Anda di halaman 1dari 27

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arend, model

pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalam

tujuan-tujuan pembelajaran,tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, dan

pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. 1 Joyce dan Weil berpendapat

bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.2

Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para pendidik boleh

memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan

pendidikannya

Soekamto mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan

1
Kokom Komulasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2010), h. 57
2
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 136
15

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar.3 Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu

model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Dalam model pembelajaran ini

pendidik memandu peserta didik menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi

tahap-tahap kegiatan, pendidik memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan

dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Seperti

pendidik menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya

penyelidikan oleh peserta didik

Pendidik dalam hal ini yang berkaitan penjelasan diatas memiliki

peranpenting untuk merancang prosedur pembelajaran dalam bentuk sistematis yang

mempermudah peserta didik untuk mencapai tujuan nya dalam pembelajaran di kelas.

Perlunya aktivitas pembelajaran yang memudahkan peserta didik dalam

mengembangkan potensi belajar di kelas menuntut pendidik memberikan pengalaman

belajar yang kreatif dan membangun kemampuan peserta didik secara optimal.

Dengan demikian, model pembelajaran sangat penting digunakan untuk keefektifan

proses pembelajaran di kelas yang membantu peserta didik untuk lebih aktif dan hasil

yang didapatkan dari penggunaan model pembelajaran bisa optimal.

2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

3
AIif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, Paikem Gembrot, (Jakarta:PT. Prestasi Pustakrya,
2011), h. 8
16

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secar akolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam

orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.4 Model pembelajaran

kooperatif banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh pendidikan.

Pembelaran kooperatif berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin

dinyatakan bahwa: Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi

belajar peserta didik dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial,

menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, terlebih lagi

pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dalam berpikir

kritis, memecahkan masalah, dan mengitegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.5

Model pembelajaran ini dapat membantu peserta didik menumbuhkan kreatifitas

pseserta didik secara menyeluruh.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran

yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama

peserta didik dalam tugas-tugas yang terstruktur.6 Pembelajaran kooperatif dikenal

dengan pembelajaran secara berkelompok tetapi belajar kooperatif sekadar belajar

kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan

atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi

4
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Pendidik (Depok:
Raja Grafindo, 2012) h. 202
5
Ibid h.203-204
6
Tukiran Taniredja, Efi Miftah dkk “Model-model Pembelejaran Inovatif dan Efektif
(Bandung: Alfabeta 2013) h. 55
17

secara terbuka dan hubungan yang bersifat interpendensi efektif di antara anggota

kelompok.

Slavin mengemukakan “In cooperative learning methods students work

together in four member teams to master material initially presented by the teacher”.7

Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil

berjumlah antara empat sampai enam orang secara kolaboratif sehingga dapat

merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa definisi di atas

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang

dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan keterampilan

dalam menyelesaikan suatu masalah dengan meningkatkan suatu pemahaman

mengenai materi yang dipelajari dengan baik melalui interaksi sosial dengan teman

sebayanya.

Pembelajaran kooperatif dititikberatkan pada peserta didik untuk saling

bekerja sama. Beberapa peserta didik terkadang sulit untuk mendapatkan penjelasan

yang diberikan oleh pendidik sehingga pembelajaran kooperatif ini ditujukan untuk

mempermudah peserta didik dalam memahami pembelajaran di kelas. Adanya

pembelajaran kelompok membuat peserta didik lebih bisa mengembangkan potensi

dalam hal keterampilan dan kecakapan dalam menanggapi permasalahan sehingga

tidak ada rasa canggung, malu bahkan bertanya satu sama lain. \

7
Ibid h.55
18

Pembelajaran kooperatif bisa membuat peserta didik demokratis, tanggung

jawab dan lebih harmonis dalam hubungan pertemanan di kelas. Peserta didik

bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka.8 Keterlibatan

peserta didik dalam pembelajaran kooperatif yang diberikan oleh pendidik membuat

peserta didik bisa saling bekerja sama dalam sebuah kelompok untuk saling

berkomunikasi serta berinteraksi satu sama lain secara langsung, misalnya membahas

permasalahan pada materi, membahas gagasan dan ide-ide, mengajukan dan

menanggapi pertanyaan, belajar dari peserta didik yang berada di kelompoknya atau

kelompok lain, mengemukakan kritik yang bersifat membangun. Proses kerja sama

ini bisa membangkitkan semangat peserta didik dalam proses belajar mengajar di

kelas sebab segala sesuatu dikerjakan dalam sebuah kelompok dan bisa saling gotong

royong satu sama lain. Dengan demikian peserta didik tidak lagi menemukan

kesulitan dalam pembelajaran karena sudah diberikan kesempatan mencari wawasan

dan pengetahuan secara kelompok bukan lagi terfokus pada ajaran yang diberikan

oleh pendidik.

Pembelajaran kooperatif yang diberikan kepada peserta didik tidak hanya

mempelajari materi saja. Akan tetapi, model pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik, penerimaan

8
Agus Suprijono Cooperative Learning, Teori & aplikasi Paikem (Yogyakarta : Pustaka,
2011) h.73
19

terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Model pembelajaran

kooperatif juga efektif untuk mengembangkan kompetensi social peserta didik.

Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas.

Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar

anggota kelompok, adapun peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar

anggota selama kegiatan.

3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam pembelajaran

kooperatif (cooperative learning) yaitu sebagai berikut:

a) Prinsip ketergantungan positif.

b) Tanggung jawab perseorangan.

c) Interaksi tatap muka.

d) Partisipasi dan komunikasi.

e) Evaluasi proses kelompok.9

Dari kelima prinsip yang terdapat pada pembelajaran kooperatif tersebut dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif meyakinkan peserta didik agar memiliki

unsur dasar untuk mencapai tujuan bersama. Setiap peserta didik dituntut untuk

memiliki ketergantungan positif satu sama lain dan tanggung jawab dalam kerja

kelompok. Setiap peserta didik dituntut untuk menyelesaikan masalah secara

bersama-sama dengan interaksi tatap muka, partisipasi dan komunikasi berjalan baik

maka kecenderungan peserta didik mengenai keterlibatannya dalam menyelesaikan


9
Rusman, Opcit h.212
20

masalah akan termotivasi dengan baik. Hal ini ditujukan untuk keberhasilan

kelompok tergantung pada kinerja setiap anggotanya, pembelajaran kooperatif dilatih

untuk berinteraksi dan membuat keputusan bersama serta hasil dari proses yang sudah

dijalankan oleh peserta didik.

4. Unsur Pembelajaran Kooperatif

Adapun unsur–unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut (Lungdren)

sebagai berikut:

a. Para peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama.” Para peserta didik harus memiliki tanggung jawab

terhadap peserta didik atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain

tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam menghadapi materi yang di

hadapinya.

b. Para peserta didik harus berpandangan bahwa mereka mempunyai tujuan yang

sama

c. Para peserta didik membagi tugas dan membagi tanggung jawab diantara para

kelompoknya.

d. Para peserta didik diberi satu penghargaan atau evaluasi yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

e. Para peserta didik membagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama selama belajar.


21

f. Setiap peserta didik akan diminta mepertanggung jawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.10 Dengan memperhatikan

unsur–unsur pembelajaran kooperatif tersebut, peneliti berpendapat bahwa

dalam pembelajaran kooperatif setiap peserta didik yang bergabung dalam

kelompok harus betul–betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung

jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga di tuntut tanggung

jawab individu

Dengan demikian, pembelajaran kooperatif menuntut peserta didik untuk bisa

memiliki jiwa sosial terhadap teman sebayanya. Peserta didik satu sama lain juga

memiliki interaksi secara terbuka dan tanggung jawab yang sama di antara anggota

kelompoknya. Dorongan motivasi dari teman sebayanya dalam menyelesaikan tugas

menjadi faktor pendukung juga dalam proses pembelajaran kooperatif karena peserta

didik satu sama lain dituntut untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah di

dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisiona yang

menerapkan sistem kompetisi, keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan

orang lain. Adapun tujuan dari pembelajaran kooperatif menurut slavin adalah

menciptakan situasi di mana keberhasilan individu, ditentukan atau dipengaruhi oleh

keberhasilan kelompoknya.

10
Isjoni, Cooperatif Learning, (Efektifitas Pembelajaran Kelompok), (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 14
22

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan

partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan pada peserta didik yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam

pembelajaran kooperatif peserta didik berperan ganda yaitu sebagai peserta didik

ataupun sebagai pendidik. Struktur tujuan kooperatif terjadi jika peserta didik dapat

mencapai tujuan mereka hanya jika peserta didik lain dengan siapa mereka bekerja

sama mencapai tujuan tersebut.11 Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis

tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan

pengembangan keterampilan sosial.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama

pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan

kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademiknya. Peserta didik yang lebih

mampu akan menjadi narasumber bagi peserta didik yang kurang mampu yang

memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Adapun tujuan yang kedua pembelajaran

kooperatif memberi peluang agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang

mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain

perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting

ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial

peserta didik. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif
11
Trianto, Opcit h.58-59
23

bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau

menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

6. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Pada dasarnya kegiatan pembelajaran kooperatif dipisahkan menjadi empat

langkah yaitu, orientasi, bekerja kelompok, kuis dan pemberian penghargaan. Lain

hal dari langkah-langkah tersebut, pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri

atas empat tahap yaitu

a) Penjelasan Materi

Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran

sebelum peserta didik belajar dalam kelompok. Tujuan utamatahapan ini

adalah pemahaman peserta didik terhadap pokok materi pelajaran.

b) Belajar kelompok

Tahapan ini dilakukan setelah pendidik memberikan penjelasan materi peserta

didik bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

c) Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan melalui tes atau kuis

yang dilakukan secara individu atau kelomok. Tes individu akan memberikan

penilaian kemampuan individu adapun kelompok akan memberikan penilaian

pada kemampuan kelompoknya.


24

d) Pengakuan Tim

Penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi

untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah dengan harapan dapat

memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading Composition


(CIRC)

1. Pengertian CIRC

CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan

menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan jugapada sekolah

menengah. Pembelajaran CIRC pendidik menggunakan bahan bacaan yang berisi

latihan soal dan cerita. Para peserta didik ditugaskan untuk berpasangan dalam tim

mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk

membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari

sebuah cerita, saling merangkum, cerita satu sama lain, menulis tanggapan terhadap

cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosa kata. Para peserta didik juga

belajar dalam timnya untuk menguasai gagasan utama dan kemampuan komprehensif

lainnya.

Pengembangan CIRC dihasilkan dari sebuah analisis masalah-masalah

tradisional dalam pengajaran pelajaran membaca, menulis, seni berbahasa. Tindak

lanjut sebuah fitur yang bersifat hampir selalu universal dari pengajaran
25

membaca adalah penggunaan kelompok membaca yang terdiri atas para sisw adengan

tingkat kinerja yang sama.12 Dasar pemikiran utama untuk penggunaan kelompok

dengan kemampuan homogen dalam pelajaran membaca adalah bahwa para peserta

didik perlu memiliki materi-materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.

Satu fokus utama dari kegiatan-kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah

membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Para peserta didik

yang bekerja di dalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini yang

dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya dapat memenuhi

tujuan-tujuan dalam bidang-bidang lain seperti pemahaman membaca, kosa kata,

pembacaan pesan, dan ejaan. Para peserta didik termotivasi untuk saling bekerja satu

sama lain dalam kegiatan-kegiatan ini atau rekognisi lainnya yang didasarkan pada

pembelajaran seluruh anggota tim.

In two field experiments, slavin and his collagues report that the CIRC
program contributed significantly to reading and language achievement in students.
These result indicated that students performed better on standardized measure of
reading vocabulary, reading comprerension, language mechanics, language
expression and spelling.In cooperative reading teams there or four children of
varying abilities and needs work together on a particular project. accordingly, pour
readers are grouped with more able students. it appears that the attitudes,
motivation, and achievement of low-achieving readers improves when they meet in
cooperative reading teams.13

Slavin dan rekannya dua kali melakukan percobaan dan melaporkan bahwa

program CIRC memberikan kontribusi yang signifikan terhadap prestasi

12
Robert E Slavin, Opcit h.16-17
13
Barbara Taylor, Larry A Harris dkk. “Reading Difficulties, Second Edition”.(New York :
McGraw Hill 2014) h.110
26

membaca dan bahasa pada peserta didik. Hasil ini menunjukkan bahwa peserta didik

tampil lebih baik dalam ukuran standar membaca kosakata, membaca komprerasi,

mekanika bahasa, ekspresi bahasa dan ejaan. Tim pembacaan kooperatif meliputi

empat anak dengan berbagai kemampuan dan kebutuhan bekerja sama dalam sebuah

tugas tertentu. Tampak bahwa sikap, motivasi, dan pencapaian pembaca berprestasi

rendah akan meningkat saat mereka bertemu di tim pembacaan kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dibagi menjadi beberapa fase yaitu:

a. Fase pertama, yaitu orientasi. Pada fase ini, pendidik melakukan apersepsi dan

pengetahuan awal peserta didik tentang materi yang akan diberikan. Selain

itu juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada

peserta didik.

b. Fase kedua, yaitu organisasi. Pendidik membagi peserta didik ke dalam

beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan akademik.

Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada peserta

didik. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang

harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Fase ketiga yaitu pengenalan konsep. Dengan cara mengenalkan tentang suatu

konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi.

Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan pendidik, buku paket, film,

kliping, poster atau media lainnya.


27

d. Fase keempat, yaitu fase publikasi. Peserta didik mengkomunikasikan hasil

temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan tentang materi yang

dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.

e. Fase kelima, yaitu fase penguatan dan refleksi. Pada fase ini pendidik

memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui

penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan

seharihari. Selanjutnya peserta didik pun diberi kesempatan untuk

merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.

Sehingga alasan penulis menggunakan model pembelajaran CIRC karena

adanya keterkaitan hubungan keterampilan membaca dengan model pembelajaran ini.

Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini bisa mempermudah peserta didik dalam

memahami bacaan secara bersama-sama dan menanggapi isi bacaan secara kritis satu

sama lain.

2. Unsur-unsur dalam Pembelajaran CIRC

CIRC terdiri dari tiga unsur penting kegiatan-kegiatan dasar terkait,

pengajaran langsung dalam memahami bacaan, seni berbahasa, dan menulis terpadu.

Dalam semua kegiatan ini, peserta didik bekerja dalam tim-tim yang heterogen.

Semua kegiatan siklus reguler yang melibatkan presentasi dari pendidik, latihan tim

dan tes. Unsur utama CIRC antara lain kelompok membaca, tim, kegiatan-kegiatan
28

yang berhubungan dengan cerita, pemeriksaan oleh pasangan, tes, pengajaran

langsung dalam memahami bacaan, dan seni berbahasa dan menulis integrasi.

Kelompok-kelompok pembelajaran CIRC dibentuk secara heterogen yang

memiliki tujuan yang sama dan peserta didik diajak untuk bekerja sama dalam

menyelesaikan masalah pada bahan bacaan. Dalam hal membaca kritis peserta didik

dituntut untuk memahami bahan bacaan dengan konsentrasi penuh dengan melibatkan

pemikiran yang tepat dan akurat.

3. Langkah-langkah Pembelajaran CIRC

Pembelajaran CIRC terdapat langkah-langkah dalam pembelajaran yaitu :

a. Membentuk kelompok yang terdiri empat orang secara heterogen.

b. Pendidik memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran

c. Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok

dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada kertas

Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.

d. Pendidik membuat kesimpulan bersama.

e. Pembelajaran ditutup14

4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CIRC

Pembelajaran CIRC mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya sebagai

berikut:
14
Yatim Riyanto “Paradigma Baru Pembelajaran”(Jakarta:Kencana Prenada Media Group
2012) h.283
29

a) Suasana belajar lebih menyenangkan karena peserta didik dikelompokkan

dalam kelompok heterogen

b) Debat membuat anak lebih rilek dalam belajar karena ditempatkan dalam

kelompok yang heterogen.

c) Meningkatkan kerjasama antara peserta didik, sebab dalam pembelajaran

peserta didik diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok.

d) Adanya presentase akan dapat meningkatkan semangat anak untuk menjawab

pertanyaan yang diajukan.15

Pembelajaran CIRC mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya sebagai

berikut:

a) Tidak mudah pendidik dalam menentukan kelompok heterogen.

b) Dalam diskusi, adakalanya hanya dikerjakan oleh beberapa peserta didik saja,

sementara yang lainnya hanya sekedar pelengkap saja.

c) Dalam presentase sering kurang efektif karena memakan waktu yang cukup

lama sehingga tidak semua kelompok dapat mempresentasikan.16

C. Tinjauan Tentang Minat Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Minat Membaca Al-Qur’an

a) Pengertian Minat

15
Kintan Jenisa, Asri Lubis “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Konstruksi
Bangunan Siswa Kelas X TGB SMK NEGERI 1 LUBUK PAKAM”Volume 2, Nomor 1, Juni 2016. h.80
16
Ibid, h.80
30

Minat merupakan salah satu faktor psikis yang membatu dan mendorong

individu dalam memberi stimulus suatu kegiatan yang dilaksanakanuntuk mencapai

tujuan yang hendak dicapai. Ditinjau dari segi bahasa, minat adalah “kecenderungan

hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan”.17 Berdasarkan pernyataan di

atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan yang terdapat dalamhati

yang diharapkan tinggi terhadap sesuatu sehingga menimbulkan gairah atau keingnan

terhadap sesuatu itu. Sesuatu yang dilakukan dengat minat akan menghasilkan

sesuatu yang baik. Adapun minat menurut istilah yang dikemukaan oleh beberapa

ahli psikologi adalah sebagai berikut:

Menurut H. Djali dalam bukunya psikologi pendidikan mendenifisikan minat

adalah rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada

yang menyuruh.18 Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan

antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan

tersebut, semakin besar minatnya.

Menurut Lester D Crow dan Alice Crow mendefinisikan Minat yaitu sesuatu

yang dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimulus yang mendorong kita

untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan yang dapat

memberipengaruh terhadap pengalaman yang telah distimulasi oleh kegiatan itu

sendiri.19 Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi belajar mendenifisikan

17
Tim Penyususn Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,Kamus
BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2013), h.957.
18
Djali,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 121.
19
Lester D Crow and Alice Crow,Psikologi Pendidikan,(Surabaya : Bina Ilmu, 2013), h. 351.
31

minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yan beser

terhadap sesuatu.20 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat

adalah suatu kecenderungan yang erat kaitannya dengan perasaan individu terutama

perasaan senag (positif) terhadap sesuatu yang dianggapnya berharga atau sesuai

dengan kebutuhan dan memberi kepuasan kepadanya. Sesuatu yang dianggap

berharga tersebut dapat berupa aktivitas, orang, pengalaman, atau benda yang dapat

dijadikan sebagai stimulus atau rangsangan yang memerlukan respon terarah.

Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan

aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah

suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa adayang

menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,

semakin besar minat. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang

menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya, tetapi

juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. 21 Anak didik

yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih

besar terhadap sesuatu yangdiminati itu dan sama sekali tak menghiraukan sesuatu

yang lain.

Minat adalah perasaan yang didapat karena berhubungan dengan sesuatu.

Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya

20
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RajaGrasindo Persada, 2014), h. 151.
21
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011)h. 166-167.
32

serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu

merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya.

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat

terhadap sesuatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh- sungguh,

karena ada daya tarik baginya. Anak didik mudah menghafal pelajaran yang menarik

minatnya. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Minat merukan alat

motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam

rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu membangkitkan

minat anak didik agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami anak didik.

b) Pengertian Membaca Al-Qur’an

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata atau bahasa tulis. Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling

banyak dilakukan selama belajar di sekolah. Membaca adalah jalan menuju ke pintu

ilmu pengetahuan.22 Maka untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tidak ada cara lain

yang harus dilakukan kecuali memperbanyak membaca. Kalau begitu membaca

identik dengan mencari ilmu pengetahuan agar menjadi cerdas, dan mengabaikannya

berarti kebodohan.

22
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung :
Angkasa, 2011), h. 7.
33

Bagi seorang muslim, tentu memahami dan mengamalkan ajaran Islam salah

satunya cara ialah dengan membaca. Bahkan Islam telah menegaskan akan

pentingnyamembaca. Seperti firman Allah surat al-Alaq : 1-5 :

Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, danTuhanmulah

yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) denganperantara kalam. Dia

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S. al-Alaq :1-

5).

Kata Iqra’ pada mulanya berarti “Menghimpun”. Arti asal kata ini

menunjukkan bahwa iqra’, yang diterjemahkan dengan “bacalah” tidak

mengharuskan adanya suatu teks tertulis yang dibaca, tidak pula harus diucapkan

sehingga terdengar oleh orang lain. 23 Dalam kamus-kamus bahasa, arti kata tersebut

antara lain, menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui

cirinya dan sebagainya, yang pada hakekatnya “menghimpun” merupakan arti akar

kata tersebut.

Obyek membaca menyangkut suatu bacaan yang bersumber dari Tuhan (al-

Qur'an atau kitab suci sebelumnya) dan juga suatu kitab yang merupakan himpunan

karya manusia atau dengan kata lain bukan bersumber dari Allah. Membaca di sini

dapat dipahami bahwa membaca tidak hanya melafalkan atau mengucapkan kata-kata

23
M. Quraish Shihab,Membumikan al-Qur'an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung:Mizan, 2014), h. 167.
34

yang dilihat, melainkan disertai juga dengan mengerti, memahami, mengamalkan

terhadap kata-kata yang dibacanya.

Al-Qur'an menurut bahasa mempunyai arti bermacam-macam salah satunya

dari pendapat yang lebih kuat adalah bahwa al-Qur’an berarti “ bacaan” atau yang

dibaca. Pendapat ini beralasan bahwa al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata

Qara’a-Yaqra’u artinya “membaca”. al-Qur ‘an dalam arti membaca ini dipergunakan

oleh ayat-al-Qur’an sendiri, misalnya oleh surat al-qiyamah ayat 16-18:

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran

karenahendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan

Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu

pandai)membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka

ikutilahbacaannya itu” (QS. al-Qiyamah75: 16-18)

Ada beberapa Ulama yang mengartikan al-qur’an menurut bahasa antara lain

adalah sebagai berikut:

a) Al-Farra’, beliau menyatakan bahwa Al-Qur’an artinya adalah membenarkan,

karena Al-Qur’an terambil dari kata “qarain”, amak dari “qarinah”. Dan

firman Allah disebut Al-Qur’an dengan arti yang demikian, meningat ayat-

ayat dalam Al-Qur’an satu sama lain saling benar membenarkan.

b) Al-Asy’ari, beliau mengartikan bahwa Al-Qur’an artinya menggabungkan

sesuatu dengan yang lain, karena Al-Qur’an terambl dari kata “qarana”. Dan
35

Al-Qur’an berarti demikian, karena surat-surat maupun ayat-ayat, bahkan juga

huruf-hurufnya saling beriringan dan berabung satu dengan yang lain.

c) Az-Zajjaj, beliau mengartikan bahwa Al-Qur’an artinya adalah

mengumpulkan, karena Al-Qur’an berasal dari kata “ Qar’i”. Dan firman

Allah disebut demikian, karena Al-Qur’an mengumpulkan surat-suratnya

menjadi satu kesatuan, atau karena mengumpulkan saripati kitab-kitab suci

Allah yang turun sebelumya.

2. Cara Menumbuhkan, Memelihara dan Membangkitkan Minat

Menurut Agus Sujanto ada beberapa cara untuk menumbuhkan minat,

diantaranya :

1) Mencari sesuatu dari pelajaran tersebut yang cukup sukar untuk dimengerti

dan berusaha menyelidiki kebenaran daripelajaran tersebut.

2) Mencari sesuatu yang menarik perhatian dari bagian bahan yang dipelajari.

Bila tertarik itu awal dari konsentrasi.

3) Merencanakan belajar secara matang dan menggunakan metode secara benar.

4) Niat yang kuat, artinya kemauan yang keras disertai keyakinan

5) Tidak bersikap meringankan dan memberatkan suatu pelajaran, sebab masing-

masing mempunyai manfa’at yang sama.24

Kegiatan yang menarik, biasanya seseorang antusias dan bersemangat

untuk mempelajarinya. Hal itu tidak terlepas adanya minat dalam diri seseorang

24
Agus Sujanto,Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses, (Jakarta : Aksara Baru, 2011), h.
75-76.
36

tersebut. Untuk memunculkan semangat agar tidak timbul rasa malas dan

bosan.Upaya-upaya tersebut antara lain dengan menumbuhkan,memelihara, dan

membangkitkan minat.

Diantara usaha-usaha yang dilakukan untuk membangkitkan minat belajar

pada anak dapat ditempuh dengan cara :

1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia

rela belajar tanpa paksaan

2) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan

pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima

bahan pelajaran

3) Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar

yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan

kondusif.

4) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam

5) konteks perbedaan individual anak didik.25

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca Al-Quran

Crow Berpendapat ada tiga faktor yang menjaditimbulnya minat, yaitu:

1) Dorongan dari dalam individu, misal dorongan untuk makan, ingin tahu seks.

Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau

mencari penghasilan, minat terhadap produsksi makanan dan lain-lain.

25
Op.Cit.Syaiful Bahri Djamarah, , h. 167.
37

Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk

membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian dan lain-lain.

2) Motif Sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk

melakukan sesuatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul

karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain.

Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin

mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu

pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat kedudukan yang tinggi dan

terpandang dalam masyarakat.

3) Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila

seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan

perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas

tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal

tersebut. Karena kepribadian manusia itu bersifat kompleks, maka sering

ketiga faktor yang menjadi penyebab timbulnya minat tersebut tidak berdiri

sendiri, melainkan merupakan suatu perpaduan dari ketiga faktor tersebut,

akhirnya menjadi agak sulit bagi kita untuk menentukan faktor manakah yang

menjadi awal penyabab timbulnya suatu minat.

4. Fungsi dan Pentingnya Minat

Pada umumnya semua orang selalu cenderung terhadap sesuatu yang menarik

perhatiannya, karena sesuatu itu indah dan mengagumkan, sehingga menimbulkan

simpati dan menaruh perhatian. Begitu pula setiap individu memiliki kecenderungan
38

selalu ingin berhubungan dengan lingkungannya dan ia sanggup dengan cara-cara

tertentu. Jika ia menemukan suatu objek yang bisa dihubungi, maka ia menaruh minat

terhadapnya. 26 Jika seseorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka hal ini suatu

motif yang menyebabkan ia berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menarik

tersebut. Dan minat tersebut adalah

motif yang bersifat objektif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa beberapa fungsi dan

pentingnya minat diantaranya adalah dapat memudahkan individu dalam mempelajari

atau mengerjakan sesuatu, meningkatkan semangat belajar atau kerja, mendorong

untuk melakukan suatu kegiatan walaupun sangat berat, dan senantiasa senang dalam

mengerjakan sesuatu yang diminati.

5. Indikator Minat

Menurut kamus besar bahasa indonesia “indikator adalah pemantau yang

dapat memberikanpetunjuk dan keterangan”. Kaitanyna dengan minat peserta didik

adalah alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk kualitas minat. Setiap

individu memiliki perbedaan dalam berbagai hal, misalnya pada minatnya, perbedaan

itu dapat diketahui melalui gejala-gejalayang ditampakan oleh individu itu sendiri.

Seorang peserta didik yang belajar di sekolah minatnya akan diketahui oleh pendidik

yang mengajarnya melalui indikator minat dintaranya:

a) Perasaan senang

26
Woodworth, Psikologi Suatu Pengantar Kedalam Ilmu Jiwa, (Bandung : Jemmars, 2011),
h. 73.
39

Seseorang yang memiliki perasaan senang atau suka dalam hal tertentu

iacenderung mengetahui antara perasaan senang atau suka dalam hal tertentu ia

cenderung antara perasaan dengan minat. Peserta didik yang berminat terhadap

baca Al-Qur’an ia akan merasa senang dalam membaanya. Ia akan rajin

membaca dan terus menerus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan

membaca Al-Qur’an. Ia akan mengikuti bacaan Al-Qur’an dengan antusias

tanpa ada beban paksaan dalam dirinya.

b) Perhatian

Adanya perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa seseorang terhadap

pengamatan, pengertian dan sebagainya dengan mengesampingkan yang

lainnya. Orang yang berminat membaca Al-Qur’an dalam dirinya akan terdapat

kecenderungan- kecenderungan yang kuat untuk selalu memberikan perhatian

yang besar terhadap objek yang diamatinya. Jadi peserta didik yang pikirannya

terfokus dengan apa yang di bacanya.

c) Perasaan tertarik

Minat, menurut Crow dan Crow, “bisa berhubungan dengan gerak yang

mendorong kita cenderung atau rasa tertarik pada orang, benda atau kegiatan

apapun bisa berupa pengalaman yang efektif yang diransang oleh kegiatan

tersebut.” Orang yang memiliki minat yang tinggi terhadap salah satu sekolah

dari dirinya akan terdapat kecenderungan yang kuat tertarik pada pendidik dan
40

mata pelajaran yang diajarkan.27 Sehingga tertarik merupakan indikator yang

menunjukkan minat seseorang.

d) Giat belajar

Aktifitas atau giat belajar di luar sekolah merupakan indikator yang dapat

menunjukkan keberadaan minat pada diri peserta didik. Peserta didik dengan

minat tinggi, akan merasa bahwa pelajaran yang diberikan di sekolah sangatlah

terbatas waktunya, sehingga ia perlu untukmencari pengetahuan lain di luar jam

pelajaran.

e) Mengerjakan tugas

Kebiasaan mengerjakan tugas yang diberikan pendidik merupakan salah satu

indikator yang menunjukkan minat peserta didik. Tugas yang diberikan

pendidik bertujuan untuk memperalam kemampuan peserta didik. Peserta didik

yangmemiliki minat yang tinggi akan menyadari pentingnya melaksanakan

tugas- tugas dari pendidik ia lebih menguasai materi dengan baik.

f) Mengetahui tujuan belajar

Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-

benar disadari danada juga yang kurang disadari oleh peserta didik. 28 Tujuan

belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukan tingkah

laku tertentu

27
Abd. Rachman Abror,Psikologi Pendidikan, (Yogjakarta:Tara Wacana, 2001), h. 112.
28
Mukhtar Bukhari, Teknik Evaluasi dalam Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 20114), h.
252.

Anda mungkin juga menyukai