Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER III

Sex In Aging

Dosen Penguji : Prof. Dr.dr. Taufiqurrachman N, M.Kes,Sp.And(K)

Disusun oleh:

Ayuningtyas Utami

MBK.19.14.01.0150

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOMEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

2021
UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
PRODI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FK UNISSULA
=======================================================
Mata Kuliah : Sex in Aging
Smt : 3(Tiga)
Hari/ Tanggal : Jumát, 8 Januari 2021
Penguji : Prof. Dr.dr. Taufiqurrachman N, M.Kes, Sp.And(K)

Nama : Ayuningtyas Utami


Nim : MBK 19.14.01.0150

Kasus:
Seorang pria usia 50 th, sering mengalami kegagalan dalam usaha menjalani
hubungan seksual dengan istri. Kondisi tersebut menyebabkan kehidupan rumah tangganya
menjadi tidak harmonis, sehingga pria tersebut ingin mendapatkan solusi terbaik. Penderita
tersebut gemuk (BMI 35), lingkar perut (LP) 105 cm. Dalam dua minggu terakhir
mengalamipenurunan libido, gangguan ereksi, dan nafas sering terengah-engah. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan tensi 200/110 mm/Hg, nadi 88/mnt, respiratory rate 24/mnt.
Pemeriksaan laborat menunjukkan kadar gula darah 130mg% (2 jam PP), trigliserid 150,
cholesterol total 250.Hasil pemeriksaan hormon menunjukkan penurunan kadar testosteron
(200 ng/dl).
Soal:
1. Menurut anda apa yang menyebabkan penderita tersebut mengalami
penurunan libido dan gangguan ereksi? jelaskan dengan singkat
2. Ceritakan dengan sistematis bagaimana mekanisme terjadinya disfungsi ereksi
pada penderita tersebut?
3. Apakah profil lemak darah pada penderita ini mempunyai contribusi terhadap
kejadian disfungsi ereksinya? Jelaskansecara sistematis
Jawab

1. Menurut anda apa yang menyebabkan penderita tersebutmengalami penurunan libido


dan gangguan ereksi? jelaskan dengan singkat
Dari kasus diata pasien mengeluhkan kehidupan rumah tangganya yang
kurang baik dimana terjadi komunikasi yang tidak kurang harmonis dikarenakan
masalah seksualitas berupa gagala dalam menjalani hubungan sexual, penurunan
libido, gangguan ereksi, dan nafas sering terengah-engah. Selai itu kondsi ini
diperburuk dengan kondisi BMI yang mengarah pada obecity emergency, lingkar
perut yang berlebihan dan kadar kolestrol total yang meningkat cenderung
mengarahkan pasien pada kondisi giperlipidemia. Pada pemeriksaan tekanan darah
dan GD juga didapatkan peningkatan, menjadikan pasien sebagai penderita hipertensi
grade 2 dan Prediabetik yang berpengaruh pada sirkulasi darah didalam pembuluh
darah. Kondisi cenderung menghawatirkan juga diketahui dari pemeriksaan
testosterone dimana terjadi penurunan hingga 50 % pada pasien ini.
Kondisi stress dan depresi yang berkepanjangan karena masalah keluarga
ditambah hiperlipidemia, hipertensi dan prediabetic mengakibatkan gangguan pada
sirkulasi GnRH sehingga sekresi testosterone menurun. testosteron yang rendah
dihubungkan dengan penurunan libido, disfungsi ereksi, peningkatan masa lemak,
penurunan masa otot dan tulang, serta penurunan energi, depresi, dan anemia.
Investigasi yang dilakukan pada binatang menunjukkan bahwa kekurangan hormon
testoteron menyebabkan atropi jaringan penis, perubahan struktur nervus dorsalis,
perubahan morfologi endotel, penurunan otot polos trabekular, dan akumulasi
jaringan lemak pada daerah subtunika korpus kavernosum. Hormon testosteron
mempunyai peranan yang besar pada jaringan penis termasuk dalam mekanisme
ereksi, memelihara dan mempertahankan integritas struktur jaringan erektil.
Kekurangan testosteron akan menyebabkan gangguan pada anatomi dan fisiologi
jaringan erektil, gangguan pada serabut saraf kavernosa, kehilangan serat-serat elastin
pada tunika albuginea dan otot polos korpus kavernosum, digantikan oleh jaringan
kolagen pada kedua struktur tersebut, terjadinya kebocoran pada vena (venous
leakage) sehingga menyebabkan terjadinya venous refluxdan terjadilah gangguan
ereksi. Penurunan 50% testosteron pada sirkulasi akan menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan darah intrakavernosal.

2. Ceritakan dengan sistematis bagaimana mekanisme terjadinya disfungsi ereksi pada


penderita tersebut?
Jawab
Secara fisiologis, hampir semua jenis stres ditandai dengan adanya
peningkatan hormon kortisol di dalam darah. Sekresi kortisol yang tinggi akibat stres
akan memberikan rangsangan ke sistem limbik otak. Rangsangan ini kemudian masuk
ke hipotalamus dan dapat mengurangi kecepatan sekresi GnRH oleh hipotalamus,
sehingga produksi LH dan FSH di hipofisis anterior mengalami penurunan.Hal ini
dapat mempengaruhi fungsi seksual dan reproduksi pria, salah satunya penurunan
sekresi testosteron oleh sel Leydig. Penurunan testosteron akan berakibat terjadinya
penurunan libido. Selain kadar kortisol yang tinggi, stres juga berpengaruh pada
sistem dopaminergik di korteks prefrontalis. Pada kondisi stres kronis terjadi
penurunan kadar dopamin. Penurunan kadar dopamin menyebabkan stimulus melalui
sintesis NO untuk pengeluaran testosteron dari kopulasi berkurang. Hal ini juga akan
menyebabkan penurunan libido seksual.
Insidens disfungsi ereksi meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Makin
tua usia, makin banyak gangguan fisik. Sirkulasi darah bisa terganggu karena faktor
arteriosklerosis (pengapuran arteri) mulai dari aorta sampai ke korpus kavernosa.
Ereksi penis yang normal adalah simbol kejantanan. Jika penis tidak ereksi hubungan
seks akan gagal dan rasanya hidup tidak berarti lagi serta menyebabkan pasangan
(istri) kecewa. Kadang-kadang takut istrinya tergoda paada pria lain, sehingga
menyebabkan ketegangan jiwa bahkan depresi. Dalam keadaan seperti ini, disfungsi
ereksi akan makin memburuk.dan timbul kombinasi penyebab organik dan psikogen
(mixed).
Disfungsi ereksi dapat disebabkan dari tiga mekanisme dasar, yaitu,
Kegagalan menginisiasi (psikogenik, endokrinologi, atau neurogenik), Kegagalan
pengisian (arteriogenik) dan Kegagalan untuk menyimpan volume darah yang cukup
di dalam jaringan lacunar (disfungsi venooklusif) DE dapat diklasifikasikan sebagai
psikogenik, organik (neurogenik, hormonal, arterial, kavernosal, atau karena obat),
atau campuran psikogenik dan organic.
Faktor risiko yang sering berhubungan dengan insufiensi arteri penis adalah
hipertensi, hiperlipidemia, merokok, dan diabetes mellitus. Stenosis fokal dari arteri
penis paling sering terjadi pada laki-laki yang mengalami trauma panggul, misalnya
kecelakaan bersepeda. Pada laki-laki dengan hipertensi, fungsi ereksi yang terganggu
bukan karena peningkatan tekanan darah itu sendiri namun karena lesi stenosis arteri.
Kegagalan pembuluh darah untuk menutup selama ereksi (disfungsi veno oklusi)
dapat menyebabkan DE. Disfungsi veno oklusi dapat terjadi pada usia tus, DM, dan
trauma (fraktur penis). Penggunaan obat anti hipertensi juga memberi dampak
langsung terjadinya disfungsi hipertensi. Beberpa obat seperti Golongan diuretikk,
ACAI, CCB, dan Anti adrenergic: reserpin, klonidin, beta-receptor di duga memiliki
peran besar terjadi DE.
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari
pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini:
 Fase desireDipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan,
harapan kultural, kecemasan akan kemampuan seks. Interval untuk
meningkatkan hasratseksual pada lansia pria meningkat serta testoteron
menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.
 Fase arousalLansia pria mengalami ereksi membutuhkan waktu lebih lama,
dan kurang begitu kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat
penurunan testoteron; elevasi testis ke perineum lebih lambat.
 Fase orgasmikPada lansia pria kemampuan mengontrol ejakulasi membaik;
kekuatan dan jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
 Fase pasca orgasmikMungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan
gairah sampai timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi.

3. Apakah profil lemak darah pada penderita ini mempunyai contribusi terhadap
kejadian disfungsi ereksinya? Jelaskansecara sistematis
Jawab

Kebiasaan makan berlemak dalam waktu yang relatif lama menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol total, trigliserida dan LDL serta penurunan kadar HDL atau yang biasa disebut
hiperlipidemia. Gangguan pada jaringan arteri dapat terjadi dengan peningkatan kadar
kolesterol, LDL dan VLDL dalam darah (hiperkolesterol). Kenaikan kadar kolesterol ini
dapat terjadi bila ada gangguan pembentukan kolesterol dalam hepar atau usus halus. Kadar
kolesterol LDL yang tinggi akan memicu penimbunan kolesterol di sel pembuluh darah, yang
menyebabkan munculnya aterosklerosis dan terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah.
Aterosklerosis berhubungan dengan peningkatan LDL. Pengaruh peningkatan kadar LDL
akan diikuti akumulasi ester kolesterol dalam makrofag sehingga kemudian makrofag disebut
sebagai sel busa. Kadar LDL yang tinggi menyebabkan tingginya kadar LDL intimal.
Selanjutnya LDL intimal akan mengalami oksidasi dan menarik monosit dari sirkulasi darah
serta berubah secara fenotipik menjadi makrofag. Peningkatan LDL teroksidasi pada dinding
arteri disertai dengan terbentuknya sel busa, akan berkembang menjadi lempeng lemak
(Yanuartono, 2007).Sel endotel memainkan peran kunci dalam aterosklerosis. Sel-sel endotel
mengambil dan memetabolisme LDL dan ketika dibebani dengan kolesterol intraseluler,
menghasilkan kristal kolesterol. Kristal kolesterol ditempatkan pada sisi basolateral, dan
mempengaruhi fungsi endotel. Kelainan fungsi endotel berkorelasi dengan kejadian disfungsi
ereksi. Aliran darah arteri ke dalam korvora kavernosa ditingkatkan oleh vasodilatasi yang
dimediasi asetilkholin. Asetilkholin meningkatkan produksi nitrat oxida pada sel endotelial
dan neuron nonadrenergik - nonkholinergik. Nitrat oxida meningkatkan aktivitas guanilat
siklase, yang meningkatkan konversi cGTP menjadi cGMP. cGMP menurunkan kadar
kalsium intrasel dalam sel otot polos arteri penis dan sinus cavernosus. Akibatnya, terjadi
relaksasi otot polos yang meningkatkan aliran darah kedalam korpora berakibat ereksi. Jika
proses ini terganggu akibat malfungsi endothelium maka akan terjadi hambatan ereksi.

Anda mungkin juga menyukai