SEKOLAH
Di Susun Oleh :
Bisri Samsuri
2018
BAB I
LAPORAN PENDAHLUAN
5. Perkembangan bahasa
Kosa kata mulai bertambah, kesalahan pengucapan mulai berkurang
karena bertambahnya pengalaman pembicaraan yang dilakukan pada
tahap ini terkendali dan terseleksi karena anak mulai menggunakan
pembicaraan sebagai alat komunikasi.
6. Perkembangan konsep diri
Pada fase ini sangat dipengaruhi oleh hubungan orang tua, saudara
lainnya. Anak membentuk konsep diri sehingga membentuk ego ideal
yang berfungsi sebagai standar perilaku umum yang diinternalisasi.
C. Konsep Karies Gigi
1. Definisi Karies Gigi
Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan
kalsifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses
dekalsifikasi lapisan email gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik
secara enzimatis sehingga terbentuk kavitas (lubang) yang bila
didiamkan akan menembus email serta dentin dan dapat mengenai
bangian pulpa (Dorland, 2010).
Karies gigi merupakan proses kerusakan gigi yang dimulai dari
enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor
(multiple factors) di dalam rongga mulut yang berinteraksi satu dengan
yang lain. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor gigi, mikroorganisme,
substrat dan waktu (Chemiawan, 2004).
Asam memiliki kemampuan melarutkan jaringan otot yang paling
keras yakni email gigi. Asam akan mengikis email gigi yang bisa
menyebabkan gigi berlubang yang sering disebut dengan karies gigi.
Lubang pada gigi merupakan tempat kuman- kuman bersarang yang ada
di mulut. (Tarigan, 1995).
2. Patofisiologi
Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu
gigi, substrat, mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat
makanan misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh
bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan
menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit. Penurunan pH yang
berulang-ulang dalam waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi
permukaan gigi (Kidd, 2012). Proses terjadinya karies dimulai dengan
adanya plak dipermukaan gigi. Plak terbentuk dari campuran antara
bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa sel jaringan mulut,
leukosit, limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula
terbentuk, agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat
bertumbuhnya bakteri (Suryawati, 2010). Selain karena adanya plak,
karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa (gula) dari sisa makanan dan
bakteri yang menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam
laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan
menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies gigi.
Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin
melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan
lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut.
Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi
sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan
kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru
mulai, yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri
atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap
mikroorganisme dan 12enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/
tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin
merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah
terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies
yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan
demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang),
lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010). Patofisiologi karies
gigi menurut Miller, Black dan William adalah awalnya asam terbentuk
karena adanya gula (sukrosa) dan bakteri dalam plak (kokus). Gula
(sukrosa) akan mengalami fermentasi oleh bakteri dalam plak hingga
akan terbentuk asam dan dextran. Desxtran akan melekatkan asam yang
terbentuk pada permukaan email gigi. Apabila hanya satu kali makan
gula (sukrosa), maka asam yang terbentuk hanya sedikit. Tapi bila
konsumsi gula (sukrosa) dilakukan berkali-kali atau sering maka akan
terbentuk asam hingga pH mulut menjadi ±5 (Chemiawan, 2004).
3. Penyebab Karies Gigi
Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi,
bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan,
dan waktu.
a. Gigi
Terdapat penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat
mempertinggi faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta,
yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang, penyakit di mana
enamel tidak terbentuk sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah
ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Anatomi gigi juga
berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam
pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga
sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.
b. Bakteri
Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun
hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan
Lactobacilli. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan
adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia
spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada
plak.
c. Makanan
Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan
sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang
disebut fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan
demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH
telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur
dan pasta gigi berflorida dan cairan pencuci mulut. Karies lanjut dapat
ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka
akan terjadi proses pelubangan.
d. Waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik
dapat memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang
mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut
dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. pH
dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses
sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat
terjadi setelah 2 jam.
4. Gejala karies
Gejala karies gigi adalah sebagai berikut :
a. Nyeri baru timbul jika pembusukkan sudah mencapai dentin.
b. Nyeri yang timbul telah mencapai pulpa.
c. Nyeri saat dipakai menggigit karena bakteri masuk ke pulpa dan pulpa
mati.
Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies
sampai penyakit berkembang lama. Tanda awal dari lesi karies adalah
sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang
menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak
coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau
reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang
rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat
dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya
karies yang aktif.
Bila emael dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak.
Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika
disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan
terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang
dingin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat
menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam kasus
yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya
sehingga menjadi berbahaya.
5. Pencegahan Karies
Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan. Rontgen gigi
bisa dilakukan setiap 12-36 bulan, tergantung kepada hasil pemeriksaan
gigi oleh dokter gigi. Lima strategi umum yang merupakan kunci dalam
mencegah terjadinya karies gigi :
a. Menjaga kebersihan mulut
Kebersihan mulut yang baik mencakup menyikat gigi sebelum atau
setelah sarapan dan sebelum tidur di malam hari serta membersihkan
plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari. Hal ini sangat efektif
dalam mencegah terjadinya pembusukan permukaan yang licin.
Menyikat gigi mencegah terbentuknya karies di pinggir gigi dan flossing
dilakukan di sela-sela gigi yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi.
Menyikat gigi yang baik memerlukan wakyu selama ±2 menit. Pada
awalnya plak agak lunak dan bisa diangkat dengan sikat gigi yang
berbulu halus dan benang gigi minimal setiap 24 jam. Jika plak sudah
mengeras maka akan sulit untuk membersihkannya.
b. Makanan
Semua karbohidrat bisa menyebabkan pembusukan gigi, tetapi
yang paling jahat adalah gula. Semua gula sederhana, termasuk gula meja
(sukrosa), gula di dalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan
(fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi. Jika
gula bergabung dengan plak, maka dalam waktu sekitar 20 menit, bakteri
Streptococcus mutans di dalam plak akan menghasilkan asam. Jumlah
gula yang dimakan tidak masalah, yang memegang peran penting adalah
lamanya gula berada di dalam gigi. Orang yang cenderung mengalami
karies harus mengurangi makanan yang manis-manis. Berkumur-kumur
setelah memakan makanan manis akan menghilangkan gula, tetapi cara
yang lebih efektif adalah dengan menyikat gigi. Untuk menghindari
terbentuknya karies, sebaiknya meminum minuman dengan pemanis
buatan atau minum teh atau kopi tanpa gula
c. Flour
Flour menyebabkan gigi, terutama email, tahan terhadap asam yang
menyebabkan terbentuknya karies. Sangat efektif mengkonsumsi flour
pada saat gigi sedang tumbuh dan mengeras, yaitu sampai usia 11 tahun.
Panambahan flour pada air adalah cara yang paling efisien untuk
memenuhi kebutuhan flour pada anak-anak. Tetapi jika terlalu banyak
mengandung flour, bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik atau
perubahan warna pada gigi. Jika air yang diminum mengandung sedikit
flour, bisa diberikan obat tetes atau tablet natrium florida. Flour juga bisa
dioleskan langsung oleh dokter gigi pada gigi yang cenderung mengalami
pembusukan. Akan lebih baik jika menggunakan pasta gigi yang
mengandung flour.
d. Penambalan
Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan pada gigi
belakang yang sulit dijangkau. Setelah dibersihkan, daerah yang akan
ditambalditutup dengan plastic cair. Setelah cairan plastic mengeras,
akan terbentuk penghalang yang efektif, dimana bakteri di dalam lekukan
akan berhenti menghasilkan asam karena makanan tidak dapat
menjangkau lekukan tersebut. Sebuah tambalan bertahan cukup lama;
sekitar 90% bertahan sampai 1 tahun dan 60% bertahan sampai 10 tahun;
tetapi kadang perlu dilakukan perbaikan atau penggantian.
e. Terapi antibakteri
Beberapa orang memilki bakteri penyebab pembusukan yang sangat aktif
di dalam mulutnya. Orang tua bisa menularkan bakteri ini kepada
anaknya melalui ciuman. Bakteri tumbuh di dalam mulut anak setelah
gigi pertama tumbuh dan kemudian bisa menyebabkan terjadinya karies.
Karena itu kecenderunag bahwa pembusukan gigi terjadi dalam satu
keluarga, tidak selalu menunjukkan kebersihan mulut maupun kebiasaan
makan yang jelek. Pada orang-orang yang cenderung menderita karies
gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Setelah daerah yang membusuk
dibuang dan semua lubang serta lekukan ditambal, maka diberikan obat
kumur yang kuat (klorheksidin) selama beberapa minggu untuk
membunuh bakteri di dalam plak yang tersisa. Diharapkan bakteri yang
tidak berbahaya akan menggantikan bakteri penyebab karies. Untuk
membantu mengendalikan bakteri, bisa digunakan obat kumur fluor
setiap hari dan mengunyah permen karet yang mengandung xilitol.
D. Pencegahan Karies
Menurut Siregar & Ernawati (2001), ada beberapa cara untuk
pencegahan karies yaitu:
1. Usahakan anak anda cukup makanan bergizi.
2. Lakukan tindakan pembersihan gigi anak sedini mungkin, paling
sedikit dua kali sehari. Pagi setelah makan, malan menjelang
tidur.
3. Jangan membiasakan anak minum susu atau cairan manis lainnya
menjelang tidur.
4. Tingkatkan daya tahan gigi anak dengan flour (terdapat dalam
pasta gigi).
5. Bawalah anak anda ke dokter gigi untuk mendapatkan perawatan
dini terhadap karies.
6. Lanjutkan kontrol yang teratur ke dokter gigi setiap 3-6 bulan
sekali.
E. Pengobatan
Jika pembusukan berhenti sebelum mencapai dentin, maka email bisa
membaik dengan sendirinya dan bintik putih pada gigi akan menghilang.
Jika pembusukan telah mencapai dentin, maka bagian gigi yang
membusuk harus diangkat dan diganti dengan tambalan (restorasi).
Mengobati pembusukan pada stadium dini bisa membantu
mempertahankan kekuatan gigi dan memperkecil kemungkinan
terjadinya kerusakan pulpa.
1. Penambalan
Tambalan terbuat dari berbagai bahan dan dimasukkan ke dalam gigi
atau di sekitarnya. Perak amalgam merupakan tambalan yang paling
banyak digunakan untuk gigi belakang, karena sangat kuat dan
warnanya tidak terlihat dari luar. Perak amalgam relatif tidak mahal
dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal, tetapi
lebih kuat dan bisa digunakan pada karies yang sangat besar.
Campuran damar dan porselin digunakan untuk gigi depan, karena
warnanya mendekati warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari
luar. Bahan ini lebih mahal daripada perak amalgam dan tidak tahan
lama, terutama pada gigi belakang yang digunakan untuk mengunyah.
Kaca ionomer merupakan tambalan dengan warna yang sama dengan
gigi. Bahan ini diformulasikan untuk melepaskan fluor, yang memberi
keuntungan lebih pada orang-orang yang cenderung mengalami
pembusukan pada garis gusi. Kaca ionomer juga digunakan untuk
menggantikan daerah yang rusak karena penggosokan gigi yang
berlebihan.
2. Pengobatan saluran akar dan pencabutan
Jika pembusukan menyebar sampai ke pulpa, satu-satunya cara untuk
menghilangkan nyeri adalah mengangkat pulpa melalui saluran akar
(endodontik) atau mencabut gigi. Gigi belakang yang telah menjalani
pengobatan saluran akar sebaiknya dilindungi oleh sebuah mahkota,
yang akanmenggantikan keseluruhan permukaan untuk mengunyah.
Metoda restorasi untuk gigi depan yang telah menjalani pengobatan
saluran akar tergantung kepada jumlah gigi yang tersisa. Kadang
timbul demam, sakit kepala dan pembengkakan rahang, dasar mulut
atau tenggorokan, dalam waktu 1-2 minggu setelah pengobatan
saluran akar. Jika gigi dicabut, harus segera diganti. Jika tidak, gigi di
sebelahnya posisinya akan berubah dan mengganggu proses
menggigit.
F. Cara Menyikat Gigi
Tujuan dari menyikat gigi adalah menghilangkan/menghambat
pertumbuhan plak; embersihkan gigi dari makanan, debris, dan
pewarnaan; menstimulasi jaringan gusi; dan mengaplikasikan pasta gigi
yang mengandung suatu bahan khusus untuk mencegah lubang gigi,
penyakit periodontal, maupun mengurangi sensitivitas. Ada lima hal
yang harus selalu diperhatikan dalam melakukan penyikatan gigi guna
memperoleh hasil yang efektif. Kelima hal tersebut adalah:
1. Tepat memilih sikat gigi
2. Tepat cara menyikat gigi
3. Tepat waktu menyikat gigi
4. Tepat lamanya menyikat gigi
5. Teliti dalam menyikat gigi
Syarat-syarat sikat gigi yang baik adalah tangkainya lurus sehingga
mudah dipergang. Ujung kepala sikat kecil dan membulat sehingga
mudah masuk ke seluruh daerah mulut, serta bulu sikat sedang, lembut
dan datar. Cara menyikat gigi yang baik dan disarankan adalah:
1. Penyikatan dilakukan pada seluruh permukaan gigi
2. Menggunakan gerakan naik-turun untuk permukaan gigi yang
menghadap pipi, bibir dan lidah.
3. Penyikatan dengan gerakan maju-mundur untuk permukaan yang
digunakan untuk mengunyah makanan
Waktu menyikat gigi yang tepat adalah setiap habis makan dan sebelum
tidur malam. Lamanya menyikat gigi kurang lebih 2 menit, dengan 5-10
gerakan untuk setiap bagian, agar pembersihan pada daerah celah di
antara dua gigi lebih maksimal, maka dianjurkan menggunakan benang
gigi(dentalfloss). Selain pada gigi, penyikatan pada lidah juga perlu
dilakukan untuk membersihkan lidah dari kotoran yang dapat
menimbulkan bau mulut.
G. Syarat sikat gigi
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan gigi adalah dengan
menyikat gigi. Dengan menyikat gigi, kebersihan gigi dan mulut pun
akan terjaga, selain menghindari terbentuknya lubang-lubang gigi dan
penyakit gigi dan gusi. Banyak jenis dan ragam sikat gigi yang dijual di
pasaran, dari yang manual maupun elektrik. Sebetulnya, apa saja syarat
sikat gigi yang bagus? Yang terpenting adalah bulu sikat dan lebar kepala
sikat. Untuk bisa menjangkau daerah-daerah gigi bagian belakang,
ukuran kepala sikat gigi yang ideal adalah 35 – 40 mm. Bahkan, orang
dewasa sebaiknya juga memakai sikat gigi anak, karena ukurannya yang
kecil akan membantu menjangkau bagian gigi yang paling dalam.
H. Memilih sikat gigi :
1. Pilihlah sikat gigi yang kepalanya cukup kecil sehingga dapat
digunakan dengan baik dalam rongga mulut. Bagi orang dewasa
panjang kepala sikat gigi 2,5 cm, sedangkan pada anak 1,5 cm.
2. Panjang bulu sikat gigi hendaknya sama. Sikat gigi dengan bulu
yang panjangnya berbeda tidak dapat membersihkan permukaan
datar tanpa menimbulkan tekanan pada beberapa bulu sikat.
3. Tekstur bulu sikat hendaknya memungkinkan digunakan dengan
efektif tanpa merusak jaringan. Jangan memilih bulu keras sebab
dapat merusak jaringan. Yang terlalu lunak pun dikhawatirkan tidak
dapat membersihkan plak dengan sempurna. Yang paling tepat sikat
gigi dengan kekakuan bulu sikat medium.
4. Gagang sikat harus cukup lebar dan tebal agar dapat dipegang kuat
dan dikontrol dengan baik.
I. Sidikit tips memilih pasta gigi atau odol yang baik :
1. Pilih pasta gigi yang mengandung cukup fluoride. Fluoride berfungsi
untuk menjaga gigi agar tidak berlubang. Namun, anak-anak di
bawah 3 tahun sebaiknya tidak memakai odol. Pasalnya, terlalu
banyak fluoride justru tidak bagus dan membuat gigi lebih rapuh.
2. Pilih pasta gigi yang busanya tidak terlalu banyak. Busa yang terlalu
banyak menunjukkan bahwa kandungan deterjen di dalamnya juga
banyak. Pendapat bahwa semakin banyak busa semakin baik, tentu
tidak benar.
Selain kiat-kiat di atas, akan lebih baik bila hindari langsung makan
setelah menyikat gigi. Pasalnya, kadar asam mulut akan turun dan
fluoride pun hilang, sehingga kuman akan masuk lagi. Makan
sebaiknya 1 – 2 jam setelah menyikat gigi. Untuk menjaga kondisi gigi,
setiap 6 bulan sekali anak sebaiknya dibawa ke dokter gigi untuk
dilakukan topical fluoride (pelapisan gigi). Apalagi bagi anak-anak
yang malas menyikat gigi.
J. Daftar Pustaka
Budiharto.2001.Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Bidang Ilmu
Kesehatan Gigi.EGC: Jakarta
Herijulianti, Eliza.2001.Pendidikan Kesehatan Gigi.EGC: Jakarta
K. Ramadhan, Ardyan Gilang.2010.Serba Serbi Kesehatan