PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan Atresia Ani.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. MengetahuiPengertiandari Atresia Ani.
2. MengetahuiEtiologi Atresia Ani.
3. MengetahuiKlasifikasi Atresia Ani.
4. MengetahuiPatofisiologidari Atresia Ani.
5. MengetahuiManifestasiKlinis Atresia Ani.
6. MengetahuiPenatalaksanaandari Atresia Ani.
7. MengetahuiAsuhankeperawatandari Atresia Ani.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
2.3 Klasifikasi
3
yang normal, rektum menembus muskulus levator ani sehingga jarak kulit
dan rektum paling jauh 2cm. Tipe dari kelainan rendah antara lain adalah
anal stenosis, imperforata membrane anal, dan fistula ( untuk laki-laki
festula ke perineum, skrotum atau permukaan penis, dan untuk perempuan
anterior ektopik anus atau anocutaneus fistula merupakan fistula ke
perineal, vestibular atau vaginal).
2.4 Patofisiologi
4
ada kelengkapan migrasi dan perekembangan struktur kolon antara 7 dan 10
minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena
kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak
ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus menyebabkan fekal tidak
dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi.
5
Gangguan Pertumbuhan selama
kehamilan pada trimester 1
ATRESIA ANI
Peningkatan tekanan
intra abdominal Reabsorpsi sisa Mikroorganisme
metabolisme tubuh masuk saluran kemih
Iritasi mukosa
MK : Resiko
infeksi
MK : Resiko
kerusakan integritas
kulit 6
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada klien dengan atresia ani antara lain mekonium
tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran atau keluar melalui saluran
urin, vagina atau fistula. Distensi abdomen dapat terjadi brtahap dalam 8-24 jam
pertama. Pemeriksaan fisik ditemukan adanya tanda-tanda obstruksi usus dan
adanya konstipasi. Muntah pada bayi umur 24048 jam atau bila bayi diberi makan
juga perlu di perhatikan. Pembukaan anal terbatas atau adanya misplaced
pembukaan anal. Lebih dari 50% klien dengan atresia ani mempunyai kelainan
cognietal lain.
2.6 Penatalaksanan
7
kemudian dilakukan mandiri. Klien dengan anal stenosis, dilatasi anal
dilakukan 3x sehari selama 10-14 hari. Dilatasi anal dilakukan dengan
posisi lutut fleksi dekat ke dada. Dilator anal dioleskan cairan/minyak
pelumas dan dimasukkan 3-4 cm ke dalam rektal.
Pada perawatan postoperatif anosplasty, dilatasi anal dilakukan beberapa
minggu (umumnya 1-2 minggu) setelah pembedahan. Dilatasi anal
dilakukan dua kali sehari selama 30 detik setiap hari dengan menggunakan
Hegar Dilator. Ukuran dilator harus diganti setiap minggu ke ukuran yang
lebih besar. Ketika seluruh ukuran dilator dapat dicapai, kolostomi dapat
ditutup, namun dilatasi tetap dilanjutkan dengan mengurangi frekuensi .
3. Anoplasty
Anoplasty dilakukan selama periode neonatal jika bayi cukup umur dan
tanpa kerusakan lain. Operasi ditunda paling lama sampai usia 3 bulan jika
tidak mengalami konstipasi. Anoplasty digunakan untuk kelainan
rektoperineal fistula, rektovaginal fistula, rektovestibular fistula,
rektouretral atresia rectum.
1. Toilet Training
8
Toilet training dimulai pada usia 2 – 3 tahun. Menggunakan
strategi yang sama dengan anak normal, misalnya pemilihan tempat duduk
berlubang untuk eliminasi dan atau penggunaan toilet. Tempat duduk
berlubang untuk eliminasi yang tidak ditopang oleh benda lain
memungkinkan anak merasa aman. Menjejakkan kaki ke lantai juga
memfasilitasi defekasi.
2. Bowel Management
3. Diet Konstipasi
Makanan disediakan hangat atau pada suhu ruangan, jangan terlalu
panas/ dingin. Sayuran dimasak dengan benar. Menghindari buah-buahan
dan sayuran mentah. Menghindari makanan yang memproduksi gas/
menyebabkan kram, seperti minuman karbonat, permen karet, buncis, kol,
makanan pedas, pemakaian sedotan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ATRESIA ANI
9
3.1 Pengkajian
1. IdentitasPasien
Nama, Tempat tgl lahir, umur , Jenis Kelamin, Alamat, Agama, Suku
Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan , No. CM, Tanggal Masuk RS, Diagnosa
Medis.
2. Riwayatkesehatan
a. Keluhan Utama : Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung dan membuncit,
tidak bisa buang air besar, meconium keluar dari vagina atau meconium
terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah setelah
24-48 jam pertama kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan
kelainan/ penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh angota
keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak
mempengaruhi kejadian atresia ani
3. Polafungsikesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa
yang dirasakan dan apa yang diinginkan
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena
masih bayi.
c. Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
10
d. Pola nutrisi metabolik
Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
e. Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium
f. Pola kognitif perseptual
Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientas i
dengan baik pada orang lain
g. Pola konsep diri
- Identitas diri : belum bisa dikaji
- Ideal diri : belum bisa dikaji
- Gambaran diri : belum bisa dikaji
- Peran diri : belum bisa dikaji
- Harga diri : belum bisa dikaji
h. Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah.
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan.
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan
orang lain secara mandiri.
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon
terhadap adanya suatu masalah.
4. Pemeriksaanfisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah
anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus
obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh
jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium
dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (FKUI, Ilmu
Kesehatan Anak:1985).
11
Pemeriksaan Fisik Head to toe
1. Tanda-tanda vital
- Nadi : 110 X/menit.
- Respirasi : 32 X/menit.
- Suhu axila :37º Celsius.
2. Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal
hematom.
3. Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva,
tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, conjungtiva tampak
agak pucat.
4. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan
cupinghidung, tidak ada pus dan lendir.
5. Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus,
tidakcheilochisis.
6. Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago
berbentuksempurna
7. Leher
Tidak ada webbed neck.
8. Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel
shest,pernafasan normal
9. Jantung
Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur
12
10. Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasa/tumor,
tidakterdapat perdarahan pada umbilicus
11. Genitalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada
hipospandiapada penis, tidak ada hernia sorotalis.
12. Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-
kadangtampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan kedalam
anus tertahanoleh jaringan. Pada auskultasi terdengar peristaltic.
13. Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun
kaki dankukunya tampak agak pucat
14. Punggung
Tidak ada penonjolan spina gifid
15. Pemeriksaan Reflek
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +
d. Grip +
e. Plantar +
3.2 DiagnosaKeperawatan
1. Dx pre operasi
a. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya
intake,muntah.
c. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit danprosedur perawatan.
13
2. Dx Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf
jaringan.
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
c. Resiko infeksi Berhubungan dengan prosedur pembedahan.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
3.3 IntervensiKeperawatan
1. Diagnosa Pre Operasi
14
menurunnya selama 1x 24 pemasangan 2. Mencegah
intake, jam infus dehidrasi
muntah Klien dapat dan berikan 3. Mengetahui
mempertahankan cairan kehilangan
keseimbangan IV cairan
cairan 3. Observasi melalui suhu
KH: Output urin TTV tubuh
1-2 4.Monitor yang tinggi
ml/kg/jam, capill status 4. Mengetahui
ary refill 3-5 hidrasi tandatanda
detik, trgor kulit (kelembaban Dehidrasi
baik, membrane membran
mukosa lembab mukosa,
nadi adekuat,
takanan darah
ortostatik)
3. Cemas Setelah 1. Jelaskan dg 1. Agar orang
orang tua dilakukan istilah yg tua
b/d kurang tindakan dimengerti mengerti
pengetahuan keperawatan tentang kondisi
tentang selama 1x 24 anatomi dan klien
penyakit jam fisiologi 2. Pengetahuan
dan Kecemasan saluran tersebut
prosedur orang pencernaan diharapkan
perawatan tua dapat normal. dapat membantu
berkurang 2. Gunakan menurunkan
KH: Klien tidak alat, kecemasan
lemas media dan 3. Membantu
gambar mengurangi
Beri jadwal kecemasan klien
studi
15
diagnosa
pada
orang tua
3. Beri
informasi
pada orang
tua
tentang
operasi
kolostomi
16
normal, yang tertekan penyembuhan
elastisitas 5. Monitor luka
dalam batas status
normal, nutrisi klien
hidrasi dalam
bats
normal,
pigmentasi
dalam batas
normal,
perfusi
jaringan
baik.
2. Resiko Setelah 1. Monitor 1. mengetahui
infeksi b/d dilakukan tanda dan tanda infeksi
prosedur tindakan gejala infeksi lebih dini
pembedaha keperawatan sistemik dan 2.
n selama lokal menghindari
1 x 24 jam 2. Batasi kontaminasi
diharapkan pengunjung dari
klien 3. pengunjung
bebas dari Pertahankan 3. mencegah
tandatanda teknik cairan penyebab
infeksi asepsis pada infeks
KH : bebas klien 4. mengetahui
dari yang beresiko kebersihan
tanda dan 4. Inspeksi luka
gejala kondisi dan tanda
infeksi luka/insisi infeksi
bedah 5. Gejala
5. Ajarkan infeksi
17
keluarga dapat di
klien tentang deteksi
tanda dan lebih dini
gejala 6. Gejala
infeksi infeksi
6. Laporkan dapat segera
kecurigaan teratasi
infeksi
3.4 ImplementasiKeperawatan
1. Diagnosa Pre oprasi
18
(kelembaban
membran
mukosa, nadi
adekuat, takanan
darah ortostatik)
Cemas orang 1. Menjelaskan
tua b/d kurang dengan istilah yg
pengetahuan dimengerti
tentang tentang anatomi
penyakit dan dan
prosedur fisiologi saluran
perawatan pencernaan
normal.
2. Menggunakan
alat, media dan
gambar
2. Memberi
jadwal studi
diagnosa
pada orang tua
3. Memberi
informasi pada
orangtua tentang
operasi
kolostomi
19
tempat tidur
2. Menjaga
kebersihan kulit
agar
tetap bersih dan
kering
3. Memonitor
kulit akan
adanya
kemerahan
4. Mengoleskan
lotion/baby oil
pada
daerah yang
tertekan
5. Memonitor
status nutrisi
klien
Resiko infeksi 1. Memonitor
b/d prosedur tanda dan gejala
pembedahan infeksi sistemik
dan lokal
2. Membatasi
pengunjung
3.
Mempertahanka
n teknik cairan
asepsis pada
klien yang
beresiko
4. Menginspeksi
20
kondisi
luka/insisi
bedah
5. Mengajarkan
keluarga klien
tentang tanda
dan gejala
infeksi
6. Melaporkan
kecurigaan
infeksi
21
volume cairan keseimbangan
b/d cairan
menurunnya O : Output urin
intake, 1-2
muntah ml/kg/jam,
capillary refill 3-
5
detik, turgor
kulit baik,
membrane
mukosa lembab
A : Diagnosa
keperawatan
Resiko
kekurangan
volume cairan
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
Cemas orang S : orang tua
tua b/d kurang mengatakan
pengetahuan sudah
tentang tidak cemas
penyakit dan O : klien tidak
prosedur lemas
perawatan A : Diagnosa
Keperawatan
Cemas
orang tua
Teratasi
P : Intervensi
22
dihentikan
23
P : Intervensi
dihentikan
Resiko infeksi S : Klien
b/d prosedur sudah tidak
pembedahan mengalami
infeksi
O : tanda
gejala infeksi
tidak ada
A : Diagnosa
Keperawatan
Resiko
infeksi teratasi
P : Intervensi
dihentikan
24
DAFTAR PUSTAKA
https://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/askep-atresia-ani/
http://dokumen.tips/documents/ppt-atresia-ani.html
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351612-PR-Ade%20Kurniah.pdf
Alimul, aziz. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. 2008.
Jakarta : salemba medika
25
26