Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pemograman Dasar
366 – Jurnal Pendidikan Vokasi
blocks yang bersifat case sensitive, sehingga dari sarana yang ada di dalam laboratorium
menuntut siswa untuk lebih teliti dan fokus 11,43% komputer yang ada tidak dapat
dalam penulisan kode program. Materi tipe dioprasikan. Keterbatasan tersebut membuka
data sangat penting dalam penulisan sebuah peluang pada siswa melakukan kegiatan selain
kode program karena menentukan pengolahan belajar.
input dan output dari program. Penilaian hasil Hasil ulangan Akhir Semester Genap
belajar pada mata pelajaran pemograman (UAS) kelas X tahun pelajaran 2011/2012
dasar selama ini masih terfokus pada produk dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang pada
(hasil akhir) bukan pada proses. Penilaian mata pelajaran pemograman dasar tergolong
yang hanya berdasarkan produk tidak dapat masih rendah. Daya serap siswa cukup tinggi
mengoptimalkan penilaian, sehingga memicu mencapai 82,71%, akan tetapi ketuntasan
siswa mengerjakan soal praktik dengan cara try klasikal yang dicapai hanya 41,67%.
and error tanpa memperdulikan alur program. keberhasilan suatu pembelajaran dikatakan
Hal tersebut mengakibatkan kurang minatnya tuntas, jika jumlah siswa yang telah mencapai
siswa untuk belajar pemograman dasar yang nilai KKM sebanyak minimal 85% dari total
berimbas kepada prestasi belajar yang tidak siswa (Trianto, 2012, p.241). Maka dari itu,
meningkat. salah satu cara alternatif yang dapat digunakan
Ada dua jenis utama dari programmer sebagai usaha meningkatkan hasil belajar
pemula yang ditandai dengan saat bertemu adalah dengan meningkatkan pemahanam
dengan masalah yang dilakukan yaitu “berhenti” dan penguasaan materi pada diri siswa untuk
dan “penggerak”. Ketika dihadapkan dengan melakukan praktik. Keterbatasan waktu
masalah programmer akan berhenti bekerja dan dalam melakukan praktikum, sehingga kurang
mencari bantuan, sedangkan penggerak akan interaksi dalam proses belajar mengajar antara
terus berusaha untuk memecahkan masalah guru dengan siswa. Akibat dari kurangnnya
dengan umpan balik dari kode program baik interaksi dalam proses belajar mengajar
secara aktif atau tidak aktif. Hal tersebut menyebabkan tingkat pemahaman siswa
dipengaruhi oleh penguasaan materi dasar terhadap materi yang disampikan oleh guru
dan motivasi belajar. Penguasaan materi dasar tidak maksimal. Oleh sebab itu, diperlukan
secara mendalam dapat mengurangi kesalahan suatu media pembelajaran yang mampu
yang berakibat errornya sebuah program, menyajikan materi tanpa batasan tertentu.
sedangkan motivasi belajar dapat membantu
Penerapan media pembelajaran sebagai
siswa untuk menjadi “penggerak” sebagai
sumber belajar diharapkan dapat meningkatkan
programmer pemula. Mc. Donald menyatakan
pemahaman siswa yang diiringi peningkatan
“motivation is an energy change within the
prestasi belajar. Sejalan dengan penelitian
person characterized by effective arousal
yang dilakukan oleh Yunita Shintania (2010),
and anticipatory goal reaction” (Sardiman,
Agus Kamaludin (2011), dan Iqma Novianti
2011, p.73). Motivasi merupakan perubahan
(2010) yang menyatakan bahwa hasil belajar
energi yang terjadi dalam diri seseorang yang
siswa yang menggunakan media pembelajaran
ditandai dengan munculnya efektif dan reaksi
modul dinyatakan efektif untuk diterapkan
untuk mencapai tujuan. Seorang programmer
dalam proses pembelajaran berdasarkan
pemula membutuhkan motivasi belajar dalam
penilaian unjuk kerja siswa yang menunjukkan
menyelesaikan permasalahan melalui program.
ketuntasan. Oleh sebab itu, ketersediaan modul
Faktor kunci bagi kesuksesan pembelajaran
pelajaran pemograman sangat dibutuhkan
adalah motivasi belajar (Reid, 2009, p.19).
baik media pembelajaran berupa software atau
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa harus dimulai dari peningkatan media pembelajaran cetak sebagai sumber
motivasi belajar. materi.
Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pemograman Dasar
368 – Jurnal Pendidikan Vokasi
adalah sesuatu yang digunakan ketika ingin Karakteristik siswa dilihat dari segi
berkomunikasi dengan orang-orang secara perekonomian cukup heterogen dimana tidak
tidak langsung, daripada secara langsung atau semua siswa memiliki komputer PC/Laptop di
melalui kontak tatap muka. Pembelajaran rumah, sehingga diharapkan dengan penerapan
dengan berbantuan media pembelajaran dapat modul siswa dapat mengulang materi tersebut
memberikan keleluasaan pada siswa untuk berkali-kali agar mampu memahami materi
belajar sendiri sesuai dengan kemampuan pembelajaran tersebut. Penggunaan media
dan gaya belajar masing-masing. Media pembelajaran modul berdiri sendiri yang
pembelajaran dapat meningkatkan ketertarikan artinya tidak tergantung pada perangkat
dan interaksi, meningkatkan efisiensi lain. Proses belajar memerlukan komputer
dan kualitas hasil belajar, menumbuhkan sebagai pengaplikasian dari isi modul,
sikap positif siswa, mengubah peran guru, tanpa mengurangi keefektifan modul dalam
mengkongkritkan materi yang abstrak, meningkatkan pemahaman siswa dalam
membantu mengatasi keterbatasan panca belajar. Di dalam modul telah terdapat materi
indra, dan meningkatkan daya retensi siswa sehingga siswa tidak perlu mencatat materi
(Supriatiningrum, 2013, p.321). Selain itu, yang disampaikan oleh guru, siswa hanya perlu
dengan media pembelajaran dapat membantu memperhatikan dan memahami penjelasan
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dari guru. Berkurangnya kegiatan mencatat
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan dapat menghemat waktu dalam penyampaian
materi dan memoptimalkan waktu pada saat
penafsiran data, memadatkan informasi,
melakukan praktikum. Media pembelajaran
serta membangkitkan motivasi dan minat
modul ini juga sangat fleksibel artinya dapat
siswa dalam belajar (Kustandi & Sutjipto,
digunakan kapan saja dan dimana saja tidak
2013, p. 19). Penerapan media pembelajaran
dibatasi ruang dan waktu (Hogan & Garling,
sangat dibutuhkan karena berperan dalam
2008, p.5).
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Proses belajar mengajar dengan bantuan
Penerapan alat bantu pembelajaran berupa
media pembelajaran modul ini, diharapkan
modul karena mengingat kemampuan daya
dapat meningkatkan pemahaman belajar
serap dan cara belajar siswa yang berbeda- praktik siswa yang akan diikuti dengan
beda. “Each learner has his or her own learning meningkatnya hasil belajar. Keberhasilan
style”. Bahwa setiap siswa memiliki gaya proses belajar mengajar dapat diukur dari
belajar sendiri (Alias, 2012, p.84). Keleluasaan keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan
yang diberikan kepada siswa untuk melakukan pembelajaran tersebut. Peningkatan prestasi
pembelajaran dengan gayanya sendiri dapat belajar dapat dilihat dari tingkat pemahaman
meningkatkan kenyamanan belajar yang dan penguasaan materi untuk melakukan
mengakibatkan meningkatnya motivasi belajar. praktik yang diukur melalui hasil belajar.
“It has been observed that when instruction Semakin tinggi tingkat pemahaman dan
is aligned with the learner’s learning styles penguasaan materi dalam melakukan praktik,
learning achievements will increase together maka semakin tinggi tingkat keberhasilan
with affective and motivational advantages “. pembelajaran.
Ketika instruksi sejalan dengan gaya belajar Keberhasilan pembelajaran dalam
siswa maka akan meningkatkan prestasi belajar Kurikulum 2013 diukur dari tiga aspek. Aspek
dan bersama dengan dengan keefektifan dan penilaian pembelajaran pada kurikulum 2013,
meningkatkan motivasi (Aviles & Moreno yaitu: aspek sikap, aspek pengetahuan, dan
dalam Alias, 2014, p. 30). Modul merupakan aspek psikomotor. Pelaksanaan Kurikulum
satuan program belajar mengajar yang terkecil, 2013 menerapkan pendekatan saintifik atau
yang dipelajari oleh siswa sendiri secara scientific approach yang sering dikenal dengan
perorangan atau diajarkan oleh siswa kepada pendekatan ilmiah. Langkah pembelajaran
dirinya sendiri (Winkel, 2009, p.472). Belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik
sendiri dapat meningkatkan rasa tanggung disesuaikan dengan standar kelulusan,
jawab siswa terhadap apa yang telah dilakukan. yakni pengembangan aspek sikap, aspek
Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pemograman Dasar
370 – Jurnal Pendidikan Vokasi
pemrograman dasar pada kelas X semester pernyataan negatif diberi skor sebaliknya yaitu
dua merupakan pelajaran penerapan, sehingga 1 – 4.
pengumpulan data dilakukan di laboratorium.
Teknik pengumpulan data pada hasil belajar Teknik Analisis Data
(pengetahuan dan praktikum) menggunakan Data analisis motivasi belajar didapatkan
form penilaian dengan indikator penilaian, dengan instrument berbentuk checklist dalam
yaitu: pengetahuan, proses, hasil, dan penilaian skala Likert, dengan leluasa kemudian dianalisa
waktu. untuk dirubah menjadi data kuantitatif, data
Lembar angket yang digunakan dalam tersebut dianalisis menggunakan analisis
penelitian ini untuk mendapatkan informasi statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif
mengenai motivasi belajar siswa, terhadap dilakukan untuk memperoleh skor tentang
penerapan media pembelajaran modul. motivasi belajar. Data tersebut selanjutnya
Penggunaan angket motivasi belajar bertujuan digolongkan kedalam skor baku.
untuk mengetahui seberapa peningkatan Data analisis penilaian sikap (afektif)
motivasi belajar siswa dengan penerapan media didapatkan dengan instrument berbentuk
pembelajaran modul tersebut. Meningkatnya checklist dalam skala Likert, kemudian
motivasi belajar siswa diasumsikan dapat dianalisa untuk dirubah menjadi data kuantitatif,
mempengaruhi peningkatan hasil belajar. data tersebut dianalisis menggunakan analisis
Lembar angket motivasi belajar siswa disusun statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif
dengan menggunakan skala Likert dengan dilakukan untuk memperoleh skor tentang
5 (lima) pilihan, yaitu: Sangat Setuju (SS), penilaian sikap. Data tersebut selanjutnya
Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), digolongkan kedalam skor baku.
dan Sangat Tidak Setuju (STS). Penskoran Penyekoran angket penilaian sikap antar
Pernyataan angket motivasi terdiri dari teman dilakukan dengan rentang 1 sampai 4.
peryataan yang bersifat positif dan negatif. Perhitungan analisis data berdasarkan pada skor
Terdapat perbedaan penilaian dari kedua rata-rata indikator pernyataan. Menentukan
pernyataan tersebut. Untuk pernyataan positif kriteria keberhasilan hasil penilaian sikap
diberi skor 4 untuk kategori Sangat Setuju, skor menggunakan klasifikasi konversi skor
3 untuk kategori Setuju, skor 3 untuk kategori penilaian.
Ragu-ragu, skor 2 untuk kategori Tidak setuju,
dan skor 1 untuk kategori Sangat Tidak Setuju. Tabel 1. Kategori Penilaian Sikap
Penskoran untuk pernyataan negatif dari 1 – 4.
Interval skor Kategori
Angket yang digunakan dalam pe-
3,66 – 4,00 Sangat baik
ngumpulan data tentang motivasi belajar
siswa menggunakan angket model ARCS 2,66 – 3,65 Baik
yang dikembangkan oleh Keller. Angket 1,66 – 2,65 Cukup
motivasi belajar model ARCS terdiri dari 4 1,00 – 1,65 Kurang
(empat) indikator, yaitu: perhatian, relevansi, Sumber: Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013
kepercayaan diri, dan kepuasan.
Pengukuran kognitif dilakukan dengan
pemberian soal pilihan ganda dan untuk HASIL PENELITIAN DAN
mengukur kemampuan psikomotor dilaku- PEMBAHASAN
kan dengan praktik yang penilaiannya
menggunakan skala penilaian (rating scale) Siklus Pertama
yang dilengkapi dengan rubrik. Ketercapaian ketuntasan siswa mencapai
Penilaian sikap menggunakan penilaian 23 orang dengan persentase sebesar 67,65%
antar teman. Pernyataan angket penilaian sikap dan 11 orang belum tuntas dengan persentase
antar teman terdiri dari peryataan yang bersifat sebesar 32,35%. Standar deviasi (SD) sebesar
positif dan negatif. Penilaian untuk pertanyaan 0,70 penyimpangan data nilai yang diperoleh
positif diberi skor 4 - 1, sedangkan untuk siswa memiliki variabilitas tinggi. Persentase
Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pemograman Dasar
372 – Jurnal Pendidikan Vokasi
penyimpangan data nilai yang diperoleh siswa Berdasarkan Tabel di atas, menunjukkan
variabilitas mulai menurun. adanya peningkatan jumlah siswa yang masuk
kedalam kategori sangat baik sebanyak 4 siswa
85.00 80.88
78.68 sekitar 11,76%, baik sebanyak 22 siswa sekitar
80.00 75.7475.74 76.4776.47 70,59%, dan cukup sebanyak 8 siswa sekitar
75.00 71.32 17,65%. Jadi siswa yang lulus pada nilai sikap
70.00 sebesar 82,35% Penilaian sikap menunjukkan
65.00 masih tingginya persentase kegiatan negatif
1 2 3 4 5 6 7 yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung.
Hal tersebut terjadi dikarenakan keaktifan yang
skor rata-rata (%) mulai meningkat sehingga ada beberapa siswa
memanfaatkan situasi tersebut.
Gambar 3.
Gambar 3. Persentase
Persentase Skor
Skor Rata-Rata
Rata-Rata
Hasil motivasi belajar siswa pada siklus
Keterangan kedua dikategorikan, sebagai berikut:
1. Mendengarkan penjelasan dari guru
2. Memakai seragam sesuai tata tertib Tabel 5. Frekuensi Motivasi Belajar Siklus
3. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru Kedua
4. Membuat kegaduhan/keributan di dalam kelas
5. Mengganggu teman saat belajar Kategori Frekuensi Persentase
6. Melakukan kegiatan lain pada saat guru Sangat baik 0 0%
menjelaskan Baik 31 91,18%
7. Terlambat memasuki ruang belajar
Cukup 3 8,82%
Berdasarkan gambar di atas, persentase
siswa yang mendengarkan penjelasan dari guru Kurang 0 0%
sebesar 80,88%, siswa yang menggunakan
seragam bengkel pada saat pelajaran praktik Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan 31
sebesar 75,74%, siswa yang telah mengerjakan orang masuk kategori Baik dengan persentase
tugas yang diberikan oleh guru sebesar 75,74%. 91,18% dan jumlah siswa yang masuk kategori
Siswa yang melakkukan tindakan negatif Cukup sebanyak 3 orang dengan persentase
saat proses pembelajaran berlangsung seperti 8,82%.Terdapat penurunan jumlah siswa yang
membuat kegaduhan/keributan di dalam kelas masuk dalam kategori Cukup. Penurunan
sebesar 76,47%, menganggu teman saat belajar disebabkan oleh jumlah siswa yang kurang
sebesar 76,47%, melakukan kegiatan lain pada memperhatikan materi pelajaran mulai
saat guru menjelaskan sebesar 71,32%, dan berkurang, sehingga rasa percaya diri siswa
siswa yang terlambat memasuki laboratorium meningkat. Selain dari pada itu, siswa yang
sebesar 78,68%. jumlah siswa yang melakukan pasif ketika mengikuti pembelajaran jumlahnya
kegiatan negative masih cukup tinggi. sudah mulai berkurang. Penurunan tingkat
Berdasarkan hasil analisis statistik kepasifan terlihat ketika guru memberikan
deskriptif terhadap skor rata-rata yang kesempatan untuk bertanya materi yang belum
diperoleh siswa, dapat dideskripsikan nilai difahami dan mencoba menjawab pertanyaan
sikap berdasarkan penilaian antar teman pada yang diberikan guru meski salah.
siklus kedua dengan mengkategori frekuensi
siswa sebagai berikut: Siklus Ketiga
Tabel 4. Frekuensi Nilai Afektif Siklus Kedua Ketercapaian ketuntasan siswa mencapai
30 orang dengan persentase sebesar 88,24%
Kategori Frekuensi Persentase dan 4 orang belum tuntas dengan persentase
Sangat Baik 4 11,76% sebesar 11,76%. Standar deviasi (SD) sebesar
Baik 24 70,59% 0,29 penyimpangan data nilai yang diperoleh
Cukup 6 17,65% siswa memiliki variabilitas rendah.
Kurang 0 0,00%
Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pemograman Dasar
374 – Jurnal Pendidikan Vokasi
88,24%. Jadi peningkatan antar siklus yaitu: Peningkatan motivasi belajar dari siklus
dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan 1 ke siklus 2 pada kategori Baik sebesar
sebesar 8,82% dan dari siklus 2 ke siklus 3 11,76%, sedangkan pada kategori Cukup
sebesar 11,77%. terjadi penurunan sebesar -11,76%. Siklus 2
Nilai afektif terjadi peningkatan tiap ke siklus 3 terjadi peningkatan pada kategori
siklus ke dalam kategori Baik, sehingga terjadi Baik sebesar 8,82%, sedangkan pada kategori
penurunan pada kategori yang lain. Lebih jelas Cukup sebesar -8,82%.
dapat dilihat pada Gambar 6.
SIMPULAN DAN SARAN
Siklus 1 ke 2 Siklus 2 ke 3
Siklus 1 ke 2 Siklus 2 ke 3 Simpulan
Penerapan media pembelajaran berupa
29.41%
modul dapat meningkatkan motivasi belajar
29.41%
siswa pada mata pelajaran pemograman dasar,
14.71%
yang dilaksanakan pada peserta didik kelas X
5.88% 14.71% semester 2 jurusan Multimedia tahun pelajaran
0% 0%
-2.94%
5.88% 2014/2015 di SMK Negeri 2 Sumbawa.
Sangat Baik Cukup Kurang Tidak baik
0% 0% Penerapan media pembelajaran berupa
baik -2.94% baik baik
Sangat Baik Cukup Kurang Tidak baik
-11.76% modul dilakukan dalam 3 siklus, setiap siklus
baik baik baik
mengalami peningkatan kearah yang lebih baik.
-11.76%
-35.30% Siklus pertama, jumlah siswa yang masuk ke
Gambar 6. Peningkatan -35.30% dalam kategori Baik sebanyak 27 orang dengan
Gambar 6. Peningkatan Motivasi
MotivasiBelajar
Belajar persentase sebesar 79,41% dan kategori Cukup
Gambar 6. Peningkatan Motivasi Belajar sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar
Pada siklus 1 dari 34 siswa yang masuk
dalam kategori baik dan dinyatakan tuntas 20,59%. Siklus kedua, jumlah siswa yang
sebanyak 27 siswa dengan persentase sebesar masuk kategori Baik sebanyak 31 orang dengan
79,41%, siklus 2 sebanyak 28 siswa dengan persentase sebesar 91,18% dan kategori baik
persentase sebesar 82,35%, dan siklus 3 sebesar 3 orang dengan persentase sebesar
sebanyak 31 siswa dengan persentase sebesar 8,82%. Siklus ketiga seluruh siswa masuk ke
91,18%. Jadi peningkatan antar siklus yaitu: dalam kategori Baik sebesar 100%.
dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan Penerapan media pembelajaran berupa
sebesar 2,94% dan dari siklus 2 ke siklus 3 modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil
sebesar 8,83%. belajar. Hasil belajar terbagi dalam 2 yaitu nilai
Motivasi belajar siswa terjadi peningkatan sikap dengan ketuntasan minimal pada kategori
keaarah kategori Baik dari tiap-tiap siklus. Baik, sedangkan nilai pengetahuan dan praktik
tahuan
Lebih sama sebesar 2,66 (B-). Hasil belajar pada nilai
11.77% 40 jelas dapat dilihat pada gambar 7. sikap, yaitu: siklus 1 sebesar 79,41%, siklus 2
tahuan 35
11.77% 30 sebesar 82,35%, dan siklus 3 sebesar 91,18%.
8.83% 40
25
35 Hasil belajar pada nilai pengetahuan dan
20
30 Siklus 1 praktikum, yaitu: siklus 1 sebanyak 23 orang
8.83% 15
25
Siklus 2
dengan persentase sebesar 67,65%, siklus
us 2 ke 3 10
20 Siklus 1 sebanyak 25 orang dengan persentase sebesar
5
15 siklus 3
0
Siklus 2
76,47%, dan siklus 3 sebanyak 30 orang
us 2 ke 3 10
an Psikomotor 5 dengan persentase sebesar 88,24%.
siklus 3
0 Berdasarkan hasil penelitian yang
n Psikomotor dilakukan sebanyak tiga siklus, penerapan
Gambar 7. Peningkatan Motivasi Belajar media pembelajaran modul dapat meningkatkan
motivasi belajar dan hasil belajar dapat
mencapai ketuntasan klasikan 85% dari total
Gambar7.7.Peningkatan
Gambar Peningkatan Motivasi
Motivasi Belajar
Belajar
siswa, yaitu: pada nilai pengetahuan dan
Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pemograman Dasar
376 – Jurnal Pendidikan Vokasi
praktikum sebesar 88,24%, serta nilai sikap Kustandi, C. & Sutjipto, B. (2013). Media
sebesar 91,18% pembelajaran: manual dan digital edisi
kedua. Bogor: Ghalia Indomesia.
Saran
Lopez, C. M. (2012). Vocational higt school
Para siswa diharapkan untuk dapat
or vocational college ? Comparing
menumbuhkan dan meningkatkan motivasi
the transition from school to work
belajar yang berasal dari dalam diri dengan cara
(page:2:32). Bonn:IZA.
mengemas materi pelajaran ke dalam dunia
yang disenangi, sehingga belajar menjadi hal Munadi, S. (2012). Penerapan asesmen kinerja
yang menyenangkan. dalam praktik proses pemesinan untuk
Penelitian selanjutnya dapat menggali pengembangan budaya kerja peserta
dan membuktikan lebih mendalam terkait didik (Pidato guru besar). Yogyakarta:
penerapan modul untuk meningkatkan motivasi Universitas Negeri Yogyakarta.
dan hasil belajar siswa.
Pardjono, dkk. (2007). Panduan penelitian
tindakan kelas. Yogyakarta: Lembaga
DAFTAR PUSTAKA penelitian Universitas Negeri Yogya-
karta.
Alias, N. & Siraj, S. (2012). Design and
development of physics module based Reid, G. (2009). Motivasi siswa di kelas:
on learning style and appropriate gagasan dan strategi. (Terjemahan
technology by employing isman Hartati Widiastuti). London: Paul
instructional design model. The Turkish Chapmen Publishing. (Buku asli
online journal of educational technology, diterbitkan pada tahun 2007).
11, 84-93 diambil pada tanggl 26 gustus
2014, dari http://www.tojet.com Robinson, J. W. & Crittenden, W. B. (1972).
Alias, N., et al. (2014). Implementation of Sardiman, A.M. (2011). Interaksi dan moti-
ptechls modules in rural Malaysia vasi belajar mengajar. Jakarta: PT.
secondary school: a needs analysis. The RajaGrafindo Persada.
Malaysia online journal of educational Suprihartiningru, J. (2013). Strategi pem-
technology, 2, 30-35. diambil pada belajaran: teori & aplikasi. Yogyakarta:
tanggal 26 Agustus 2014, dari http://v Ar-Ruzz Media.
www.mojet.net
Trianto. (2010). Mendesain model pembelajaran
Buckingham, D. (2012). Media education: inovatif-progresif: konsep, landasan,
Literacy, learning, and contemporary dan implementasinya pada kurikulum
culture. USE: Polity Press. tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Carr, W. & Kemmis, S. (1986) Becoming Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Critical. Education, knowledge and Yogaswara, W. (2011). Struktur kurikulum smk
action research. Lewes: Falmer. dan perhitungan jumlah jam produktif.
Hogan, R. L. & Garling, N. (2008). Bortz’s Diambil pada tanggl 26 Agustus 2014,
learning module: an alternative dari http://slideshare.netwanyora/
approach to training program curriculum struk-kuri-smk-dan-perhitungan-jam-
development. Jurnal af Human Resource produktif.
and Adult Learning, 4, 1-9. Diambil Winkel, W.S. (2009). Psikologi pengajaran.
pada tanggal 26 Agustus 2014, dari Yogyakarta: Media Abadi.
http://www.hraljournal.com/Page/1%20
R.%20Lance%20Hogan.pdf