Bab 3. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
Bab 3. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
roorueln (KODEKI)
13
Etiho Redohteron don Huhum Kesehoton
Sejak awal sejarah umat manusia, sudah dikenal hubungan kepercayaan antara dua
insan yaitu manusia penyembuh dan pasien. Dalam zamar' modern, hubungan ini
disebut transaksi atau kontrak terapetik antara dokter dan pasien. Hubungan ini.
dilakukan secara konfidensial, dalam suasana saling percaya mempercayai, dan
hormat menghormati.
Sejak terwujudnya praktik kedokteran, masyarakat mengetahui dan mengakui
adanya beberapa sifat mendasar yang melekat secara mutlak pada diri seorang
dokter yang baik dan bijaksana, yaitu kemurnian niat, kesungguhan ke{a, kerendah-
an hati serta integritas ilmiah dan moral yang tidak diragukan.
Imhotep dari Mesir, Hippokrates dari Yunani, dan Galenus dari Roma, mempa-
kan beberapa pelopor kedokteran kuno yang telah meletakkan dasar-dasar dan
sendi-sendi awal terbinanya suatu tradisi kedokteran yang luhur dan mulia. Tokoh-
tokoh ilmuwan kedokteran Internasional yang tampil kemudian seperti Ibnu Sina
(Avicena) dokter Islam dari Persi dan lainlain, menyusun dasar-dasar disiplin ke-
dokteran tersebut atas suatu Kode Etik Kedokteran internasional yang disesuaikan
dengan perkembangan zarrran. Di Indonesia, Kode Etik Kedokteran sewajarnya
berlandaskan etik dan norma-norma yang mengatur hubungan antar manusia,
yang asas-asasnya terdapat dalam falsafah Pancasila, sebagai landasan idiil dan
UUD 1945 sebagai landasan strukturil. Dengan maksud untuk lebih nyata
mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran, para dokter baik yang
tergabung dalam perhimpunan profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) maupun
secara fungsional terikat dalam organisasi pelayanan, pendidikan, dan penelitian
telah menerima Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
Ada 2 versi KODEKI, yaitu yang sesuai dengan Surat Keputusan Menkes RI
No. 434,/Menkes/SKA/1983 dan yang sesuai dengan Surat Keputusan PB IDI.
No.22VPB/A-4/04/2002. Keduanya serupa tetapi tidak sama dari segi substansial
dan urutannya. Oleh karena salah satu ciri kode etik profesi adalah disusun oleh
organisasi profesi bersangkutan, kita berpedoman pada KODEKI yang diputuskan
PB IDI yangtelah menyesuaikan KODEKI dengan situasi kondisiyangberkembang
seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
serta dinamika etika global yang ada. KODEKI tersebut berbunyi sebagai berikut.
Kewqiibon Umum
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah dokter
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar proGsi yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri'
9al 3 Rode Etih Kedohteron lndonesio (KODEKI) l5
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun
fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh per-
serujuan pasien.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-
hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat
PasalT
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.
PasalTa
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa kasih
sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikapjujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya,
dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan,
dalam menangani pasien.
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makluk insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotifl preventi{ kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial, serta ber-
usaha rnenjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.'
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat ber-
hubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.
16 Etiho Kedohteron don Huhum Kesehdton
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala besuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 13
Setiap dokterwajib melakukan pertolongan damrat sebagai suafu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawatnya, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tekno-
logi kedokteran/kesehatan.
II. LaranganJarangan
1. Memujidiri
2. Perbuatan atau nasihat yang melemahkan daya tahan pasien.
3. Mengumumkan dan menerapkan teknik atau pengobatanyang belum
diuji kebenarannya
4. Mengambil alih pasien sejawat lain tanpa persetujuannya.
5. Melepaskan kebebasan dan kemandirian profesi karena pengaruh se-
. suafu
B. Etik murni dan etikolegal
I. Pelanggaran Etik murni
1. Menarik imbalan jasa yang tidak wajar dari pasien atau menarik imbalan
jasa dari sejawat dan keluarganya
2. Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya
3. Memuji diri sendiri di depan pasien, keluarga atau masyarakat
4. Pelayanan kedokteran yang diskriminatif
5. Kolusi dengan perusahaan farmasi atau apotik
6. Tidak mengikuti pendidikan kedokteran berkesinambungan
7. Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri
II. Pelanggaran Etikolegal
1. Pelayanan kedokteran di bawah standar
2. Menerbitkan surat keterangan palsu
3. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum
4. Melakukan tindakan medik tanpa indikasi
5. Pelecehan seksual
6. Membocorkan rahasia pasien
Penielqrqn dqn Pedomon Pelqhtqnqqn KODEKI
Profesi dokter sejak perintisannya telah terbukti sebagai profesi yang luhur dan
mulia dan ditunjukkan oleh 6 sifat dasar, yaitu sifat ketuhanan, kemurniaan niat,
keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan kerja, integritas ilmiah, dan sosial.
Dalam mengamalkan profesinya, setiap dokter akan berhubungan dengan manusia
yang sedang mengharapkan pertolongan dalam suatu hubungan kesepakatantera'
peutik. Agar dalam hubungan tersebut ke enam sifat dasar dapat tetap terjaga,
disusun KODEKI yang merupakan kesepakatan dokter Indonesia bagi pedoman
pelaksanaan profesi.
Penerimaan dan pengamalan KODEKI hanya dapat dilakukan para dokter
dengan baik jika para dokter memahami dan menghayati butir-butir KODEKI itu
dan masyarakat ikut berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Godaan, termasuk
materi dapat menjuruskan para dokter melanggar etik profesinya, bahkan rela
melakukan malpraktik pidana. Berikut ini adalah penjelasan dan pedoman pe-
laksanaan KODEKI pasal demi pasal.
Pasal 1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter.
Yang dimaksud dengan standar profesi tertinggi dalam butir ini, ialah bahwa
seorang dokter hendaklah memberi pelayanan kedokteran,/kesehatan sesuai ke-
majuan iptek kedokteran mutalhir, dilandasi etika kedokteran, hukum dan agama.
Dalam pelayanan kedokteran /kesehatan itu, tentulah harus tersedia sarana yang
memadai dan ditentukan pula mutu pelayanan itu oleh kemampuan pasien/
keluarganya. Namun, yang penting diperhatikan adalah standar pelayanan ke-
dokteran yang diberikan dan tanggungjawab dokter, bukan saja terhadap sesalna
manusia, melainkan juga terhadap Thhan Yang Maha Esa. Pasien/keluarganya akan
menerima apapun hasil upaya penyembuhan seorang dokter, asal saja dokter
tersebut telah dengan sungguh-sungguh berusaha sesuai dengan keahliannya. Pe-
layanan di bawah standar atau kesalahan/kelaluan seorang dokter dapat me-
mengaruhi pendapat orang banyak terhadap seluruh korps dokter.
Pasal 3. Dalam melakukan peke{aan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh di-
pengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan ke-
mandirian profesi.
Pasal 4. Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji
diri.
Seorang dokter harus sadar, bahwa pengetahuan dan keterampilan profesi yang
dimilikinya adalah karunia dan kemurahan Thhan Ydng Maha Esa semata. Karena
itu, tidaklah pantas dokter memuji dirinya sendiri. Termasuk perbuatan memuji diri
adalah mempergunakan gelar kesarjanaan yang tidak dimilikinya. Jika seorang
dokter memiliki lebih dari satu gelar, gelar yang dicantumkan pada papan nama
praktik adalah sesuai dengan pelayananjasa yang diberikannya. Tidak dibenarkan
seorang dokter mengadakan wawancara pers atau menulis makalah dalam media
cetak untuk mempromosikan caranya ia mengobati sesuatu penyakit, tetapi dengan
tujuan penyuluhan tidak ada salahnya. Satu-satunya tempat menyebarkan hasil
penelitian atau pengobatan baru adalah di majalah ilmiah kedokteran, atau diajukan
di forum ilmiah kedokteran.
Juga dianggap tidak etis, jika dokter mengizinkan keluarga pasien,/orang awam
menghadiri dan menyaksikan tindakan pembedahan yang dilakukannya atau me-
nyebarluaskan foto-foto/kaset video yang merekam pembedahan yang dilakukan-
nya dengan tujuan promosi.
Papan nama di tempat praktik tidak boleh melebihi 60x90 cm, cat putih dengan
hurufhitam, dituliskan nama dan gelar yang sah sertajenis pelayanan sesuai dengan
surat izin dan mepcantumkan waktu praktik (jam bicara). Tidak dibenarkan men'
cantumkan di bawah nama bermacam-macam keterangan, seperti "praktik umum,
terutama untuk anak dan wanita", atau"tersedia pemeriksaan dan pengobatan
sinar". Dalam hal tertentu, papan nama seorang dokter dapat dipasang di per-
simpanganjalan yang menuju ke tempat praktiknya dengan tanda panah menunjuk
ke arah tempat tersebut dengan alasan untuk kemudahan mencari alamatnya.
20 Etiho Kedohteron don Huhum Kesehqton
Penemuan baru atau pengobatan baru yang telah diuji kebenarairnya melalui pe-
nelitian klinik perlu disebarluaskan melalui presentasi di forum ilmiah atau publikasi
di majalah-majalah kedokteran dengan tujuan memperoleh tanggapan sejawat
sebelum dipraktikkan dalam pelayanan kedokteran. Penelitian dan publikasi hasil
penelitian itu.juga harus berlandaskan etik penelitian dan penulisan ilmiah. Tentang
etik penelitian kesehatan, llhatBab 26.
Pasal 7. Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
- diperiksa sendiri kebenarannya.
Hampir setiap hari kepada dokter diminta keterangan tertulis mengenai bermacam-
macam hal. Mengenai hdl ini lihat lebih lanjut Bab 13 tentang surat-surat keterangan
dokter
PasalTa. Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai
rasa kasih sayang (nmpasstbn) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui
memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.
Pasal 7c. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan
hak tenaga kesehatan lain, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 7d. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makluk insani
- y*g menyeluruh (promotif preventif, kurati{ dan rehabilitatif), baik fisik mau-
pun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat
yang sebenar-benarnya.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa yang bera*i
memenuhi kebutuhan dasarmanusia, yaitu sandang, pangan, pendidikan, kesehatan,
lapangan k{a, dan ketenteraman hidup. Derajat kesehatan dipengaruhi faktor
keturunan, perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Tlrjuan pembangunan
kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk.
Jadi, tanggungjawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di
tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah, dan swasta bersama-sama.
Dokter adalah tenaga profesi yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan
potensi yang ada bagi terwujudnya tujuan kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat umumnya. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
itu, pelayanan kedokteran mencakup semua aspek (pelayanan kesehatan paripurna),
yaitu promoti{ preventif kuratifi dan rehabilitatif
Pasal 9. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Pasal 10. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien, Dalam hal ia tidak mampu melaku-
kan suatu pemeriksaan atau pengobatan sehingga atas persetujuan pasien, ia
wajib merujuk pasien kepada dokter yang memiliki keahlian dalam penyakit
tersebut.
Sikap tulus ikhlas yang dilandasi sikap profesional seorang dokter dalam melakukan
tugasnya sangat diperlukan karena sikap ini akan menegakkan wibawa dokter,
memberikan kepercayaan dan ketenangan bagi pasien, sehingga pasien bersikap
kooperatif yang memudahkan dokter dalam membuat diagnosis dan memberikan
terapi. Dokter perlu pula bersikap ramah tamah dan sopan santun terhadap pasien.
Dalam melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien, dokter perlu didampingi
8a.4 3 Rode Etih Kedohteron Indonerio (KODEKI) 23
orang ketiga untuk mencegah tuduhan terjadinya pelecehan seksual ataupun kasus
pemerasan terhadap dokter. Namun, untuk kasus psikoterapi atau untuk memper-
oleh informasi mengenai riwayat penyakit ,rnenular seksual atau riwayal abortus
provokatus kriminalis, kehadiran orang ketiga tidak diperlukan, Berkaitan dengan
hal tersebut, tidak dibenarkan pula dokter melakukan pemeriksaan terhadap lebih
dari satu pasien pada saat yang sama. Pendekatan yang dilakukan dokter dalam
upaya penyembuhan hendaknya selalu holistik sifatnya, dengan mempertimbang-
kan -tidak hanya aspek fisik, tetapi juga aspek psikis, spiritual, dan intelektual
pasiennya.
Dengan perkembangan Iptek kedokteran yang begitu pesat akhir-akhir ini,
mustahil seorang dokter dapat menguasai semua bidang spesialisasi apalagi sub-
spesialisasi dalam kedokteran. Dokter umum adalah dokter yang mengetahui
sedikit-sedikit mengenai penyakit pada semua bagian tubuh, sedangkan dokter
spesialis adalah dokter yang mengetahui "semua" penyakit pada sebagian (satu
organ atau satu sistem) tubuh manusia. Karena itu, dokter harus merujuk pasiennya
kepada dokter spesialis yang relevan disertai keterangan yang cukup mengenai
pasiennya. Dokter spesialis atau sub spesialis (konsultan) harus menjawab konsul
dokter lain dengan nasihat pengobatannya, dalam amplop tertutup dan tidak
dibenarkan konsultan memberitahukan kepada pasien,/keluarganya kekeliruan
dokter yang merujuknya jika hal tersebut telah terjadi
Pasal 11. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senaniiasa
dapat berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat danl
atau dalam masalah lainnya.
Dokter yang bijaksana selalu mendalami latar belakang kehidupan pasiennya, ter-
masuk aspek sosial, ekonomi, mental, intelektual, dan spiritualnya. Dokter berke-
wajiban menghormati agama dan keyakinan pasiennya, termasuk adat istiadat dan
tradisi masyarakat setempat, asal saja tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu
kedokteran, Walaupun ada peraturan tertentu dalam hal bertamu di rumah sakit,
namun pada hal-hal yang khusus perlu diberi kesempatan bagi pasien untuk ber-
temu dengan orang-orang yang dikehendakinya.
Pasal 12. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Setiap orang wajib memberikan pertolongan pertama kepada siapa pun yang
mengalami kecelakaan atau sakit mendadak, apalagl seorang dokter. Pertolongan
yang diberikan tentulah sesuai kemampuan masing-masing dan sesuai dengan
24 Etihq Kedohteron don Huhum Kesehctqn
sarana yang tersedia. Di negara-negara maju, banyak dokter yang enggan memberi
pertolongan sementara itu, karena sering tery'adi bahwa dokter yang menolong
justru dituntut mengganti kerugrar1. Pertolongan yang diberikan dianggap tidak
tepat, menyebabkan cacat atau menimbulkan komplikasi sehingga memperlambat
penyembuhan. Di negara kita, tuntutan seperti itu diharapkan tidak terjadi, namun
perlu diperhitungkan.
Kalau memungkinkan minta persetujuan pasien atau keluarganya dulu dan
segera dirujuk kalau kasusnya memerlukan tindakan lebih lanjut
Pasal 14. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Di kota-kota besar, dengan banyak dokter yang berpraktik, tidak jarang terjadi
pasien pindah berobat. Ini kadang-kadang disebabkan oleh ketidaksabaran pasien,
yang biasanya ingin lekas sembuh.Jika pasien itu mengunjungi dokter kedua pada
penyakit yang sama dan baru l-2 harl berobat pada dokter pertama, sebaiknya
pasien dinasihati untuk meneruskan obat dari dokter pertama dan kembali ke
dokternya itu. Namun, jika pasien berobat pada kunjungan lain'karena menderita
eal 3 Rode Etih Kedohteron lndonesio (KODEKD 25
sesuatu penyakit lain, tidaklah berarti bahwa dokter kedua merebut pasien dari
dokter pertama
Pasal 16. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat beke4'a dengan
baik.
Sebagaimana kita ketahui, para dokter umumnya sangat sibuk bukan saja melaku-
kan tugas-tugas pelayanan, melainkanjuga tugas pendidikan dan penelitian, apalagi
jika dokter tersebut terkenal di masyarakat dan praktiknya cukup ramai. Hal ini
kading-kadang menyebabkan dokter itu kurang memperhatikan kesehatannya
sendiri. Ada pula dokter yang sakit mengobati dirinya sendiri, baik untuk menutupi
keadaan kesehatannya maupun karena enggan memeriksakan dirinya kepada se*
jawat lain. Ini dapat menimbulkan komplikasi atau terlambatnya mendapat per-
tolongan yang tepat. Juga dalam mengobati diri sendiri biasanya kurang tuntas.
Dokter harus memberi teladan kepada masyarakat sekitarnya dalam memelihara
kesehatan, melakukan pencegahan terhadap penyakit, berperilaku sehat sehingga
dapat bekerja dengan baik dan tenang.
Laksanakan tindakan perlindungan diri, misalnya kalau ada wabah untuk pen-
cegahan penularan diperlukan imunisasi, dokter harus melakukan imunisasi ter-
hadap dirinya dahulu. Kalau bertugas di klinik yang memungkinkan penularan
melalui udara, pakailah masker. Cuci tangan setiap selesai memeriksa pasien dan
prosedur pencegahan lainnya.
Pasal 17. Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran,/kesehatan.