Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN III CLINICAL EXPOSURE III

FLUOR ALBUS et causa BACTERIAL VAGINOSIS

Disusun Oleh:

Vivian Vallencia

00000021125

Pembimbing:

dr. Victor

PUSKESMAS JAMBE

PERIODE 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

TANGERANG

1
DAFTAR ISI

BAB I ……………………………………………………………………..…………………..3
Laporan Kasus………………………………………………………………...……………….3
I. IDENTITAS PASIEN...........................................................................................................3
II. ANAMNESIS.......................................................................................................................3
II. 1 Keluhan Utama...................................................................................................................3
II. 2 Keluhan Tambahan.............................................................................................................3
II. 2 Riwayat Penyakit Sekarang................................................................................................3
II. 3 Riwayat Penyakit Dahulu...................................................................................................4
II. 4 Riwayat Imunisasi..............................................................................................................4
II. 5 Riwayat Penyakit Keluarga................................................................................................4
II. 6 Riwayat Sosial Ekonomi.....................................................................................................4
III. PEMERIKSAAN FISIK...................................................................................................4
IV. DIAGNOSIS.......................................................................................................................7
IV. 1 Diagnosis Kerja.................................................................................................................7
IV. 2 Diagnosis Banding............................................................................................................7
IV. 3 Tatalaksana........................................................................................................................7
BAB II …………………………………………...…………………......………………...…...8
Landasan Teori ………………………………………………………………………........…..8
BAB III ……………………………………………………………………………..…….…10
Analisa Kasus …………………………………………………..………………..………..…10
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..……..11

2
BAB I

Laporan Kasus

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. R
Usia : 43 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ranca Buaya
Tanggal datang ke puskesmas : Selasa, 20 Februari 2018

II. ANAMNESIS
Pemeriksaan dilakukan secara autoanamnesis pada hari Selasa, 20 Februari 2018
pukul 08:45 di Puskesmas Jambe.
II. 1 Keluhan Utama
Keputihan sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas Jambe.
II. 2 Keluhan Tambahan
Pasien juga mengeluhkan adanya gatal dan terbakar pada kemaluannya.

II. 3 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan keputihan sejak 3 hari sebelum datang ke puskesmas
Jambe. Cairan yang keluar berwarna putih keabuan, kental dan berbau amis tetapi tidak
berbusa. Pasien mengaku mengalami hal seperti ini pertama kali saat setelah pasien aktif
berhubungan seksual dengan suaminya. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa gatal dan
terbakar pada kemaluannya. Tidak ada sakit yang dirasakan pada bagian manapun. Hal yang
memperparah kondisi pasien adalah pada ketika setelah melakukan hubungan seksual. Hal
yang memperingan kondisi pasien adalah saat mandi dan membersihkan kemaluannya.
Pasien sudah mencoba membersihkan kemaluannya dengan air bersih, namun bau amis tidak
menghilang hanya berkurang rasa gatal. Siklus menstruasi pada pasien masih teratur. Tidak
ada pusing, demam, ataupun keringat pada malam hari. Buang air kecil dan buang air besar
pada pasien normal, tidak ada nyeri yang dirasakan. Skala rasa gatal yang dirasakan pasien
adalah 6 dari 10.

3
II. 4 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan, alergi obat, penyakit jantung, asma,
kencing manis, darah tinggi, hipertensi dan kolestrol.

II. 5 Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi pada pasien lengkap.

II. 6 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami hal serupa. Tidak ada anggota
keluarga pasien yang mempunyai riwayat penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi,
kolestrol maupun penyakit jantung. Suami pasien tinggal satu rumah dengan pasien dan
sudah tidak berkerja lagi (pensiun).

II. 7 Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien jarang berolahraga. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum
minuman beralkohol, dan menggunakan narkoba. Keadaan sosial ekonomi pasien menengah
kebawah dengan bantuan BPJS.

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Tingkat Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 57 kg
Tinggi badan : 150 cm

Tanda vital
Tekanan Darah : 130/70
Nadi : 80 bpm
RR : 18x/menit
Suhu tubuh : 37℃

Kepala Simetris, tidak ada bekas luka ataupun jahitan

4
Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung Pernafasan cuping hidung (-), tidak ada secret, bentuk normal

Telinga Daun telinga simetris kiri-kanan, fungsi pendengaran normal

Mulut Mukosa tidak kering, tonsil normal, tidak ada keluhan sakit
gigi

Leher Pembesaran kelenjar limfe(-), pembesaran kelenjar tiroid (-),


deviasi trakea (-)

Thorax
Paru Inspeksi : bentuk dada normochest, gerakan dada
mengikuti pernafasan dan simetris, tidak ada lesi kulit
Palpasi : ekspansi dada normal, tactile fremitus normal
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru, batas paru-hati
normal, batas paru-lambung normal
Auskultasi : suara nafas vesikuler di semua lapang paru,
ronki (-), wheezing (-)

Jantung Inspeksi : tidak ada bekas luka, jaitan operasi ataupun


perbedaan warna. Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung SI-S2 normal, gallop (-),
murmur (-), S3 (-), S4 (-)

Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen sedikit cembung, tidak terdapat
massa, tidak terdapat lesi kulit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : bising usus normal (12x)
5
Ekstremitas
Tangan
- Look: edema dan hiperemis (-), swan neck deformity (-),
boutonniere deformity (-), tophus (-)
- Feel: nyeri tekan (-), krepitasi (-)
- Move: range of motion normal
Kaki
- Look: edema dan hiperemis (-), swan neck deformity (-),
boutonniere deformity (-), tophus (-)
- Feel: nyeri tekan (-), krepitasi (-)
- Move: range of motion normal

Genitalia tidak dilakukan pemeriksaan

RESUME
Pasien datang dengan keluhan keputihan sejak 3 hari sebelum datang ke puskesmas
Jambe. Cairan yang keluar berwarna putih keabuan, kental dan berbau amis tetapi tidak
berbusa. Pasien mengaku mengalami hal seperti ini pertama kali saat setelah pasien aktif
berhubungan seksual dengan suaminya. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa gatal dan
terbakar pada kemaluannya. Hal yang memperparah kondisi pasien adalah pada ketika setelah
melakukan hubungan seksual (bau amis lebih tercium). Hal yang memperingan kondisi
pasien adalah saat mandi dan membersihkan kemaluannya. Pasien sudah mencoba
membersihkan kemaluannya dengan air bersih, namun bau amis tidak menghilang hanya
berkurang rasa gatal. Siklus menstruasi pada pasien masih teratur. Skala rasa gatal yang
dirasakan pasien adalah 6 dari 10. Pada pemeriksaan fisik, tidak dilakukan pemeriksaan pada
genitalia tetapi seharusnya ditemukan secret dari vagina yang berwarna putih keabuan dan
berbau amis.

IV. DIAGNOSIS
IV. 1 Diagnosis Kerja

Fluor albus et causa Bacterial Vaginosis

6
IV. 2 Diagnosis Banding

- Fluor albus et causa Trichomoniasis

IV. 3 Tata Laksana

- Medikamentosa:
Untuk terapi medikamentosa, pasien diberikan obat anti – mikroba berupa
Metronidazole 500mg selama 7 hari
- Non – medikamentosa
Pasien diberikan edukasi untuk selalu menjaga kebersihan dari vagina nya dengan
cara menjaga agar tetap kering dan tidak lembab dan membersihkan dengan cara
yang benar setiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang. Pasien juga
dianjurkan untuk mengecek pasangan seksualnya ke dokter untuk mengetahui
apakah ada penyakit menular seksual atau tidak.

7
BAB II

Landasan Teori

2.1. Definisi
Fluor albus et causa bakterial vaginosis adalah keputihan yang terjadi karena
keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan oleh bertambahnya
pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang
mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
2.2. Epidemiologi
Infeksi BV adalah penyebab paling umum dari gejala-gejala yang terjadi pada
vagina wanita, namun sampai saat ini belum jelas bagaimana peran aktivitas
diperkembangan infeksi BV. Prevalensi di Amerika Serikat diperkirakan 21,2 juta
(29,2%) diantara wanita usia 14-49 tahun, didasarkan pada sampel perwakilan nasional
dari wanita yang berpartisipasi dalam NHANES 2001-2004. Sebagian besar wanita
denganinfeksi BV (84%) melaporkan tidak merasakan adanya gejala. Wanita yang
belum melakukan hubungan seks vaginal, oral, atau anal masih bisa terinfeksi BV
(18,8%), demikian pula pada wanita hamil (25%), dan wanita yang sudah pernah hamil
(31,7%). Prevalensi infeksi BV meningkat berdasarkan jumlah pasangan seksual
seumur hidup. Perempuan bukan kulit putih memiliki prevalensi yang lebih tinggi
(Afrika-Amerika 51%, Amerika Meksiko 32%) daripada wanita kulit putih (23%).
2.3. Etiologi
- Non-Infeksi:
a. Fisiologis Vaginal discharge/ leukorea fisiologis disebabkan oleh pengaruh
hormonal
b. Pemakaian kontrasepsi hormonal
c. Benda asing (AKDR, cincin pesarium, tertinggalnya kondom)
d. Cervical ectopy : migrasi sel-sel dari lapisan kanal endoserviks ke bagian luar
dari serviks (ektoserviks).
- Infeksi
a. Infeksi Menular Seksual: Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhea,
Trichomonas vaginalis
b. Bukan infeksi menular seksual: Gardnerella vaginalis (clue cell), Candida
albicans

8
2.4. Patofisiologi
Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa sebelum
menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi dari
endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang
relatif bervariasi serta mengandung mikroorganisme terutama Lactobacillus.
Lactobacillus mempunyai peranan penting dalam menjaga suasana vagina dengan
menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis (Gardnerella vaginalis, Mobiluncus
spp., Neisseria gonorrhoeae, Peptostreptococcus anaerobius, P. Bivia,dll) dengan cara :
- Mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas menjadi asam laktat sehingga
pH vagina tetap dalam keadaan asam (pH : 3,0 – 4,5) pada wanita dalam masa
reproduksi.
- Memproduksi hydrogen peroxide (H2O2) sebagai bacterial antagonism.
Menghambat pertumbuhan mikroorganisme melalui interaksi langsung atau melalui
human myeloperoxidase. Hydrogen peroxide yang diproduksi oleh Lactobacillus
inaktivasi HIV-1, herpes simplex virus type 2 (HSV- 2), Trichomonas vaginalis, G.
vaginalis, P. bivia and E. coli.
- Memproduksi bacteriocins (antimicrobial peptides), dengan aktivitas inhibisi yang
bervariasi mulai dari yang sempit (berhubungan dengan Lactobacillus species)
sampai yang luas (beragam kelompok dari bakteri, termasuk G. vaginalis dan P.
bivia) Apabila terjadi ketidakseimbangan suasana flora vagina normal yang dapat
disebabkan oleh penurunan fungsi dari Lactobacillus maka akan terjadi aktivitas
dari mikroorganisme yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina sehingga
menimbulkan reaksi inflamasi.
2.5. Gejala dan Tanda
- Asimtomatik pada sebagian penderita
- Bila ada keluhan umumnya berupa cairan yang berbau amis seperti ikan terutama
setelah melakukan hubungan seksual
- Cairan vagina berwarna putih, keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat
pada dinding vagina
- Gatal dan rasa terbakar pada vagina
- Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi
2.6. Diagnosis
Berdasarkan kriteria Amsel, untuk menegakkan diagnosis fluor albus et causa
vaginosis harus terpenuhi 3 dari 4 kriteria berikut:
9
o Adanya peningkatan jumlah cairan vagina yang bersifat homogeny. Biasanya
keluhan berupa cairan vagina yang berlebihan, berwarna putih yang berbau
amis dan menjadi banyak setelah berhubungan seksual.
o pH cairan vagina lebih dari 4,5
o Whiff test positif: meneteskan KOH 10% pada sekret vagina dan dinyakatakan
positif apabila setelah penetsan tercium bau amis.
o Ditemukan clue cells pada pemeriksaan mikroskopis
2.7. Komplikasi
Infeksi BV yang tidak mendapat penanganan yang baik dapat menyebabkan
komplikasi, antara lain, endometritis, penyakit radang panggul, sepsis paskaaborsi,
infeksi paskabedah, infeksi paskahisterektomi, peningkatan risiko penularan HIV dan
IMS lain. Infeksi BV merupakan faktor risiko potensial untuk penularan HIV karena
pH vagina meningkat dan faktor biokimia lain yang diduga merusak mekanisme
pertahanan host.
2.8. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan vagina: diperiksa bagian dalam vagina dengan bantuan alat yang
dinamakan spekulum
- Pemeriksaan tingkat keasaman (pH) vagina: meletakkan kertas pH di vagina
pasien, pH normal vagina adalah 3,8-4,5. Pada pasien vaginosis bakterialis, pH
vagina biasanya meningkat di atas 4,5.
- Pemeriksaan sampel sekresi vagina: Usap vagina dikultur baik aerob maupun
anaerob pada permukaan brain heart infusion plate agar. Seharusnya hasil positif
yaitu ditemukannya adanya clue cell.
2.9. Tata Laksana
a. Terapi sistemik
Metronidazole merupakan antibiotik yang paling sering digunakan yang
memberikan keberhasilan penyembuhan lebih dari 90%, dengan dosis 2 x 400 mg
atau 500 mg setiap hari selama 7 hari. Jika pengobatan ini gagal, maka diberikan
ampisilin oral (atau amoksisilin) yang merupakan pilihan kedua dari pengobatan.
b. Terapi topikal
Adapun pemilihan obat topikal yang harus digunakan secara rutin untuk
pencegahan bertubuhnya bakteri yang berlebihan di dalam vagina
- Metronidazol gel intravagina (0,75%) 5 gram, 1 x sehari selama 5 hari

10
- Klindamisin krim (2%) 5 gram, 1 x sehari selama 7 hari
- Tetrasiklin intravagina 100 mg, 1 x sehari
- Triple sulfonamide cream (Sulfactamid 2,86%, Sulfabenzamid 3,7% dan Sulfatiazol
3,42%), 2 x sehari selama 10 hari

11
BAB III

Analisa Kasus

Berdasarkan teori, gejala-gejala yang dialami pasien yaitu keputihan berwarna putih
keabuan, kental, berbau amis tetapi tidak berbusa gatal dan rasa terbakar pada kemaluan
mengarahkan diagnosis kepada fluor albus et causa bacterial vaginosis. Diagnosis diperkuat
dengan adanya keluhan pada pasien yaitu rasa bau yang lebih parah timbul saat setelah
berhubungan seksual dan bau amis yang tidak menghilang setelah membersihkan dengan air.

Untuk diagnosis banding, gejala yang dialami pasien bisa mengarah kepada fluor
albus et causa trichomonas vaginalis. Fluor albus et causa trichomonas vaginalis adalah
infeksi yang disebabkan oleh parasit. Fluor albus et causa trichomonas vaginalis bisa masuk
ke dalam diagnosis banding karena gejala yang dialami mirip dengan pasien yaitu keluar
cairan seperti keputihan dan rasa gatal pada kemaluan. Akan tetapi, biasanya pada penderita
fluor albus et causa trichomonas vaginalis cara penularannya melalui hubungan seksual
bebas. Namun, pada pasien ini pasien tidak melakukan seks bebas namun dengan suaminya
yang kesehariannya berada di rumah.

Terapi yang diberikan kepada pasien berupa terapi sistemik dan terapi topical. Pada
terapi sistemik, dapat diberikan obat anti – mikroba metronidazole 500mg selama 7 hari.
Sedangan pada terapi topical, diberikan obat tambahan yaitu gel Metronidazol intravagina
(0,75%) 5 gram, 1 x sehari selama 5 hari. Pasien juga diberikan edukasi dan cara yang benar
untuk menjaga kebersihan dari vagina dan pemeriksaan lebih lanjut yaitu pemeriksaan tingkat
keasaman vagina dan kultur untuk mengetahui jenis bakteri penyebabnya. Selain itu, suami
pasien juga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan untuk menghindari suspect penyakit
menular seksual.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. McCance KL, Huether S, Brashers VL, Rote NS. Pathophysiology: The Biologic Basis for
Disease in Adult and Children, 6th ed. Missouri: Elsevier; 2010.
2. Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa Penyakit
pada Alat Genital Wanita, 3rd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirodihardjo; 2011.

13

Anda mungkin juga menyukai