Kasus:
Seorang pria usia 50 th, sering mengalami kegagalan dalam usaha menjalani
hubungan seksual dengan istri. Kondisi tersebut menyebabkan kehidupan rumah tangganya
menjadi tidak harmonis, sehingga pria tersebut ingin mendapatkan solusi terbaik. Penderita
tersebut gemuk (BMI 35), lingkar perut (LP) 105 cm. Dalam dua minggu terakhir mengalami
penurunan libido, gangguan ereksi, dan nafas sering terengah-engah. Hasil pemeriksaan fisik
menunjukkan tensi 200/110 mm/Hg, nadi 88/mnt, respiratory rate 24/mnt. Pemeriksaan
laborat menunjukkan kadar gula darah 130mg% (2 jam PP), trigliserid 150, cholesterol total
250.Hasil pemeriksaan hormon menunjukkan penurunan kadar testosteron (200 ng/dl).
Soal:
1. Menurut anda apa yang menyebabkan penderita tersebutmengalami penurunan
libido dan gangguan ereksi? jelaskan dengan singkat
2. Ceritakan dengan sistematis bagaimana mekanisme terjadinya disfungsi ereksi
pada penderita tersebut?
3. Apakah profil lemak darah pada penderita ini mempunyai contribusi terhadap
kejadian disfungsi ereksinya? Jelaskansecara sistematis
Jawab
Dik
Keluhan : gagala dalam menjalani hubungan sexual, penurunan libido,
gangguan ereksi, dan nafas sering terengah-engah
BMI : 35 obecity emergency
LP : 105 melebar N lakilaki >100
TD : 200/110 mm/Hg HT Gr II,
Nadi : 88/mnt (Normal )
RR : 24/mnt ( sesak ).
GD2PP : 130mg% (GDPT),
Trigliserid : 150 (Normal)
Cholesterol total : 250 (meningkat > 200)
Testosteron : 200 ng/dl ( menurun, N = 400 - 1080 ng/dl ) .
1. Menurut anda apa yang menyebabkan penderita tersebut mengalami penurunan libido
dan gangguan ereksi? jelaskan dengan singkat
Jawab
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia sering berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme dan vaginitis,
pasca operasi, kekurangan gizi, penggunaan obat-obat tertentu.Faktor psikologis
diantaranya rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual, sikap keluarga
dan masyarakat yang kurangmenunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya,
kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup
telah meninggal dan disfungsi seksual.
Pada pasien penurunan libido bias dari berbagai aspek mulai dari proses penuaan,
peningkatan body mass index, stres fisik maupun psikis karena masalah keluarga serta
penyakit pre diabetic yang berperan dalam penurunan kadar testosterone hingga hampir
50 % dari normalnya 400-1080 ng/dl. Hormon testosteron mempunyai peranan yang
besar pada jaringan penis termasuk dalam mekanisme ereksi, memelihara dan
mempertahankan integritas struktur jaringan erektil. Kekurangan testosteron akan
menyebabkan gangguan pada anatomi dan fisiologi jaringan erektil, gangguan pada
serabut saraf kavernosa, kehilangan serat-serat elastin pada tunika albuginea dan otot
polos korpus kavernosum, digantikan oleh jaringan kolagen pada kedua struktur tersebut,
terjadinya kebocoran pada vena (venous leakage) sehingga menyebabkan terjadinya
venous refluxdan terjadilah gangguan ereksi. Penurunan 50% testosteron pada sirkulasi
akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah intrakavernosal.
Selain itu kondisi hiperlipidemia, hiperglisemia, dan hipertensi juga mendasari
penyebab keluhan pasien bias terjadai. Pada dasarnya disfungsi ereksi adalah salah satu
gangguan sirkulasi darah. Hal ini terjadi kelainan diantara tiga organ yakni jantung, otak
dan penis yang merupakan organ yang membutuhkan sirkulasi darah yang bagus. Bila
sirkulasi darah berkurang atau terjadi penyempitan pembuluh darah diantara ketiga organ
tersebut, maka fungsi sorgan akan menurun atau salah satu organ terganggu atau
kombinasi dari ketiga organ tersebut. emak darahyang terlalu tinggi menyebabkan
aterosklerosis (pengapuran pembuluh darah) yang menyebabkan penyempitan pembuluh
darah. Pada organ-organ penting seperti penis, ereksi akan sulit keras sehingga timbul
disfungsi ereksi.
Kondisi hipertensi juga memperparah keluhan pasien dimana selain aliran darah ke
penis terganggu, beberapa obat hipertensi juga menyebabkan gangguan ereksi dan
rangsang seksual. obat reserpin merupakan salah satu obat yang berdampak pada libido
seks yang akan menurun dengan akibat tidak bisa ereksi lagi. Penyebab disfungsi ereksi
pada penderita hipertensi adalah gejala fisik, arterosklerosis atau pengapuran pembuluh
darah serta obat-obatnya.
Menurut Williams Gordon H (1991)dalam Tobing (2006), jenis obat hipertensi yang
dapat menyebabkan disfungsi ereksi adalah:
a. Golongan diuretika, misalnya laxis
b. Anti adrenergic: reserpin, klonidin, beta-receptor
c. Vasodilatori
d. Angiotensin-converting enzym inhibitors
e. Calcium channel antagonis (memberikan dampak paling ringan)
Sebagian besar obat-obatan tersebut dapat menurunkan ereksi sampai terjadi
disfungsi yang serius. Penurunan ereksi terjadi terutama bila pemakaian obat yang lama
misalnya lebih dari 6 bulan. Hal ini terjadi karena penyakit hipertensi tidak pernah
sembuh. Sekali orang mengalami hipertensi, selama hidupnya harus diobati sehingga
secara perlahan dapat mengalami disfungsi ereksi
3. Apakah profil lemak darah pada penderita ini mempunyai contribusi terhadap kejadian
disfungsi ereksinya? Jelaskan secara sistematis
Jawan
Pada dasarnya disfungsi ereksi adalah salah satu gangguan sirkulasi darah. Hal ini
terjadi kelainan diantara tiga organ yakni jantung, otak dan penis yang merupakan organ
yang membutuhkan sirkulasi darah yang bagus. Bila sirkulasi darah berkurang atau
terjadi penyempitan pembuluh darah diantara ketiga organ tersebut, maka fungsi sorgan
akan menurun atau salah satu organ terganggu atau kombinasi dari ketiga organ tersebut.
emak darahyang terlalu tinggi menyebabkan aterosklerosis (pengapuran pembuluh darah)
yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada organ-organ penting seperti
penis, ereksi akan sulit keras sehingga timbul disfungsi ereksi.
Kebiasaan makan berlemak dalam waktu yang relatif lama menyebabkan peningkatan
kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL serta penurunan kadar HDL atau yang biasa
disebut hiperlipidemia. Keadaan ini juga disertai faktor molekuler berupa keberadaan
oksigen yang rendah dalam tubuh atau hipoksia. Kondisi ini memperparah aliran darah
menuju dan keluar dari penis sehingga kualitas ereksi dan gangguan erectil fiber
terganggu pada penderita obesitas. Keadaan hiperlipidemiajuga mempengaruhi kerja
sistem reproduksi, antara lain lain; atrofi tubulus seminiferus, penurunan kualitas
spermatozoa dari segi jumlah, motilitas serta morofologi, hambatan sekresi hormone
testosteron, LH (Luteinizing Hormone), hingga menurunnya ketebalan otot korvus
kavernosum penis.
Arteri pudenda interna merupakan pembuluh darah yang memasok darah ke penis,
masuk ke permukaan dorsal organ dan berpenetrasi ke jaringan erektil korvus
kavernosum.Sebagai pembuluh darah yang membawa nutrisi ke jaringan, arteri pudenda
interna rentan terhadap resiko buruk dari keadaan hiperlipidemia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan kadar kolesterol dan LDL
darah terhadap kejadian disfungsi ereksi. Plak lipid dapat menyumbat arteri dorsal penis
yang merupakan cabang dari arteri pudenda interna sehingga penis tidak dapat menerima
aliran darah dan menyebabkan terganggunya ereksi