Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

PENGAJUAN KARYA TULIS ILMIAH

“RANCANG BANGUN TONGKAT TUNANETRA MENGGUNAKAN


SENSOR ULTRASONIK DENGAN FITUR GPS TRACKER DAN
HEADSET”

OLEH :

ANDIKA YUDHA DWI SAPUTRA

NIM : P2.31.38.1.17.007

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

JURUSANTEKNIK ELEKTROMEDIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia normal tidak mengalami banyak kesulitan dalam menjalani


rutinitas setiap harinya. Mereka tidak memiliki batasan gerak untuk kesana kemari
sesuai yang mereka inginkan. Mereka mampu dengan mudah, cepat, dan tepat
dalam mencari sesuatu yang mereka inginkan. Berbeda dengan orang yang
memiliki kalainan pada tubuhnya entah fisik maupun organ yang lain. Mereka
sangatlah membutuhkan perhatian khusus dalam menjalankan semua aktifitas
setiap harinya. Kita tahu bahwa orang yang mengalami kekurangan pada panca
inderanya dinamakan sebagai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Mereka semua
membutuhkan terapi-terapi khusus dimana meraka harus mengoptimalkan panca
indera lainnya yang tidak mengalami kelainan.Individu merupakan bagian dari
masyarakat yang dalam kehidupannya tidak lepas dari nilai dan norma yang
berlaku didalamnya. Seorang penyandang tuna netra juga merupakan bagian dari
masyarakat pada umumnya yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai
warga negara, dan derajat yang sama sebagai manusia ciptaan Tuhan. Terdapat
banyak persoalan besar yang dihadapi tuna netra.

Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk mengkondisi


seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya
karena Mata sendiri ialah salah satu indra yang sangat vital bagi manusia, dengan
adanya mata manusia dapat melakukan berbagai macam aktivitas. Mata adalah
indra yang yang digunakan untuk melihat keadaan atau kondisi, sehingga manusia
bisa mengetahui akan sebuah obek yang dilihatnya. Berdasarkan tingkat
gangguannya tunanetra dibagi menjadi dua yaitu buta total (total blind) dan yang
masih mempunyai sisa penglihatan (Low Visioan).

Tuna netra bagian dari komunitas yang memiliki keterbatasan mobilitas


terhadap lingkungan dalam kehidupan sosial. Mobilitas yang diharapkan oleh
penyandang cacat tuna netra tidak sebatas dilihat dari sisi sosial saja, misalnya
adanya penerimaan dari masyarakat akan tetapi juga dilihat secara fisik seperti
sarana dan prasarana sehingga memberi kemudahan mobilitas bagi penyandang
cacat tuna netra dalam melakukan aktivitasnya. Pejalan kaki yang merupakan
penderita cacat tuna netra wajib mempergunakan tanda khusus yang mudah
dikenali oleh pemakai jalan lain. Tanda bagi penderita cacat tuna netra dapat
berupa tongkat yang dilengkapi dengan alat pemantul sinar atau bunyi-bunyian
atau kain merah.

Mata merupakan salah satu indera yang sangat penting bagi


manusia,dengan adanya mata, manusia dapat melakukan berbagai macam
aktivitas. Mata merupakan indera yang berfungsi untuk merekam keadaan atau
kondisi, sehingga manusia bisa mengetahui akan objek yang dilihatnya. Tidak
semua manusia diciptakan dengan keadaan mata yang normal, ada pula yang
mengalami gangguan penglihatan sejak lahir. Orang yang mengalami gangguan
penglihatan disebut dengan penyandang tunanetra. Penyandang tunanetra memang
mempunyai kekurangan dalam hal melihat, akan tetapi mereka masih mampu
beraktivitas, walaupun terkadang harus dibantu dengan sebuah alat untuk
mempermudah beraktivitas. Pada jaman semodern sekarang, teknologi semakin
berkembang dan canggih seiring dengan pesatnya perkembangan diberbagai
bidang di Indonesia ataupun dunia. Bidang elektronika dan instrumentasi adalah
bidang yang saling berhubungan dengan kemajuan teknologi. Penyandang tuna
netra sangat mengandalkan indera peraba sebagai penuntun arah gerak jalan.
Tongkat ialah salah satu piranti atau perangkat yang digunakan akan tetapi
penggunaan tongkat sangat konvensional pada saat ini. Kegiatan yang dilakukan
saudara kita penyandang tunanetra ini sering kali menimbulkan kesulitan dengan
mengayunkan arah tongkatnya, karena di khawatirkan terkena objek selain benda
misanya manusia dan penggunaan alat yang masih tradisional dan untuk
mengetahui adanya lubang ketika dijalan digunakan dengan sensor ultrasonik.
Sensor ultrasonik akan mendeteksi lubang atau penghalang dengan memancarkan
gelombang Ultrasonic.

Salah satu alat untuk membantu penyandang tuna netra ketika berjalan
adalah dengan bantuan tongkat. Biasanya tongkat ini berfungsi sebagai alat
bantunavigasi ketika penyandang tuna netra berjalan. Yang paling sederhana,
tongkat initerbuat dari batang pohon, kayu yang dipotong, sisa bekas pipa dan sisa
besi bangunan yang sudah tidak terpakai, dan lain sebagainya.Karena dirasa
kurangefektif untuk dipakai dan kurang kokoh tongkat untuk penyandang tuna
netra mengalami perubahan dari segi material dan teknologi yang menyertainya,
dariyang semulanya dari bahan sederhana seperti kayu, kemudian bahan
tongkatdigantikan oleh logam, seperti dari besi atau alumunium. Penyandang tuna
netra terkadang kesulitan untuk menghindari rintanganyang ada didepannya
seperti menaiki tangga, melalui jalan menanjak, menghindaribenda padat, lubang
yang berisi genangan air dan lain sebagainya. Dan penyandang pun terkadang jika
tersesat atau terjadi sesuatu dengan dirinya dijalan terkadang susah untuk
menghubungi orang terdekat dan keluarganya atau malubertanya pada seseorang.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, maka teknologi yang berkembang saat ini
dapat diterapkan pada tongkat penyandang tuna netra.

Pada era teknologi ini telah diciptakan bermacam-macam alat berbasis


teknologi untuk memudahkan mobilitas seorang tunanetra. Salah satunya adalah
alat navigasi berbasis Global Positioning System(4). GPS (Global Positiong
System) adalah suatu sistem navigasi menggunakan lebih dari 24 satelit MEO
(Medium Earth Orbit atau Middle Earth Orbit) yang mengelilingi bumi sehingga
penerima - penerima sinyal di permukaan bumi dapat menangkap sinyalnya,
Satelit GPS secara kontinyu mengirimkan sinyal radio digital yang mengandung
data lokasi satelit(5). GPS secara terus menerus mengirimkan sinyal radio digital
yang mengandung data lokasi satelit dan waktu kepada penerima yang
berhubungan. Berdasarkan informasi ini, stasiun penerima mengetahui berapa
lama waktu yang digunakan untuk mengirim sinyal sampai kepada penerima di
bumi. Semakin lama waktu yang digunakan untuk sampai ke penerima, berarti
semakin jauh posisi satelit dari stasiun penerima(6).

Alat ini dapat memberikan informasi dan lokasi bagi tunanetra saat
tersesat di jalan atau dalam keadaan darurat. Berdasarkan permasalahan yang telah
dipaparkan di atas akan sebuah alat bantu untuk gerak dan aktivitas bagi tunanetra
dengan menggunakan sensor ultrasonik dan sistem penentuan lokasi berbasis
mobile. Diharapkan dengan dibuatnya alat bantu untuk tunanetra ini dapat
memberikan manfaat dan membantu penyandang tunanetra dalam menjalankan
aktifitas secara mandiri(7).
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan dari masalah diatas peneliti
merasa tertarik untuk membuat perancangan yang diajukan dalam bentuk skripsi
dengan judul “Rancang Bangun Tongkat Tunanetra Menggunakkan Sensor
Ultrasonik Dengan Fitur GPS Tracker dan Headset” dapat membantu
penyandang tunanetra agar lebih mudah dalam melakukan aktifitas.

1.2 PEMBATASAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan sebelumnya,
maka dibuat batasan masalah agar pembangunan alat menjadi lebih terarah dan
mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun batasan masalah yang dibuat adalah
sebagai berikut:
1. Jarak yang diukur antara 0 - 150 cm
2. GPS tracker bekerja secara optimal dalam jarak maksimal 100 meter
3. Sensor pada tongkat tuna netra ini hanya mampu mendeteksi sebuah
objek yang ada di depan sensor.
4. Alat tongkat tuna netra ini belum bisa digunakan pada saat hujan.

1.3 TUJUAN MASALAH

1.2.1 Tujuan Umum


a. Merancang serta membuat modul atau alat yang dapat
membantu penyandang tunanetra untuk melakukan aktifitas
mandiri dan membantu penyeberangan jalan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan perancangan blok diagram modul alat tongkat
tunanetra.
b. Melakukan pembuatan hardware modul alat tongkat
tunanetra.
c. Melakukan perancangan dan pembuatan software pada alat
tongkat tunanetra.
d. Melakukan uji fungsi hardware dan software alat tongkat
tunanetra.
e. Melakukan uji fungsi keseluruhan pada alat tongkat
tunanetra.
f. Melakukan pendataan dan analisa hipotesa pada alat tongkat
tunanetra.
g. Merancang sensor Ultrasonik untuk menentukan jarak pada
tongkat tunanetra.
h. Menempatkan Motor Vibrator, akan bergetar ketika sensor
Ultrasonik bekerja ketika ada benda di depannya
i. Menempatkan Headset sebagai pendengaran ketika sensor
Ultrasonik bekerja ketika ada benda di depannya
j. Membantu tuna netra berjalan sehigga lebih efektif dalam
mendeteksi objek benda yang ada didepannya.
k. Merancang GPS tracker pada tongkat tunanetra.
l. Menempatkan GPS pada tongkat maka posisi penyandang
tuna netra dapat dipantau oleh keluarga atau kerabatnya.
m. Menempatkan tombol khusus pada tongkat yang berfungsi
sebagai alat komunikasi antara penyandang dengan keluarga
ketika ada masalah melalui modul SIM900A.

1.4 METODE PENELITIAN TERAPAN

Langkah-langkah yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah


sebagai berikut:
1. Studi Literature
Studi ini dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti penelitian yang
berkaitan dengan topik dan menelaah berbagai literatur-literatur dari
perpustakaan yang bersumber dari buku-buku, teks, dan bacaan-bacaan
yang ada kaitannya dengan topik penelitian.
2. Perencanaan pembuatan alat
Membuat alat dengan bantuan informasi yang didapat dari hasil studi
literature.
3. Pengujian

Melakukan percobaan dan pengujian pada alat.

4. Analisa data
Membandingkan antara hasil yang diperoleh dari hasil pendataan dengan
hasil perhitungan secara teori.
5. Penyusunan laporan
Membuat karya tulis dengan studi literature dan pendataan serta
pengujian dari alat yang telah dibuat.

1.5 SISTEMATIKA PENELITIAN


Sistematika penulisan laporan ini disusun untuk memberikan gambaran
umum dari hasil penelitian. Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan membahas tentang permasalahan tongkat yang masih
tradisional, serta membantu keluarga untuk memonitoring letak posisi tuna netra
jika hilang atau keluar dari jarak yang telah ditentukan sebagai identifikasi
masalah, batasan masalah yang telah ditentukan untuk membatasi ruang dalam
penelitian, metode pengumpulan data yang digunakan untuk terbentuknya alat,
metode pembangunan perangkat lunak dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Dalam bab ini menjelaskan teori tentang permasalahan yang dibahas dan
bahasa pemrograman yang akan digunakan untuk membuat rancang bangun alat
tongkat tuna netra menggunakan gelombang ultrasonik dengan gps tracking dan
hal-hal yang berguna dalam menganalisis permasalahan. Membahas tentang
konsep dasar yang digunakan serta teori – teori yang berkaitan dengan topik
penelitian yang melandasi rancang bangun sistem.
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Dalam bab ini akan membahas tentang analisis dan perancangan system
yang akan dibuat pada tongkat tuna netra menggunakan sesnsor ultrasonik
dengan GPS tracking mulai dari tahap perancangan basis data, kemudian masuk
kedalam ketahap perancangan alat, perancangan struktur tampilan, terakhir
perancangan antarmuka.

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM


Dalam bab ini berisi hasil dari implementasi analisis dari bab sebelumnya,
perancangan aplikasi yang dilakukan dan hasil pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui apakah sudah sesuai dengan kebutuhan.

BAB V PENUTUP

Menarik kesimpulan dari hasil pelaksanaan perancangan, pembuatan,


pengujian dan penganalisaan modul yang telah dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DASAR TEORI

Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang


yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Tunanetra
dibagi dua berdasarkan tingkat gangguannya yaitu buta total (total blind) dan yang
masih memiliki sedikit kemampuan untuk melihat (Low Visioan). Alat bantu
mobilitas yang sudah ada untuk penyandang tunanetra menggunakan tongkat
khusus, yaitu berwarna putih dengan ada garis merah horisontal. Akibat
hilang/berkurangnya fungsi indra penglihatan maka tunanetra berusaha
menggunakan fungsi indra yang lainnya seperti, perabaan, penciuman,
pendengaran, dan lain sebagainya.

2.2 TONGKAT TUNA NETRA

Pada dasarnya tongkat berfungsi sebagai alat bantu navigasi ketika


penyandang tuna netra berjalan. Jaman dulu, tongkat terbuat dari batang pohon,
kayu yang dipotong, sisa bekas pipa dan sisa besi bangunan yang sudah tidak
terpakai, dan lain sebagainya.

Seiring berjalannya waktu, tongkat tuna netra kini sudah berbeda dari sisi
bentuk, bahan yang digunakan, dan teknologi yang menyertainya. Bentuknya
tidak terlalu besar, bisa dilipat dan tidak berat saat digunakan. Hal ini tentunya
memudahkan penggunaan bagi penyandang tuna netra untuk berjalan sehari-hari
dan mudah dilipat jika pengguna ingin menyimpannya. Bahan yang digunakan
pun sudah lebih ringan, misalnya dengan menggunakan bahan dasar alumunium.
Dan teknologi yang diaplikasikan pada tongkat tuna netra pun sudah semakin
canggih, misalnya menggunakan sensor yang dapat mendeteksi halangan yang ada
di depan penyandang tuna netra ketika sedang berjalan. Banyak penelitian yang
sudah dilakukan oleh para peneliti di Indonesia atau di luar negeri yang berkaitan
dengan penerapan teknologi sensor pada tongkat tuna netra.
Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

- Sunanto (2005, hlm. 64) mengemukakan bahwa “alat bantu yang umum
dipergunakan oleh orang tuna netra di Indonesia adalah tongkat, sedangkan di
banyak negara barat penggunaan anjing penuntun (guide dog) juga populer”.
Alat bantu yang umum diajarkan sebagai alat bantu mobilitas di sekolah khusus
tuna netra pun adalah tongkat.Tongkat memiliki fungsi sebagai perpanjangan
tangan tuna netra dan membuat tunanetra dapat melakukan perjalanan secara
mandiri dan aman. Berbeda dengan Teknik Pendamping Awas yang membuat
tuna netra bergantung pada orang yang mengawasi. Dengan menggunakan
tongkat, sorang penyandang tuna netra dapat melakukan perjalanan dengan
mandiri. Jika teknik-teknik tersebut dilaksanakan secara tepat maka tuna netra
menjadi aman dalam melakukan perjalanan dan terhindar dari menabrak atau
jatuh.

- Sutarsi Suhaeb (2016), mendesain tongkat tunanetra dengan menggunakan


sensor ultrasonik berbasis mikrokontroller Atmega8535. Dimana
mikrokontroller ATMega 8535, melakukan pengetesan alat yang dapat
mendeteksi benda-benda di sekitar penderita cacat tunanetra agar dapat
berfungsi dengan baik. Dalam penelitiannya ini, digunakan metode rekayasa
yang sifatnya rancang produk atau pengamatan secara langsung, yaitu
pengamatan terhadap cara kerja mikrokontroler sebagai perangkat proses
dengan aplikasi beberapa perangkat input dan output. Hasil yang diperoleh
setelah melakukan uji coba tongkat elektronik kepada tuna netra cukup
memuaskan, karena hasil respon pengujian perbandingan tongkat elektronik
dengan tongkat tunanetra yang dinilai dari aspek keefektifan, kemudahan,
keamanan, dan keunggulan. Ternyata tongkat elektronik yang didesain memiliki
manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan tongkat tuna netra konvensional.

- Ridho Permata Putra (2017), dalam skripsinya ini dengan kemajuan dibidang
teknologi maka dapat dibuat suatu alat yang menggunakan gelombang
ultrasonik untuk mendeteksi suatu keberadaan objek. Gelombang ultrasonik ini
akan dipancarkan dan sinyal yang mengenai suatu objek sebagian akan
dipantulkan kembali. Sinyal pantul akan diterima oleh suatu penerima untuk
kemudian diolah oleh mikrokontroler. Dari hasil pengujian dan analisa dari
rancang bangun alat bantu tuna netra yang telah dibuat maka didapatkan
kesimpulan, bahwa pada jarak < 100 cm, buzzer akan mengeluarkan bunyi
dengan pelan. pada jarak < 50 cm, buzzer akan mengeluarkan bunyi dengan
cepat.

- Affifah Azzahro dan Dedy Kurniadi (2017), melakukan penelitian meggunakan


metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitiannya adalah 6
siswa SMALB di SLBN A Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan 5
subjek penelitian tidak pernah menggunakan tongkat saat melakukan mobilitas
di lingkungan sekolah dan Wyata Guna (WG) sedangkan 1 orang subjek
penelitian kadang-kadang menggunakan tongkat saat di lingkungan tersebut.
Dari hasil penelitian ini adalah perlu adanya usaha untuk meningkatkan
kesadaran siswa tunanetra tentang manfaat penggunaan tongkat.

- Abhisek Bhokare dkk (2016), memperkenalkan konsep sistem smart ultrasonic


aid for blind people. Sistem yang dikembangkan berupa sensor yang diletakkan
pada tongkat yang dapat mendeteksi objek di sekitar penyandang tuna netra
ketika sedang berjalan, objek yang dideteksi berupa objek yang statis dan
dinamis. Sensor ultrasonik digunakanuntuk menghitung jarang sebuah benda
disekitar penyandang tuna netra sehingga penyandang tersebut dapat mencari
jalan yang aman. Output yang dikeluarkan oleh sistem yaitu beruap suara yang
dapat didengar oleh si penyandang tuna netra.

- Kalpana Singh dkk. (2014), mengembangkan tongkat tuna netra yang


mengguakan sikrokontroller, sensosr infra merah, GPS, pendeteksi permukaan
(label surface detection)I, sensor suara dan getar. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk meningkatkan kualitas komunikasi para pengandang tuna netra.
Alat yang dikembangkan tersebut dapat digunakan pada aktivitas di dalam dan
luar ruangan, dan juga dapat menganilsa keberadaan sesama manusia tanpa ada
bantuan dari siapapun.
2.3 SENSOR HC SR-04

Sensor ultrasonic HC SR-04 adalah jenis sensor yang digunakan untuk


mendeteksi objek dengan cara mengukur jarak objek tersebut. Sensor ini dapat
mengukur jarak dengan sangat akurat. Sensor ini bekerja berdasarkan prinsip
pantulan gelombang suara, dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara
yang kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan waktu. Selisih waktu
antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang
suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang
memantulkannya. Jenis objek yang dapat dideteksi adalah: objek padat, cair,
butiran maupun tekstil.

Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HC SR-04

Gambar 2.2 Sensor Ultrasonik HC SR-04


Sensor HC SR-04

Tegangan 5 VDC

Konsumsi Arus < 2 mA

Output Signal high level 5 V, low level 0 V

Sudut Sensor < 15°

Jarak Jangkauan 3 cm – 3 m

Precision ~3mm

Sinyal Trigger Input 10 μs TTL Impulse

Echo Signal Output TTL PWL signal

1. VCC
2. trig(T)
Pins
3. echo(R)
4. GND
Tabel 2.1 Spesifikasi Sensor Ultrasonik HC SR-04

Gambar 2.3 Dimensi Sensor Ultrasonik HC SR-04


Gambar 2.4 Prinsip Kerja Sensor Ultrasonik HC SR-04

1. Tegangan positif diberikan pada pin Trigger selama 10us


2. Sensor akan mengirimkan 8 step sinyal ultrasonik dengan frekuensi
40kHz.
3. Selanjutnya, sinyal akan diterima pada pin Echo. Untuk mengukur jarak
benda yang memantulkan sinyal tersebut, maka selisih waktu ketika
mengirim dan menerima sinyal digunakan untuk menentukan jarak
benda tersebut.

Cara mengukur jaraknya :

Kecepatan gelombang suara adalah 343 m/s

Maka,

Cara kerja sensor HC SR-04 pada tongkat tunanetra adalah, ketika HC SR-
04 memberikan sinyal untuk mendeteksi objek seperti dinding, batu, meja dan
sebagainya, sinyal tersebut akan kembali lagi ke sensor HC SR-04.
2.4 PEMANCAR SENSOR ULTRASONIK HC SR-04 (TRANSMITTER)

Gambar 2.5 Rangkaian Gambar Pemancar Sensor HC SR-04

1. Sinyal 40 kHz dibangkitkan melalui mikrokontroler.


2. Sinyal tersebut dilewatkan pada sebuah resistor sebesar 3kOhm untuk
pengaman ketika sinyal tersebut membias maju rangkaian dioda dan
transistor.
3. Kemudian sinyal tersebut dimasukkan ke rangkaian penguat arus yang
merupakan kombinasi dari 2 buah dioda dan 2 buah transistor.
4. Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (+5V) maka arus akan
melewati dioda D1 (D1 on), kemudian arus tersebut akan membias
transistor T1, sehingga arus yang akan mengalir pada kolektotr T1 akan
besar sesuai dari penguatan dari transistor.
5. Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (0V) maka arus akan
melewati dioda D2 (D2 on), kemudian arus tersebut akan membias
transistor T2, sehingga arus yang akan mengalir pada kolektotr T2 akan
besar sesuai dari penguatan dari transistor.
6. Resistor R4 dan R6 berfungsi untuk membagi tengangan menjadi 2,5 V.
Sehingga pemancar ultrasonik akan menerima tegangan bolak – balik
dengan Vpeak-peak adalah 5V (+2,5 V s.d - 2,5 V).
2.5 PENERIMA SENSOR ULTRASONIK HC SR-04 (RECEIVER)

Penerima Ultrasonik ini akan menerima sinyal ultrasonik yang


dipancarkan oleh pemancar ultrasonik dengan karakteristik frekuensi yang
sesuai. Sinyal yang diterima tersebut akan melalui proses filterisasi frekuensi
dengan menggunakan rangkaian band pass filter (penyaring pelewat pita),
dengan nilai frekuensi yang dilewatkan telah ditentukan. Kemudian sinyal
keluarannya akan dikuatkan dan dilewatkan ke rangkaian komparator
(pembanding) dengan tegangan referensi ditentukan berdasarkan tegangan
keluaran penguat pada saat jarak antara sensor kendaraan mini dengan
sekat/dinding pembatas mencapai jarak minimum untuk berbelok arah. Dapat
dianggap keluaran komparator pada kondisi ini adalah high (logika ‘1’)
sedangkan jarak yang lebih jauh adalahlow (logika’0’). Logika-logika biner ini
kemudian diteruskan ke rangkaian pengendali (mikrokontroler).(9)

Gambar 2.6 Rangkaian Receiver Sensor Ultrasonik HC SR-04

1. Pertama – tama sinyal yang diterima akan dikuatkan terlebih dahulu


oleh rangkaian transistor penguat Q2.
2. Kemudian sinyal tersebut akan di filter menggunakan High pass filter
pada frekuensi > 40kHz oleh rangkaian transistor Q1.
3. Setelah sinyal tersebut dikuatkan dan di filter, kemudian sinyal tersebut
akan disearahkan oleh rangkaian dioda D1 dan D2.
4. Kemudian sinyal tersebut melalui rangkaian filter low pass filter pada
frekuensi < 40kHz melalui rangkaian filter C4 dan R4.
5. Setelah itu sinyal akan melalui komparator Op-Amp pada U3.
6. Jadi ketika ada sinyal ultrasonik yang masuk ke rangkaian, maka pada
komparator akan mengeluarkan logika rendah (0V) yang kemudian
akan diproses oleh mikrokontroler untuk menghitung jaraknya.

2.6 CARA KERJA SENSOR ULTRASONIK HC SR-04

Gambar 2.7 Prinsip Kerja Sensor Ultrasonik HC SR-04

Pada sensor ultrasonik, gelombang ultrasonik dibangkitkan melalui sebuah


alat yang disebut dengan piezoelektrik dengan frekuensi tertentu. Piezoelektrik ini
akan menghasilkan gelombang ultrasonik (umumnya berfrekuensi 40kHz) ketika
sebuah osilator diterapkan pada benda tersebut. Secara umum, alat ini akan
menembakkan gelombang ultrasonik menuju suatu area atau suatu target. Setelah
gelombang menyentuh permukaan target, maka target akan memantulkan kembali
gelombang tersebut. Gelombang pantulan dari target akan ditangkap oleh sensor,
kemudian sensor menghitung selisih antara waktu pengiriman gelombang dan
waktu gelombang pantul diterima.
2.7 MIKROKONTROLER

Mikrokontroler adalah sebuah chip yang berfungsi sebagai pengontrol


rangkaian elektronik dan umumnya dapat menyimpan program didalamnya.
Meskipun mempunyai bentuk yang jauh lebih kecil dari suatu komputer pribadi
dan komputer mainframe, mikrokontroler dibangun dari elemen-elemen dasar
yang sama. Secara sederhana, komputer akan menghasilkan output spesifik
berdasarkan inputan yang diterima dan program yang dikerjakan.

Seperti umumnya komputer, mikrokontroler adalah alat yang mengerjakan


instruksi-instruksi yang diberikan kepadanya. Artinya bagian terpenting dan
utama dari suatu sistem terkomputerisasi adalah program itu sendiri. Program ini
mengintruksikan komputer untuk melakukan jalinan yang panjang dari aksi-aksi
sederhana untuk melakukan tugas yang lebih kompleks yang diinginkan oleh
programmer.

Gambar 2.8 Mikrokontroler

Dengan kata lain, mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang
mempunyai masukkan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa
ditulis dan dihapus dengan cara khusus.

2.8 ARDUINO UNO

Arduino ini merupakan sebuah board mikrokontroler yang didasarkan pada


ATmega328. Arduino UNO memuat semua yang dibutuhkan untuk menunjang
mikrokontroler, mudah menghubungkannya ke sebuah komputer dengan sebuah
kabel USB atau mensuplainya dengan sebuah adaptor AC ke DC atau
menggunakan baterai untuk memulainya. ATmega328 pada Arduino Uno hadir
dengan sebuah bootloader yang memungkinkan kita untuk mengupload kode baru
ke ATmega328 tanpa menggunakan pemrogram hardware eksternal.

Gambar 2.9 Arduino Uno

Arduino memiliki 14 pin input/output yang mana 6 pin dapat digunakan


sebagai output PWM, 6 analog input, crystal osilator 16 MHz, koneksi USB, jack
power, kepala ICSP, dan tombol reset.

Microcontroller ATmega328P
Operating Voltage 5V
Input Voltage (recommended) 7-12V
Input Voltage (limit) 6-20V
Digital I/O Pins 14 (of which 6 provide PWM output)
PWM Digital I/O Pins 6
Analog Input Pins 6
DC Current per I/O Pin 20 mA
DC Current for 3/3V Pin 50 mA
32 KB (ATmega328P) of which 0.5 KB
Flash Memory used by bootloader
SRAM 2 KB (ATmega328P)
EEPROM 1KB (ATmega328P)
Clock Speed 16 MHz
Length 68,6 mm
Width 53,4mm
Weight 25 g
Tabel 2.2 Spesifikasi Arduino Uno

2.8.1 KONFIGURASI PIN ARDUINO


1. POWER USB
Power USB digunakan untuk memberikan catu daya ke board Arduino
mengguakan kabel USB dari komputer.

2. POWER JACK
Papan Arduino juga dapat diberi catu daya secara langsung dari sumber
daya AC dengan menghubungkan ke power jack.

3. VOLTAGE REGULATOR
Voltage Regulator berfungsi untuk mengendalikan tegangan yang
diberikan ke board Arduino dan menstabilkan tegangan DC yang
digunakan.

4. CRYSTAL OSCILLATOR
Pada Arduino,Crystall Oscillator membantu Arduino untuk menghitung
waktu. Pada bagian atas crystal, tertulis angka 16.000H9H yang berarti
bahwa frekuensi dari oscillator tersebut adalah 16.000.000 Hertz atau 16
MHz.

5. PIN 5, 17 ARDUINO RESET


Untuk memulai program dari awal dapat dilakukan dengan reset.
Terdapat 2 cara untuk mereset Arduino uno, yaitu yang pertama
menggunakan reset button (17) pada papan Arduino dan yang kedua
dengan menambahkan reset eksternal ke pin Arduino yang berlabel reset
(5).

6. PIN 6, 7, 8, 9
Merupakan pink untuk input dan output supply tegangan.
7. ANALOG PIN
Papan Arduino uno memiliki lima pin input analog A0 sampai A5. Pin-
pin ini dapat membaca sinyal dari sensor analog seperti sensor
kelembapan atau temperature dan mengubahnya menjadi nilai digital
yang dapat dibaca oleh mikroprosesor.
8. MAIN MIKROKONTROLER
Setiap board Arduino uno memiliki mikrokontroler sebagai otak dari
board Arduino. Mikrokontroler yang digunakan pada Arduino uno yaitu
Atmega328.

9. ICSP PIN
Pada umumnya, ICSP adalah AVR, suatu programming header kecil
untuk Arduino yang berisi MOSI, MISO, SCK, RESET, VCC, dan GND.
Hal ini sering dirujuk sebagai SPI (Serial Peripheral Interface) yang dapat
dipertimbangkan sebagai “expansion” dari output. Sebenarnya, kita
memasang perangkat ke master bus SPI.

10. POWER LED INDICATOR


Led ini akan menyala pada saat Arduino terhubung dengan supply daya.

11. TX DAN RX LEDS


TX led akan berkedip sesuai dengan kecepatan saat mengirim data serial.
Kecepatan kedip tergantung pada baud rate yang digunakan oleh papan
Arduino. RX berkedip selama menerima proses.

12. DIGITAL I/O


Papan Arduino memiliki 14 pin input dan 6 pin output menyediakan
PWM (Pulse Width Modulation). Pin-pin ini daapt dikonfigurasikan
sebagai pin digital input untuk membaca nilai logika (0 dan 1) atau
sebagai pin digital output untuk mengendalikan modul-modul seperti
LED, relay, dan lain-lain. Pin yang berlabel “~” dapat digunakan untuk
membangkitkan PWM.

13. AREF
AREF merupakan singkatan dari Analog Reference. AREF terkadang
digunakan untuk mengatur tegangan referensi eksternal (antara 0 dan 5
volt) sebagai batas atas untuk pin-pin analog input.

2.8.2 POWER
Arduino uno untuk supply daya dapat melalui koneksi jalur USB atau
dengan sebuah power supply eksternal, sumber daya tersebut dapat dipilih secara
otomatis oleh board arduino. Supply eksternal (non-USB) dapat diperoleh dari
sebuah adaptor AC ke DC atau battery. Adaptor dapat langsung dihubungkan
dengan memasukkan sebuah center-positive plug yang panjangnya 2,1 mm ke
port power jack dari board arduino. Apabila menggunakan catu daya berupa
battery maka dapat langsung menyambungkan ke port arduino pin ground (GND)
dan pin power (Vin). Board arduino uno beroperasi pada catu daya eksternal 6-12
V. Jika supply yang diberikan kurang dari 5 V maka dapat dipastikan arduino uno
menjadi tidak stabil, dan apabila menggunakan catu daya lebih dari 12 V, dapat
memungkinkan IC voltage regulator menjadi kelebihan panas dan dapat
membahayakan board arduino itu sendiri. Range catu daya yang
direkomendasikan adalah antara 6-12 Volt DC. Berikut adalah konfigurasi pin
daya arduino uno R3:

1. Pin Vin, yaitu port input arduino yang digunakan untuk mensuplai daya
ke board arduino baik itu menggunakan sumber eksternal seperti baterai
atau USB.

2. Pin 5V, pin output ini merupakan tegangan 5 volt yang diatur dari
regulator pada board arduino. Board arduino juga dapat disuplai dengan
salah satu suplai DC power jack (7-12V), USB connector (5V), atau pin
Vin dari board. Memberikan suplai tegangan pada pin 5V atau 3,3V
sangat tidak dianjurkan karena akan merusak board arduino.
3. Pin 3,3V, merupakan sebuah suplai tegangan 3,3V yang dihasilkan oleh
IC voltage regulator untuk keperluan tertentu. Arus maksimum yang
dapat dilalui adalah 50mA.
4. GND, merupakan pin ground dari board arduino uno.

2.8.3 MEMORI
ATmega328 ini memiliki 32 KB dengan 0,5 KB digunakan untuk loading
file. Ia juga memiliki 2 KB dari SRAM dan 1 KB dari EEPROM.

2.8.4 INPUT DAN OUTPUT


Pin input dan output arduino uno berjumlah 14 pin dan dapat dioperasikan
menggunakan command pinMode(); digitalWrite(); dan digitalRead(). Fungsi-
fungsi tersebut beroperasi pada tegangan 5V. Setiap pin dapat menerima arus
maksimum sebesar 40mA serta memiliki sebuah resistor pullup sebesar 20-50
KΩ. Selain itu beberapa pin dari arduino uno juga memiliki fungsi dan fitur
spesial lainnya seperti:
1. Serial: 0 (RX) dan 1 (TX), yang digunakan untuk menerima (RX)
memancarkan (TX) data serial TTL (Transistor-Transistor Logic). Kedua
pin ini dihubungkan menuju pin-pin yang sesuai pada chip serial AT-
mega 8U2 atau 16U2 USB ke TTL.
2. External Interrupts: 2 dan 3, pin-pin ini dapat dikonfigurasikan untuk
memicu sebuah interrupts (gangguan) pada sebuah parameter, baik itu
berupa kenaikkan atau penurunan yang besar, atau terhadap suatu
perubahan nilai tertentu.
3. PWM: 3, 5, 6, 9, 10, dan 11, memberikan fungsi pulse width modulation
sebesar 8 bit output dengan command analogWrite();.
4. SPI: 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK), pin-pin ini berfungsi
sebagai serial komunikasi SPI mengunakan library SPI pada software
arduino IDE.
5. LED 13, adalah sebuah led tipe SMD yang terhubung ke pin digital 13
yang apabila diberikan command HIGH LED led menyala dan apabila
diberikan command LOW LED led akan mati.
6. TWI: pin A4 atau SDA dan pin A5 atau SCL, yaitu pin yang mendukung
fitur komunikasi TWI dengan menggunakan wire library.
7. AREF, yaitu pin referensi tegangan untuk input berupa analog, dapat
dipanggil menggunakan command analog Reference().
8. RESET, yaitu sebuah pin dengan fungsi untuk mereset mikrokontroller
ketika terjadi error atau untuk memblok sesuatu pada mikrokontroller.

2.9 Baterai Sekunder


Baterai rechargeable (baterai sekunder) adalah jenis baterai yang dapat di
isi ulang atau Rechargeable Battery. Pada prinsipnya, cara Baterai Sekunder
menghasilkan arus listrik adalah sama dengan Baterai Primer. Hanya saja, reaksi
kimia pada Baterai Sekunder ini dapat berbalik (Reversible). Pada saat Baterai
digunakan dengan menghubungkan beban pada terminal Baterai (discharge),
Elektron akan mengalir dari Negatif ke Positif.

Gambar 2.10 Batre Sekunder (Isi Ulang)

Sedangkan pada saat Sumber Energi Luar (Charger) dihubungkan ke


Baterai Sekunder, elektron akan mengalir dari Positif ke Negatif sehingga terjadi
pengisian muatan pada baterai. Jenis-jenis Baterai yang dapat di isi ulang
(rechargeable Battery) yang sering kita temukan antara lain seperti Baterai Ni-cd
(Nickel-Cadmium), Ni-MH (Nickel-Metal Hydride) dan Li-Ion (Lithium-Ion).
Sama halnya seperti baterai single use, baterai rechargeable juga terbagi
lagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Baterai Ni-Cd (Nickel-Cadmium)


Baterai Ni-Cd (NIcket-Cadmium) adalah jenis baterai sekunder (isi ulang)
yang menggunakan Nickel Oxide Hydroxide dan Metallic Cadmium sebagai
bahan Elektrolitnya.Baterai Ni-Cd memiliki kemampuan beroperasi dalam
jangkauan suhu yang luas dan siklus daya tahan yang lama. Di satu sisi,
Baterai Ni-Cd akan melakukan discharge sendiri (self discharge) sekitar 30%
per bulan saat tidak digunakan. Baterai Ni-Cd juga mengandung 15%
Tosik/racun yaitu bahan Carcinogenic Cadmium yang dapat membahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Saat ini, penggunaan dan penjualan
Baterai Ni-Cd (Nickel-Cadmiun) dalam perangkat Portabel Konsumen telah
dilarang oleh EU (European Union) berdasarkan peraturan “Directive
2006/66/EC” atau dikenal dengan “Battery Directive”.

b. Baterai Ni-MH (Nickel-Metal Hydride)


Baterai Ni-MH (Nickel-Metal Hydride) memiliki keunggulan yang hampir
sama dengan Ni-Cd, tetapi baterai Ni-MH mempunyai kapasitas 30% lebih
tinggi dibandingkan dengan Baterai Ni-Cd serta tidak memiliki zat berbahaya
Cadmium yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Baterai
Ni-MH dapat diisi ulang hingga ratusan kali sehingga dapat menghemat biaya
dalam pembelian baterai.Baterai Ni-MH memiliki Self-discharge sekitar 40%
setiap bulan jika tidak digunakan.Saat ini Baterai Ni-MH banyak digunakan
dalam Kamera dan Radio.

c. Baterai Li-Ion (Lithium-Ion)


Baterai jenis Li-Ion (Lithium-Ion) merupakan jenis Baterai yang paling
banyak digunakan pada peralatan Elektronika portabel seperti Digital
Kamera, Handphone, Video Kamera ataupun Laptop. Baterai Li-Ion memiliki
daya tahan siklus yang tinggi dan juga lebih ringan sekitar 30% serta
menyediakan kapasitas yang lebih tinggi sekitar 30% jika dibandingkan
dengan Baterai Ni-MH. Rasio Self-discharge adalah sekitar 20% per bulan.

2.10 GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)


GPS adalah singkatan dari Global Positioning System, merupakan System
Navigasi berbasis satelit yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan
Amerika yang didukung oleh 27 jaringan satelit. GPS terdiri dari 3 segmen:
Segmen angkasa, segmen control atau pengendali, dan segmen pengguna. Dimana
segmen angkasa terdiri dari 23 satelit yang beroperasi dalam 6 orbit pada
ketinggian 20.200 KM dan inklinasi 55 derajat dengan periode 12 jam (satelit
akan kembali ke titik yang sama dalam 12 jam). Satelit tersebut memutari
orbitnya sehingga minimal ada 6 satelit yang dapat dipantau pada titik manapun di
bumi ini. Satelit tersebut mengirimkan posisi dan waktu kepada pengguna di
seluruh dunia.

Gambar 2.11 GPS tracker GF-07

GF07 Magnetic Mini GPS Real-time


Nama Produk
Tracking Locator
Bahan Plastik

GPS Positioning Accuracy 500 meter


Baterai Li-ion battery 3.7V 400mAh

Stand By Time 12 hari

Working Time 4-6 hari

Charging Input AC 110 - 220V 50 / 60Hz

Charging Output DC 5.0V 300 - 500mA

Expansion Card mini TF card

Network Standard GSM / GPRS

Tabel 2.3 Spesifikasi GPS Tracker GF-07

2.11 MODULE CHARGER (TP 4056)


Lipo charger 1A ini adalah modul untuk mengisi ulang baterai lithium (li-on
rechargeable battery) 1 Ampere yang dilengkpi dengan dua lampu indikator,
masing-masing menunjukkan status saat mengisi ulng (charging) dan pada saat
battery terisi penuh (full charged).

Gambar 2.12 Bagian-bagian Modul Charger

Modul ini menggunaka IC TP4056 yang merupakan IC pengisian linear


untuk battery lithium-ion sel tulang dengan arus dan tegangan yang konstan yang
dilengkapi dengan pengatur suhu (thermal regulation). Tegangan pengisian
konstan di 4,2 Volt (akurasi ±1,5%). Fitur lain dari IC ini adalah pemantau arus,
pengunci tegangn kurang (under voltage lockout), pengisi ulang otomatis, dan dua
status pin yang mana pada modul ini dihubungkan ke led indikator.

Gambar 2.13 Modul Charger

Arus pengisian 1A
Tegangan input 4,5 –5,5 Volt
Tegangan pada saat baterai penuh 4,2 Volt
Akurasi 1,5 %
Warna indikator pda saat pengisian Merah
Warna indiktor pada saat baterai penuh Hijau
Soket muka Mikro USB
Suhu operasi -100c --850c
Berat netto 2,3 gram
Port input Javk mikro USB dan DC kontak
Tabel 2.4 Spesifikasi Modul Charger

2.12 REGULATOR STEP UP DC


Modul ini didasari oleh IC XL6009E1 yang merupakan modul step up
switching current (BOOST) kinerja tinggi. Modul ini digunakan untuk
memberikan tegangan output yang lebih besar dari tegangan input dengan jumlah
komponen eksternal yang minimum, pemakaian menjadi lebih mudah dan hemat
biaya. Regulator jenis ini memiliki jangkauan tegangan input yang besar dan
tegangan output yang dapat disesuaikan. Pada modul tugas akhir yang penulis
buat, penulis mengatur keluaran tegangan yang dibutuhkan arduino 9V dan GPS
tracker 5V, sesuai kebutuhan sistem.

Gambar 2.14 Regulator IC XL6009E1

Pins:
a. IN+ Input Positive
b. IN- Input Negative
c. OUT+ Outout positive
d. OUT- Output negative

Gambar 2.15 IC XL6009E1

GND Ground Pin


EN Pin low to turn off the device, drive it high to turn it
on.
SW Power Output Pin (SW).
VIN 5V to 32V DC voltage
FB feedback threshold voltage is 1.25V
Tabel 2.5 Spesifikasi Pin IC XL6009E1

2.13 MOTOR VIBRATOR

Motor Vibrator (penggetar) ini pada umumnya sama dengan jenis motor
dc lainnya. Motor jenis penggetar ini memanfaatkan beban pada logam yang
diapasang pada ujung motor untuk menghasilkan getaran. Motor jenis ini banyak
digunakan di bidang industri sebagai penggetar bahan yang diangkut conveyor.
Penggunaan lainnya yaitu : penggetar pada alat terapis, kontroler joystick game,
dan lain-lain.

Gambar 2.16 Motor Penggetar (Vibrator)

Items Specification

Related voltage 3.0V DC

Rated load Counter weight

Rotation C.W. (clockwise)

Motor position All positions


Operating voltage 2.2 ~ 3.6V DC

Operating conditions -30 ~ 700C, ordinary humidity

Storage conditions -40 ~ 800C, ordinary humidity

Tabel 2.6 Spesifikasi Motor Vibrator

BAB III

KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang proses perancangan alat bantu tongkat
tunanetra. Penelitian dilakukan sehingga dapat menentukan perancangan
spesifikasi sistem secara umum dan membuat sistem blok diagram alat bantu
tongkat tunanetra.

3.1. Spesifikasi

Pemodelan Tongkat yang penulis rancang mempunyai spesifikasi sebagai


berikut :

1. Nama Alat :RANCANG BANGUN


TONGKAT TUNANETRA MENGGUNAKAN
SENSOR ULTRASONIK DENGAN FITUR GPS
TRACKER DAN HEADSET
2. Tegangan supply : 9 VDC
3. Motor : Motor Vibrator 6-12 VDC
4. Sensor Jarak : Sensor Ultrasonik HC SR-04
5. Sensor Suara : Headset
6. Sistem kerja : Menggunakan IC Mikrokontroller Arduino Uno
7. Jarak Maksimal : ≤ 150 cm

3.2. Perencanaan Blok Diagram

Mikrokontroler
Sensor Ultrasoik Ardiuno Uno Jack
Headset
Sensor Ultrasoik
GPS Handphone
Tracker
Motor
Vibrator
Sensor Ultrasoik

Regulator Regulator
Baterai

Switch On/Off Modul Charger Switch On/Off

Gambar 3.1 Blok Diagram

3.3. Cara Kerja Blok Diagram


1. Modul Charger
Modul charger berfungsi untuk mengisi ulang kembali baterai secara
otomatis jika tegangan baterai telah habis.
2. Switch On/Off
Switch On/Off dipasang diantara modul charger dengan Regulator step up
DC. Switch On/Off berfungsi untuk mengalirkan atau memberhentikan
supply dari modul charger kepada Arduino Uno.
3. Regulator Step Up DC
Regulator Step Up DC ini berfungsi untuk menaikkan tegangan sebesar
3,7 Volt yang berasal dari baterai menjadi tegangan 9V untuk supply
tegangan di Arduino Uno dan 5V untuk tegangan di GPS Tracker.

4. Arduino Uno
Ketika diberi tegangan yang berasal dari baterai, maka arduino akan
bekerja sebagai otak dari sistem pengendalian tongkat tunanetra secara
keseluruhan. Setelah semua komponen mendapat supply dan aktif, sensor
ultrasonic bekerja sebagai pemancar gelombang melalui unit pemancar.
Ketika gelombang pada sensor ultrasonik mengenai objek, maka
gelombang akan dipantulkan kembali dan diterima oleh arduino uno
sehingga PWM pada arduino akan mengaktifkan suara pada headset dan
motor vibrator.
5. Sensor Ultrasonik HC SR-04
Sensor Ultrsonik akan bekerja ketika gelombang sensor ultrasonic
mengenai objek di sekitarnya pada jarak 150 cm. setelah jarak terbaca,
gelombang akan dipantulkan kembali dan diterima oleh arduino, sehingga
arduino memerintahkan motor vibrato aktif dan suara diterima headset.
6. Motor vibrator, berfungsi sebagai keluaran dari sinyal yang ditangkap oleh
HC-SR04. Getar akan keluar apabila mendapat sinyal dari mikrokontroler
dan akan bergetar sesuai perintah yang telah diatur pada program.
7. GPS Tracker
GPS berfungsi sebagai pelacak baik untuk tongkatjikaakan memberikan
sinyal posisi dimana tongkat atau orang yang memakai tongkat saat
kehilangan tongkat atau orang yang memakai tongkat tersebut. Metode
Penggunaannya adalah:
a. Masukkan kartu SIM 2G dan kartu memori
b. Masukkan kartu memori terlebih dahulu, kemudian masukkan
kartu SIM
c. Alat akan secara otomatis menyalakan lampu merah dengan
bersinar empat kali
d. Kemudian memasuki keadaan siaga dalam 30 detik
e. SMS teks 000 ke nomor GPS yang terdaftar, kemudian alat
membalas pesan Set; Binding + 6218—
f. SMS teks 555 ke nomor GPS yang terdaftar untuk Perekaman ,
kemudian alat membalas pesan Snd; perekaman dimulai 1
g. SMS teks 666 ke nomor GPS yag terdaftar untuk Callback kontrol
suara , kemudian mesin membalas pesan telepon; DT; telah
berhasil mengatur monitor suara, panggilan telepon alarm 1.
h. Alat secara otomatis memanggil nomor telepon yang terdaftar
i. SMS teks 777 ke nomor GPS yang terdaftar untuk Permintaan
lokasi GPRS, kemudian alat membalas pesan lokasi geografis
Google maps
j. Posisi langsung masuk ke situs web
k. SMS teks 888 ke nomor GPS yang terdaftar untuk membunyikan
nomor locator, kemudian alat membalas fitur hidup atau mati,
kapasitas baterai, kekuatan sinyal, frekuensi, kapasitas kartu TF
GPRS, dll
8. Switch on/off, berfungsi sebagai on/off pada alat.

Cara kerja blok diagram :


Supply listrik AC dialirkan ke melalui adaptor charger dan diubah menjadi
tegangan DC Volt. Kemudian tegangan DC tersebut akan dialirkan ke baterai
melalui adaptor charger sehingga terjadi pengisian pada baterai. Lalu ke modul
step up yang berguna untuk menaikkan tegangan sehingga bisa mensupply
arduino. Pada baterai dipasang switch on/off yang berfungsi untuk menghidupkan
dan mematikan alat tersebut. Ketika switch dalam posisi on maka baterai akan
memberikan supply kepada alat, alat aktif. Arduino akan mengatur kerja
rangkaian sesuai dengan perintah yang telah diberikan. Sensor HC-SR04 akan
membaca dan mendeteksi apakah ada benda atau tidak pada jarak yang telah
ditentukan. Jika terdapat benda pada jarak >50cm –100cm maka motor vibrator
akan bergetar. Apabila semakin dekat dalam jarakk 5cm –50cm maka motor
vibrator juga akan bergetaar diiringi dengan suara peringatan diheadset.

3.4. Perancangan Perangkat Lunak

Perangkat lunak adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai pengolah data
dan pemberi instruksi dari luar (output) maupun dari dalam (input). Dengan kata
lain yaitu perangkat lunak yang berkerja sebagai penggerak hardware atau
perangkat keras dalam modul ini melalui program-program yang diupload ke
mikrokontroler Arduino.

3.4.1 Diagram Alir (Flowchart)


Start

Instalasi

Terima data
dari ketiga
sensor

Tidak Ya
Jarak >50 Motor Vibrator On
s.d 100cm
Headset
On

Tidak Ya

Jarak >50 Motor Vibrator On


s.d 100cm Headset
On

Tidak Ya
Jarak >50 Motor Vibrator On
s.d 100cm Headset
On

Tidak
Selesai

Gambar 3.2 Flowchart

Program untuk mengawali alat bantu tunanetra ini adalah dengan cara
menekan tombol switch on/off. Setelah itu proses inialisasi dimulai oleh
mikrokontroler. Setelah itu adalah tahap pengambilan data jarak oleh sensor,
setelah jarak didapat maka proses selanjutnya adalah pengiriman data ke
mikrokontroler untuk dibaca dan dibandingkan dengan data yang telah di setting
pada mikrokontroler. Jika sensor HC-SR04 menunjukkan jarak yang disetting
pada mikrokontroler adalah >50cm s.d 100cm maka motor vibrator on dan Hedset
on. Jika tidak maka sensor akan membaca jarak kembali, Jika tidak maka sensor
jarak akan membaca jarak kembali, jika jarak yang dibaca adalah >100cm maka
motor getar off dan headset off. Jika tidak maka sensor kan membaca jarak
kembali, jika jarak yang dibaca adalah <5cm maka sensor getar off dan headset
off. Proses ini akan terjadi selama alat dalam kondisi aktif atau switch dalam
kondisi on.

3.5. Metode Penelitian Terapan

Gambar 3.1 Metode penelitian terapan

Keterangan alur Metode Penilitian Terapan sebagai berikut:

Perencanaan

Hal yang pertama kali dilakukan dalam pembuatan modul ini adalah
melakukan perencanaan dan perangcangan alat, antara lain;
a. Merancanakan blok diagram alat dan rangkaian alat serta komponen
alat.
b. Perencanaan Flowchart program alat.
c. Pembuatan program Mikrokontroler menggunakan aplikasi Arduino
Uno
1. Pembuatan
Setelah perencanaan selesai, proses pembuatan alat dimulai dengan tahap
pertama adalah pengumpulan semua komponen alat baik itu untuk sistem
mekanik dan sistem elektronik. Setelah itu, tahap pembuatan dimulai
sesuai konsep desain yang telah dibuat, baik itu desain mekanik dan fisik
serta rangkaian elektronik.
2. Pengujian Alat
Hal yang dilakukan selanjutnya adalah uji coba alat secara keseluruhan
dengan menyalakan alat kemudian melakukan pengecekan pada semua
sistem dari alat. Jika dalam proses uji fungsi terdapat kendala, langkah
troubleshooting akan ditempuh.
3. Pengambilan Data
Setelah dilakukan uji coba dan memastikan tidak ada masalah, maka tahap
selanjutnya yaitu pengambilan data. Peralatan yang dibutuhkan antara lain
Meteran. Pengambilan data dilakukan menentuan jarak ketika motor
vibrator bergetar ketika kena halangan di depan sensor ultrasonic.
4. Pengolahan dan Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan pengelompokkan dan
pengolahan serta analisa data menggunakan teori yang berkaitan dengan
alat yang dibuat.
5. Hasil dan Kesimpulan
Ho : Pembuatan Simulasi dapat bekerja sesuai dengan perencanaan

3.6. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,
mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif
dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis.

3.7 Teknik Pengambilan dan Analisa Data


Pengujian Ketahanan Baterai

Lama Waktu Rata-Rata (cm)


No Keadaan
1 2 3
1 Waktu pengisian hingga
baterai penuh.
2 Alat hidup,tidak ada
objek yang terdeteksi.
3 Alat hidup, ada objek
yang terdeteksi buzzer
off getar on setiap 5
menit.
4 Alat hidup, ada objek
yang terdeteksi buzzer
ongetar onsetiap 5 menit.
Tabel 3.1 Pengujian Baterai

Jarak (cm)
No Sudut
5 25 50
1 90°
2 60°
3 30°
4 0°
5 -30°
6 -60°
7 -90°
Tabel 3.2 Pengukuran Jarak dan Sudut (jarak 5cm s.d 50cm)

Jarak (cm)
No Sudut
5 25 50
1 90°
2 60°
3 30°
4 0°
5 -30°
6 -60°
7 -90°
Tabel 3.3 Pengukuran Jarak dan Sudut (jarak >50cm s.d 100cm)

No Jarak (cm) 90° 60° 30° 0° -30° -60° -90°


A G A G A G A G A G A G A G
1 5
2 25
3 50
Tabel 3.4 Pengujian Keberhasilan Headset dan Getar Pada Jarak 5cm s.d 50cm.

No Jarak (cm) 90° 60° 30° 0° -30° -60° -90°


H G H G H G H G H G H G H G
1 5
2 25
3 50
Tabel 3.5 Pengujian Keberhasilan Headset dan Getar Pada Jarak >50cm s.d
100cm.

Keterangan :
 H adalah Headset.
 G adalah getar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pamungkas TB. RANCANG BANGUN TONGKAT ULTRASONIK


PENDETEKSI HALANGAN DAN JALAN BERLUBANG UNTUK
PENYANDANG TUNANETRA BERBASIS ATMEGA16 [Internet]. 21
Febuari 2013; 2013. p. 8. Available from:
https://core.ac.uk/download/pdf/11067076.pdf?repositoryId=335

2. Lia Wulandari. PANTI SOSIAL BINA NETRADIKOTA PONTIANAK.


Pontianak: September 2018; 2018. p. 15.

3. Anonim. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993


tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. 12 April 2010; 1993.

4. Fauzan A. RANCANG BANGUN ALAT BANTU UNTUK


TUNANETRA MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK DAN
SISTEM PENENTUAN LOKASI BERBASIS MOBILE. Bogor;

5. Abidin HZ. Penentuan Posisi Dengan Menggunakan GPS dan Aplikasinya.


Bandung; 2007.

6. Jogiyanto. Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur


Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta; 1995.

7. Ridho. Permata Putra. 2017. p. 300.

8. Iwan Setiawan, ST. M. Buku Ajar Sensor Dan Transduser. 2009. p. 4.

9. K FN. Sensor UltrasonikHC-SR04. Makasar; 2016. p. 12.

10. Kho D. Pengertian Baterai dan Jenis-Jenisnya,” Komponen Elektronika.


[Internet]. 2016. Available from: http://teknikelektronika.com/pengertian-
baterai-jenis-jenis-baterai/

Anda mungkin juga menyukai