Anda di halaman 1dari 13

Kooe Enx KrooxrERAN lr.

roorueln (KODEKI)

Tuiuqn lnrtruhrionql Khurut


t. Menjeloihon riwoyot tersusunnyo KODEKI.
2. Menyebuthon 4 helompoh hewojibon dohter.
3. Menguroihon posol-posol KODEKI don penjelosonnyo mosing-mosing.
Pohoh Bqhqrqn
l. Kewojibon umum dohter.
2. Kewqjibon terhodop posien.
3. Kewqjibon.terhodop temqn sejowot
4. Kewojibon terhodop diri sendiri.
tub-Pohoh Bqhqrqn
l. 1. Mengomolhon sumpoh dohter.
2. Pr:ofesionqlisme dohter.
3. Kebebosqn don hemqndirion profesi
4. Hql-holyong tidoh loyoh dilohuhqn dohter.
5. Mengutqmqhon hepentingon posien don memperhotihqn
hepentingon mosyorohot.
6. Hoti-hotidengqn penemuon pengoboton boru.
7. Prinsip dosqr: hebenqron.
8. Peloyonon hesehqton poripurno.
9. Kerjo somo dengqn berbogoi instqnsi.
ll. 1. Melindungihidup mqhhluh insqni.
2. Stondor peloyonon medih.
3. Hqh posien berhubungqn dengon heluqrgq dqn lqin-loin.
4. Kewojibon memelihorq rohqsiq jqboton dqn peherjqon dohter.
5. Kewojibon memberihon pertolongon dorurot
lll.1. Sihqp terhodop temon sejowot.
2. Tidqh mengombil olih posien sejowot tonpo persetujuonnyo.
lV. l. Kewojibqn dohter memelihoro hesehotonnyo.
2. Mengihuti perhembongbn lpteh hedohteron.

13
Etiho Redohteron don Huhum Kesehoton

Sejak awal sejarah umat manusia, sudah dikenal hubungan kepercayaan antara dua
insan yaitu manusia penyembuh dan pasien. Dalam zamar' modern, hubungan ini
disebut transaksi atau kontrak terapetik antara dokter dan pasien. Hubungan ini.
dilakukan secara konfidensial, dalam suasana saling percaya mempercayai, dan
hormat menghormati.
Sejak terwujudnya praktik kedokteran, masyarakat mengetahui dan mengakui
adanya beberapa sifat mendasar yang melekat secara mutlak pada diri seorang
dokter yang baik dan bijaksana, yaitu kemurnian niat, kesungguhan ke{a, kerendah-
an hati serta integritas ilmiah dan moral yang tidak diragukan.
Imhotep dari Mesir, Hippokrates dari Yunani, dan Galenus dari Roma, mempa-
kan beberapa pelopor kedokteran kuno yang telah meletakkan dasar-dasar dan
sendi-sendi awal terbinanya suatu tradisi kedokteran yang luhur dan mulia. Tokoh-
tokoh ilmuwan kedokteran Internasional yang tampil kemudian seperti Ibnu Sina
(Avicena) dokter Islam dari Persi dan lainlain, menyusun dasar-dasar disiplin ke-
dokteran tersebut atas suatu Kode Etik Kedokteran internasional yang disesuaikan
dengan perkembangan zarrran. Di Indonesia, Kode Etik Kedokteran sewajarnya
berlandaskan etik dan norma-norma yang mengatur hubungan antar manusia,
yang asas-asasnya terdapat dalam falsafah Pancasila, sebagai landasan idiil dan
UUD 1945 sebagai landasan strukturil. Dengan maksud untuk lebih nyata
mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran, para dokter baik yang
tergabung dalam perhimpunan profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) maupun
secara fungsional terikat dalam organisasi pelayanan, pendidikan, dan penelitian
telah menerima Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
Ada 2 versi KODEKI, yaitu yang sesuai dengan Surat Keputusan Menkes RI
No. 434,/Menkes/SKA/1983 dan yang sesuai dengan Surat Keputusan PB IDI.
No.22VPB/A-4/04/2002. Keduanya serupa tetapi tidak sama dari segi substansial
dan urutannya. Oleh karena salah satu ciri kode etik profesi adalah disusun oleh
organisasi profesi bersangkutan, kita berpedoman pada KODEKI yang diputuskan
PB IDI yangtelah menyesuaikan KODEKI dengan situasi kondisiyangberkembang
seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
serta dinamika etika global yang ada. KODEKI tersebut berbunyi sebagai berikut.

Kewqiibon Umum
Pasal 1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah dokter

Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar proGsi yang tertinggi.

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri'
9al 3 Rode Etih Kedohteron lndonesio (KODEKI) l5

Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun
fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh per-
serujuan pasien.

Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-
hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat

PasalT
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.

PasalTa
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa kasih
sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikapjujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya,
dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan,
dalam menangani pasien.

Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makluk insani.

Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotifl preventi{ kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial, serta ber-
usaha rnenjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.'

Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

Kewoiibqn Dohter Terhodcp Pqrien


Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan kete-
rampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukdn suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai.keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat ber-
hubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.
16 Etiho Kedohteron don Huhum Kesehdton

Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala besuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13
Setiap dokterwajib melakukan pertolongan damrat sebagai suafu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

Kewqjibqn Dohter Terhqdqp Temon teiqwqt


Pasal 14
Setiap doker memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diper-
lakukan.

Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawatnya, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

Kewqiibqn Dohter Terhcdop Diri tendiri


Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik

Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tekno-
logi kedokteran/kesehatan.

Jika ditinjau butir-butir KODEKI tersebut di atas, dapat dikelompokkan sebagai


berikut.
A. Kewajiban dan larangan
I. Kewajiban-kewajiban dokter
1. Mengamalkan sumpah dokter
2. Melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi tertinggi
3. Kebebasan dan kemandirian proGsi
4. Memberi surat keterangan dan pendapat sesudah memeriksa sendiri
kebenarannya
5. Rasa kasih sayang Qonpassnr) dan penghormatan atas martabat ma-
nusia
6. Jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya
7. Menghormati hak-hak pasien, teman sejawat dan tenaga kesehatan
lainnya.
8. Melindungi hidup makhluk insani
9. Memperhatikan kepentingan masyarakat dan semua aspek pelayanan
kesehatan
10. Tulus ikhlas menerapkan ilmunya. Bila tidak mampu merujuknya
11. Merahasiakan segala sesuatu tentang pasiennya
12. Memberi pertolongan darurat
13. Memperlakukan sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
14. Memelihara kesehatannya
15. Mengikuti perkembangan iptek kedokteran
9al 3 Rode Etih Kedohteron lndonesio (RODEKI) 17

II. LaranganJarangan
1. Memujidiri
2. Perbuatan atau nasihat yang melemahkan daya tahan pasien.
3. Mengumumkan dan menerapkan teknik atau pengobatanyang belum
diuji kebenarannya
4. Mengambil alih pasien sejawat lain tanpa persetujuannya.
5. Melepaskan kebebasan dan kemandirian profesi karena pengaruh se-
. suafu
B. Etik murni dan etikolegal
I. Pelanggaran Etik murni
1. Menarik imbalan jasa yang tidak wajar dari pasien atau menarik imbalan
jasa dari sejawat dan keluarganya
2. Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya
3. Memuji diri sendiri di depan pasien, keluarga atau masyarakat
4. Pelayanan kedokteran yang diskriminatif
5. Kolusi dengan perusahaan farmasi atau apotik
6. Tidak mengikuti pendidikan kedokteran berkesinambungan
7. Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri
II. Pelanggaran Etikolegal
1. Pelayanan kedokteran di bawah standar
2. Menerbitkan surat keterangan palsu
3. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum
4. Melakukan tindakan medik tanpa indikasi
5. Pelecehan seksual
6. Membocorkan rahasia pasien
Penielqrqn dqn Pedomon Pelqhtqnqqn KODEKI
Profesi dokter sejak perintisannya telah terbukti sebagai profesi yang luhur dan
mulia dan ditunjukkan oleh 6 sifat dasar, yaitu sifat ketuhanan, kemurniaan niat,
keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan kerja, integritas ilmiah, dan sosial.
Dalam mengamalkan profesinya, setiap dokter akan berhubungan dengan manusia
yang sedang mengharapkan pertolongan dalam suatu hubungan kesepakatantera'
peutik. Agar dalam hubungan tersebut ke enam sifat dasar dapat tetap terjaga,
disusun KODEKI yang merupakan kesepakatan dokter Indonesia bagi pedoman
pelaksanaan profesi.
Penerimaan dan pengamalan KODEKI hanya dapat dilakukan para dokter
dengan baik jika para dokter memahami dan menghayati butir-butir KODEKI itu
dan masyarakat ikut berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Godaan, termasuk
materi dapat menjuruskan para dokter melanggar etik profesinya, bahkan rela
melakukan malpraktik pidana. Berikut ini adalah penjelasan dan pedoman pe-
laksanaan KODEKI pasal demi pasal.
Pasal 1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter.

Tentang sumpah dokter telah dibahas dalam Bab 2.


18 Etiho Kedohteron don Huhum Kesehotqn

Pasal 2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai


dengan standar profesi yang teninggi.

Yang dimaksud dengan standar profesi tertinggi dalam butir ini, ialah bahwa
seorang dokter hendaklah memberi pelayanan kedokteran,/kesehatan sesuai ke-
majuan iptek kedokteran mutalhir, dilandasi etika kedokteran, hukum dan agama.
Dalam pelayanan kedokteran /kesehatan itu, tentulah harus tersedia sarana yang
memadai dan ditentukan pula mutu pelayanan itu oleh kemampuan pasien/
keluarganya. Namun, yang penting diperhatikan adalah standar pelayanan ke-
dokteran yang diberikan dan tanggungjawab dokter, bukan saja terhadap sesalna
manusia, melainkan juga terhadap Thhan Yang Maha Esa. Pasien/keluarganya akan
menerima apapun hasil upaya penyembuhan seorang dokter, asal saja dokter
tersebut telah dengan sungguh-sungguh berusaha sesuai dengan keahliannya. Pe-
layanan di bawah standar atau kesalahan/kelaluan seorang dokter dapat me-
mengaruhi pendapat orang banyak terhadap seluruh korps dokter.
Pasal 3. Dalam melakukan peke{aan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh di-
pengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan ke-
mandirian profesi.

a. Semua butir KODEKI mengandung makna betapa luhurnya profesi dokter.


Meskipun dalam menjalankan tugasnya dokter berhak memperoleh imbalan,
narnun dalam hal ini tidak boleh disamakan dengan usaha,/pelayanan jasa
yang lain. Profesi kedokteran lebih merupakan panggilan perikemanusiaan
dengan mendahulukan keselamatan dan kepentingan pasien, dan tidak
mengrrtamakan keuntungan pribadi. Karena itu, imbalan jasa yang diterima
oleh dokter disebut honorarium (pemberian yang diterima dengan penuh
kehormatan). Dalam pelayanan kedokteran tidak dikenal tarif dokter yang
tetap (fix), tetapi yang wajar sesuai kemampuan pasien./keluarganya. Ter-
masuk dalam keuntungan pribadi adalah menjual obatlsampel ditempat
praktik yang diterima cuma-cuma dari perusahaan farmasi, dan menjuruskan
pasien membeli obat tertentu, karena dokter telah menerima komisi,/
imbalan dari perusahaan farmasi.Juga termasuk keuntungan pribadi adalah
melakukan tindakan medik yang tidak diperlukan, menyrruh pasien berobat
berulang atau dokter,berkunjung kerumah pasien berkali-kali tanpa indikasi
yang jelas, membuat iklan./promosi yang berlebihan, merujuk pasien ke la-
boratorium,/sejawat/baglan pelayanan dengan imbalan tertentu (komisi),
menjual nama dalam arti tidak pernah langsung melayani pasien, tetapi
dilayani orang lain yang tidak kompeten, mengekploitasi dokter lain dengan
pembagian persentasi imbalan jasa tidak adil, merujuk pasien ke sejawat
kelompoknya, walaupun dekat tempat praktiknya ada sejawat lain yang
memiliki keahlian yang diperlukan.
b. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan keteram-
pilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi.
Yang dimaksud dengan tidak ada atau tanpa kebebasan profesi disini
ialah dokter yang melibatkan dirinya dengan usaha apotik atau farmasi, labo-
ratorium klinik, optisien, rumah sakit, dan lain-lain, yang dengan perjanjian
8a/ 3 Rode Etih Kedohteron lndonesio (KODEKD 19

dokter akan meneri.ma komisi jika mengirimkan pasien ke tempat itu.


Dengan demikian, dokter tidak bebas lagi menerapkan ilmunya atau me-
ngemukakan pendapatnya secara objektif tentang produk perusahaan-
perusahaan tersebut, Seorang dokter juga dilarang secara sendiri atau
bersama-sama menerapkan pengetahuan dan keterampilan kedokteran
dengan merendahkan jabatan, misalnya bekerja sama dengan orang atau
badan yang tidak berhak melakukan praktik dokter. Dengan demikian, ia
. melindungi perbuatan orang atau badan yang bersangkutan. Rujukan dokter
umum ke dokter ahli harus benar-benar ditaati, yang disediakan memang
benar pelayanan rujukan dokter spesialis bukan pelayanan dokter umum
atau dokter'umum yang sedang menjalani pendidikan spesialisasi (peserta
Program Pendidikan Dokter Spesialis).
c. Menerima imbalan selain dari pada yang layak sesuai dengan jasanya,
kecuali dengan keikhlas an, sepengetahu an, dan/ atau kehendak p asien.
Salah satu kewajiban pasien/keluarga dalam kontrak terapeutik adalah
memberikan imbalan jasa untuk dokter. Namun, karena pertolongan dokter
merupakan panggilan kemanusiaan, imbalan jasayang menjadi hak dokter
itu tidak dapat disamakan dengan imbalan jasa dalam usaha lainnya.
Mengenbi imbalan jasa dokter lihat lebih lanjut pada Bab B,

Pasal 4. Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji
diri.

Seorang dokter harus sadar, bahwa pengetahuan dan keterampilan profesi yang
dimilikinya adalah karunia dan kemurahan Thhan Ydng Maha Esa semata. Karena
itu, tidaklah pantas dokter memuji dirinya sendiri. Termasuk perbuatan memuji diri
adalah mempergunakan gelar kesarjanaan yang tidak dimilikinya. Jika seorang
dokter memiliki lebih dari satu gelar, gelar yang dicantumkan pada papan nama
praktik adalah sesuai dengan pelayananjasa yang diberikannya. Tidak dibenarkan
seorang dokter mengadakan wawancara pers atau menulis makalah dalam media
cetak untuk mempromosikan caranya ia mengobati sesuatu penyakit, tetapi dengan
tujuan penyuluhan tidak ada salahnya. Satu-satunya tempat menyebarkan hasil
penelitian atau pengobatan baru adalah di majalah ilmiah kedokteran, atau diajukan
di forum ilmiah kedokteran.
Juga dianggap tidak etis, jika dokter mengizinkan keluarga pasien,/orang awam
menghadiri dan menyaksikan tindakan pembedahan yang dilakukannya atau me-
nyebarluaskan foto-foto/kaset video yang merekam pembedahan yang dilakukan-
nya dengan tujuan promosi.
Papan nama di tempat praktik tidak boleh melebihi 60x90 cm, cat putih dengan
hurufhitam, dituliskan nama dan gelar yang sah sertajenis pelayanan sesuai dengan
surat izin dan mepcantumkan waktu praktik (jam bicara). Tidak dibenarkan men'
cantumkan di bawah nama bermacam-macam keterangan, seperti "praktik umum,
terutama untuk anak dan wanita", atau"tersedia pemeriksaan dan pengobatan
sinar". Dalam hal tertentu, papan nama seorang dokter dapat dipasang di per-
simpanganjalan yang menuju ke tempat praktiknya dengan tanda panah menunjuk
ke arah tempat tersebut dengan alasan untuk kemudahan mencari alamatnya.
20 Etiho Kedohteron don Huhum Kesehqton

Kertas resep berukuran maksimum /q folio (10,5x15,5 cm), bertuliskan nama


dan gelar yang sah, disertai nomor SIP dan SID, alamat praktik, nomor telepon
dan waktu prakik. Jika tempat praktik berlainan dengan tempat tinggal, dapat
dicantumkan alamat rumah dan nomor teleponnya. Ketentuan-ketentuan pada
kertas resep juga berlaku untuk Surat Keterangan Dokter, surat rujukan, amplop,
kuitansi dan sebagainya.
Mencantumkan keterangan lain, terutama yang bersifat iklan dan tidak ada
hubungannya dengan jenis pelayanan dokter tersebut, misalnya gelar MBA, MM,
dan sebagainya di belakang nama dokter, juga tidak dibenarkan.
Perlu diaga supaya kertas resep dan surat keterangan dokter jangan sampai
digunakan orang lain. Kertas resep para dokter kadang-kadang mudah ditiru
sehingga perlu pengamanan agar lata tidak terlibat dalam pemberian resep dan
keterangan yang palsu yang dilakukan orang lain.
Pasal 5. Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan baik psikis
maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah
memperoleh persetujuan pasien.

Upaya dokter dalam pelayanan kedokteran ialah menyembuhkan pasien, atau


mengurangi penderitaannya dan setidak-tidaknya menggembirakannyajika harap-
an untuk sembuh telah tipis. Selain itu harus diperhatikan bahwa hubungan ke-
lainan fisik dengan faktor psikis sangat erat. Oleh karena itu, pendekatan yang di-
lakukan seharusnya holistik. Dokter harus mampu mempertebal keyakinan pasien
bahwa ia dapat sembuh dan mengalihkan perhatian pasien yang depresi atau cemas
ke hal yang memberi harapan dan menimbulkan optimisme.Jangan pula dilupakan
bahwa tubuh manusia memiliki kekuatan dan kemampuan menangkis dan
menyembuhkan penyakit. Selain itu, pasien harus diarahkan dalam memohon
kepada Yang Maha Kuasa agar ia sembuh sesuai kepercayaan masing-masing.

Upaya yang dilakukan adalah:


a. Menimbulkan dan mempertebal kepercayaan dan keyakinan pasien bahwa
ia dapat sembuh. Mengalihkan perhatiannya ke hal yang bersifat memberi
harapan. Optimisme perlu dipelihara.
b. Mengusahakan tindakan yang digolongkan dalam upaya peningkatan kesehatan
berdasarkan kenyataan bahwa badan manusia mempunyai kekuatan sendiri
untuk menangkis dan menyembuhkan penyakit.
c. Menggunakan farmaka dan tindakan medis lain, seperti pembedahan, penyinar-
an sinar-X, dan sinar laser.

Memberikan obat perangsang atau sebaliknya hipnotik dtau analgesik dapat


melemahkan daya tahan pasien. Karena itu, obat-obat tersebut hanya diberikan
atas indikasi dan harus dijaga agar pasien jangan menjadi pecandu obat. Selanjut-
nya harus diingat bahwa "kata-kata yang tepat diberikan pada waktu yang tepat
pula" merupakan salah satu obat yang mujarab
Pasal 6. Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan me-
nerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji ke-
benarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
8a 3 Rode Etih Kedohteron lndonesiq (KODEKD 21

Penemuan baru atau pengobatan baru yang telah diuji kebenarairnya melalui pe-
nelitian klinik perlu disebarluaskan melalui presentasi di forum ilmiah atau publikasi
di majalah-majalah kedokteran dengan tujuan memperoleh tanggapan sejawat
sebelum dipraktikkan dalam pelayanan kedokteran. Penelitian dan publikasi hasil
penelitian itu.juga harus berlandaskan etik penelitian dan penulisan ilmiah. Tentang
etik penelitian kesehatan, llhatBab 26.
Pasal 7. Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
- diperiksa sendiri kebenarannya.

Hampir setiap hari kepada dokter diminta keterangan tertulis mengenai bermacam-
macam hal. Mengenai hdl ini lihat lebih lanjut Bab 13 tentang surat-surat keterangan
dokter
PasalTa. Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai
rasa kasih sayang (nmpasstbn) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui
memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.

Pasal 7c. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan
hak tenaga kesehatan lain, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 7d. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makluk insani

Segala perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara kesehatan


dan kebahagiaannya. Dengan sendirinya ia harus mempertahankan dan memelihara
kehidupan manusia.
Kadang-kadang, dokter terpaksa harus melakukan operasi atau cara pengobatan
tertentu yang membahayakan. Hal ini dapat dilakukan asal tindakan ini diambil
setelah mempertimbangkan masak-masak bahwa tidak ada jalan/cara lain untuk
menyelamatkan jiwa selain pembedahan. Sebelum operasi dimulai, perlu dibuat
persetujuan tertulis lebih dahulu atau dari keluarga (Persetujuan Tindakan Medik,
PTM). Sesuai peraturan Menteri Kesehatan tentang PTM, batas umur yang dapat
memberi PTM adalah 21 tahun atau telah menikah.
Ti"rhan Yang Maha Esa menciptakan manusia, yang pasti pada suatu waktu
akan menemui ajalnya. Tidak seorang dokter pun, betapapun pintarnya akan dapat
mencegahnya. Naluri yang terkuat pada setiap makhluk bernyawa, termasuk ma-
nusia ialah mempertahankan hidupnya. Untuk itu, manusia diberi akal, kemampu-
an berpikir, dan mengumpulkan pengalamannya sehingga dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan dan usaha untuk menghindarkan diri dari bahaya maut. Semua
usaha tersebut merupakan tugas seorang dokter. Ia harus berusaha memelihara
dan mempertahankan hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa baik menurut
agarrra, Undang-Undang Negar.a, maupun Etika kedokteran, seorang dokter tidak
diperbolehkan:
Etiho Kedohteron don Huhum Kesehoton

. Menggugurkan kandun gan proalcatus)


(abz,'tu"s
. Mengakhiri hidup seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan, tidak
mungkin akan sembuh laqt (eutanasta).
'Mengenai abortus provokatus dibahas lebih lanjut di Bab 15 tentang Reproduksi
Manusia, sedangkan tentang Eutanasia lihat Bab 16.
Pasal 8. Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan ke-
pentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan .

- y*g menyeluruh (promotif preventif, kurati{ dan rehabilitatif), baik fisik mau-
pun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat
yang sebenar-benarnya.

Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa yang bera*i
memenuhi kebutuhan dasarmanusia, yaitu sandang, pangan, pendidikan, kesehatan,
lapangan k{a, dan ketenteraman hidup. Derajat kesehatan dipengaruhi faktor
keturunan, perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Tlrjuan pembangunan
kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk.
Jadi, tanggungjawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di
tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah, dan swasta bersama-sama.
Dokter adalah tenaga profesi yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan
potensi yang ada bagi terwujudnya tujuan kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat umumnya. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
itu, pelayanan kedokteran mencakup semua aspek (pelayanan kesehatan paripurna),
yaitu promoti{ preventif kuratifi dan rehabilitatif
Pasal 9. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

Dengan pesatnya kemajuan lpte[ termasuk Iptek kedokteran,/kesehatan, makin


disadari bahwa pemecahan masalah di bidang kesehatan tidak mungkin ditangani
oleh satu disiplin ilmu saja. Sebagai contoh, untuk menurunkan angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian perinatal (AKP), ditemukan berbagai faktor yang
mempengaruhinya, faktor medik dan non-medik, terutama faktor sosial, ekonomi
dan budaya. Dengan demikian, untuk program itu perlu dijalin kerja sama dengan
instansi-instansi lain di luar bidang kedokteran.

Pasal 10. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien, Dalam hal ia tidak mampu melaku-
kan suatu pemeriksaan atau pengobatan sehingga atas persetujuan pasien, ia
wajib merujuk pasien kepada dokter yang memiliki keahlian dalam penyakit
tersebut.

Sikap tulus ikhlas yang dilandasi sikap profesional seorang dokter dalam melakukan
tugasnya sangat diperlukan karena sikap ini akan menegakkan wibawa dokter,
memberikan kepercayaan dan ketenangan bagi pasien, sehingga pasien bersikap
kooperatif yang memudahkan dokter dalam membuat diagnosis dan memberikan
terapi. Dokter perlu pula bersikap ramah tamah dan sopan santun terhadap pasien.
Dalam melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien, dokter perlu didampingi
8a.4 3 Rode Etih Kedohteron Indonerio (KODEKI) 23

orang ketiga untuk mencegah tuduhan terjadinya pelecehan seksual ataupun kasus
pemerasan terhadap dokter. Namun, untuk kasus psikoterapi atau untuk memper-
oleh informasi mengenai riwayat penyakit ,rnenular seksual atau riwayal abortus
provokatus kriminalis, kehadiran orang ketiga tidak diperlukan, Berkaitan dengan
hal tersebut, tidak dibenarkan pula dokter melakukan pemeriksaan terhadap lebih
dari satu pasien pada saat yang sama. Pendekatan yang dilakukan dokter dalam
upaya penyembuhan hendaknya selalu holistik sifatnya, dengan mempertimbang-
kan -tidak hanya aspek fisik, tetapi juga aspek psikis, spiritual, dan intelektual
pasiennya.
Dengan perkembangan Iptek kedokteran yang begitu pesat akhir-akhir ini,
mustahil seorang dokter dapat menguasai semua bidang spesialisasi apalagi sub-
spesialisasi dalam kedokteran. Dokter umum adalah dokter yang mengetahui
sedikit-sedikit mengenai penyakit pada semua bagian tubuh, sedangkan dokter
spesialis adalah dokter yang mengetahui "semua" penyakit pada sebagian (satu
organ atau satu sistem) tubuh manusia. Karena itu, dokter harus merujuk pasiennya
kepada dokter spesialis yang relevan disertai keterangan yang cukup mengenai
pasiennya. Dokter spesialis atau sub spesialis (konsultan) harus menjawab konsul
dokter lain dengan nasihat pengobatannya, dalam amplop tertutup dan tidak
dibenarkan konsultan memberitahukan kepada pasien,/keluarganya kekeliruan
dokter yang merujuknya jika hal tersebut telah terjadi
Pasal 11. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senaniiasa
dapat berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat danl
atau dalam masalah lainnya.

Dokter yang bijaksana selalu mendalami latar belakang kehidupan pasiennya, ter-
masuk aspek sosial, ekonomi, mental, intelektual, dan spiritualnya. Dokter berke-
wajiban menghormati agama dan keyakinan pasiennya, termasuk adat istiadat dan
tradisi masyarakat setempat, asal saja tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu
kedokteran, Walaupun ada peraturan tertentu dalam hal bertamu di rumah sakit,
namun pada hal-hal yang khusus perlu diberi kesempatan bagi pasien untuk ber-
temu dengan orang-orang yang dikehendakinya.
Pasal 12. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Hubungan dokter dengan pasien adalah bersifat konfidensial, percaya-mempercayai


dan hormat-menghormati, Karena itu, dokter berkewajiban memelihara suasana
yang ideal tersebut, dengan antara lain memegang teguh rahasia jabatan dan
pekerjaannya sebagai dokter, Mengenai hal ini akan dibicarakan lebih lanjut dalam
Bab 11
Pasal 13. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri-
kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu mem-
berikannya.

Setiap orang wajib memberikan pertolongan pertama kepada siapa pun yang
mengalami kecelakaan atau sakit mendadak, apalagl seorang dokter. Pertolongan
yang diberikan tentulah sesuai kemampuan masing-masing dan sesuai dengan
24 Etihq Kedohteron don Huhum Kesehctqn

sarana yang tersedia. Di negara-negara maju, banyak dokter yang enggan memberi
pertolongan sementara itu, karena sering tery'adi bahwa dokter yang menolong
justru dituntut mengganti kerugrar1. Pertolongan yang diberikan dianggap tidak
tepat, menyebabkan cacat atau menimbulkan komplikasi sehingga memperlambat
penyembuhan. Di negara kita, tuntutan seperti itu diharapkan tidak terjadi, namun
perlu diperhitungkan.
Kalau memungkinkan minta persetujuan pasien atau keluarganya dulu dan
segera dirujuk kalau kasusnya memerlukan tindakan lebih lanjut

Pasal 14. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.

Para dokter seharusnya membina persatuan dan kesatuan, bersama-sama di bawah


panji-panji perikemanusiaan memerangi penyakit yang mengganggu kesehatan
dan kebahagiaan umat manusia. Di antara sesama sejawat dpkter hendaknya
te4'alin rasa kebersamaan, kekeluargaan dan keakraban sehingga dalam menjalankan
profesinya dapat saling membantu, saling mendukung, dan saling belajar dengan
penuh pengertian. Sejarah ilmu kedokteran penuh dengan peristiwa ketekunan dan
pengabdian yang mengharukan. Penemuan dan pengalaman baru saling berbagi
dan dijadikan milik bersama. Iklim seperti ini telah mendudukkan dokter pada
tempat yang terhormat di tengah-tengah masyarakat.
Mencemarkan nama baik sejawat berarti mencer.narkan nama baik sendiri,
seperti kata peribahasa: "Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri'iJanganlah
menjelekjelekkan teman sejawat sendiri apalagi di depan pasien atau orang banyak.
Dokter yang senior dihormati, yang muda disayangi dan diayomi. Para dokterjuga
harus waspada karena mungkin ada pula pasien atau keluarganya yang mengadu
domba sesama dokter. Bahwa pasien ingin memperoleh "second optnion" tentang
penyakitnya, itu adalah hal yang biasa, namun dalam hal-hal lain perbedaan
pendapat sesama sejawat sebaiknya diselesaikan secara musyawarah atau melalui
Ikatan Dokter Indonesia (IDl),zperhimpunhn dokter spesialisnya.
Untuk menjalin kebersamaan dan keakraban antara para dokter sebaiknya
dokter yang baru menetap di suatu tempat, mengunjungi teman sejawatnya yang
telah lama berada di sana dan bergabung dalam organisasi profesinya.
Pasal 14 KODEKI bukan berarti bahwa seorang dokter harus menutup-nutupi
atau membela mati-matian teman sejawatnya di depan penyidik atau pengadilan
dalam hal telah membuat kesalahan atau kelalaian pelayanan medik. Kebenaran
harus ditegakkan demi keadilan.
Pasal 15. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawatnya, kecuali
dengan persehrjuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

Di kota-kota besar, dengan banyak dokter yang berpraktik, tidak jarang terjadi
pasien pindah berobat. Ini kadang-kadang disebabkan oleh ketidaksabaran pasien,
yang biasanya ingin lekas sembuh.Jika pasien itu mengunjungi dokter kedua pada
penyakit yang sama dan baru l-2 harl berobat pada dokter pertama, sebaiknya
pasien dinasihati untuk meneruskan obat dari dokter pertama dan kembali ke
dokternya itu. Namun, jika pasien berobat pada kunjungan lain'karena menderita
eal 3 Rode Etih Kedohteron lndonesio (KODEKD 25

sesuatu penyakit lain, tidaklah berarti bahwa dokter kedua merebut pasien dari
dokter pertama
Pasal 16. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat beke4'a dengan
baik.

Sebagaimana kita ketahui, para dokter umumnya sangat sibuk bukan saja melaku-
kan tugas-tugas pelayanan, melainkanjuga tugas pendidikan dan penelitian, apalagi
jika dokter tersebut terkenal di masyarakat dan praktiknya cukup ramai. Hal ini
kading-kadang menyebabkan dokter itu kurang memperhatikan kesehatannya
sendiri. Ada pula dokter yang sakit mengobati dirinya sendiri, baik untuk menutupi
keadaan kesehatannya maupun karena enggan memeriksakan dirinya kepada se*
jawat lain. Ini dapat menimbulkan komplikasi atau terlambatnya mendapat per-
tolongan yang tepat. Juga dalam mengobati diri sendiri biasanya kurang tuntas.
Dokter harus memberi teladan kepada masyarakat sekitarnya dalam memelihara
kesehatan, melakukan pencegahan terhadap penyakit, berperilaku sehat sehingga
dapat bekerja dengan baik dan tenang.
Laksanakan tindakan perlindungan diri, misalnya kalau ada wabah untuk pen-
cegahan penularan diperlukan imunisasi, dokter harus melakukan imunisasi ter-
hadap dirinya dahulu. Kalau bertugas di klinik yang memungkinkan penularan
melalui udara, pakailah masker. Cuci tangan setiap selesai memeriksa pasien dan
prosedur pencegahan lainnya.
Pasal 17. Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran,/kesehatan.

Iptek kedokteran berkembang dengan pesat. Seorang dokter harus mengikuti


perkembangan ini, baik untuk manfaat diri sendiri dan keluarga maupup untuk
pasien dan masyarakat. Dokter perlu mengikuti pendidikan kedokteran berke-
sinambungan (continuous medtba/ educattbn, CMQ, dengan mengikuti kursus-kursus,
seminar, simposium, penataran, lokakarya atau mengikuti pendidikan formal
spesialisasi/subspesialisasi. Tirntutan masyarakat akan pelayanan kedokteran yang
bermutu dan mutakhir sesuai dengan perkembangan iptek kedokteran global
hendaknya ditanggapi oleh dokter dengan melakukan konsolidasi diri.
Biasanya, pada waktu muda dokter sudah memiliki cita-cita menjadi pengajar/
peneliti, tetapi pada permulaan karir tidak sempat dilaksanakan, misalnya karena
ditempatkan di daerah terpencil. Walaupun demikian, citi-cita ini janganlah
dilupakan karena masih dapat dilakukan dengan mengaitkan pada tugas rutinnya,
misalnya melakukan pendidikan dan penelitian kesehatan pada masyarakat
setempat.

Anda mungkin juga menyukai