalikan barang atau asset yag disewakan harus
mengembalikan barang secara utuh seperti pertama kali dipinjam tanpa berkurang
maupun bertambah, kecuali ada kesepatakan lain yang disepakati saat sebelum
barang berpindah tangan. Contoh sewa-menyewa dalam kehidupan sehari-hari
misalnya seperti kontrak gedung kantor, sewa lahan tanah untuk pertanian,
menyewa/carter kendaraan, sewa menyewa rumah atau rumah toko, sewa-menyewa
VCD dan DVD original, dan lain-lain.

Pasal 1548 KUH Perdata menyebutkan bahwa dengan membayar maka akan
diperoleh kenikmatan sesuatu barang untuk suatu waktu tertentu. Mengenai apa yang
diartikan dengan perkataan “memberikan kenikmatan kepada pihak lainnya untuk
menggunakan suatu barang” adalah barang yang diserahkan  itu tidak untuk dimiliki,
sebagaimana halnya jual-beli, tetapi si pemilik  menyerahkan barang tersebut untuk
dipakai, dinikmati kegunaannya dan pemungutan dari hasil barang tersebut,
sedangkan hak milik atas barang tetap berada di tangan yang menyerahkan barang.
Dengan perkataan lain bahwa secara yuridis hak milik atas barang tetap berada di
tangan si pemilik dan hanya penguasaan secara fisik saja yang berada di tangan si
penyewa.

Penyerahan hanya bersifat menyerahkan kekuasaan belaka, atau barang yang


disewakan. Oleh karena itu, yang dapat menyerahkan barang yang  disewakan tidak
hanya pemilik barang saja, melainkan semua orang yang berdasarkan suatu hak yang
ada padanya, berkuasa memindahkan pemakaian barang tersebut kepada orang lain.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 37


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

3.12 Dasar Hukum dalam Perjanjian Sewa Menyewa

1.Dasar Hukum Perjanjian Sewa Menyewa

Peraturan tentang sewa menyewa termuat dalam Bab Ketujuh dari buku III
KUH Perdata yang berlaku untuk segala macam sewa menyewa, mengenai semua
jenis barang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang memakai
waktu tertentu maupun yang tidak memakai waktu tertentu, oleh karena waktu
tertentu bukan merupakan syarat mutlak dalam perjanjian sewa menyewa.  R.
Subekti II, Op. Cit, hal 45

Di samping itu, bagi perjanjian sewa menyewa ini berlaku juga   ketentuan
tentang perjanjian pada umumnya, sebagaimana yang tercantumkan dalam Bab
Kedua dari Buku III KUH Perdata.

Bab VII dari Buku III KUH Perdata terdiri dari empat (4) bagian, yaitu: 

Bagian   I: Ketentuan Umum

Bagian I Buku III KUH Perdata ini terdapat pasal yang didalamnya
merupakan pengertian dari perjanjian, yang terdiri dari para pihak yg mengikatkan
diri karena pihak yang satu memberikan kenikmatan dan ketenteraman kepada pihak
lainnya atas suatu barang dengan pembayaran suatu nilai harga sewa yang
disanggupi oleh pihak yang menyewa.

Bagian   II:Tentangaturan-aturanyangsama-samaberlakuterhadap penyewaan


rumah dan penyewaan tanah.

Bagian II Buku III KUH Perdata, mengatur tentang aturan-aturan yang sama-
sama berlaku terhadap penyewaan rumah dan penyewaan tanah. Maksudnya pada
bagian ini ditetapkannya apa yang diwajibkan oleh dari masing-masig pihak
penyewa dan yang menyewakan.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 38


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Bagian   III: Tentang aturan-aturan yang khusus berlaku bagi sewa rumah dan
perabot rumah

Bagian III Buku III KUH Perdata, mengatur tentang aturan yang khusus
berlaku bagi sewa rumah dan perabot rumah. Pada bagian ini terdapat tujuh Pasal
yang di mana dimulai dari Pasal 1581 sampai Pasal 1587.

Bagian   IV:Tentang aturan-aturan yang khusus berlaku bagi   sewa menyewa


tanah.

Bagian IV Buku III KUH Perdata, mengatur tentang Tentang aturan-aturan


yang khusus berlaku bagi sewa menyewa tanah. Pada bagian ada  sebelas (11) pasal
yang dimulai dari Pasal 1588 samapai pada Pasal 1600.

Dalam melaksanakan perjanjian sewa menyewa rumah toko, dan sebagainya


diatur di dalam ketentuan-ketentuan BAB VII Buku Ketiga dari KUH Perdata.

2.Kebiasaan-Kebiasaan Dalam Perjanjian Sewa Menyewa

Biasanya orang yang mengadakan suatu perjanjian tidak mengatur secara


terperinci semua persoalan yang bersangkutan dengan perjanjian itu. Pada umumnya
mereka hanya menyetujui hal-hal pokok saja, dengan tidak memikirkan soal-soal
lainnya. Dalam hal perjanjian sewa menyewa, perjanjian sudah dianggap cukup jika
sudah memuat klausul-klausul apabila setuju tentang barang dan harga sewanya.

Tentang dimana barang harus diserahkan, siapa yang harus memikul biaya
pengantaran barang, tentang bagaimana barang itu musnah dalam perjalanan, soal-
soal itu lazimnya tidak terpikirkan dan tidak diperjanjikan. Bagi pembuat perjanjian
yang memahami hukum tentu akan berfikir bahwa apabila dikemudian hari terdapat
masalah maka yang bersangkutan akan tunduk saja pada hukum dan undang-undang.
Namun apabila pembuat perjanjian itu tidak atau kurang memahami hukum maka
akan berlandaskan pada kebiasaan setempat yang mungkin  saja  kebiasaan  itu
sesungguhnya  lahir  atau  sejalan  dengan peraturan perundang-undangan yang

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 39


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

berlaku. Than Thong Kie, Study Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris Buku I,
Ichtiar Van Baru, Jakarta, 2000, hal 325

Kebiasaan merupakan salah satu sumber hukum. Di Indonesia kebiasaan


diatur dalam beberapa undang-undang, yakni : GHS. Lumban Tobing, Seri Hukum
Perikatan Yang Lahir Dari Undang-Undang, Erlangga, Jakarta, 2003, hal 263 bahwa
semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.

a.Pasal 15 AB yang berbunyi :

“Selain pengecualian-pengecualian yang ditetapkan mengenai orang-orang


Indonesia dan orang-orang yang dipersamakan, maka kebiasaan tidak merupakan
hukum kecuali apabila undang-undang menetapkan demikian”.

Pasal tersebut berarti bahwa kebiasaan itu diakui apabila undang-undang


menunjuknya atau dengan perkataan lain, hakim tidak perlu mempergunakan
kebiasaan apabila undang-undang tidak menunjuknya. Hal ini menimbulkan
pertanyaan apakah kebiasaan itu sendiri merupakan sumber hukum. Kalau dilihat
dari bunyi Pasal 15 AB, maka pada asasnya adalah bahwa pembentuk undang-
undang berpendapat bahwa undang-undanglah yang menjadi sumber hukum.

b.Pasal 1339 KUH Perdata yang berbunyi :

“Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan
di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjiannya di
haruskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang- undang”.

Dengan demikian bunyi Pasal 1339 KUH Perdata tersebut menunjukkan


bahwa kebiasaan harus diperhatikan oleh pihak-pihak dalam pembuatan perjanjian,
meskipun terdapat asas kebebasan (beginselen der verdragsvrijheid) yang  tersimpul
dalam  Pasal  1339  KUH  Perdata,  Pasal  1339  ini  menegaskan.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 40


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

c.Pasal 1347 KUH Perdata berbunyi :

“Hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan, dianggap secara


diam-diam dimasukkan dalam persetujuan, meskipun tidak dengan tegas
dinyatakan.”

d.Pasal 1346 KUH Perdata yang berbunyi :

“Apa yang meragu-ragukan harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi


kebiasaan dalam negeri atau di tempat persetujuan telah dibuat.”

e.Pasal 1571 KUH Perdata yang berbunyi :

“Jika perjanjian sewa menyewa tidak dibuat dengan tertulis maka perjanjian
sewa menyewa tidak berakhir pada waktu yang ditentukan, melainkan jika pihak
yang satu memberitahukan kepada pihak lain bahwa ia hendak menghentikan
perjanjian dengan mengindahkan tenggang waktu yang diharuskan menurut
kebiasaan waktu setempat.”

Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, seperti pada umumnya dimana


apabila terjadi kegiatan sewa menyewa ada beberapa hal yang telah menjadi
kebiasaan yang sering dilakukan oleh para pihak, misalnya :

1. Pemilik pada umumnya mendatangi penyewa apabila jangka waktu sewa


menyewa hendak berakhir untuk menanyakan apakah perjanjian sewa
menyewa tetap dilanjutkan atau dihentikan.
2. Pemilik pada umumnya mendatangi penyewa untuk meminta uang sewaan.
3. Pada umumnya penyewa bertanggung jawab sepenuhnya terhadap barang
yang disewa, dan lain-lain.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 41


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

3.13 Subjek dan Objek dalam Perjanjian Sewa Menyewa


Perjanjian sewa menyewa mempunyai subjek dan objek dari perjanjian yang
hendak dilaksanakan.

1.Subyek  sewa menyewa :

a. Pihak yang akan menyewakan/menyerahkan barang yang hendak


disewakan kepada pihak lain. Dalam hal ini yang menyewakan/menyerahkan barang
dibagi menjadi dua (2) kategori, yaitu :Budhivaya, Dasar  Hukum  Perjanjian  Sewa
Menyewa  Rumah, dalam, www://http budhivaya-nlc.blogspot.com/2010/11/hukum-
perjanjian-sewa-menyewa-rumah-bab-15.html.com, Diakses tanggal 11 Oktober
2012 Pukul 22.41 WIB.

1. Pemilik barang

Disebut sebagai pemilik barang karena barang yang hendak menjadi objek
dalam perjanjian sewa menyewa tersebut memang merupakan miliknya yang
sah dengan adanya tanda kepemilikan atas namanya.

2. Bukan sebagai pemilik barang

Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa barang yang hendak menjadi objek
dalam  perjanjian sewa menyewa  tersebut    sesungguhnya bukan merupakan
miliknya sendiri atau bukan pemilik aslinya, atau dengan kata lain disebut
sebagai pihak ketiga atau perantara antara si pemilik barang yang sah dengan
si calon penyewa barang tersebut. Hal ini dilakukan harus dengan
sepengetahuan atau izin dari si pemilik barang yang sah dan pihak ketiga
tersebut mendapat imbalan sesuai dengan kesepakatan antara si pemilik
barang yang sah dengan si perantara.

b. Pihak yang menerima serta menikmati barang tersebut dengan memberikan


imbalan/ harga sewa. Adalah seorang yang di mana sering disebut sebagai penyewa
dari barang yang disewakan tersebut. Penyewa dalam hal ini harus memberi

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 42


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

imbalan/harga sewa dari barang yang telah ia nikmati atau terima dalam perjanjian
sewa menyewa. Harga sewa, tidak harus berupa uang tetapi dapat juga berupa
barang, misalnya emas, surat dan sebagainya

1.Obyek sewa menyewa :

Yaitu merupakan barang yang disewakan dengan harga sewa sesuai dengan jenis
barang yang disewakan tersebut. Objek dari sewa menyewa terbagi menjadi 2 (dua),
yaitu :Budhivaya, Dasar Hukum Perjanjian Sewa Menyewa Rumah, www:http//
budhivaya- nlc.blogspot.com/2010/11/hukum-perjanjian-sewa-menyewa-rumah-bab-
15.html.com, Diakses tanggal 11 Oktober 2012 Pukul 22.41 WIB.

1. Benda bergerak.

Benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat berpindah sendiri
ataupun dapat dipindahkan. Benda bergerak dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :

o Benda bergerak karena sifatnya

Contoh : perabot rumah, meja, mobil, motor, komputer, dan lain-lain

o Benda bergerak karena ketentuan undang-undang

Benda tidak berwujud, yang menurut undang-undang dimasukkan ke


dalam kategori benda bergerak .

Contoh : saham, obligasi, cek, tagihan–tagihan, dan sebagainya

o Benda tidak bergerak

Benda tidak bergerak adalah benda yang menurut sifatnya tidak dapat
berpindah ataupun tidak dapat dipindakan. Dalam penyerahan benda
tidak bergerak dilakukan dengan penyerahan secara yuridis. Dalam

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 43


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

hal ini untuk menyerahkan suatu benda tidak bergerak dibutuhkan


suatu perbuatan hukum lain dalam bentuk akta balik nama. Barang
yang tidak bergerak dapat dibedakan, yaitu :

 Benda tidak bergerak karena sifatnya,

Tidak dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain


atau biasa dikenal dengan benda tetap.

 Benda tidak bergerak karena tujuannya dari pemakaiannya:

Segala apa yang meskipun tidak secara sungguh–sungguh


digabungkan dengan tanah atau bangunan untuk mengikuti
tanah atau bangunan itu untuk waktu yang agak lama.

Contoh : mesin–mesin dalam suatu pabrik,

3.14 Hak Dan Kewajiban Dalam Perjanjian Sewa Menyewa


Setiap hubungan hukum akan mempunyai akibat hukum, dalam arti
menimbulkan adanya hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak yang
mengadakan hubungan hukum. Demikian juga halnya dengan perjajian
sewa menyewa, akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah
pihak, yaitu antara pihak pemilik barang dengan pihak penyewa. Hal ini
dikarenakan hak dan kewajiban itu merupakan suatu perbuatan yang
bertimbal balik, artinya hak dari satu pihak merupakan kewajiban dari pihak
lain, begitu juga dengan sebaliknya.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 44


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

1.Kewajiban pemilik

Kewajiban pihak yang menyewakan tercantum dalam Pasal 1550 KUH Perdata,
yaitu:

 Menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa (ayat 1e)


 Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa sehingga barang
tersebut dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksud (ayat 2e)
 Memberikan kenikmatan kepada si penyewa yang tentram daripada barang
yang disewakan selama berlangsungnya sewa (ayat 3e).

2.Kewajiban pihak penyewa

Selain pihak yang menyewakan mempunyai hak dan kewajiban, pihak penyewa pun
mempunyai hak dan kewajiban. Kewajiban utama si penyewa terhadap yang
menyewakan menurut Pasal 1560 KUH Perdata, adalah:

 Memakai barang yang disewakan sebagai seorang bapak rumah yang baik,
sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu menurut perjanjian
sewanya, atau jika tidak ada suatu perjanjian mengenai itu, menurut tujuan
yang dipersangkakan berhubung dengan keadaan (ayat 1e)
 Untuk membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan (ayat
2e).

Selain kewajiban-kewajiban tersebut, pada Pasal 1559 penyewa juga mempunyai


kewajiban untuk tidak mengulang sewa (Yang dimaksud dengan “menggulang sewa”
adalah “jika si penyewa menyewakan lagi barangnya kepada seorang lain, tetapi
perjanjian sewa masih dipertahankan, sehingga penyewa itu berada dalam hubungan
sewa penyewa milik”) atau menyerahkan sewa kepada pihak lain, kecuali jika hal
tersebut memang tidak dilarang dalam perjanjian sewa menyewa. Jika sewa
menyewa adalah rumah yang ditempati sendiri oleh penyewa, penyewa dapat

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 45


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

menyewakan sebagian kepada pihak lain, kecuali kalau hal tersebut dilarang dalam
perjanjian sewa menyewa.

3.15 Berakhirnya Perjanjian Sewa menyewa


Pada Pasal 1381 KUH Perdata, menyebutkan 10 acara hapusnya suatu
perikatan, yaitu:

1. Pembayaran

Oleh undang-undang perkataan pembayaran dalam hal ini adalah merupakan


pelaksanaan atau pemenuhan tiap-tiap perjanjian secara suka rela, artinya
tidak ada paksaan atau eksekusi

2. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau


penitipan (Pasal 1404)

Hal ini bisa terjadi apabila si berpiutang tidak suka menerima pembayaran
yang dilakukan oleh si berutang, maka siberutang dapat membuat sesuatu
dengan terlebih dahulu memberitahukan maksudnya untuk membayar, lalu
diikuti dengan penyimpanan di kepaniteraan pengadilan negeri dengan
perantaraan juru sita.

3. Karena pembaharuan hutang (Pasal 1413-1424 KUH Perdata)

Hal ini adalah untuk pembuatan suatu perjanjian baru, yang menghapuskan
suatu perikatan lama, akan tetapi pada saat itu juga meletakan suatu perikatan
baru. Kehendak untuk melakukan pembaharuan utang itu harus ternyata
dengan jelas dari pembuatan para pihak.

4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi (Pasal 1415 KUH Perdata)

Hal ini terjadi apabila seseorang yang berutang mempunyai suatu pitang
terhadap si berutang. Jadi dua orang itu  sama-sama   berhak untuk saling

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 46


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

menagih. Maka kedua belah pihak dapat memperhitungkan utang-utangnya


untuk suatu jumlah yang sama.

5. Karena pencampuran utang (Pasal 1435-1437 KUH Perdata)

Hal ini terjadi karena adanya perjanjian baru, dimana si berpiutang dengan
sukarela membebaskan si berutang dari segala kewajibannya.

6. Pembebasan utang (Pasal 1438-1443 KUH Perdata)

Pembebasan sesuatu utang tidak dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan.


Dengan memberikan tanda bukti atau tanda piutang  asli secara suka rela oleh
si berpiutang kepada si berutang, merupakan suatu bukti tentang pembebasan
utangnya, bahkan terhadap orang-orang lain yang turut berutang secara
tanggung menanggung.

7. Karena musnahnya barang yang terutang (Pasal 1444-1445 KUH Perdata)

Hal ini meliputi:

o Barang tertentu itu hapus atau musnah


o Adanya larangan dari pemerintah untuk memperdagangkan barang
tersebut.
o Barang tertentu itu tidak terang keadaanya

Mengenai hapusnya atau hilangnya barang tersebut diisyaratkan


bahwa, haruslah diluar kesalahan si berutang.

8. Karena kebatalan atau pembatalan (Pasal 1446-1456 KUH Perdata)


Perjanjian yang termasuk dalam hal ini adalah :
o yang dibuat oleh orang yang tidak cakap
o karena paksaan, kekeliruan atau penipuan

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 47


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

o Bertentangan dengan undang-undang,kesusilaan atau ketertiban


umum.
9. Karena berlakunya suatu syarat batal (Pasal 1265 KUH Perdata) Pasal ini
menyebutkan tentang suatu syarat batal adalah yang apabila dipenuhi,
menghentikan perikatan dan membawa sesuatu pada keadaan semula seolah-
olah tidak pernah ada suatu perikatan
10. Karena lewatnya waktu

Yang dimaksud dengan lewatnya waktu adalah upaya untuk memperoleh perikatan
dengan lewatnya waktu tertentu dan atau syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
undang-undang.

Sedangkan dalam penentuan berakhirnya perjanjian sewa-menyewa terkait dengan


bentuk perjanjian. Perjanjian sewa-menyewa di dalam KUH Perdata dibedakan
antara perjanjian sewa-menyewa yang dibuat secara lisan dan tertulis. Berikut ini
cara-cara berakhirnya perjanjian sewa-menyewa:

a.Berakhir sesuai dengan batas waktu tertentu yang sudah ditentukan

1. Untuk perjanjian sewa-menyewa tertulis diatur di dalam Pasal 1570 KUH


Perdata yang berbunyi: “ jika sewa dibuat dengan tulisan, maka sewa tersebut
berakhir demi hukum, apabila waktu yang ditentukan telah lampau tanpa
diperlukanya suatu pemberitahuan untuk itu”.
2. Untuk perjanjian sewa-menyewa lisan diatur dalam Pasal 1571 KUH Perdata
yang berbunyi: “jika sewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa  tersebut
tidak berakhir pada waktu yang tidak ditentukan, melainkan jika pihak lain
menyatakan bahwa ia hendak menghentikan sewanya, dengan mengindahkan
tenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat.”

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 48


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

b.Batas akhir sewa-menyewa tidak ditentukan waktunya.

Penghentian atau berakhirnya waktu sewa dalam perjanjian sewa- menyewa seperti
ini didasarkan pada pedoman bahwa berakhirnya sewa-menyewa pada saat yang
dianggap pantas oleh para pihak. Undang-undang tidak mengatur berakhirnya
perjanjian sewa-menyewa tanpa batas waktu, sehingga penghentianya diserahkan
pada kesepakatan kedua belah pihak. (M. Yahya Harahap,Op.cit,  hal. 240.)

c.Berakhirnya sewa-menyewa dengan ketentuan khusus

1. Berdasarkan permohonan atau pernyataan dari salah satu pihak untuk


menghentikan perjanjian sewa-menyewa hanya dapat dilakukan atas
persetujuan dua   belah   pihak   yaitu   pihak   yang   menyewakan   dengan  
pihak   penyewa. Penghentian karena kehendak para pihak ini bisa dilakukan
tanpa putusan dari pengadilan. Hal ini diatur di dalam Pasal 1579 KUH
Perdata yang menyatakan bahwa pemilik barang tidak dapat menghentikan
sewa dengan mengatakan bahwa ia akan mengunakan sendiri barangnya,
kecuali apabila waktu membentuk perjanjian sewa-menyewa ini
diperbolehkan.
2. Dalam putusan pengadilan tentang menghentikan hubungan sewa- menyewa
yang dikehendaki oleh salah satu pihak saja, hanya dapat dilakukan dengan
putusan pengadilan seperti yang diatur di dalam Pasal 10 ayat (3) PP No. 49
Tahun 1963 jo PP No. 55 Tahun 1981 Tentang Hubungan Sewa Menyewa
Perumahan.

d.Benda obyek sewa-menyewa musnah. Hal ini diatur oleh Pasal 1553 KUH Perdata
menetapkan bahwa apabila benda sewaan musnah sama sekali bukan karena
kesalahan salah satu pihak, maka perjanjian sewa-menyewa gugur demi hukum.
Dengan demikian perjanjian berakhir bukan karena kehendak para pihak melainkan
karena keadaan memaksa (Overmacht).

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 49


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari hasil proses pengumpulan data dan pembahasan diatas, maka dapat
dibuat kesimpulkan sebagai berikut :

- Perjanjian Sewa Menyewa adalah perjanjian dimana pihak satu (orang


yang meminjamkan) memberikan suatu barang kepada pihak lain
(Peminjam), untuk dipakai secara cuma-Cuma
- Perjanjian Sewa Menyewa juga merupakan perjanjian sepihak
(unilateral), yaitu orang-orang yang meminjamkan hanya
berkewajiban memberikan prestasi saja Kepada Peminjam berupa hak
pinjam pakainya, sedangkan si Peminjam tidak berkewajiban
memberikan kontraprestasi apapun kepada orang yang meminjamkan.
- Perjanjian Sewa Menyewa bersifat kondisional, dapat terjadi
kapanpun dan dimanapun sesuai kesepakatan bersama melalui
negosiasi
- Perjanjian Sewa Menyewa tidak hanya berupa material cash, namun
juga dapat berupa barang dan lain sebagainya.
- Perjanjian Sewa Menyewa diatur dalam pasal 1740 sampai dengan
pasal 1753 KUH Perdata

4.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini ada beberapa saran yang dapat penulis
sampaikan antara lain :

- Perjanjian harus dilakukan dengan kejelasan yang memadai, baik


dalam segi aturan, hukum serta hak dan kewajiban yang akan di
sepakati
- Apabila kedua belah pihak masih ragu menggunakan perjanjian,
dianjurkan untuk memakai pihak ketiga untuk melancarkan proses
perjanjian sesuai persyaratan yang berlaku
- Perjanjian Sewa Menyewa seharusnya menggunakan sistem waktu,
sehingga kembali atau tidaknya barang yang dipinjamkan akan secara
terjadwal dapat kembali.
- Dibutuhkan saran dari pakar / pelaku ahli perjanjian untuk lebih
memahami isi dari bentuk perjanjian pinjam pakai.

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 50


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/upload-document?
archive_doc=370279679&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A
%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A
%22web%22%7D

https://id.scribd.com/document/366192428/Perjanjian-Sewa-Menyewa

https://id.scribd.com/upload-document?
archive_doc=366192428&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C
%22action%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C
%22platform%22%3A%22web%22%7D

https://id.scribd.com/doc/128285949/Surat-Perjanjian-Sewa-Alat-Berat

https://id.scribd.com/doc/144155020/Kontrak-Sewa-Pakai-Alat-Berat

https://id.scribd.com/document/138188184/Surat-Perjanjian-Sewa-Pakai-Alat-Berat

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/368981076?
extension=doc&ft=1557548298&lt=1557551908&user_id=335414192&uahk=ypWv
3nSyUDQNB9Jm6LoJE2phEAk

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/273467391?
extension=doc&ft=1557624384&lt=1557627994&user_id=335414192&uahk=BUrS
VWi5v2V-f7J6CSbfEtV0Fr8

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/366192428?
extension=docx&ft=1557624115&lt=1557627725&user_id=335414192&uahk=L-
fRHgWxNjirexBEjyBo4v7mxgs

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 51


ESTIMASI BIAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918 Email. Info@mail.polsriwijaya.ac.id

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/370279679?
extension=docx&ft=1557623992&lt=1557627602&user_id=335414192&uahk=1qW
LR2sYbkMRIsylb23QYX8F68U

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/80748549?
extension=docx&ft=1557623847&lt=1557627457&user_id=335414192&uahk=UY
Huc2ufIfCvnbz-dZEdZsZzCbo

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/56254500?
extension=pdf&ft=1557623799&lt=1557627409&user_id=335414192&uahk=P_Ed
EW01mjusfdBxKbxU5qXOv3Y

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/129366948?
extension=pdf&ft=1557623741&lt=1557627351&user_id=335414192&uahk=JDm2
NplDC9zhQcMf1VYJaaXGsPc

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/368981076?
extension=doc&ft=1557548298&lt=1557551908&user_id=335414192&uahk=ypWv
3nSyUDQNB9Jm6LoJE2phEAk

https://id.scribd.com/upload-document?
archive_doc=180875492&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A
%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A
%22web%22%7D

ALFIN FAISAL SYAHPUTRA 061640111471 / 6 PJJ A 52

Anda mungkin juga menyukai

  • Penilaian
    Penilaian
    Dokumen1 halaman
    Penilaian
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Absen Magang
    Absen Magang
    Dokumen2 halaman
    Absen Magang
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • WASLING
    WASLING
    Dokumen3 halaman
    WASLING
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Kartu Asistensi
    Kartu Asistensi
    Dokumen3 halaman
    Kartu Asistensi
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Catatan Kegiatan Harian Kerja Praktek
    Catatan Kegiatan Harian Kerja Praktek
    Dokumen2 halaman
    Catatan Kegiatan Harian Kerja Praktek
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Cover Kata Pengantar Daftar Isi Fix
    Cover Kata Pengantar Daftar Isi Fix
    Dokumen1 halaman
    Cover Kata Pengantar Daftar Isi Fix
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen1 halaman
    Bab Iv
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen15 halaman
    Bab Iii
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen8 halaman
    Bab Ii
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Cover Kata Pengantar Daftar Isi Fix
    Cover Kata Pengantar Daftar Isi Fix
    Dokumen1 halaman
    Cover Kata Pengantar Daftar Isi Fix
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Print
    Daftar Isi Print
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Print
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Ababab
    Ababab
    Dokumen1 halaman
    Ababab
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen2 halaman
    COVER
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen34 halaman
    Bab 3
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • AUEH Tentang Pinjam Pakai Tinggal Syarat
    AUEH Tentang Pinjam Pakai Tinggal Syarat
    Dokumen34 halaman
    AUEH Tentang Pinjam Pakai Tinggal Syarat
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • AlfinDwi & AristaOktri
    AlfinDwi & AristaOktri
    Dokumen1 halaman
    AlfinDwi & AristaOktri
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen11 halaman
    Bab 2
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Aspek Usaha Dan Etika Hukum
    Aspek Usaha Dan Etika Hukum
    Dokumen1 halaman
    Aspek Usaha Dan Etika Hukum
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Eric
    Eric
    Dokumen1 halaman
    Eric
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Hukum Perjanjian
    Hukum Perjanjian
    Dokumen107 halaman
    Hukum Perjanjian
    rivaldo
    Belum ada peringkat
  • AlfinDwi & AristaOktri
    AlfinDwi & AristaOktri
    Dokumen1 halaman
    AlfinDwi & AristaOktri
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Makalah Iut Bekisting Jalan
    Makalah Iut Bekisting Jalan
    Dokumen26 halaman
    Makalah Iut Bekisting Jalan
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Cover Makalah Iut Bekisting Jalan
    Cover Makalah Iut Bekisting Jalan
    Dokumen5 halaman
    Cover Makalah Iut Bekisting Jalan
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Campuran Aspal
    Campuran Aspal
    Dokumen4 halaman
    Campuran Aspal
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Ababab
    Ababab
    Dokumen1 halaman
    Ababab
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Makalah Jalan Bekisting, Siap Seminar
    Makalah Jalan Bekisting, Siap Seminar
    Dokumen23 halaman
    Makalah Jalan Bekisting, Siap Seminar
    Alfin Faisal Syahputra
    Belum ada peringkat