Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN II CLINICAL EXPOSURE III

TUBERCULOSIS PARU KASUS BARU

Disusun Oleh:

Vivian Vallencia

00000021125

Pembimbing:

dr. Victor

PUSKESMAS JAMBE

PERIODE 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

TANGERANG

1
DAFTAR ISI

BAB I ……………………………………………………………………..…………………..3
Laporan Kasus………………………………………………………………...……………….3
I. IDENTITAS PASIEN...........................................................................................................3
II. ANAMNESIS.......................................................................................................................3
II. 1 Keluhan Utama...................................................................................................................3
II. 2 Riwayat Penyakit Sekarang................................................................................................3
II. 3 Riwayat Penyakit Dahulu...................................................................................................4
II. 4 Riwayat Penyakit Keluarga................................................................................................4
II. 5 Riwayat Kebiasaan.............................................................................................................4
II. 6 Riwayat Sosial Ekonomi.....................................................................................................4
III. RESUME............................................................................................................................4
IV. DIAGNOSIS.......................................................................................................................5
IV. 1 Diagnosis Kerja.................................................................................................................5
IV. 2 Diagnosis Banding............................................................................................................5
BAB II …………………………………………...…………………......………………...…...6
Landasan Teori ………………………………………………………………………........…..6
BAB III ……………………………………………………………………………..……...…7
Analisa Kasus ……………………………………………………………………..………..…7
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..………8

2
BAB I

Laporan Kasus

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A
Usia : 39 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pekerja Pabrik Makanan
Alamat : Kp. Garedog
Tanggal datang ke puskesmas : Selasa, 30 Januari 2018

II. ANAMNESIS
Pemeriksaan dilakukan secara autoanamnesis pada hari Selasa, 30 Januari 2018 pukul
09.00 di Puskesmas Jambe.
II. 1 Keluhan Utama
Batuk berdahak terus menerus sejak 5 bulan sebelum datang ke Puskesmas.
II. 2 Keluhan Tambahan
Pasien juga mengalami sakit pada bagian dada dan panas dingin.

II. 3 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Puskesmas Jambe dengan keluhan batuk sejak 5 bulan lalu. Batuk
terus menerus setiap hari dan semakin parah 2 bulan belakangan ini. Batuk berdahak
berwarna putih kental, dan sering kali disertai dengan bercak darah yang jumlahnya sedikit.
Batuk memburuk saat berbaring dan dahak tidak bisa dikeluarkan dari tenggorokan semenjak
2 bulan terakhir. Tidak ada hal yang memperingan batuk. Pasien merasakan nafas semakin
sesak sepanjang hari dan pasien juga merasakan adanya sakit pada bagian dada pada saat
menarik nafas serta menjalar ke bagian punggung. Nyeri pada bagian dada tidak dapat di
deskripsikan oleh pasien. Nyeri tidak menjalar ke bagian manapun. Hal yang memperberat
nyeri pada dada adalah ketika batuk dan yang memperingan ketika pasien istirahat. Keluhan
lain pasien berupa demam terutama pada malam hari sampai berkeringat selama seminggu

3
terakhir ini. Tidak ada mual, muntah dan pusing. Pasien mengalami penurunan berat badan
seberat 3 kg dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pasien juga merasakan kurangnya
nafsu makan. Buang air besar dan buang air kecil pada pasien lancar. Pasien tidak merasakan
adanya rasa panas atau terbakar pada daerah perut bagian atas.

II. 4 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami hal yang serupa sebelumnya. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi makanan, alergi obat, penyakit jantung, asma, kencing manis, darah tinggi,
hipertensi dan kolestrol.

II. 5 Riwayat Imunisasi


Pasien tidak mengetahui riwayat imunisasinya.

II. 6 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami hal yang sama seperti pasien.
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mempunyai riwayat penyakit kencing manis,
tekanan darah tinggi, kolestrol maupun penyakit jantung.

II. 7 Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien jarang berolahraga. Pasien merokok sebanyak kurang kebih 6 batang per hari
sejak SMP. Pasien memiliki kebiasaan minum kopi setiap hari. Pasien tidak memiliki
kebiasaan minum minuman beralkohol dan tidak menggunakan obat - obatan terlarang.
Keadaan sosial ekonomi pasien menengah kebawah dengan bantuan BPJS. Pasien tinggal di
kawasan yang padat penduduk, ventilasi yang kurang bagus dan lingkungan yang kurang
bersih. Pasien berkerja di pabrik makanan yang menggunakan masker sehari – harinya.
Teman kerja pasien ada yang mengalami hal serupa dengan pasien dan sedang diberi obat
untuk 6 bulan.

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Tingkat Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 53 kg
Tinggi badan : 175 cm

Tanda vital
4
Tekanan Darah : 120/70
Nadi : 110 bpm
RR : 16x/menit
Suhu tubuh : 38℃

Kepala simetris, tidak ada bekas luka ataupun jahitan

Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung Pernafasan cuping hidung (-), tidak ada secret, bentuk normal

Telinga Daun telinga simetris kiri-kanan, fungsi pendengaran normal

Mulut Mukosa tidak kering, tonsil normal, tidak ada keluhan sakit
gigi

Leher Pembesaran kelenjar limfe(-), pembesaran kelenjar tiroid (-),


deviasi trakea (-)

Thorax
Paru Inspeksi : bentuk dada normochest, gerakan dada
mengikuti pernafasan dan simetris, tidak ada lesi kulit
Palpasi : ekspansi dada normal, tactile fremitus
meningkat
Perkusi : dull pada apeks kiri paru, batas paru-hati
normal, batas paru-lambung normal
Auskultasi : suara nafas vesikuler di semua lapang paru,
ronki pada apeks kiri paru

Jantung Inspeksi : tidak ada bekas luka, jaitan operasi ataupun


perbedaan warna. Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung normal
5
Auskultasi : bunyi jantung SI-S2 normal, gallop (-),
murmur (-), S3 (-), S4 (-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen sedikit cembung, tidak terdapat
massa, tidak terdapat lesi kulit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : bising usus normal (12x)

Ekstremitas
Tangan
- Look: edema dan hiperemis (-), swan neck deformity (-),
boutonniere deformity (-), tophus (-)
- Feel: nyeri tekan (-), krepitasi (-)
- Move: range of motion normal
Kaki
- Look: edema dan hiperemis (-), swan neck deformity (-),
boutonniere deformity (-), tophus (-)
- Feel: nyeri tekan (-), krepitasi (-)
- Move: range of motion normal

Genitalia tidak dilakukan pemeriksaan

RESUME
Pasien dengan nama Tn. A, laki – laki, 39 tahun, datang ke Puskesmas Jambe dengan
keluhan batuk sejak 5 bulan lalu. Batuk terus menerus setiap hari dan semakin parah 2 bulan
belakangan ini. Batuk berdahak berwarna putih kental, dan sering kali disertai dengan bercak
darah yang jumlahnya sedikit. Batuk memburuk saat berbaring dan dahak tidak bisa
dikeluarkan dari tenggorokan semenjak 2 bulan terakhir. Pasien merasakan nafas semakin
sesak sepanjang hari dan pasien juga merasakan adanya sakit pada bagian dada pada saat
menarik nafas serta menjalar ke bagian punggung. Hal yang memperberat nyeri pada dada
adalah ketika batuk dan yang memperingan ketika pasien istirahat. Keluhan lain
pasien berupa demam terutama pada malam hari sampai berkeringat selama seminggu

6
terakhir ini. Pasien mengalami penurunan berat badan seberat 3 kg dibandingkan dengan
bulan sebelumnya. Pasien juga merasakan kurangnya nafsu makan. Pasien merokok sebanyak
kurang kebih 6 batang per hari sejak SMP. Pasien tinggal di kawasan yang padat penduduk,
ventilasi yang kurang bagus dan lingkungan yang kurang bersih. Pasien berkerja di pabrik
makanan yang menggunakan masker sehari – harinya. Teman kerja pasien ada yang
mengalami hal serupa dengan pasien dan sedang diberi obat untuk 6 bulan. Pada pemeriksaan
fisik pasien ditemukan nadi meningkat, demam subfebris 38℃ , tactile fremitus pasien
meningkat, dull pada apeks kiri paru saat perkusi dan suara ronki pada apeks kiri paru pada
saat auskultasi.

IV. DIAGNOSIS
IV. 1 Diagnosis Kerja

Tuberculosis Paru Kasus Baru

IV. 2 Diagnosis Banding

- Infeksi Jamur
- Bronkitis Kronis
- Kanker Paru

IV. 3 Tata Laksana

- Medikamentosa
Pasien diberikan obat OBH dan Vitamin B Complex (B6) untuk penanganan awal.
Pasien juga dirujuk untuk melakukan foto thorax dan pemeriksaan sputum.
- Non – Medikamentosa
Pasien dianjurkan untuk berhenti merokok dan menggunakan masker saat berpergian.

7
BAB II

Landasan Teori

2.1. Definisi
Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang
berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun
tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru
dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin
atau bicara
2.2. Epidemiologi
TB merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab kematian di seluruh
dunia.  Sekitar dua milyar orang atau 1/3 penduduk dunia diperkirakan terkena TB
laten. Dari 10,4 juta orang terkena TB di tahun 2015, terdapat 1,8 juta kematian
(diantaranya ada 0,4 juta kematian orang yang terkena TB dan HIV). Dari satu juta
anak-anak usia ≤14 tahun yang terkena TB, sebanyak 170000 anak-anak meninggal
akibat penyakit ini pada tahun 2015.Lebih dari 95% kematian TB tersebut terjadi di
negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, 60% kematian tersebut ada pada
enam negara, secara berurutan: India, Indonesia, China, Nigeria, Pakistan dan Afrika
Selatan. Sekitar 480.000 orang menjadi resisten terhadap obat anti TB, multidrug-
resistant (MDR-TB).
Pada tahun 2015, insiden (kasus baru TB, termasuk HIV+TB) 395 per 100.000
populasi. Insiden meningkat seiring dengan meningkatnya usia, laki-laki lebih banyak
terkena dibanding wanita. Angka kematian atau mortalitas diluar HIV+TB adalah 40
per 100.000 populasi. Keberhasilan terapi (treatment success rate) pada pengidap TB
baru dengan smear-positif adalah 84% untuk yang terdaftar sebagai pasien-pasien di
tahun 2014.
2.3. Etiologi

8
Penyakit Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Sumber penularan adalah
penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.
2.4. Patofisiologi
Ketika seorang pengidap TB paru aktif batuk, bersin, menyanyi atau meludah,
orang ini dapat mengeluarkan titik-titik air liur kecil (droplets) ke udara
bebas.  Droplets yang berisi Mycobacterium tuberculosis ini, apabila terinhalasi orang
lain akan masuk sampai berada diantara terminal alveoli paru. Organisme kemudian
akan tumbuh dan berkembang biak dalam waktu 2-12 minggu sampai jumlahnya
mencapai 1000-10.000. Namun, tubuh tidak tinggal diam tapi mengirimkan sel-sel
makrofag yang memakan kuman-kuman TB ini.  Selanjutnya, kemampuan basil tahan
asam ini untuk survive dan berproliferasi dalam sel-sel makrofag paru, menjadikan
organisme ini mampu untuk menginvasi parenkim, nodus-nodus limfatikus lokal,
trakea, bronkus (intrapulmonary TB), dan menyebar ke luar jaringan paru
(extrapulmonary TB), seperti sum-sum tulang belakang, hepar, limpa, ginjal, tulang dan
otak.  Penyebaran ini biasanya melalui rute hematogenus.

2.5. Gejala dan Tanda


Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik. Pada gejala
respiratorik terjadi batuk ≥ 3 minggu, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. Gejala
respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup
berat tergantung dari luas lesi. Sedangkan gejala sistemik berupa demam, malaise,
keringat malam, anoreksia, berat badan menurun.
2.6. Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
o Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya
o Pemeriksaan fisik

9
o Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak)
o Pemeriksaan patologi anatomi (PA)
o Rontgen dada (xray thorax)
o Uji tuberkulin
2.7. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita Tb Paru adalah pleuritis, efusi
pleura, emphysema, laryngitis, hemoptysis masif, kolaps lobus akibat sumbatan duktus,
bronkiektasis, pneumotoraks spontan, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,
tulang, sendi, ginjal dan komplikasi lainnya.
2.8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa:
o Pemeriksaan dahak mikroskopis: seharusnya ditemukan setidaknya 1
atau lebih specimen dahak sewaktu, pagi, sewaktu (SPS) positif
o Foto xray: seharusnya di dalam foto rontgen thorax ditemukan
bayangan berawan/nodular, kavitas dan bercak millier
o Uji tuberculin: seharusnya ditemukan uji tuberculin positif yaitu
ditemukan benjolan kemerahan berukuran 10mm atau lebih
2.9. Tata Laksana
Pengobatan untuk penderita TBC harus diberikan pengobatan selama minimal 6
bulan penuh untuk menghilangkan bakteri yang ada. Obat yang digunakan dibagi
menjadi dua kategori yaitu kategori I dan kategori II. Pada kategori I, diberikan kepada
pasien baru dengan BTA positif, Pasien baru BTA, pasien TB paru BTA negative
tetapi pemeriksaan radiologi positif, pasien TB extra paru dengan obat 2RHZE/4RH
atau 2RHZE/6HE atau 2RHZE/4R3H3. Sedangkan kategori II diberikan untuk pasien
kambuh, pasien gagal, pasien default dengan obat 2RHZES/1RHZE.

10
BAB III

Analisa Kasus

Berdasarkan teori dan gejala utama yang dialami pasien yaitu batuk berdahak kronik
selama 5 bulan disertai gejala sistemik yang dialami pasien berupa demam malam hari
sampai berkeringat, kurangnya nafsu makan, penurunan berat badan dan gejala pulmonal
berupa dahak putih kental disertai dengan bercak darah, sesak nafas dan sakit pada bagian
dada yang merupakan gejala khas pada tuberculosis paru. Kemungkinan diagnosis
tuberculosis paru kasus baru diperkuat dengan tambahan informasi bahwa pasien tidak
mengetahui riwayat imunisasi nya dan teman kerja nya yang mengalami hal serupa dengan
pasien.

Pasien dapat di diagnosis tuberculosis paru dengan kasus baru karena pasien belum
pernah mengalami gejala serupa dan belum pernah berobat ke puskesmas.

Untuk diagnosis banding, gejala yang dialami bisa mengarah kepada infeksi jamur,
bronchitis kronis, dan kanker paru – paru. Infeksi jamur bisa menjadi diagnosis karena pada
infeksi jamur pasien juga mengalami gejala yang serupa yaitu batuk berdarah, demam,
keringat pada malam hari dan lainnya kan tetapi bisa disingkirkan dari diagnosis banding
karena biasanya infeksi jamur hanya bisa terkena pada orang dengan imun rendah seperti
HIV. Bronkitis kronis juga dapat menjadi salah satu diagnose banding, namun pada pasien
ditemukan batuk dengan bercak darah (hemoptu), penurunan berat badan dan kurangnya
nafsu makan yang jarang ditemukan pada pasien yang terkena penyakit bronchitis kronis.
Bronchitis kronis biasa memiliki gejala batuk berdahak dengan warna dahak kuning
kehijauan dan kental. Untuk diagnosa kanker paru, masih memungkinkan karena bisa
ditemukan gejala seperti sesak nafas, nyeri dada, batuk darah (hemoptu), demam tinggi dan
penurunan berat badan.

11
Untuk memastikan diagnosis Tuberculosis paru dan menghilangkan diagnosis
lainnya, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut berupa pengambilan swab sputum BTA dan
juga pemeriksaan x-ray thorax. Jika pada pemeriksaan ditemukan hasil sputum BTA yang
positif minimal 1x dalam 3 spesimen dan pemeriksaan x-ray thorax menunjukkan gambaran
khas TB, maka diagnosis TB dapat ditegakkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Zumla A., Raviglione M., Hafner R., von Reyn CF. “Tuberculosis”. England: The
New England Journal of Medicine; 2013
2. Rasjid R. Patofisiologi dan diagnostik tuberkulosis paru. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
1985

3. PDPI. Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia, 2006. (cited


11 Maret 2018). Available from: http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html

12

Anda mungkin juga menyukai