Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan Vokasi – 365

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATA


PELAJARAN PEMOGRAMAN DASAR MENGGUNAKAN MODUL
DI SMKN 2 SUMBAWA
Lies Pebruanti
SMKN 2 Sumbawa
liespebruanti@gmail.com
Sudji Munadi
Universitas Negeri Yogyakarta
sudji.munadi@uny.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan: (1) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, dan (2) untuk meningkatkan
hasil belajar siswa agar tercapainya ketuntasan klasikal pada mata pelajaran pemograman dasar
siswa kelas X jurusan Multimedia di SMKN 2 Sumbawa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas yang menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart (Perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Multimedia SMKN 2 Sumbawa, NTB yang
berjumlah 34 orang melibatkan guru dan seorang observer. Data motivasi dan nilai sikap diambil
menggunakan angket. Data keterlaksanaan proses pembelajaran diambil dengan menggunakan
lembar observasi. Data nilai pengetahuan dan unjuk kerja diambil menggunakan skala penilaian
yang dilengkapi dengan rubrik. Teknik analisis data motivasi dan nilai sikap menggunakan analisis
deskriptif kemudian digolongkan kedalam skor baku untuk mengkategorisasikan motivasi belajar
dan nilai sikap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pengunaan modul pembelajaran dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. (2) penggunaan modul dapat meningkatkan hasil belajar
(nilai sikap, nilai pengetahuan dan praktik).
Kata kunci: penelitian tindakan kelas, motivasi belajar,hasil belajar, modul

IMPROVING MOTIVATION AND LEARNING OUTCOMES


IN BASIC PROGRAMMING USING MODULES
IN SMKN 2 SUMBAWA
Abstract
This research aims to: (1) improve student’s motivation and (2) improve student’s learning outcomes
to achieve the classical completeness on basic programming course in class X Multimedia majors at
SMKN 2 Sumbawa. This research is a classroom action research that uses Kemmis and Mc. Taggart
(planning, implementation, observation, and reflection) models. Subjects in this study is the tenth-
grade of Multimedia students at SMKN 2 Sumbawa NTB amounting to 34 people involving teachers
and an observer. The motivation data and value of attitude were taken using a questionnaire and the
data of learning process was taken using observation sheets. The knowledge and performance values
were taken using a assessment scale which was equipped with a rubric. The data analysis technique
of motivation and value of attitude used descriptive analysis and were classified into raw scores to
categorize the value of learning motivation and attitudes. The result of this research are as follows:
(1) Using learning module can improve student’s motivation. (2) Using learning module to improve
learning outcomes (attitudes, knowledge and practices).
Keywords: classroom action research, motivation, learning outcomes, modules

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pemograman Dasar
366 – Jurnal Pendidikan Vokasi

PENDAHULUAN untuk memasuki dunia kerja. Oleh sebab itu,


Pemerintah melalui Undang-Undang dibutuhkan kualifikasi lulusan SMK yang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Lulusan dari SMK diharapkan dapat
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menjadi tenaga kerja yang handal yang mampu
yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada tingkat menengah dan memiliki
bekerja dalam bidang tertentu. Batasan sikap kemandirian, serta memiliki kesiapan
pendidikan kejuruan tersebut menunjukkan baik mental maupun fisik untuk menghadapi
bahwa pendidikan kejuruan identik dengan persaingan kerja. SMK diharapkan mampu
pendidikan dunia kerja. UNESCO Paris menjadi tempat yang dapat mengembangkan,
(2004, p.19) menyebutkan Sekolah Kejuruan menyediakan dan melatih sumber daya
bertujuan untuk: (1) to broaden educational manusia siap pakai dan dibutuhkan dunia kerja
horizons by serving as an introduction to the secara nyata. Oleh karena itu, keberhasilan
world of work, and the world of technology; pendidikan di SMK harus ditunjang dengan
(2) to orient those with the interest and ability dukungan pemerintah serta proses belajar-
in technical and vocational education; (3) mengajar didalamnya.
to promote in those who will leave formal Keberhasilan sebuah Sekolah Menengah
education with no specific occupational aims Kejuruan tidak terlepas dari proses belajar
or skills, attitudes and thought processes. (1)
mengajar di dalamnya, baik pelajaran teori
memperluas cakrawala pendidikan dengan
maupun pelajaran praktik. Pelajaran praktik
melayani sebagai pengantar dunia kerja, dan
merupakan salah satu faktor pendukung
dunia teknologi; (2) untuk mengarahkan orang-
ketercapaian proses keberhasilan belajar dan
orang dengan minat dan kemampuan di bidang
mengajar di sekolah kejuruan. Mata pelajaran
pendidikan teknis dan kejuruan; dan (3) menjadi
praktik selain harus dapat memahami konsep
sarana bagi mereka yang akan meninggalkan
dasar juga harus mengetahui teori-teori
pendidikan formal dimana bukan hanya
penunjang dalam proses belajar mengajar.
keterampilan, tapi sikap dan proses berpikir
dalam bekerja. Pendidikan kejuruan merupakan Permasalahan yang dihadapi dalam
yang berorientasi memberikan kualifikasi pembelajaran selama proses belajar mengajar
khusus untuk mengakses pasar tenaga kerja. pada mata pelajaran pemrograman dasar.
Pasar tenaga kerja terus maju dan berkembang, Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah
sehingga menimbulkan kesenjangan antara keterbatasan sumber materi yang diterima
pekerja dengan lapangan kerja yang semakin oleh siswa. Sumber materi yang diterima saat
jauh. Oleh sebab itu, dibutuhkan tahapan ini masih terbatas pada apa yang disampaikan
sebagai usaha untuk meraih tujuan pendidikan oleh guru tanpa adanya media belajar lain
kejuruan. sebagai sumber materi. Kelemahan materi
yang disampaikan tanpa bantuan sebuah media
Langkah untuk mencapai tujuan pendidikan
pembelajaran adalah: (1) guru sulit untuk
kejuruan yang dilakukan oleh pemerintah
menjelaskan materi pembelajaran tertentu
adalah mengembangkan pendidikan kejuruan
dengan papan tulis; (2) kemampuan guru
yang bersifat formal. Melalui Peraturan
masih terbatas dalam mentrasfer materi ajar,
Pemerintah Tahun 2008 Nomor 74 Pasal 1
sehingga siswa sulit dalam menerima dan
Ayat 21 bahwa Sekolah Menengah Kejuruan
mencerna apa yang dijelaskan oleh guru; (3)
(SMK) adalah salah satu bentuk pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan teknik dan metode mengajar yang digunakan
kejuruan pada jenjang Pendidikan Menengah kaku dan tidak bervariasi yang menyebabkan
sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk gairah belajar hilang (Mustamin, 2005).
lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil Proses belajar mengajar pada mata
belajar yang diakui sama atau setara SMP atau pelajaran pemograman dasar dalam
MTs. SMK merupakan pendidikan formal mengaplikasikan teori dilakukan praktik
pada jenjang menengah yang mempersiapkan dengan menggunakan bahasa C++. Bahasa
dan mengembangkan kompetensi siswa C++ diterapkan menggunakan program code

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 3, November 2015


Jurnal Pendidikan Vokasi – 367

blocks yang bersifat case sensitive, sehingga dari sarana yang ada di dalam laboratorium
menuntut siswa untuk lebih teliti dan fokus 11,43% komputer yang ada tidak dapat
dalam penulisan kode program. Materi tipe dioprasikan. Keterbatasan tersebut membuka
data sangat penting dalam penulisan sebuah peluang pada siswa melakukan kegiatan selain
kode program karena menentukan pengolahan belajar.
input dan output dari program. Penilaian hasil Hasil ulangan Akhir Semester Genap
belajar pada mata pelajaran pemograman (UAS) kelas X tahun pelajaran 2011/2012
dasar selama ini masih terfokus pada produk dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang pada
(hasil akhir) bukan pada proses. Penilaian mata pelajaran pemograman dasar tergolong
yang hanya berdasarkan produk tidak dapat masih rendah. Daya serap siswa cukup tinggi
mengoptimalkan penilaian, sehingga memicu mencapai 82,71%, akan tetapi ketuntasan
siswa mengerjakan soal praktik dengan cara try klasikal yang dicapai hanya 41,67%.
and error tanpa memperdulikan alur program. keberhasilan suatu pembelajaran dikatakan
Hal tersebut mengakibatkan kurang minatnya tuntas, jika jumlah siswa yang telah mencapai
siswa untuk belajar pemograman dasar yang nilai KKM sebanyak minimal 85% dari total
berimbas kepada prestasi belajar yang tidak siswa (Trianto, 2012, p.241). Maka dari itu,
meningkat. salah satu cara alternatif yang dapat digunakan
Ada dua jenis utama dari programmer sebagai usaha meningkatkan hasil belajar
pemula yang ditandai dengan saat bertemu adalah dengan meningkatkan pemahanam
dengan masalah yang dilakukan yaitu “berhenti” dan penguasaan materi pada diri siswa untuk
dan “penggerak”. Ketika dihadapkan dengan melakukan praktik. Keterbatasan waktu
masalah programmer akan berhenti bekerja dan dalam melakukan praktikum, sehingga kurang
mencari bantuan, sedangkan penggerak akan interaksi dalam proses belajar mengajar antara
terus berusaha untuk memecahkan masalah guru dengan siswa. Akibat dari kurangnnya
dengan umpan balik dari kode program baik interaksi dalam proses belajar mengajar
secara aktif atau tidak aktif. Hal tersebut menyebabkan tingkat pemahaman siswa
dipengaruhi oleh penguasaan materi dasar terhadap materi yang disampikan oleh guru
dan motivasi belajar. Penguasaan materi dasar tidak maksimal. Oleh sebab itu, diperlukan
secara mendalam dapat mengurangi kesalahan suatu media pembelajaran yang mampu
yang berakibat errornya sebuah program, menyajikan materi tanpa batasan tertentu.
sedangkan motivasi belajar dapat membantu
Penerapan media pembelajaran sebagai
siswa untuk menjadi “penggerak” sebagai
sumber belajar diharapkan dapat meningkatkan
programmer pemula. Mc. Donald menyatakan
pemahaman siswa yang diiringi peningkatan
“motivation is an energy change within the
prestasi belajar. Sejalan dengan penelitian
person characterized by effective arousal
yang dilakukan oleh Yunita Shintania (2010),
and anticipatory goal reaction” (Sardiman,
Agus Kamaludin (2011), dan Iqma Novianti
2011, p.73). Motivasi merupakan perubahan
(2010) yang menyatakan bahwa hasil belajar
energi yang terjadi dalam diri seseorang yang
siswa yang menggunakan media pembelajaran
ditandai dengan munculnya efektif dan reaksi
modul dinyatakan efektif untuk diterapkan
untuk mencapai tujuan. Seorang programmer
dalam proses pembelajaran berdasarkan
pemula membutuhkan motivasi belajar dalam
penilaian unjuk kerja siswa yang menunjukkan
menyelesaikan permasalahan melalui program.
ketuntasan. Oleh sebab itu, ketersediaan modul
Faktor kunci bagi kesuksesan pembelajaran
pelajaran pemograman sangat dibutuhkan
adalah motivasi belajar (Reid, 2009, p.19).
baik media pembelajaran berupa software atau
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa harus dimulai dari peningkatan media pembelajaran cetak sebagai sumber
motivasi belajar. materi.

Berdasarkan hasil survai awal yang “A medium is something we use when we


dilakukan pada siswa kelas X di SMK Negeri want to communicate with people indirectly,
2 Sumbawa program studi Multimedia dengan rather than in person or by face-to-face
jumlah siswa 34 orang. Hasil survai ditinjau contact” (Buckingham, 2012, p. 3). Media

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pemograman Dasar
368 – Jurnal Pendidikan Vokasi

adalah sesuatu yang digunakan ketika ingin Karakteristik siswa dilihat dari segi
berkomunikasi dengan orang-orang secara perekonomian cukup heterogen dimana tidak
tidak langsung, daripada secara langsung atau semua siswa memiliki komputer PC/Laptop di
melalui kontak tatap muka. Pembelajaran rumah, sehingga diharapkan dengan penerapan
dengan berbantuan media pembelajaran dapat modul siswa dapat mengulang materi tersebut
memberikan keleluasaan pada siswa untuk berkali-kali agar mampu memahami materi
belajar sendiri sesuai dengan kemampuan pembelajaran tersebut. Penggunaan media
dan gaya belajar masing-masing. Media pembelajaran modul berdiri sendiri yang
pembelajaran dapat meningkatkan ketertarikan artinya tidak tergantung pada perangkat
dan interaksi, meningkatkan efisiensi lain. Proses belajar memerlukan komputer
dan kualitas hasil belajar, menumbuhkan sebagai pengaplikasian dari isi modul,
sikap positif siswa, mengubah peran guru, tanpa mengurangi keefektifan modul dalam
mengkongkritkan materi yang abstrak, meningkatkan pemahaman siswa dalam
membantu mengatasi keterbatasan panca belajar. Di dalam modul telah terdapat materi
indra, dan meningkatkan daya retensi siswa sehingga siswa tidak perlu mencatat materi
(Supriatiningrum, 2013, p.321). Selain itu, yang disampaikan oleh guru, siswa hanya perlu
dengan media pembelajaran dapat membantu memperhatikan dan memahami penjelasan
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dari guru. Berkurangnya kegiatan mencatat
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan dapat menghemat waktu dalam penyampaian
materi dan memoptimalkan waktu pada saat
penafsiran data, memadatkan informasi,
melakukan praktikum. Media pembelajaran
serta membangkitkan motivasi dan minat
modul ini juga sangat fleksibel artinya dapat
siswa dalam belajar (Kustandi & Sutjipto,
digunakan kapan saja dan dimana saja tidak
2013, p. 19). Penerapan media pembelajaran
dibatasi ruang dan waktu (Hogan & Garling,
sangat dibutuhkan karena berperan dalam
2008, p.5).
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Proses belajar mengajar dengan bantuan
Penerapan alat bantu pembelajaran berupa
media pembelajaran modul ini, diharapkan
modul karena mengingat kemampuan daya
dapat meningkatkan pemahaman belajar
serap dan cara belajar siswa yang berbeda- praktik siswa yang akan diikuti dengan
beda. “Each learner has his or her own learning meningkatnya hasil belajar. Keberhasilan
style”. Bahwa setiap siswa memiliki gaya proses belajar mengajar dapat diukur dari
belajar sendiri (Alias, 2012, p.84). Keleluasaan keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan
yang diberikan kepada siswa untuk melakukan pembelajaran tersebut. Peningkatan prestasi
pembelajaran dengan gayanya sendiri dapat belajar dapat dilihat dari tingkat pemahaman
meningkatkan kenyamanan belajar yang dan penguasaan materi untuk melakukan
mengakibatkan meningkatnya motivasi belajar. praktik yang diukur melalui hasil belajar.
“It has been observed that when instruction Semakin tinggi tingkat pemahaman dan
is aligned with the learner’s learning styles penguasaan materi dalam melakukan praktik,
learning achievements will increase together maka semakin tinggi tingkat keberhasilan
with affective and motivational advantages “. pembelajaran.
Ketika instruksi sejalan dengan gaya belajar Keberhasilan pembelajaran dalam
siswa maka akan meningkatkan prestasi belajar Kurikulum 2013 diukur dari tiga aspek. Aspek
dan bersama dengan dengan keefektifan dan penilaian pembelajaran pada kurikulum 2013,
meningkatkan motivasi (Aviles & Moreno yaitu: aspek sikap, aspek pengetahuan, dan
dalam Alias, 2014, p. 30). Modul merupakan aspek psikomotor. Pelaksanaan Kurikulum
satuan program belajar mengajar yang terkecil, 2013 menerapkan pendekatan saintifik atau
yang dipelajari oleh siswa sendiri secara scientific approach yang sering dikenal dengan
perorangan atau diajarkan oleh siswa kepada pendekatan ilmiah. Langkah pembelajaran
dirinya sendiri (Winkel, 2009, p.472). Belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik
sendiri dapat meningkatkan rasa tanggung disesuaikan dengan standar kelulusan,
jawab siswa terhadap apa yang telah dilakukan. yakni pengembangan aspek sikap, aspek

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 3, November 2015


Jurnal Pendidikan Vokasi – 369

pengetahuan, dan aspek psikomotor yang (reflecting). Tahap Perencanaan dilakukan


dilakukan dalam pengetahuan. Aspek oleh peneliti dan guru sebagai kolabolator
sikap diperoleh dari aktivitas menerima, berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertaman,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan tahap pelaksanaan berdasarkan rencana yang
mengamalkan. Aspek pengetahuan diperoleh telah disusun pada tahap perencanaan, tahap
dari aktivitas mengingat, memahami, observasi dilakukan oleh dua orang yaitu:
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, peneliti dan obsever yang menjabat sebagai
dan mencipta. Aspek keterampilan diperoleh ketua program studi multimedia, tahap refleksi
dari aktivitas mengamati, menanya, mencoba, melakukan analisis data yang diperoleh untuk
menalar, menyaji, dan mencipta. Ketiga aspek mengetahui hasil yang dicapai. Hasil refleksi
pembelajaran tersebut diterapkan secara tersebut dipergunakan untuk memperbaiki
langsung dan saling berkaitan satu sama lain. tindakan pada siklus berikutnya.
Ketiga aspek tersebut diyakini sebagai inti
pokok pembelajaran saintifik yang diberikan
METODE PENELITIAN
dengan porsi seimbang dari ketiganya.
Keseimbangan antara kemampuan untuk
Jenis penelitian
menjadi manusia (soft skill) dengan kecakapan
dan kemampuan untuk menjadi manusia (hard Penelitian ini merupakan penelitian
skill) sebagai hasil akhir dari pembelajaran. tindakan kelas (classroom action research).
Jenis penelitian tindakan kelas menggunakan
Proses pembelajaran dilakukan dengan
model Kemmis dan Mc. Taggart yang
model Kemmis dan Mc. Taggart untuk melihat
dilakukan dalam 4 tahap, yaitu: (1)
seberapa besar peningkatan hasil belajar yang
perencanaan (planning); (2) tindakan (action);
dicapai siswa dengan penerapan sebuah media
(3) observasi (observing); dan (4) refleksi
pembelajaran. Tindakan tersebut dilakukan
(reflecting). Penerapan model dilakuan dengan
dengan melihat fenomena-fenomena yang
menggabungkan tahap tindakan dan observasi
terjadi di dalam kelas saat proses pembelajaran
secara bersamaan yang dilaksanakan pada
berlangsung pada kondisi yang sebenarnya.
tahap tindakan (Pardjono, 2007, p.22)
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas (classroom action research). Action
research is simply a form of self-reflective
enquiry undertaken by participants in
social situations in order to improve the
rationality and justice of their own practices,
their understanding of these practices, and
the situations in which the practices are
carried out (Carr & Kemmis, 1986, p.162).
Penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai
suatu kajian yang bersifat reflektif untuk
memantapkan alasan dan ketepatan dari pelaku
penelitian, pemahaman terhadap praktik
tersebut, situasi pada saat praktik dilakukan.
Penelitian tindakan umumnya dilakukan
oleh guru pada kelas sendiri karena adanya
permasalahan yang spesifik dalam proses
belajar mengajar atau ingin meningkatkan
hasil belajar yang dilaksanakan dalam situasi
yang sebenarnya. penelitian tindakan kelas
menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart
yang dilakukan dalam 4 tahap, yaitu: (1)
perencanaan (planning); (2) tindakan (action); Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas
(3) observasi (observing); dan (4) refleksi Model Kemmis & Mc. Taggart.

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pemograman Dasar
370 – Jurnal Pendidikan Vokasi

Waktu dan Tempat Penelitian dibagi menjadi 3 kegiatan, yaitu: kegiatan


Penelitian dilakukan pada semester 2 pendahuluan, kegiantan inti, dan kegiatan
(genap) tahun pelajaran 2014/2015 dari bulan penutup.
Januari sampai dengan bulan Februari 2015. Tahap pengamatan dilakukan oleh peneliti
Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2 dan seorang observer untuk melakukan
Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajar-
an menggunakan media pembelajaran berupa
Subjek Penelitian modul. Pengamatan dilakukan bertujuan
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas untuk mengetahui apakah proses pelaksanaan
X program studi Multimedia di SMK Negeri pembelajaran telah sesuai dengan rencana yang
2 Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 telah disusun atau belum dan mengisi lembar
yang berjumlah 34 siswa dalam satu kelas observasi keterlaksanaan pembelajaran.
pembelajaran. Tahap refleksi merupakan tindakan yang
dilakukan peneliti bersama guru sebagai
Skenario Tindakan kolaborator. Peneliti dan guru melaksanakan
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian penilaian untuk mengetahui sejauh mana
ini adalah penerapan media pembelajaran peningkatan yang dicapai siswa terhadap
modul untuk meningkatkan motivasi dan aspek motivasi dan hasil belajar. Berdasarkan
hasil belajar siswa. Siklus pertama pada tahap hasil refleksi tersebut, dipergunakan untuk
perencanaan menyusun kegiatan dengan mengetahui sejauh mana tindakan yang
cermat dan tepat agar mampu mengatasi dilakukan berpengaruh terhadap variabel yang
permasalahan yang ada. Perencanaan diamati. Hasil refkelsi kemudian dijadikan
PTK merupakan langkah pemilihan media sebagai acuan untuk merencanakan tindakan
pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi pada siklus kedua.
siswa. Sehubungan dengan peneliti bukan Siklus kedua dilakukan langkah-langkah
sebagai guru, maka pengamatan selama proses yang sama dengan siklus pertama karena
penelitian dilakukan oleh peneliti dan observer seluruh kegiatan yang dilakukan pada siklus
yang menjabat sebagai kepala program studi selanjutnya merupakan hasil dari refleksi siklus
Multimedia. sebelumnya.
Tahap perencanaan dilakukan berdasarkan
permasalahan yang telah ditemui dilapangan. Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
Adapun tahap perencanaan yang dilakukan Data
adalah: Rincian kegiatan pembelajaran pada Pengumpulan data dalam penelitian ini
siklus pertama, yaitu dengan melaksanankan dilakukan dengan 3 (dua) macam, yaitu: angket
pembelajaran dengan media modul yang motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
dikemas sesuai dengan RPP, sebagai berikut: 1) pemrograman dasar, lembar observasi
mempersiapkan jadwal pelaksanaan tindakan, keterlaksanaan pembelajaran, lembar penilaian
2) mempersiapkan rencana pekasanaan pem- antar teman, dan tes hasil belajar siswa.
belajaran (RPP) yang menerapakan media Angket motivasi diberikan kepada siswa untuk
pembelajaran berupa modul, 3) mempersiapkan mendapatkan data mengenai peningkatan
peralatan yang digunakan dalam melakukan motivasi belajar, terhadap pelaksanaan
praktik sebagai implementasi dari kognitif, dan pembelajaran pemrograman dasar dengan
4) mempersiapkan instrumen penelitian yang menggunakan media modul. Lembar observasi
terdiri atas lembar angket motivasi, lembar keterlaksanaan kegiatan tindakan kelas diisi
observasi keterlaksanaan pembelajaran, lebar oleh peneliti dan observer, yang membantu
penilaian antar teman, dan instrumen hasil dalam menangkap fenomena-fenomena yang
belajar pada aspek kognitif dan psikomotor. terjadi di dalam kelas pada saat proses belajar
Tahap pelaksanaan dilakukan berdasarkan mengajar. Sedangkan hasil belajar dilakukan
RPP yang telah dipersiapkan pada tahap dengan angket penilaian antar teman, soal
perencanaan. Pelaksanaan pembelajaran pilihan ganda dan soal praktikum. Pelajaran

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 3, November 2015


Jurnal Pendidikan Vokasi – 371

pemrograman dasar pada kelas X semester pernyataan negatif diberi skor sebaliknya yaitu
dua merupakan pelajaran penerapan, sehingga 1 – 4.
pengumpulan data dilakukan di laboratorium.
Teknik pengumpulan data pada hasil belajar Teknik Analisis Data
(pengetahuan dan praktikum) menggunakan Data analisis motivasi belajar didapatkan
form penilaian dengan indikator penilaian, dengan instrument berbentuk checklist dalam
yaitu: pengetahuan, proses, hasil, dan penilaian skala Likert, dengan leluasa kemudian dianalisa
waktu. untuk dirubah menjadi data kuantitatif, data
Lembar angket yang digunakan dalam tersebut dianalisis menggunakan analisis
penelitian ini untuk mendapatkan informasi statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif
mengenai motivasi belajar siswa, terhadap dilakukan untuk memperoleh skor tentang
penerapan media pembelajaran modul. motivasi belajar. Data tersebut selanjutnya
Penggunaan angket motivasi belajar bertujuan digolongkan kedalam skor baku.
untuk mengetahui seberapa peningkatan Data analisis penilaian sikap (afektif)
motivasi belajar siswa dengan penerapan media didapatkan dengan instrument berbentuk
pembelajaran modul tersebut. Meningkatnya checklist dalam skala Likert, kemudian
motivasi belajar siswa diasumsikan dapat dianalisa untuk dirubah menjadi data kuantitatif,
mempengaruhi peningkatan hasil belajar. data tersebut dianalisis menggunakan analisis
Lembar angket motivasi belajar siswa disusun statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif
dengan menggunakan skala Likert dengan dilakukan untuk memperoleh skor tentang
5 (lima) pilihan, yaitu: Sangat Setuju (SS), penilaian sikap. Data tersebut selanjutnya
Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), digolongkan kedalam skor baku.
dan Sangat Tidak Setuju (STS). Penskoran Penyekoran angket penilaian sikap antar
Pernyataan angket motivasi terdiri dari teman dilakukan dengan rentang 1 sampai 4.
peryataan yang bersifat positif dan negatif. Perhitungan analisis data berdasarkan pada skor
Terdapat perbedaan penilaian dari kedua rata-rata indikator pernyataan. Menentukan
pernyataan tersebut. Untuk pernyataan positif kriteria keberhasilan hasil penilaian sikap
diberi skor 4 untuk kategori Sangat Setuju, skor menggunakan klasifikasi konversi skor
3 untuk kategori Setuju, skor 3 untuk kategori penilaian.
Ragu-ragu, skor 2 untuk kategori Tidak setuju,
dan skor 1 untuk kategori Sangat Tidak Setuju. Tabel 1. Kategori Penilaian Sikap
Penskoran untuk pernyataan negatif dari 1 – 4.
Interval skor Kategori
Angket yang digunakan dalam pe-
3,66 – 4,00 Sangat baik
ngumpulan data tentang motivasi belajar
siswa menggunakan angket model ARCS 2,66 – 3,65 Baik
yang dikembangkan oleh Keller. Angket 1,66 – 2,65 Cukup
motivasi belajar model ARCS terdiri dari 4 1,00 – 1,65 Kurang
(empat) indikator, yaitu: perhatian, relevansi, Sumber: Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013
kepercayaan diri, dan kepuasan.
Pengukuran kognitif dilakukan dengan
pemberian soal pilihan ganda dan untuk HASIL PENELITIAN DAN
mengukur kemampuan psikomotor dilaku- PEMBAHASAN
kan dengan praktik yang penilaiannya
menggunakan skala penilaian (rating scale) Siklus Pertama
yang dilengkapi dengan rubrik. Ketercapaian ketuntasan siswa mencapai
Penilaian sikap menggunakan penilaian 23 orang dengan persentase sebesar 67,65%
antar teman. Pernyataan angket penilaian sikap dan 11 orang belum tuntas dengan persentase
antar teman terdiri dari peryataan yang bersifat sebesar 32,35%. Standar deviasi (SD) sebesar
positif dan negatif. Penilaian untuk pertanyaan 0,70 penyimpangan data nilai yang diperoleh
positif diberi skor 4 - 1, sedangkan untuk siswa memiliki variabilitas tinggi. Persentase

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pemograman Dasar
372 – Jurnal Pendidikan Vokasi

ketercapaian dari tiap pernyataan, sebgai Tabel 2. Frekuensi Nilai Afektif


berikut: Kategori Frekuensi Persentase
Sangat Baik 2 5,88%
85.00 81.62 83.82 82.35
Baik 25 73,53%
80.00
74.26 74.26 Cukup 7 20,59%
75.00 71.32 Kurang 0 0,00%
70.00 68.38
65.00 Berdasarkan hasil analisis data di atas,
1 2 3 4 5 6 7 jumlah siswa yang lulus sebanyak 27 siswa.
Siswa yang telah lulus masuk kedalam
skor rata-rata (%) kategori Sangat baik sebanyak 2 siswa dengan
persentase sebesar 5,88% dan kategori Baik
Gambar 2.
Gambar 2. Persentase
Persentase Skor
Skor Rata-Rata
Rata-Rata sebanyak 25 siswa dengan persentase 73,53%.
Siswa yang belum lulus sebanyak 7 siswa
Keterangan yang terdapat pada kategori Cukup dengan
1. Mendengarkan penjelasan dari guru persentase sebesar 20,59% dan kategori
2. Memakai seragam sesuai tata tertib Kurang sebanyak 0 siswa. Jadi siswa yang
3. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh lulus sebesar 79,41%
guru Hasil motivasi belajar siswa dikategorikan,
4. Membuat kegaduhan/keributan di dalam sebagai berikut:
kelas
5. Mengganggu teman saat belajar Tabel 3. Frekuensi Motivasi Belajar
6. Melakukan kegiatan lain pada saat guru
menjelaskan Kategori Frekuensi Persentase
7. Terlambat memasuki ruang belajar Sangat baik 0 0%
Baik 27 79,41%
Berdasarkan gambar grafik di atas,
Cukup 7 20,59%
menunjukkan bahwa persentase siswa yang
mendengarkan penjelasan dari guru sebesar Kurang 0 0%
68,38%, siswa yang menggunakan seragam Berdasarkan Tabel di atas, jumlah siswa
bengkel pada saat pelajaran praktik sebesar masuk pada kategori Baik sebanyak 27 orang
74,26%, siswa yang telah mengerjakan tugas dengan persentase 79,41% dan kategori Cukup
yang diberikan oleh guru sebesar 71,32%. sebanyak 7 orang sengan persentase 20,59%.
Persentase siswa yang melakukan tindakan Dengan demikian, masih terdapat beberapa
negatif pada saat proses pembelajaran siswa yang masih kurang memperhatikan
berlangsung seperti membuat kegaduhan/ materi pelajaran dan masih bingung dengan
keributan di dalam kelas sebesar 81,62%, materi yang disampaikan oleh guru, sehingga
menganggu teman saat belajar sebesar 83,82%, mempengaruhi kepercayaan diri siswa. Jumlah
melakukan kegiatan lain pada saat guru siswa yang pasif ketika mengikuti pembelajaran
menjelaskan sebesar 74,26%, dan siswa yang jumlahnya masih banyak. Kepasifan siswa
terlambat memasuki laboratorium sebesar mengikuti pelajaran terutama terlihat ketika
82,35%. Jumlah siswa yang melakukan guru memberikan kesempatan untuk bertanya
kegiatan lain di kelas masih cukup tinggi. materi yang belum difahami dan mencoba
Berdasarkan hasil analisis statistik menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
deskriptif terhadap skor rata-rata yang
Siklus Kedua
diperoleh siswa, dapat dideskripsikan nilai
sikap berdasarkan penilaian antar teman pada Ketercapaian ketuntasan siswa mencapai
siklus pertama dengan mengkategori frekuensi 26 orang dengan persentase sebesar 76,47%
siswa sebagai berikut: dan 8 orang belum tuntas dengan persentase
23,53%. Standar deviasi (SD) sebesar 0,48

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 3, November 2015


Jurnal Pendidikan Vokasi – 373

penyimpangan data nilai yang diperoleh siswa Berdasarkan Tabel di atas, menunjukkan
variabilitas mulai menurun. adanya peningkatan jumlah siswa yang masuk
kedalam kategori sangat baik sebanyak 4 siswa
85.00 80.88
78.68 sekitar 11,76%, baik sebanyak 22 siswa sekitar
80.00 75.7475.74 76.4776.47 70,59%, dan cukup sebanyak 8 siswa sekitar
75.00 71.32 17,65%. Jadi siswa yang lulus pada nilai sikap
70.00 sebesar 82,35% Penilaian sikap menunjukkan
65.00 masih tingginya persentase kegiatan negatif
1 2 3 4 5 6 7 yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung.
Hal tersebut terjadi dikarenakan keaktifan yang
skor rata-rata (%) mulai meningkat sehingga ada beberapa siswa
memanfaatkan situasi tersebut.
Gambar 3.
Gambar 3. Persentase
Persentase Skor
Skor Rata-Rata
Rata-Rata
Hasil motivasi belajar siswa pada siklus
Keterangan kedua dikategorikan, sebagai berikut:
1. Mendengarkan penjelasan dari guru
2. Memakai seragam sesuai tata tertib Tabel 5. Frekuensi Motivasi Belajar Siklus
3. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru Kedua
4. Membuat kegaduhan/keributan di dalam kelas
5. Mengganggu teman saat belajar Kategori Frekuensi Persentase
6. Melakukan kegiatan lain pada saat guru Sangat baik 0 0%
menjelaskan Baik 31 91,18%
7. Terlambat memasuki ruang belajar
Cukup 3 8,82%
Berdasarkan gambar di atas, persentase
siswa yang mendengarkan penjelasan dari guru Kurang 0 0%
sebesar 80,88%, siswa yang menggunakan
seragam bengkel pada saat pelajaran praktik Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan 31
sebesar 75,74%, siswa yang telah mengerjakan orang masuk kategori Baik dengan persentase
tugas yang diberikan oleh guru sebesar 75,74%. 91,18% dan jumlah siswa yang masuk kategori
Siswa yang melakkukan tindakan negatif Cukup sebanyak 3 orang dengan persentase
saat proses pembelajaran berlangsung seperti 8,82%.Terdapat penurunan jumlah siswa yang
membuat kegaduhan/keributan di dalam kelas masuk dalam kategori Cukup. Penurunan
sebesar 76,47%, menganggu teman saat belajar disebabkan oleh jumlah siswa yang kurang
sebesar 76,47%, melakukan kegiatan lain pada memperhatikan materi pelajaran mulai
saat guru menjelaskan sebesar 71,32%, dan berkurang, sehingga rasa percaya diri siswa
siswa yang terlambat memasuki laboratorium meningkat. Selain dari pada itu, siswa yang
sebesar 78,68%. jumlah siswa yang melakukan pasif ketika mengikuti pembelajaran jumlahnya
kegiatan negative masih cukup tinggi. sudah mulai berkurang. Penurunan tingkat
Berdasarkan hasil analisis statistik kepasifan terlihat ketika guru memberikan
deskriptif terhadap skor rata-rata yang kesempatan untuk bertanya materi yang belum
diperoleh siswa, dapat dideskripsikan nilai difahami dan mencoba menjawab pertanyaan
sikap berdasarkan penilaian antar teman pada yang diberikan guru meski salah.
siklus kedua dengan mengkategori frekuensi
siswa sebagai berikut: Siklus Ketiga
Tabel 4. Frekuensi Nilai Afektif Siklus Kedua Ketercapaian ketuntasan siswa mencapai
30 orang dengan persentase sebesar 88,24%
Kategori Frekuensi Persentase dan 4 orang belum tuntas dengan persentase
Sangat Baik 4 11,76% sebesar 11,76%. Standar deviasi (SD) sebesar
Baik 24 70,59% 0,29 penyimpangan data nilai yang diperoleh
Cukup 6 17,65% siswa memiliki variabilitas rendah.
Kurang 0 0,00%

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pemograman Dasar
374 – Jurnal Pendidikan Vokasi

85.00 81.62 Berdasarkan hasil analisis data nilai sikap,


79.41 79.41 terdapat peningkatan kearah yang lebih baik
80.00
75.00 75.74 76.47 dengan peningkatan jumlah siswa yang tuntas.
75.00 72.79
Jumlah siswa yang lulus pada kategori Sangat
70.00 baik sebanyak 6 siswa dengan persentase
65.00 sebesar 17,65% dan kategori Baik sebanyak
1 2 3 4 5 6 7 25 siswa persentase sebesar 73,53%. Jumlah
siswa yang belum tuntas pada kategori Cukup
skor rata-rata (%) sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar
8,82%, jadi persentase kelulusan nilai sikap
Gambar 4.
Gambar 4. Persentase
Persentase Skor
Skor Rata-Rata
Rata-Rata
sebesar 91,18%
Keterangan Hasil motivasi belajar siswa pada siklus
1. Mendengarkan penjelasan dari guru ketiga seluruhnya masuk pada kategori Baik,
sebagai berikut: 5.88%
2. Memakai seragam sesuai tata tertib
-2.94%
3. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh Tabel 7. Frekuensi Motivasi Belajar Siklus Sangat B
guru Ketiga baik
4. Membuat kegaduhan/keributan di dalam kelas
5. Mengganggu teman saat belajar Kategori Frekuensi Persentase
6. Melakukan kegiatan lain pada saat guru Sangat baik 0 0%
menjelaskan Baik 34 100% Gambar 6
7. Terlambat memasuki ruang belajar Cukup 0 0%
Berdasarkan Gambar di atas, menunjukkan Kurang 0 0%
persentase siswa yang mendengarkan penje-
lasan dari guru sebesar 81,62%, siswa yang Pembahasan
menggunakan seragam bengkel pada saat Hasil analisis deskriptif menunjukkan
pelajaran praktik sebesar 75,00%, siswa yang bahwa peningkatan hasil belajar baik dari hasil
telah mengerjakan tugas yang diberikan oleh tes teori, praktik, dan sikap. Ketuntasan hasil
guru sebesar 75,74%. Siswa yang melakukan belajar pada nilai kognitif dan psikomotor
tindakan negatif pada saat proses pembelajaran terjadi peningkatan dari siklus pertaman,
berlangsung, yaitu: membuat kegaduhan/ kedua, dan ketiga. Lebih jelasnya dapat dilihat
keributan di dalam kelas sebesar 76,47%, pada Gambar 5.
menganggu teman saat belajar sebesar 79,41%,
melakukan kegiatan lain pada saat guru
menjelaskan sebesar 72,79%, dan siswa yang Nilai Praktik & Pengetahuan
Nilai Sikap 11.77% 40
terlambat memasuki laboratorium sebesar 79,41%.
35
Berdasarkan hasil analisis statistik 30
8.82% 8.83%
deskriptif terhadap skor rata-rata yang 25
diperoleh siswa, dapat dideskripsikan nilai 20
2.94%
15
sikap berdasarkan penilaian antar teman pada
Siklus 1 ke 2 Sikus 2 ke 3 10
siklus ketiga dengan mengkategori frekuensi 5
siswa sebagai berikut: 0
Gambar 5. Ketuntasan
Gambar Kognitif
5. Ketuntasan dan Psikomotor
Kognitif dan
Tabel 6. Frekuensi Nilai Afektif Siklus Ketiga
Psikomotor
Kategori Frekuensi Persentase
Pada siklus 1 dari 34 siswa yang tuntas
Sangat Baik 6 17,65% sebanyak 23 siswa dengan persentase sebesar Gambar 7
Baik 25 73,53% 67,65%, siklus 2 sebanyak 26 siswa dengan
Cukup 3 8,82% persentase sebesar 76,47%, dan siklus 3
Kurang 0 0,00% sebanyak 30 siswa dengan persentase sebesar

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 3, November 2015


Jurnal Pendidikan Vokasi – 375

88,24%. Jadi peningkatan antar siklus yaitu: Peningkatan motivasi belajar dari siklus
dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan 1 ke siklus 2 pada kategori Baik sebesar
sebesar 8,82% dan dari siklus 2 ke siklus 3 11,76%, sedangkan pada kategori Cukup
sebesar 11,77%. terjadi penurunan sebesar -11,76%. Siklus 2
Nilai afektif terjadi peningkatan tiap ke siklus 3 terjadi peningkatan pada kategori
siklus ke dalam kategori Baik, sehingga terjadi Baik sebesar 8,82%, sedangkan pada kategori
penurunan pada kategori yang lain. Lebih jelas Cukup sebesar -8,82%.
dapat dilihat pada Gambar 6.
SIMPULAN DAN SARAN
Siklus 1 ke 2 Siklus 2 ke 3
Siklus 1 ke 2 Siklus 2 ke 3 Simpulan
Penerapan media pembelajaran berupa
29.41%
modul dapat meningkatkan motivasi belajar
29.41%
siswa pada mata pelajaran pemograman dasar,
14.71%
yang dilaksanakan pada peserta didik kelas X
5.88% 14.71% semester 2 jurusan Multimedia tahun pelajaran
0% 0%
-2.94%
5.88% 2014/2015 di SMK Negeri 2 Sumbawa.
Sangat Baik Cukup Kurang Tidak baik
0% 0% Penerapan media pembelajaran berupa
baik -2.94% baik baik
Sangat Baik Cukup Kurang Tidak baik
-11.76% modul dilakukan dalam 3 siklus, setiap siklus
baik baik baik
mengalami peningkatan kearah yang lebih baik.
-11.76%
-35.30% Siklus pertama, jumlah siswa yang masuk ke
Gambar 6. Peningkatan -35.30% dalam kategori Baik sebanyak 27 orang dengan
Gambar 6. Peningkatan Motivasi
MotivasiBelajar
Belajar persentase sebesar 79,41% dan kategori Cukup
Gambar 6. Peningkatan Motivasi Belajar sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar
Pada siklus 1 dari 34 siswa yang masuk
dalam kategori baik dan dinyatakan tuntas 20,59%. Siklus kedua, jumlah siswa yang
sebanyak 27 siswa dengan persentase sebesar masuk kategori Baik sebanyak 31 orang dengan
79,41%, siklus 2 sebanyak 28 siswa dengan persentase sebesar 91,18% dan kategori baik
persentase sebesar 82,35%, dan siklus 3 sebesar 3 orang dengan persentase sebesar
sebanyak 31 siswa dengan persentase sebesar 8,82%. Siklus ketiga seluruh siswa masuk ke
91,18%. Jadi peningkatan antar siklus yaitu: dalam kategori Baik sebesar 100%.
dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan Penerapan media pembelajaran berupa
sebesar 2,94% dan dari siklus 2 ke siklus 3 modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil
sebesar 8,83%. belajar. Hasil belajar terbagi dalam 2 yaitu nilai
Motivasi belajar siswa terjadi peningkatan sikap dengan ketuntasan minimal pada kategori
keaarah kategori Baik dari tiap-tiap siklus. Baik, sedangkan nilai pengetahuan dan praktik
tahuan
Lebih sama sebesar 2,66 (B-). Hasil belajar pada nilai
11.77% 40 jelas dapat dilihat pada gambar 7. sikap, yaitu: siklus 1 sebesar 79,41%, siklus 2
tahuan 35
11.77% 30 sebesar 82,35%, dan siklus 3 sebesar 91,18%.
8.83% 40
25
35 Hasil belajar pada nilai pengetahuan dan
20
30 Siklus 1 praktikum, yaitu: siklus 1 sebanyak 23 orang
8.83% 15
25
Siklus 2
dengan persentase sebesar 67,65%, siklus
us 2 ke 3 10
20 Siklus 1 sebanyak 25 orang dengan persentase sebesar
5
15 siklus 3
0
Siklus 2
76,47%, dan siklus 3 sebanyak 30 orang
us 2 ke 3 10
an Psikomotor 5 dengan persentase sebesar 88,24%.
siklus 3
0 Berdasarkan hasil penelitian yang
n Psikomotor dilakukan sebanyak tiga siklus, penerapan
Gambar 7. Peningkatan Motivasi Belajar media pembelajaran modul dapat meningkatkan
motivasi belajar dan hasil belajar dapat
mencapai ketuntasan klasikan 85% dari total
Gambar7.7.Peningkatan
Gambar Peningkatan Motivasi
Motivasi Belajar
Belajar
siswa, yaitu: pada nilai pengetahuan dan

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pemograman Dasar
376 – Jurnal Pendidikan Vokasi

praktikum sebesar 88,24%, serta nilai sikap Kustandi, C. & Sutjipto, B. (2013). Media
sebesar 91,18% pembelajaran: manual dan digital edisi
kedua. Bogor: Ghalia Indomesia.
Saran
Lopez, C. M. (2012). Vocational higt school
Para siswa diharapkan untuk dapat
or vocational college ? Comparing
menumbuhkan dan meningkatkan motivasi
the transition from school to work
belajar yang berasal dari dalam diri dengan cara
(page:2:32). Bonn:IZA.
mengemas materi pelajaran ke dalam dunia
yang disenangi, sehingga belajar menjadi hal Munadi, S. (2012). Penerapan asesmen kinerja
yang menyenangkan. dalam praktik proses pemesinan untuk
Penelitian selanjutnya dapat menggali pengembangan budaya kerja peserta
dan membuktikan lebih mendalam terkait didik (Pidato guru besar). Yogyakarta:
penerapan modul untuk meningkatkan motivasi Universitas Negeri Yogyakarta.
dan hasil belajar siswa.
Pardjono, dkk. (2007). Panduan penelitian
tindakan kelas. Yogyakarta: Lembaga
DAFTAR PUSTAKA penelitian Universitas Negeri Yogya-
karta.
Alias, N. & Siraj, S. (2012). Design and
development of physics module based Reid, G. (2009). Motivasi siswa di kelas:
on learning style and appropriate gagasan dan strategi. (Terjemahan
technology by employing isman Hartati Widiastuti). London: Paul
instructional design model. The Turkish Chapmen Publishing. (Buku asli
online journal of educational technology, diterbitkan pada tahun 2007).
11, 84-93 diambil pada tanggl 26 gustus
2014, dari http://www.tojet.com Robinson, J. W. & Crittenden, W. B. (1972).

Alias, N., et al. (2014). Implementation of Sardiman, A.M. (2011). Interaksi dan moti-
ptechls modules in rural Malaysia vasi belajar mengajar. Jakarta: PT.
secondary school: a needs analysis. The RajaGrafindo Persada.
Malaysia online journal of educational Suprihartiningru, J. (2013). Strategi pem-
technology, 2, 30-35. diambil pada belajaran: teori & aplikasi. Yogyakarta:
tanggal 26 Agustus 2014, dari http://v Ar-Ruzz Media.
www.mojet.net
Trianto. (2010). Mendesain model pembelajaran
Buckingham, D. (2012). Media education: inovatif-progresif: konsep, landasan,
Literacy, learning, and contemporary dan implementasinya pada kurikulum
culture. USE: Polity Press. tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Carr, W. & Kemmis, S. (1986) Becoming Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Critical. Education, knowledge and Yogaswara, W. (2011). Struktur kurikulum smk
action research. Lewes: Falmer. dan perhitungan jumlah jam produktif.
Hogan, R. L. & Garling, N. (2008). Bortz’s Diambil pada tanggl 26 Agustus 2014,
learning module: an alternative dari http://slideshare.netwanyora/
approach to training program curriculum struk-kuri-smk-dan-perhitungan-jam-
development. Jurnal af Human Resource produktif.
and Adult Learning, 4, 1-9. Diambil Winkel, W.S. (2009). Psikologi pengajaran.
pada tanggal 26 Agustus 2014, dari Yogyakarta: Media Abadi.
http://www.hraljournal.com/Page/1%20
R.%20Lance%20Hogan.pdf

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 3, November 2015

Anda mungkin juga menyukai