com
a. Konvensi Internasional :
Untuk mengatur kewajiban dan tanggung jawab dari perusahaan pelayaran dibuatlah perjanjian
internasional. Adapun perjanjian tersebut adalah :
Menurut The Hague Rules 1924, pertanggung jawaban pengangkut seperti yang terdapat
pada article 1 (2) yang berbunyi “ Carriage of the goods covers the period from the time
goods are loaded on to the time they are discharge from the ship “
Jadi pertanggung jawaban pengangkut, menurut The Hague Rules 1924 adalah, sejak saat
barang dimuat sampai barang dibongkar. Dengan demikian maka pertanggung jawaban
pengangkut itu berakhir sejak barang dibongkar dan diserahkan dekat kapal (delivery of
goods alongside the ship) seperti yang terlihat dalam kalimat “.... from the time when the
goods are loaded on to the time when they are discharge from the ship “
Dalam The Hamburg Rules 1978, mengenai pertanggung jawaban pengangkut dirumuskan
lebih terperinci. Hal ini dapat ditemukan dalam article 4 (Period of Responsibility).
Article 4 (1) : “ the responsibility of the carrier for the goods under this convention covers
the period during which the carrier is in charge of the goods at the port of loading,
during the carriage and at the port of discharge “
Dalam pasal ini dijelaskan bahwa, batas pertanggung jawaban pengangkut adalah pada saat
berada dibawah penguasaanya di pelabuhan pemuatan, Selama berlangsungnya
pengangkutan dan di pelabuhan pembongkaran.
Pasal 477 KUHD disebutkan juga bahwa Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang
disebabkan karena terlambat diserahkannya barang yang diangkut. Dalam pasal ini juga
menyebutkan bahwa, Pengangkyt bebas dari hal demikian bilamana ia dapat membuktikan
bahwa tidak diserahkannya barang atau kerusakan itu terjadi karena peristiwa yang tidak
dapat dicegah atau dihindarinya. Seperti ; akibat dari sifat keadaan atau cacat benda sendiri
atau karena bencana alam.
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia ( PP No. 17 Tahun 2008 )
Pada paragraf 2 Pasal 40 ayat (2) dinyatakan bahwa “Perusahaan angkutan di perairan
bertanggung jawab terhadap muatan kapal sesuai dengan jenis dan jumlah yang dinyatakan
dalam dokumen muatan dan/atau perjanjian kontrak pengangkutan yang telah disepakati “.
Merupakan Surat yang dibuat oleh Shipper yang ditujukan kepada Carrier /kapal untuk
menerima dan memuat muatan yang tertera dalam surat tersebut. Shipping Order berisi
data-data : Nama shipper, Nama Consignee di pelabuhan bongkar, Notify address,
Pelabuhan Muat, Pelabuhan Tujuan, Nama dan Jenis barang, Jumlah Berat dan Volume,
Shipping Mark, Total Nett Weight, Total Gross weight, Total Measurement, Freight and
charge, Commercial Invoice, No.L/C
Shipping Instruction merupakan sumber pengapalan, oleh karena itu kalau S/I sudah
diterima oleh agen pelayaran (accepeted by the agent) maka kedua belah pihak yaitu
shipper dan carrier terikat kepada kesepakatan pengapalan dan pengangkutan barang sesuai
yang tercantum dalam Shipping Instruction tsb.
Merupakan dokumen yang di buat oleh shipper (pengirim) ditujukan kepada master kapal,
dokumen ini menyatakan bahwa cargo telah di inspeksi oleh independent surveyor yang
menyatakan cargo aman untuk dimuat keatas kapal serta diangkut ke pelabuhan tujuan.
Surat tanda terima barang / muatan diatas kapal sesuai dengan keadaan muatan tersebut
yang ditanda tangani oleh mualim – I. Resi Mualim diberi catatan bila terdapat hal-hal yang
tidak sesuai atau perlu keterangan tambahan. Mate’s Receipt digunakan sebagai dasar
pembuatan dan penerbitan Konosemen atau Bill of Lading, sehingga apa yang tertera dalam
Mate receipt akan tertera dalam Konosemen (Bill of Lading).
d. Bill of Lading :
Bill of Lading adalah Dokumen angkutan barang melalui laut yang dikeluarkan Oleh
Perusahaan Pelayaran yang memiliki 3 (tiga) fungsi utama yaitu :
(1). Sebagai bukti penerimaan barang diatas kapal, yaitu pihak pengangkut (carrier)
menyatakan telah menerima barang milik shipper diatas kapal untuk diangkut ke suatu
pelabuhan tujuan.
(2). Bukti pemilikan atas barang ( document of title ), yang menyatakan Bahwa orang yang
memegang B/L merupakan pemilik atas barang-Barang yang tercantum di dalamnya.
(3). Sebagai Surat Perjanjian Pengangkutan, yakni perjanjian antara 3 (tiga) pihak ( Shipper,
Carrier dan Consignee ) Untuk memenuhi ke-tiga fungsi tersebut, maka pemberitahuan yang
tercamtum didalamnya dapat meliputi :
- Kondisi barang
- Carrier (Pengangkut)
Secara umum Bill of Lading dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis Diantaranya :
B/L yang ditandatangani dan dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran, bilamana barang-
barang yang akan dikirim sesuai yang tercamtum dalam Bill of Lading (B/L) benar-benar
telah berada atau dimuat diatas kapal.
B/L yang menunjukkan bahwa barang-barang telah diterima oleh perusahaan pelayaran,
tetapi belum dimuat atau dikapalkan sampai pada batas waktu yang ditetapkan dalam L/C
yang ersangkutan.
Resiko yang mungkin akan terjadi pada B/L jenis ini adalah :
4. Liner B/L
B/L yang dikeluarkan untuk pengangkutan barang dengan kapal yang telah memiliki jalur
perjalanan serta persinggahan yang terjadwal dengan baik
B/L yang digunakan apabila pengangkutan barang menggunakan “charter” (sewa borongan
sebagian / sebuah kapal)
Disamping B/L tersebut diatas, terdapat juga beberapa klasifikasi B/L menurut :
Jenis B/L ini jarang digunakan. Yang dimaksud dengan “bearer” adalah pemegang B/L dan
karena itu setiap orang yang memegang atau memiliki B/L tersebut dapat menagih barang-
barang yang tersebut pada B/L. Jenis ini mencantumkan kata “bearer” di bawah alamat
consignee.
2. Order B/L
Pada B/L ini akan tercantum kalimat “consigned to order of” di depan atau di belakang nama
consignee atau kepada notify address. Biasanya syarat B/L demikian ini ditandai dengan
mencantumkan kata order pada kotak consignee pada B/L yang bersangkutan. Pemilikan
B/L ini dapat dipindahkan oleh consignee kepada orang lain dengan endorsement yaitu
menandatangani bagian belakang B/L tersebut.
B/L diterbitkan dengan mencantumkan nama si penerima barang (consignee) maka B/L
tersebut disebut B/L atas nama (straight B/L). Pada straight B/L menggunakan kata-kata
“consigned to” atau “to” yang diletakkan diatas alamat dari consignee tersebut. Apabila
diinginkan pemindahan hak milik barang-barang tersebut maka haruslah dengan cara
membuat pernyataan pemindahan hak milik yang disebut declaration of assignment, dan
tidak dapat dilakukan hanya dengan cara endorsement.
1.Direct B/L
B/L yang dikeluarkan untuk pengangkutan barang yang menggunakan kapal langsung dari
pelabuhan pemuatan sampai ke pelabuhan tujuan.
2. Through B/L
B/L yang dikeluarkan bila mana dalam pengangkutan barang terjadi transshipment akibat
dari tidak tersedianya jasa langsung ke pelabuhan tujuan.
(iii). Menurut Perlakuannya
1.Clean B/L
B/L yang didalamnya terdapat catatan tentang kondisi barang yang tidak sesuai dengan
shipping Instruction atau Mate’s Receipt dan terdapat kerusakan pada kemasan barang
Pengertian Cargo manifest adalah daftar muatan kapal yang memiliki pelabuhan tujuan yang
sama, yang merupakan rekapitulasi dari Bill of Lading. Dalam cargo manifest berisi
informasi mengenai jumlah barang yang dimuat dikapal serta informasi pengirim dan
penerima barang. Sedangkan freight manifest memberikan informasi mengenai freight rates,
surcharges, potongan harga, dll.
Suatu surat yang menyatakan kepemilikan atas barang atau muatan. Dimana D/O dapat
diperoleh dengan menukarkan original Bill of Lading di pelabuhan tujuan.
adalah Surat Jaminan yang dibuat oleh Shipper untuk memperoleh Clean B/L, dimana
Shipper akan bertanggung jawab apabila timbul Claim atas kondisi barang tersebut.