1. M. Rayhan Fairus
2. Secillia Karen L.P
3. Shenia Virdiyanti
4. Sultan Dzaky H
5. Talita Asa Christia
6. Yudhi Dwi Saputra
MAHKAMAH KONSTITUSI
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Konstitusi didefinisikan sebagai suatu kerangka masyarakat politik (negara) yang
diorganisir dengan dan melalui hukum kehidupan secara umum yang dikerjakan oleh
para budak yang berada di luar batas kewarganegaraan.[1] Sedangkan Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia yaitu suatu lembaga tertinggi negara yang baru yang
sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung (MA). Dan
Indonesia merupakan negara yang ke tujuh puluh delapan yang memiliki lembaga
pengadilan konstitusionalitas yang diberikan kewenangan menguji materiil sebuah
undang-undang. Sehingga dalam hal undang-undang Mahkamah Konstitusilah yang
memiliki wewenang penuh dalam menguji undang-undang tersebut. Selain itu
Mahkamah Konstitusi juga memiliki wewenang dalam membubarkan partai politik,
memutuskan sengketa hasil pemilu dan pemecatan presiden dan wakil presiden
apabila melakukan pelanggaran hukum.
Sehingga dari paparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menggali lebih
dalam mengenai Mahkamah Konstitusi ini, baik itu mengenai sejarah terbentuknya,
wewenangnya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi. Untuk
lebih detail lagi mengenai Mahkamah Konstitusi ini akan dipaparkan dalam bab
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa Mahkamah Konstitusi perlu dibentuk?
2. Kapan Mahkamah Konstitusi dibentuk dan disahkan?
3. Bagaimana proses pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi?
4. Siapa saja yang menjadi anggota Mahkamah Konstitusi saat ini?
5. Apa saja kewajiban dan wewenang Mahkamah Konstitusi?
6. Dimana letak Gedung Mahkamah Konstitusi?
BAB II
Pembahasan
A. Alasan Mahkamah Konstitusi (MK) Di Bentuk
Berdasarkan latar belakang sejarah pembentukan MK pada awalnya Adalah untuk
menjalankan judicial review . Sedangkan munculnya Judicial review itu sendiri
merupakan perkembangan hukum dan politik Ketatanegaraan modern. Dari aspek
politik keberadaan MK dipahami sebagai upaya untuk mewujudkan Mekanisme
check and balances antar cabang kekuasaan negara. Dari aspek hukum keberadaan
MK merupakan konsekuensi dari Diterapkannya supremasi konstitusi.
Pembentukan MK RI dapat dipahami dari dua sisi yaitu dari sisi Politik dan sisi
hukum. Dari sisi politik ketatanegaraan keberadaan MK diperlukan untuk
mengimbangi kekuasaan pembentukan UU Yang dimiliki oleh DPR dan Presiden. Hal
ini diperlukan agar UU Tidak menjadi legitimasi bagi tirani mayoritas wakil rakyat di
DPR Dan Presiden yang dipilih langsung oleh mayoritas rakyat.
Disisi lain yaitu perubahan sistem ketatanegaraan yang tidak lagi Menganut
supremasi MPR maka menempatkan lembaga-lembaga Negara pada posisi yang
sejajar. Hal ini sangat memungkinkan ketika Dalam praktik terjadi sengketa
kewenangan antara lembaga negara yang membutuhkan forum hukum untuk
menyelesaikannya, MK dianggap lembaga Yang paling tepat untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Dari sisi hukum keberadaan MK adalah salah satu konsekuensi Perubahan dari
supremasi MPR menjadi supremasi konstitusi. Prinsip supremasi konstitusi terdapat
dalam Pasal 1 ayat (2) Yang menyatakan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat
Dan dilaksanakan menurut UUD.
Dengan demikian konstitusi menjadi penentu bagaimana dan siapa saja yang
melaksanakan kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan Negara dengan batas
sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh konstitusi Itu sendiri. Bahkan
konstitusi juga menentukan substansi yang Harus menjadi orientasi sekaligus batas
penyelenggaraan Negara Yaitu ketentuan tentang HAM dan hak konstitusional warga
Negara Yang perlindungan, pemenuhan, dan pemajuannya adalah tanggung Jawab
negara.
Agar konstitusi tersebut benar-benar dilaksanakan dan tidak dilanggar Maka harus
dijamin bahwa ketentuan hukum di bawah konstitusi tidak boleh bertentangan
dengan konstitusi itu sendiri dengan memberikan wewenang pengujian serta
membatalkan jika memang ketentuan hukum tersebut bertentangan dengan
konstitusi.
2. Rapat pemilihan Ketua MK akan dipimpin oleh Wakil Ketua MK. Apabila Wakil
Ketua MK berhalangan hadir, maka rapat pemilihan Ketua MK akan dipimpin oleh
hakim MK yang usianya tertua.
7. Hakim yang tidak melingkari nomor urut dianggap abstain, sementara yang
memilih lebih dari satu hakim dinyatakan tidak sah.
8. Kartu suara yang sudah dilingkari dimasukkan ke kotak suara dan dihitung setelah
semua hakim memilih.
10. Apabila tidak ada yang mendapatkan suara lebih dari separuh yang hadir,
pemungutan suara diulang (dalam putaran kedua) dengan hanya diikuti oleh hakim
yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua.
11. Hakim yang mendapatkan suara terbanyak pada pemungutan putaran kedua
langsung ditetapkan sebagai Ketua. Namun, apabila perolehan suara kedua calon
seri, pemilihan diulang sampai ada calon yang memperoleh suara terbanyak.
• ASWANTO (WAKIL)
• ARIEF HIDAYAT
• WAHIDUDDIN ADAMS
• SUHARTOYO
• MANAHAN M. P. SITOMPUL
• SALDI ISRA
• ENNY NURBANINGSIH
• M. GUNTUR HAMZAH
PANITERA
• MUHIDIN
• JANEDJRI M. GAFFAR
• KASIANUR SIDAURUK
Dengan demikian ada empat kewenangan dan satu kewajiban konstitusional bagi
Mahkamah Konstitusi. Pengadilan yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi
merupakan pengadilan tinggal pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final. Artinya, tidak ada upaya hukum lain atas putusan Mahkamah Konstitusi,
seperti yang terjadi pada pengadilan lain.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Ada beberapa alasan mengapa Mahkamah Konstitusi perlu dibentuk salah satunya
adalah untuk mewujudkan Mekanisme check and balances antar cabang kekuasaan
negara. Sejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi (MK) diawali dengan
diadopsinya ide MK (Constitutional Court) dalam amandemen konstitusi yang
dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 2001. DPR dan
Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang-Undang mengenai Mahkamah
Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan Pemerintah menyetujui
secara bersama UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13
Agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada hari itu (Lembaran Negara Nomor 98
dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4316).
Ada empat kewenangan dan satu kewajiban Mahkamah Konstitusi yang telah
ditentukan dalam UUD 1945 perubahan ketiga Pasal 24C ayat (1) yaitu menguji
(judicial review) undang-undang terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan
lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutuskan
pembubaran partai politik, memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum,
dan memberhentikan presiden dan wakil presiden apabila melanggar hukum.
Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi pun tidak sembarang dipilih,
namun perlu melalui beberapa proses seperti yang sudah dijelaskan diatas.
B. Saran
Negara Indonesia merupakan negara yang demokrasi, sepatutnya kita sebagai warga
negara Indonesia harus benar-benar menjunjung tinggi nilai demokrasi. Seperti
halnya dalam pemilihan Pemilu presiden dan wakil presiden, harus dilakukan dengan
jujur tanpa adanya niat iming-iming atau suap yang dapat merusak nilai citra negara.