Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PRINSIP DAN KEDUDUKAN SISTEM PENGAJARAN


MATA KULIAH KURIKULUM PEMBELAJARAN AKUNTANSI

Di susun oleh :
Juniarti Kartika Yuda 14803241056
Melly Avianti Pradana 14803241059
Cyndikia Edi Shafiera 14803241062

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang undang no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional


menyatakan: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran dapat disebut
berhasil bila dapat mencapai Tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sebagai pengajar, seorang guru harus mampu memahami prinsip-prinsip dalam


pengajaran yang nantinya akan diterapkan ketika mengajar peserta didik sesuai
dengan situasi dan kondisi peserta didik. Beberapa hal penting dalam proses
belajar mengajar juga perlu dipahami guru untuk dapat mengajar peserta didik.

Makalah ini akan membahas mengenai prinsip-prinsip pengajaran, hal-hal penting


dalam proses belajar mengajar, serta kedudukan sistem pengajaran di sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip-prinsip pengajaran?
2. Apa saja hal-hal penting dalam proses belajar mengajar?
3. Bagaimana kedudukan system pengajaran di sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Prinsip-prinsip Pengajaran
Setiap teori belajar mempunyai prinsip-prinsip belajar-mengajar
sendiri, yang mungkin sama ataupun berbeda dengan teori lain . Dalam
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas,guru umumnya tidak hanya
menggunakan satu pendekatan ataupun metode mengajar tetapi
menggunakan beberapa metode. Ada beberapa prinsip pengajaran yang
secara relative berlaku umum , diantaranya:
1. Prinsip Perkembangan
Siswa yang sedang diajar di dalam kelas sedang berada dalam proses
perkembangan. Sehubungan dengan perkembangan ini maka
kemampuan anak pada setiap jenjang usia dan tingkat kelas berbeda-
beda. Oleh karena itu, ketika memilih bahan dan metode belajar guru
hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan dengan kemampuan-
kemampuan anak tersebut.
2. Prinsip Perbedaan Individu
Seorang guru menghadapi banyak siswa di kelas dengan ciri masing-
masing siswa yang berbeda-beda. Tiap siswa memiliki pembawaan
yang berbeda, dan menerima pengaruh dan perlakuan dari keluarganya
masing-masing juga berbeda. Dengan demikian adalah wajar apabila
setiap siswa memiliki ciri-ciri tersendiri. Guru perlu mengerti benar
tentang adanya keragaman ciri-ciri siswa ini. Baik dalam menyiapkan
dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas dan
pembimbingan, guru hendaknya menyesuaikan dengan perbedaan-
perbedaan tersebut.
3. Prinsip Minat dan kebutuhan
Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri.bahan
ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin di sesuaikan dengan
minat dan kebutuhan tersebut.pengajaran perlu memperhatikan minat
dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya
perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak akan
menarik perhatiannya dengan demikian mereka akan bersungguh-
sungguh dalam belajar.
4. Prinsip Aktivitas
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa
belajar. Dalam pengajaran, siwalah yang menjadi subjeknya, berarti
dialah yang menjadi pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan
sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya
merencanakan pengajaran yang menuntut siswa banyak melakukan
aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti siswa dibebani banyak tugas.
Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan siswa hendaknya menarik
minat siswa, dibutuhkan dalam perkembangannya, serta bermanfaat
bagi masa depannya. Metode-metode yang banyak mengaktifkan siswa,
diantaranya: metode diskaveri, inkuiri, eksperimen, demonstrasi
pemecahan masalah, keterampilan proses, penegasan, dan diskusi.
5. Prinsip Motivasi
Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar di dorong oleh sesuatu
atau beberapa motif. Motif merupakan suatu tenaga yang berada pada
diri siswa yang mendorongnya untuk berbuat atau mencapai suatu
tujuan. Jika motif pada siswa cukup besar sehingga tanpa motivasi dari
luar dia sudah biasa berbuat berarti siswa tersebut memiliki motif
internal. Jika motif pada siswa kecil sekali sehingga ia membutuhkan
motivasi dari luar, siswa tersebut memerlukan motif eksternal. Selain
itu motif dibedakan pula menjadi motif intrinsic dan ekstrinsik. Motif
intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai atau berkaitan dengan
perbuatan yang dilakukan. Contoh seorang siswa rajin belajar Bahasa
inggris karena dia ingin bias berbicara Bahasa inggris. Motif ekstrinsik
adalah tenaga pendorong yang berada di luar perbuatan atau tidak ada
hubungannya langsung dengan perbuatan yang dilakukannya, tetapi
menjadi penyerta dari keberhasilan belajar.
2. Beberapa Hal Pokok dalam Proses Belajar Mengajar
1. Interaksi Belajar-Mengajar
Dalam interaksi belajar-mengajar terjadi proses saling mempengaruhi.
Perilaku guru akan berbeda , apabila menghadapi kelas yang aktif
dengan kelas yang pasif. Interaksi ini bukan hanya terjadi antara siswa
dan guru, tetapi antara siswa dengan manusia sumber (orang yang
memberi informasi), antara siswa dengan siswa yang lain, dan dengan
media pelajaran. Kegiatan ini menekankan pada kehadiran siswa, tanpa
siswa di kelas guru tidak bisa mengajar. Lain halnya dengan belajar,
siswa dapat melakukan meski tanpa kehadiran guru. Dalam proses
belajar-mengajar yang mengaktifkan siswa untuk mengikuti pelajaran
guru hendaknya memberikan persoalan-persoalan yang menumbuhkan
pencarian, pengamatan, percobaan, analisis, sintesis, perbandingan,
penilaian, dan penyimpulan oleh siswa sendiri. Dalam strategi
demikian siswa berperan lebih aktif. Interaksi guru dengan siswa
bukan hanya dalam penguasaan bahan ajaran tetapi juga dalam
penerimaan nilai-nilai, pengembangan sikap serta dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dengan demikian
peranan guru tidak hanya sebagai pengajar dan pelatih tetapi juga
sebagai pendidik dan pembimbing.
2. Proses Belajar-Mengajar Ditinjau dari Sudut Siswa
Dari sudut siswa, pengajaran berarti belajar. Belajar merupakan
serangkaian upaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan
dan sikap serta nilai siswa, baik kemampuan intelektual, social, afektif,
maupun psikomotor.
a. Macam-macam Keterampilan Intelektual
Menurut Gagne (1970), ada delapan tipe keterampilan intelektual
belajar. Delapan tipe ini menunjukan keterampilan yang paling
rendah sampai yang tinggi, yaitu :
1) Belajar tanda-tanda, merupakan kegiatan belajar yang paling
sederhana sebab hanya melibatkan penguasaan akan tanda-
tanda. Contoh : anak kecil melihat mobil, dia mulai mengenal
mobil dengan tanda ada ban, bunyi dan lain-lain.
2) Belajar stimulus respon, merupakan kegiatan belajar yang
berbentuk menjalin hubungan antara suatu rangsangan dengan
respon. Contoh : mengikuti perintah dan larangan guru sampai
dengan yang lebih sukar atau kompleks seperti menjawab
pertanyaan atau memecahkan suatu masalah yang diberikan
oleh guru.
3) Rangkaian kegiatan, merupakan kegiatan belajar yang berisi
rangkaian kegiatan, misalnya menjalankan mesin jahit berisi
rangkaian kegiatan yang pertama memasukan benang,
menyetel kedudukan jarum, meletakan kain, dan seterusnya.
4) Belajar hubungan verbal, merupakan kegiatan belajar yang
dimulai dengan mengenal hubungan antara sebuah benda
dengan namanya, kemudian hubungan antara nama dengan
nama lain, nama dengan konsep (contoh: bunga indah),
akhirnya hubungan antara konsep dengan konsep (contoh:
mencuri itu jahat).
5) Belajar membedakan, berisi pengenalan ciri-ciri atau sifat-sifat
sesuatu. setelah anak mengetahui ciri-cirinya, kemudian
mereka akan belajar mengkategorikan.
6) Belajar konsep, belajar ini bersifat abstrak, suatu konsep
disimpulkan dari berbagai situasi, peristiwa, ucapan, dan
pemberiannya. Konsep ini berkembang sejalan dengan
pengalaman-pengalaman selanjutnya.
7) Belajar aturan atau hukum, dimulai dengan aturan yang paling
sederhana yaitu mematuhi peraturan yang ada di rumah dan di
sekolah. Kemudian belajar aturan yang lebih formal dan
kompleks yang berkenaan dengan kehidupan manusia, seperti
hokum berlalu lintas, pemeliharaan lingkungan, dan kewajiban-
kewajiban sebagai warga masyarakat.
8) Belajar pemecahan masalah, dalam tipe belajar ini siswa
dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus
dipecahkannya. Kegiatan belajar ini biasanya meliputi lima
langkah, yaitu:
1) Mengidentifikasi masalah
2) Merumuskan dan membatasi masalah
3) Menyusun pertanyaan-pertanyaan
4) Mengumpulkan data
5) Merumuskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan serta
mengambil kesimpulan.
b. Belajar Menerima, Menghafal, Diskaveri dan Bermakna
Menurut Ausble dan Robinson, tentang bentuk-bentuk belajar ada
empat, yaitu:
a. Belajar menerima dan belajar diskaveri
Belajar menerima adalah belajar dengan peranan siswa lebih
pasif mereka lebih banyak ,menerima apa yang disampaikan
oleh gurunya, contohnya: mendengarkan ceramah. Berbeda
dengan belajar diskoveri yang mana dalam belajar diskoveri ini
siswa lebih bersifat aktif, ada sejumlah proses mental yang
dilakukan siswa. Banyak menuntut aktivitas berfikir dan
bahkan sampai aktivitas fisik. Contohnya: tanya jawab, diskusi,
dan lain-lain.
b. Belajar menghapal dan belajar bermakna
Belajar menghapal menekankan pada penguasaan pengetahuan
tanpa memberi arti terhadap pengetahuan tersebut, sedangkan
belajar bermakna segala sesuatu di pelajari dari makna. Makna
dapat terjadi karena:
1) Ada hubungan antara suatu pengetahuan dengan
pengetahuan lainnya. Contoh: gedung tinggi dengan tangga
2) Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunanya,
antara pengetahuan dengan manfaatnya. Contoh: manfaat
kincir air, penggunaan pupuk, dan sebagainya.
c. Belajar di Sekolah dan di Luar Sekolah
Belajar sesuai dengan uraian di atas dapat lakukan di dalam kelas
atau di luar kelas. Kegiatan belajar di sekolah berada dibawah
bimbingan dan pengawasan langsung dari guru. Apabila saat
belajar anak didik menghadapi kesulitan maka bantuan dari
seorang guru akan memecahkan masakah tersebut. Kegiatan
belajar diluar sekolah tidak mendapatkan bimbingan dan
pengawasan dari guru. Kegiatan belajarnya dapat berlangsung di
rumah, di perpustakaan umum, atau pada pusat-pusat kegiatan
belajar lainnya.
d. Belajar Secara Klasikal, Kelompok dan Individul
Kegiatan belajar dapat berlangsung secara klasikal, kelompok,
ataupun individual. Kegiatan belajar yang bersifat menerima dan
menghapal umumnya diberikan secara klasikal dengan siswa yang
berjumlah kurang lebih 40 orang, pada waktu yang sama menerima
bahan yang sama. Umumnya kegiatan ini diberikan dalam bentuk
ceramah. maka pembelajaran yang pas adalah klasikal dengan
syarat keadaan kelas atau ruang harus tenang, pembelajaran ini
akan cenderung pembelajaran yang pasif. Kegiatan belajar yang
lebih efektif adalah belajar kelompok dan individu.
e. Belajar Teori dan Praktek
Dalam pelajaran tingkat Sekolah Dasar pelajarannya dapat berupa
teori dan praktek. Belajar teori sangat mudah pelaksanaannya
karena tidak membutuhkan alat dan bahan tapi untuk belajar
praktek pelaksanaannya menuntut adanya alat dan bahan sebagai
media pembelajarannya. Dalam belajar teori anak didik akan
cenderung pasif, sedangkan belajar praktek anak didik akan
cenderung aktif karena banyak hal yang dapat dilakukan oleh
siswa.
3. Proses Belajar-Mengajar Ditinjau dari Sudut Guru
Proses belajar mengajar kalau dilihat dari sudut guru maka akan terwujud
kegiatan mengajar. Mengajar dapat diartikan sebagai proses penyampaian
pengetahuan kepada siswa. Kalau dilihat dari arti yang umum atau yang
lebih luas adalah dimana kegiatan itu akan mencakup semua kegiatan yang
menciptakan situasi agar siswa dapat belajar.
Kegiatan belajar-mengajar merupakan dua hal yang tidak bias dipisahkan,
sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru
mengajar agar siswa belajar. Oleh karena keduanya merupakan suatu
keterpaduan, maka pendekatan metode mengajar yang digunakan oleh
guru menentukan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.
a. Mengajar Secara Ekspositori
Kegiatan belajar ini akan bersifat menerima. Baik pada tahap
perencanaan maupun pada pelaksanaan mengajar, dalam pendekatan
ini guru berperan lebih aktif,. Guru mempersiapkan bahan ajar secara
tuntas lalu menyampaikan kepada siswanya. Sebaliknya, siswa akan
berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan kegiatan pengolahan
bahan, karena telah menerima bahan ajaran yang disampaikan oleh
guru. Metode mengajar yang biasa digunakan yaitu:
1) Metode Ceramah
Yang perlu dipersiapkan dalam metode ceramah adalah bahan ajar
dan sistimatika pengajaran, selanjutnya guru menyampaikan materi
sesuai dengan bahan ajarnya dan sistematikanya.
2) Metode Demonstrasi
Metode ini adalah pelengkap dari metode ceramah. Dalam
penyampaian materi mungkin ada penjelasan yang memerlukan
alat peraga, maka metode yang cocok adalah metode demonstrasi.
b. Mengajar dengan Mengaktifkan siswa
dalam pelaksanaan kegiatan mengajar ini yang mengaktifkan siswa,
guru tidak begitu banyak melakukan aktivitas. Walaupun demikian
tidak berarti guru tinggal diam, guru memberi petunjuk tentang apa
yang harus dilakukan siswa , mengarahkan, menguasai, dan
mengadakan evaluasi. Banyak metode yang dapat guru lakukan untuk
mendapatkan pembelajaran yang aktif diantaranya :
1) Metode Tanya Jawab
Ini metode yang paling sederhana untuk mengaktifkan siswa. Guru
hanya perlu mengajukan pertanyaan atas materi yang telah
disampaikan dan siswa akan menjawab sesuai dengan pertanyaan,
atau sebaliknya kalau ada siswa yang belum paham atas materi
yang telah diajarkan, siswa akan bertanya kepada guru. Pertanyaan
yang akan diajukan oleh guru hendaknya tercantum dalam rencana
pengajaran.
2) Metode Diskusi
Metode ini hampir mirip dengan metode tanya jawab, perbedaanya
terletak pada hal yang dibahas serta cara pembahasannya. Diskusi
akan membahas satu masalah yang harus dicari jalan keluar dari
masalah tersebut. dalam metode ini siswa kebanyakan dibagi atas
kelompok-kelompok yang akan menghasilakan kesimpulan. Dalam
diskusi dialog terjadi antara semua atau beberapa peserta diskusi.
3) Metode Pengamatan dan Percobaan
Metode pengamatan berkaitan erat dengan metode percobaan,
keduanya berisi kegiatan pengamatan atau observasi.
Perbedaannya terletak pada objek yang diamatinya. Dalam
pengamatan yang diamati adalah suatu objek, yang bersifat
alamiah, sedangkan pada percobaan yang diamati adalah suatu
objek yang dibuat oleh pengamat. Scenario proses pengamatan
atau percobaan juga harus dituliskan secara rinci dalam rencana
pengajaran.
4) Metode Mengajar Kelompok
Dalam metode ini lebih ditekankan pada aktivitas pengelompokan
siswa. Kelompok siswa ada yang besar, sedang dan yang kecil
tergantung dengan jumlah siswa dalam kelompok tersebut, jumlah
untuk kelompok adalah 11-20 siswa, untuk kelompok sedang
adalah 6-10 siswa dan untuk jumlah kelompok kecil adalah 2-5
siswa. Aktivitas belajar yang akan dikerjakan kelompok, seperti:
diskusi, permainan, simulasi, dan lain-lain.
5) Metode Latihan
Metode ini sangatlah bervariasi, metode ini kegiatannya sangat
luas, ada kegiatan pemecahan masalah, olahraga, kesenian dan
lain-lain. Inti dari metode ini adalah melakukan kegiatan dengan
cara mengulang-ulang suatu perbuatan, sampai perbuatan tersebut
dikuasai siswa.
6) Metode Pemecahan Masalah
Tujuannya dari metode ini adalah untuk memecahakan masalah
yang sangat kompleks, metode ini dilaksanakan oleh siswa bisa
individu atau kelompok.
7) Metode Pemberian Tugas
Kegiatan belajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi dapat
dilakukan diluar kelas. Agar para siswa belajar di luar sekolah
maka metode ini dinilai paling tepat. Pemberian tugas dapat
diberikan secara individual ataupun kelompok. Macam keluasan
dan kesukaran tugas sudah tentu perlu dipertimbangkan dan
disesuaikan dengan kemampuan anak.
C. Kedudukan Sistem Pengajaran di Sekolah
1. Sekolah sebagai suatu Sistem Sosial
Sekolah sebagai suatu sistem sosial dapat ditinjau dari dua fenomena.
Fenomena pertama, berkenaan dengan lembaganya yang melaksanakan
peranan dan fungsi, dan harapan-harapan tertentu untuk mencapai berbagai
tujuan dari sistem tersebut. Kedua, mengenai individu-individu yang
berbeda dalam sistem, yang masing-masing memiliki kepribadian dan
disposisi kebutuhan.
Menurut Getzel dan Cuba (Hamalik, 2005)dimensi nomotetis atau
institusional dan dimensi idiografis berinteraksi anatara yang satu dengan
yang lain dan menunjukkan dirinya dalam bentuk perilaku sosial atau
berpadu dalam tujuan-tujuan persekolahan. Model sistem tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.

a. Fungsi dan Tugas Sekolah


Konsep fungsi dan tugas sekolah sejalan dengan konsep tentang fungsi
pendidikan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
bertanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi tersebut.
Terdapat berbagai pandangan tentang fungsi dan tugas sekolah,
diantaranya adalah Hilda Taba (1962) dalam tulisannya yang berjudul
Current Conception of the Function of the School menguraikan
tentang:
1) Education as preserve and transmitter of the heritage.
2) Education as instrument for transforming culture.
3) Education for individual development.

Konsep diatas berbeda dengan fungsi pendidikan yang ada dalam


“Pokok-Pokok Pikiran Pendidikan Nasional” (1989) yang
dikemukakan antara lain sebagai berikut:
Dalam rangka mewujudkan masyarakat budaya yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan nasional berfungsi sebagai alat:

1) Pengembangan pribadi,
2) Pengembangan warga negara,
3) Pengembangan kebudayaan, dan
4) Pengembangan bangsa.

Dengan demikian, pendidikan harus mampu membangun masyarakat


yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang suka belajar
dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berlangsung seumur
hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.

Selain terdapat konsepsi diatas, terdapat pula konsepsi yang


dikemukakan Prof I.P. Simanjuntak yang dinilai lebih praktis dan lebih
mengarahkan pada pengembangan kurikulum sebagai alat untuk
melakukan fungsi-fungsi tersebut (Hamalik, 2005) yaitu:

1) Mendidik calon warga negara yang dewasa,


2) Mempersiapkan calon warga masyarakat,
3) Mengembangkan cita-cita profesi/kerja,
4) Mempersiapkan calon pembentuk keluarga yang baru, dan
5) Pengembangan pribadi (realisasi diri)

Sedangkan tugas sekolah sebenarnya adalah memberikan pendidikan


dan pengajaran sesuai dengan kelima fungsi tersebut, yang pada
dasarnya merupakan hasil analisis terhadap keperluan anak yang
belajar.

b. Proses Pendidikan di Sekolah


Proses pendidikan berlangsung dalam dua tahapan yakni proses
pendidikan jangka pendek dan proses pendidikan jangka panjang.
Dikembangkannya model strategi pendidikan seumur hidup
dikarenakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional memerlukan
proses pendidikan dalam berbagai bentuk yang kompleks dan
berkelanjutan, di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Karena proses pendidikan yang kompleks, para ahli menjabarkannya
dalam beberapa dimensi. Setiap dimensi mengandung fungsi masng-
masing dalam hubungan dengan dimensi serta fungsi fungsi lainnya.
Sebagai gambaran, J.M. Cooper (1973) mengutip model proses
pendidikan dari Lawrence Downey yang mengemukakan:
1) Dimensi substantive, tentang apa yang diajarkan,
2) Dimensi tingkah laku, tentang bagaimana mengajar dan dinamakan
perbuatan mengajar belajar, dan
3) Dimensi lingkungan, keadaaan lingkungan secara fisik tempat
berlangsungnya kegiatan belajar.

Ketiga dimensi tersebut disusun dalam bentuk model konseptual


proses pendidikan sebagai berikut.
2. Kurikulum Sekolah
Kurikulum merupakan alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditentukan (Hamalik, 2005). Kurikulum dapat diartikan dalam
arti sempit dan dalam arti luas. Dalam pengertian pertama, kurikulum
dianggap sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa
untuk memperoleh ijazah. Dalam pengertian yang lebih luas, kurikulum
adalah semua pengalaman yang dengan sengaja disediakan oleh sekolah
bagi para siswanya untuk mencapai tujuan pendidikan.
a. Faktor-faktor Penyusunan Kurikulum
Kurikulum adalah suatu alat yang sangat penting dalam rangka
merealisasikan dan mencapai tujuan sekolah. Dalam arti luas, segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi siswa baik didalam sekolah maupun
di luar sekolah tercakup dalam kurikulum. Oleh karena itu , kurikulum
benar-benar harus direncanakan sehingga pengaruhnya terhadapa para
siswa benar-benar dapat diamati dan diukur hasilnya. Faktor –faktor
yang mendasari kurikulum adalah sebagai berikut.
1) Filsafat Pendidikan
Suatu sistem pendidikan senantiasa berdasarkan dan bertolak dari
pandangan hidup masyarakat tertentu, sehingga akan berbeda antar
masyarakat atau bangsa. Di Indonesia, masyarakat dan negara
berpijak pada pandangan hidup dan filsafat hidup pancasila yang
berlandaskan moral dan psikologi bangsa, sehingga selanjutnya
dirumuskan tujuan pendidikan nasional yang menjadi dasar dalam
merumuskan tujuan pendidikan institusional dan kurikuler.
2) Kemasyarakatan
Sebagaimana diketahui, sekolah dan masyarakat adalah dua
institusi yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang
lainnya. Pendidikan dan kurikulum sekolah harus senantiasa
relevan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Setiap masyarakat
memiliki kebutuhan, tuntutan, dan aspirasi sendiri-sendiri. Fakor
ini harus menjadi pertimbangan dalam penyususnan kurikulum dan
harus menjadi perhatian sekolah.
3) Pertumbuhan dan Pengembangan Siswa
Setiap anak memiliki kebutuhan, minat, dan kemampuannya
masing-masing. Faktor itu semua harus menjadi pertimbangan
yang mendasar dalam penyusunan kurikulum. Kebutuhan siswa
yang banyak dan luas dapat dikategorikan menjadi kebutuhan
fundamental, kebutuhan sosial, dan kebutuhan rohaniah.
Berdasarkan perbedaan dan kesamaan dalam kebutuhan dan minat
para siswa, maka kurikulum disusun dengan memperhitungkan
prinsip relevansi yang sebanyak mungkin.
4) Proses Belajar
Kurikulum disusun berdasarkan proses belajar yang terjadi pada
diri siswa. Dalam dunia psikologi memiliki berbagai macam aliran,
setiap aliran tersebut memiliki pandangan sendiri-sendiri tentang
proses belajar. Karena setiap aliran memiliki kelebihan dan
kelemahan, ditariklah berbagai prinsip belajar yang secara umum
dapat disepakati bersama. Prinsip-prinsip belajar itulah yang
menjadi landasan pokok dalam menyususn kurikulum sekolah.
b. Organisasi Kurikulum
Kurikulum yang dilaksanakan di sekolah-sekolah kita dewasa ini
memiliki organisasi yang teridri atas komponen-komponen sebagai
berikut.

1) Prinsip-prinsip Dasar
a) Prinsip berorientasi pada tujuan merupakan prinsip utama dan
pertama dalam kerangka kurikulum akibat pentingnya fungsi
dan peranan sekolah dalam pembinaan siswa.
b) Prinsip relevansi pendidikan menunjuk pada dasar pikiran
bahwa pendidikan di sekolah harus relevan dengan kebutuhan
dan tuntutan pekerjaan di lapangan, pengembangan ilmu
pengetahuan, kebutuhan, dan tingkat perkembangan anak-anak,
serta serasi dengan usaha pembangunan dan pembaruan
pendidikan di Indonesia.
c) Prinsip efisiensi dan efektivitas menunjuk pada keharusan
penggunaan dana, daya, dan waktu yang ada secara maksimal
untuk mencapai hasil secara optimal.
d) Prinsip keluwesan (fleksibilitas)program berdasarkan pada
pertimbangan ekosistem (kondisi lingkungan sekolah,
masyarakat, dan keluarga; sistem nilai; dll) dan pengadaan
fasilitas (ruangan; peralatan; dll) yang ada di sekolah.
e) Prinsip berkesinambungan berkenaan dengan penyusunan
urutan dan pemakaian hasil lulusan. Prinsip itu dilaksanakan
baik secara vertikal (hubungan fungsional dengan berbagai
jenjang pendidikan) maupun secara horizontal (mempersiapkan
lulusan agar mampu bekerja di masyarakat).
f) Prinsip pendidikan seumur hidup berlandaskan pada pemikiran
bahwa pendidikan tidak cukup dilakasanakan di sekolah, tetapi
juga harus dilanjutkan dalam kehidupan bermasyarakat. Para
lulusan dituntut untuk belajar terus sepanjang hayatnya,
mengingat cepatnya perubahan dan perkembangan masyarakat.
2) Dasar dan Tujuan Pendidikan
Kurikulum semua lembaga pendidikan Indonesia berdasarkan pada
falsafah Pancasila dan UUD 1945. Tujuannya adalah
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, kecerdasan,
ketrampilan, dan lain sebagainya.
3) Tujuan Umum dan Tujuan Khusus Pendidikan Institusional
Tujuan umum kelembagaan mengarah pada pembentukan warga
negara yang baik, penguasaan hasil pendidikan umum, dll.
Sedangkan tujuan khusus mengarah ke pengembangan aspek
pengetahuan, nilai sikap, dan ketrampilan.
4) Susunan Kurikulum
Program pendidikan disusun dalam bentuk bidang studi
(broadfield). Suatu bidang studi adalah perpaduan dari beberapa
mata ajaran yang memiliki karakteristik yang sama.
5) Program Pengajaran dan Metode Penyampaian
Program pengajaran disusun dalam bentuk Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) menurut bidang studi atau bidang
pengajaran.
3. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
a. Konsep GBPP
GBPP dalah ikhtisar keseluruhan program pengajaran yang terdiri atas
tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum, dan ruang lingkup bahan
pengajaran, yang diatur dan disusun secara keseluruhan menurut
semester atau caturwulan dan kelas yang berfungsi sebagai pedoman
bagi para pengawas, kepala sekolah, dan guru dalam rangka
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk mencapai
tujuan pendidikan.
b. Asas-asas Penyususnan Program
1) Setiap program harus berorientasi pad atujuan tertentu
2) Setiap program bersifat fleksibel
3) Setiap program dilaksanakan secara efisien dan efektif
4) Setiap program bersifat kesinambungan
5) Isi program disusun berdasarkan asas keseimbangan
6) Program kurikuler mempertimbangkan pula asas pertentangan
4. Ciri-ciri Siswa
a. Telaah Ciri-ciri Siswa
Sebelum mengembangkan suatu perencanaan pengajaran guru perlu
menelaah cirri-ciri siswa sebagai dasar untuk mempertimbangkan
jenis, luas, dan bobot pelajaran yang akan disajikan, cara
penyampaian, dan sebagainya. Berikut ini adalah beberap manfaat dari
menelaah cirri-ciri siswa.
1) Memperoleh gambaran lengkap dan terperinci tentang kemampuan
awal para siswa
2) Memperoleh gambaran tentang luas dan dan jenis pengalaman
yang telah dimiliki siswa
3) Mengetahui latar belakang sosial cultural para siswa.
4) Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa,
jasmani maupun rohani.
5) Mengetahui aspirasi dan kebutuhan para siswa
6) Mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang telah diperoleh
siswa
7) Mengetahui tingkat penguasaan bahasa siswa
8) Mengetahui sikap dan nilai yang menjiwai pribadi para siswa.
b. Perilaku Awal (Entering Behavior)
Tingkah laku awal adalah tingkah laku yang harus diperoleh siswa
sebelum memperoleh tingkah laku terminal yang baru. Tingkah laku
awal menentukan status pengetahuan dan ketrampilan siswa.
Ada empat konsep yang erat kaitannya dengan tingkah laku awal yaitu
kesiapan, kematangan, perbedaan individual, dan kepribadian.
c. Latar Belakang Akademik dan Sosial
Kedua jenis latar belakang siswa yaitu latar belakang akademik dan
sosial perlu dipertimbangkan dalam mendesign sestem pengajaran.
Banyak ahli menyarankan konsep-konsep diantaranya adalah Kemp
dan Thiagarajan.

5. Ciri-ciri Guru Profesional


a. Jenis-jenis Peranan Guru
Peranan guru dapat ditinjau dari arti luas dan arti sempit. Dalam arti
luas, guru mengemban peranan sebagai ukuran kognitif, agen moral,
innovator, dan kooperatif. Secara singkatnya guru mengemban
peranan-peranan antara lain sebagaimodel, perencana, peramal,
pemimpin, dan petunjuk jalan kepada sumber-sumber.
b. Guru Sebagai Fasilitator Belajar
Sebagai fasilitator berarti sebagai pembantu dalam pengalaman belajar,
membantu perubahan lingkungan, serta membantu terjadinya proses
belajar yang sesusaidengan kebutuhan dan keinginan.
c. Peranan Guru dalam Pembinaan Kurikulum
Guru adalah titik pokok dalam kurikulum, karena itu guru harus
memiliki bermacam-macam tingkat ketrampilan. Guru mengemban
peranan terhadap kurikulum yang lebih baik maka untuk memperbaiki
kurikulum perlu dilakukan perbaikan terhadap latihan guru dalam
penguasaan pelajaran, psikologi, serta metode yang digunakan.
d. Pengertian yang Diperlukan Guru Sehari-hari
Guru pertama-tama harus memahami segala sesuatu tentang siswa
yang menjadi tanggung jawabnya. Guru harus menguasai bahan
pelajaran sesuai dengan tingkat/kelas. Hubungan guru dan siswa
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses pembinaan
kurikulum.
e. Beberapa Masalah Profesi
Terdapat banyak maslah profesi guru antara lain dewasa ini guru
merupakan produk dari dua arah pendidikan menyebabkan tidak semua
guru melihat masalah pendidikan yang sama. Terdapat dua kelompok
guru yaitu gurudewasa dan guru baru yang terkadang mempunyai
perbedaan yang signifikan.
Masalah lainnya dalah guru wanita menganggap pekerjaannya sebagai
batu loncatan sebelum sumber pendapatan kedua/sampingan didapat
yang dikategorikan sebagai guru temporer.
f. Cara-cara Mendorong Guru Berpartisipasi
Untuk mendorong para guru agar ikut serta dalam program pembinaan
kurikulum, mereka perlu berada dalam hubungan administrasi dengan
guru lain, murid, dan orang tua, baik secara pribadi maupun
professional, selain hal tersebut guru juga perlu dilibatkan dalam
berbagai macam kegiatan.
g. Profil Kemampuan Dasar Guru
Guru harus mempunyai kemampuan dasar. Kemampuan itu antara lain
meliputi kemampuan menguasai bahan, kemampuan mengelola
program belajar mengajar, kemampuan mengelola kelas dengan
pengalaman belajar, kemampuan menggunakan media/sumber dalam
pengalaman belajar, kemampuan menguasai landasan-landasan
pendidikan dengan pengalaman belajar, kemampuan mengelola
interaksi belajar mengajar dengan pengalaman belajar, kemampuan
menilai prestasi siswa dengan pengalaman belajar, kemampuan
mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
dengan pengalaman belajar, kemampuana mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah dengan pengalaman belajar,
dan kemapuan memahami prinsisp-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil
penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap teori belajar mempunyai prinsip-prinsip belajar-mengajar sendiri,
yang mungkin sama ataupun berbeda dengan teori lain. Ada beberapa prinsip
pengajaran yang secara relative berlaku umum , yaitu prinsip perkembangan,
prinsip perbedaan individu, prinsip minat dan kebutuhan, prinsip aktivitas,
serta prinsip motivasi.
Beberapa hal pokok dalam proses belajar mengajar perlu dipahami demi
lancarnya proses belajar mengajar, diantaranya Interaksi Belajar-Mengajar,
Proses Belajar-Mengajar Ditinjau dari Sudut Siswa dan Proses Belajar-
Mengajar Ditinjau dari Sudut Guru.
Kedudukan sistem pengajaran di sekolah dapat dilihat dari peran sekolah
sebagai suatu sistem sosial, kurikulum sekolah, Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP), ciri-ciri siswa, serta cirri-ciri guru professional.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim & Nana Syaodih. 2013. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Oemar Hamalik. 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan


Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai