Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu kemajuan suatu bangsa dipandang dari usia harapan hidup yang
meningkat pada lansia. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah
7,49% dari data populasi , Tahun 2011 menjadi 7,69% pada tahun 2013 populasi
lansia sebesar 8,1% dari total populasi. Dan di Indonesia tahun 2014 mencapai 18
juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035
serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk
Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk lansia
dibandingkan bayi atau balita. Lanjut usia pasti mengalami masalah kesehatan
yang diawali dengan kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan
tubuh menurun serta faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah
kesehatan yang sering dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan
keseimbangan, kebingungan mendadak, termasuk, beberapa penyakit sepeti
hipertensi, gangguan pendengaran, penglihatan dan demensia. Prevalensi
demensia terhitung mencapai 35,6 juta jiwa di dunia. Angka kejadian ini
diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun, yaitu 65,7 juta pada
tahun 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050 (Alzheimer’s Disease International,
2009).

Peningkatan prevalensi demensia mengikuti peingkatan populasi lanjut


usia (lansia). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan
prevalensi demensia setiap 20 tahun. Deklarasi Kyoto menyatakan tingkat
prevalensi dan insidensi demensia di Indonesia menempati urutan keempat setelah
China, India, dan Jepang (Alzheimer’s Disease International, 2006). Data
demensia di Indonesia pada lanjut usia (lansia) yang berumur 65 tahun ke atas
adalah 5% dari populasi lansia (Tempo, 2011). Prevalensi demensia meningkat
menjadi 20% pada lansia berumur 85 tahun ke atas. Kategori lanjut usia penduduk
berumur 65 tahun ke atas angka lansia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak
11,28 juta. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 29 juta jiwa pada tahun

1
2020 atau 10 persen dari populasi penduduk (Tempo, 2011). Berdasarkan data
yang diperoleh di UPT Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung,
Kupang sebanyak 87 pada tahun 2017 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 32
orang dan perempuan 50 orang. Lansia yang mengal,ami demensia sebanyak
demensia berat 2 orang, demensia sedang 21 orang, demensia ringan 12 orang.
(UPTD Budi Agung Kupang) Gangguan kognitif merupakan kondisi atau proses
patofisiologis yang dapat merusak atau mengubah jaringan otak mengganggu
fungsi serebral, tanpa memperhatikan penyebab fisik, gejala khasnya berupa
kerusakan kognitif, disfungsi perilaku dan perubahan kepribadian (Copel, 2007).

Gangguan kognitif erat hubungannya dengan fungsi otak, karena


kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak. Gangguan
kognitif antara lain delirium dan demensia (Azizah, 2011) Demensia terjadi
karena adanya gangguan fungsi kognitif. Fungsi kognitif merupakan proses
mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan kecerdasan, yang
meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, serta pelaksanaan (Santoso&Ismail,
2009). Demensia juga berdampak pada pengiriman dan penerimaan pesan.
Dampak pada penerimaan pesan, antara lain: lansia mudah lupa terhadap pesan
yang baru saja diterimanya; kurang mampu membuat koordinasi dan mengaitkan
pesan dengan konteks yang menyertai; salah menangkap pesan; sulit membuat
kesimpulan. Dampak pada pengiriman pesan, antara lain: lansia kurang mampu
membuat pesan yang bersifat kompleks; bingung pada saat mengirim pesan;
sering terjadi gangguan bicara; pesan yang disampaikan salah (Nugroho, 2009).
Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencegah penurunan
fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi kolaboratif farmakologis
dan terapi non farmakologis. Terapi kolaboratif farmakologis yaitu donezepil,
galatamine, rivastigmine, tetapi masingmasing obat tersebut memiliki efek
samping (Dewanto; Suwono; Riyanto; Turana, 2009). Terapi non farmakologis
antara lain: terapi teka teki silang; brain gym; p`uzzle; dan lain-lain. Terapi non
farmakologis ini tidak memiliki efek samping (Santoso&Ismail,2009).

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu defenisi demensia?


2. Bagaimana epidemiologi demensia?
3. Apa penyebab demensia?
4. Bagaimana patofiisologi demensia?
5. Apa saja tanda dan gejala demensia?
6. Apa saja jenis demensia pada lansia?
7. Apa saja komplikasi dari demensia?
8. Bagaimana pencegahan demensia?
9. Bagaimana penatalaksanaan demensia?
10. Bagaimana asuhan keperawatan demensia pada lansia?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada lansia dengan demensia

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui defenisi demensia.


2. Untuk mengetahui epidemiologi demensia
3. Untuk mengetahui etiologi demensia.
4. Untuk mengetahui patofisiologi demensia
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis demensia.
6. Untuk mengetahui klasifikasi demensia.
7. Untuk mengetahui komplikasi demensia.
8. Untuk mengetahui pencegahan demensia
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan demensia
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan demensia pada lansia.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFENISI

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau


keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan
interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia
merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara
lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,
persepsi perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi
(Corwin, 2009).

Dimensia alzheimer adalah penyakit deganeratif otak yang progresif, yang


mematikan sel otak sehigga mengakibatkan menurunya daya ingat, kemampuan
berpikir, dan perubahan perilaku. Dimensia alzheimer merupakan penyakit
neurodegeneratif progresif dengan gambaran klinis dan patologi yang khas,
berfariasi dalam awitan, umur, berbagai gambar gangguan kognitif, dan kecepatan
pemburukannya. Penyakit alzheimer ditemukan oleh seorang dokter ahli saraf dari
jerman yang bernama Dr. Alois Alzheimer pada tahun 1906 penyakit ini 60%
menyebabkan kepikunan atau dimensia dan diperkirakan akan meningkat terus,
bahkan diramalkan pertumbuhannya akan lebih cepat dari pada kecepatan
pertambahan jumlah penduduk usia diatas 65 tahun.

Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa,


melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi
tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku (Kusumawati,
2007).

2.2 EPIDEMIOLOGI

Usia di atas 65 tahun mempunyai risiko tinggi untuk mengalami demensia


dan hal ini tidak bergantung pada bangsa, suku, kebudayaan dan status ekonomi.
Hasil penelitian di seluruh dunia menunjukkan bahwa demensia terjadi sekitar 8%

4
pada warga di atas usia 65 tahun dan meningkat sangat pesat menjadi 25 % pada
usia di atas 80 tahun dan hampir 40 % pada usia di atas 90 tahun.

2.3 ETIOLOGI

Menurut Boedhi-Darmojo (2009) Penyebab Demensia pada Usia Lanjut


sangat penting untuk diketahui, karena dengan pengobatan yang baik penderita
dapat kembali menjalankan hidup sehari-hari yang normal. Keadaan yang secara
potensial reversibel atau bisa dihentikan yaitu :

1. Intoksikasi (Obat, termasuk alkohol dan lain-lain)


2. Infeksi susunan saraf pusat
3. Gangguan metabolik
a. Endokrinopati (penyakit Addison, sindroma Cushing, Hiperinsulinisme,
Hipotiroid, Hipopituitari, Hipoparatiroid, Hiperparatiroid)
b. Gagal hepar, gagal ginjal, dialisis, gagal nafas, hipoksia, uremia kronis,
gangguan keseimbangan elektrolit kronis, hipo dan hiperkalsemia, hipo
dan hipernatremia, hiperkalemia.
c. Remote efek dari kanker atau limfoma.
4. Gangguan nutrisi :
a. Kekurangan vitamin B12 (anemia pernisiosa)
b. Kekurangan Niasin (pellagra)
c. Kekurangan Thiamine (sindroma Wernicke-Korsakoff)
d. Intoksikasi vitamin A, vitamin D, Penyakit Paget (penyakit yang
mengganggu tulang tua dengan jaringan tulang baru)
5. Gangguan vaskuler
a. Demensia multi infark
b. Sumbatan arteri carotis
c. Stroke
d. Hipertensi
e. Arthritis Kranial
6. Lesi desak ruang
7. Hirdosefalus bertekanan normal
8. Depresi (pseudo-demensia depresif)

5
9. Penyakit degeneratif progresif :
a. Tanpa gejala neurologik penting lain : Penyakit Alzheimer, Penyakit Pick
(penyakit sejenis demensia, namun lebih jarang terjadi)
b. Dengan gangguan neurologik lain yang prominen : Penyakit Parkinson,
Penyakit Huntington, Kelumpuhan supranuklear progresif, Penyakit
degeneratif lain yang jarang didapat.

2.4 PATOFISIOLOGI

Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.


Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan
saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan
antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di
atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks
serebri. Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya,
serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak
langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui
mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah
neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses
konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi
kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian,
kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan
tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya,
karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan
memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan
keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik
dari demensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan
gejala demensia adalah :

6
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
5. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan
tersebut muncul.
6. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.

2.6 KLASIFIKASI

Berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak,sifat klinisnya


dan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
III (PPDGJ III).

1. Menurut Umur:
a. Demensia senilis (>65th) . Demensia Senilis merupakan demensia yang
muncul setelah umur 65 tahun. Biasanya terjadi akibat perubahan dan
degenerasi jaringan otak yang diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi
mental.
b. Demensia prasenilis (<65 th). Demensia Pre Senilis merupakan demensia
yang dapat terjadi pada golongan umur lebih muda (onset dini) yaitu umur
40-50 tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang dapat
mempengaruhi fungsi jaringan otak (penyakit degeneratif pada sistem
saraf pusat, penyebab intra kranial, penyebab vaskular, gangguan
metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi, penyebab trauma, infeksi dan
kondisi lain yang berhubungan, penyebab toksik (keracunan), anoksia).

7
2. Menurut perjalanan penyakit
a. Demensia Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang dapat diobati. Yang
termasuk faktor penyebab yang dapat bersifat reversibel adalah
keadaan/penyakit yang muncul dari proses inflamasi (ensefalopati SLE,
sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi alkohol, bahan kimia
lainnya), gangguan metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid, defisiensi
vitamin B1, B12, dll).
b. Demensia Non Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat diobati dan
bersifat kronik progresif. Beberapa penyakit dasar yang dapat
menimbulkan demensia ini adalah penyakit Alzheimer, Parkinson,
Huntington, Pick, Creutzfelt-Jakob, serta vaskular.
c. Hematoma
d. Defisiensi vitamin B
e. Hipotiroidism , intoksikasi Pb
3. Menurut sifat klinisnya
a. Demensia pada penyakit Alzheimer. Merupakan penyebab demensia yang
paling sering ditemukan pada sekitar 50 % kasus demensia. Penyakit
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif primer pada otak tanpa
penyebab yang pasti. Dapat terjadi pada umur kurang dari 65 tahun (onset
dini) dengan perkembangan gejala yang cepat dan progresif, atau pada
umur di atas 65 tahun (onset lambat) dengan perjalanan penyakit yang
lebih lambat. Pada penyakit ini terjadi deposit protein abnormal yang
menyebabkan kerusakan sel otak dan penurunan jumlah neuron
hippokampus yang mengatur fungsi daya ingat dan mental. Kadar
neurotransmiter juga ditemukan lebih rendah dari normal.
Gejala yang ditemukan pada penyakit Alzheimer adalah 4A yaitu:
1) Amnesia : Ketidakmampuan untuk belajar dan mengingat kembali
informasi baru yang didapat sebelumnya.
2) Agnosia : Gagal mengenali atau mengidentifikasi objek walaupun
fungsi sensorisnya masih baik.

8
3) Aphasia : Gangguan berbahasa yaitu gangguan dalam mengerti dan
mengutarakan kata – kata yang akan diucapkan.
4) Apraxia : Ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas motorik
walaupun fungsi motorik masih baik (contohnya mampu memegang
gagang pintu tapi tak tahu apa yang harus dilakukannya).
b. Demensia vaskular. Merupakan penyebab kedua demensia yang terjadi
pada hampir 40 % kasus. Demensia ini berhubungan dengan penyakit
serebro dan kardiovaskuler seperti hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit
jantung, diabetes, dll. Biasanya terdapat riwayat TIA sebelumnya dengan
perubahan kesadaran. Demensia ini terjadi pada umur 50-60 tahun tetapi
lebih sering pada umur 60-70 tahun. Gambaran klinis dapat berupa
gangguan fungsi kognitif, gangguan daya ingat, defisit intelektual, adanya
tanda gangguan neurologis fokal, aphasia, disarthria, disphagia, sakit
kepala, pusing, kelemahan, perubahan kepribadian, tetapi daya tilik diri
dan daya nilai masih baik
c. Demensia pada penyakit lain, Adalah demensia yang terjadi akibat
penyakit lain selain Alzheimer dan vaskuler yaitu
1) Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia
2) Demensia Lobus frontal-temporal.
3) Demensia pada penyakit Pick
4) Demensia pada penyakit Huntington
5) Demensia pada penyakit Creutzfelt-Jakob
6) Demensia pada penyakit Parkinson
7) Demensia pada penyakit HIV-AIDS
8) Demensia pada alkoholisme.
4. Menurut kerusakan struktur otak
a. Demensia Kortikal
Merupakan demensia yang muncul dari kelainan yang terjadi pada korteks
serebri substansia grisea yang berperan penting terhadap proses kognitif
seperti daya ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan demensia kortikal adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit

9
Vaskular, Penyakit Lewy Bodies, sindroma Korsakoff, ensefalopati
Wernicke, Penyakit Pick, Penyakit Creutzfelt-Jakob.
b. Demensia Subkortikal
Merupakan demensia yang termasuk non-Alzheimer, muncul dari kelainan
yang terjadi pada korteks serebri substansia alba. Biasanya tidak
didapatkan gangguan daya ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang
dapat menyebabkan demensia kortikal adalah penyakit Huntington,
hipotiroid, Parkinson, kekurangan vitamin B1, B12, Folate, sifilis,
hematoma subdural, hiperkalsemia, hipoglikemia, penyakit Coeliac,
AIDS, gagal hepar, ginjal, nafas, dll.

2.7 KOMPLIKASI

menurut Kushariyadi (2010) komplikasi yang dapat terjadi pada lansia dengan
demensia yaitu :

1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh yang terdiri dari;


1) Ulkus diabetikus
2) Infeksi saluran kencing
3) Pneumonia.
2. Thromboemboli, infarkmiokardium:
3. Kejang
4. Kontraktur sendi
5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan
7. dan kesulitan menggunakan peralatan.
8. Kehilangan kemampuan berinteraksi
9. Harapan hidup berkurang

2.8 PENCEGAHAN

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak, seperti :

10
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif,
seperti Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

2.9 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :

1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan; Untuk mengobati
demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti
Donepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantine. Dementia vaskuler
membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin, Ticlopidine,
Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki
gangguan kognitif. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat
diobati, tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan
dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke.
2. Dukungan atau Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia. Hidup
bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu
kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap
awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan
dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur.
Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan
dialami penderita demensia.

11
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian lansia,
sehingga lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh
anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu lansia agar dapat
seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan
aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada
umumnya lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami
lansia penderita demensia.
Seperti layaknya anak kecil terkadang lansia dengan demensia bertanya
sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja
pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman
seperti tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci
kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh lansia, memberikan pengaman
tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari lansia kabur adalah hal
yang dapat dilakukan keluarga yang merawat lansia dengan demensia di
rumahnya. (Kusumawati, 2007)
3. Terapi Simtomatik Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi
simtomatik, meliputi : Latihan fisik yang sesuai, terapi rekreasional dan
aktifitas

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

a. Data subyektif
1. Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.
2. Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu.
b. Data obyektif :
1. Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.
2. Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya.
3. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan
kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat
atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat
c. Keadaan Umum
1. Tingkat kesadaran: composmentis dengan nilai GCS 15 yang dihitung dari
linai E : 5 V:4 M: 6,tekanan darah sistolik/ diastolik 120/80 mmHg. BB:
kg, TB : cm. postur tulang belakang lansia: membungkuk, BB : 45 Kg,
tinggi badan: 146 cm.
2. Identitas Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan
alamat.
3. Riwayat Psikososial Konsep diri
1) Gambaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri
karena proses patologik penyakit.
2) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.
3) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara
satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman
aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran berlebihan
sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.

13
4) Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan
kemampuan yang ada.
5) Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien
merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.
4. Hubungan sosial Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga
timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Keadaan ini
menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung
5. Riwayat Spiritual Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya
masih kuat tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksnakan ibadahnya
sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
6. Status mental
1) Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya
sendiri.
2) Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
3) Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya
peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis,
steriotipi.
4) Alam perasaan: klien nampak ketakutan dan putus asa.
5) Afek dan emosi. Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan
tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah.
Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan
ambivalen
6) Interaksi selama wawancara Sikap klien terhadap pemeriksa kurang
kooperatif, kontak mata kurang.
7. Persepsi. Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional
terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau
lebih panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman
dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau
berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah
halusinasi.

14
1) Proses berpikir Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku
dantindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien
terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum
diterima. Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan
penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian
yang tidak logis (Pemikiran autistik). Klien tidak menelaah ulang
kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir
yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitf, hilangnya
asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik
(memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien
regresi dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi
dan neologisme.
2) Tingkat kesadaran: Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi
waktu, tempat dan orang.
3) Memori: Gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian beberapa
tahun yang lalu).
4) Tingkat konsentrasi Klien tidak mampu berkonsentrasi
8. Kebutuhan klien sehari-hari
1) Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk
dan gelisah. Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur
kemabali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga
tidak merasa segar di pagi hari.
2) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya
hanya sedikit, karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas
sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
3) Eliminasi Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadangkdang
lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-
kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.
4) Mekanisme koping Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan
maka ia akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan
Kemampuan penilaian Gangguan berat dalam penilaian atau keputusan
mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Koping

15
mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah
mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras
(ngomel-ngomel) dan menutup diri.
9. Prinsip pengkajian heat to toe
a. Kepala : Kebersihan: untuk mengetahui adanya ketombe, kerontokan
rambut serta kebersihan secara umum..
b. Mata : adanya perubahan penglihatan
c. Hidung : untuk mengetahui hidung bersih, tidak ada luka atau lessi, tidak
ada masa, Nyeri pada sinus
d. Mulut dan tenggorokan: sakit tenggorokan, lesi dan luka pada mulut,
perubahan suara, karies.
e. Telinga : penurunan pendengaran, Telinga Perubahan pendengaran, Rabas,
Tinitus, Vertigo Sensitivitas pendengaran, Alat-alat protesa, Riwayat
infeki.
f. Dada (Torax): mengetahui Bentuk dada dari posisi anterior dan posterior,
ada tidaknya deviasi, ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada.
g. Abdomen: Bentuk distended/flat/lainnya, nyeri tekan, Bising usus: kali/
menit Genetalia Kebersiha: setiap habis mandi dibersihkan, tidak ada
hemoroid
h. Ekstremitas: Kekuatan otot 5 : melawan grafitasi dengan kekuatan penuh,
tidak menggunakan alat bantu saat jalan, tidak mengalami nyeri
sendi.Integumen : dari hasil pengkajian didapat : kulit tampak kering,
seperti bersisik, kulit tampak pucat, tampak kotor berwarna hitan karena
bekas luka, sering menggaruk badan.
10. Pengkajian psikogerontik
1. pengkajian status fungsional .

Aktifitas Skor Ket

Makan
0 = Tidak Dapat Melakukan Sendiri
1 = Membutuhkan Bantuan Orang Lain sebagian : Memotong 0/1/2
Makanan, Membuat Modifiakasi diet, dll

16
2 = Mandiri
Mandi
0 = Tergantung 0/1
1 = Mandiri
Berdandan
0 = Membutuhkan Bantuan 0/1
1 = Mandiri
Berpakaian
0 = Tergantung
1 = Membutuhkan bantuan terapi dapat melakukan sebagian 0/1/2
2 = mandiri (termasuk memasukkan kancing, resleting, dll
Kontrol Bowel
0 = Inkontinensia atau Kateter dan tidak dapat mengatur
sendir 0/1/2
1 = Kadang-kadang terganggu
2 = Kontinen (BAB & BAK)
Kontrol Bladder
0 = Inkontinensia atau Kateter dan tidak dapat mengatur
sendir 0/1/2
1 = Kadang-kadang terganggu
2 = Kontinen
Penggunaan Toilet
0 = Tergantung 0/1/2
1 = Membutuhkan Bantuan Sebagian
2 = Mandiri
Berpindah (dari tempat tidur ke kursi dan kembali lagi)
0 = Tidak dapat, tidak ada keseimbangan saat duduk
1 = membutuhkan banyak bantuan fisik (satu atau dua orang) 0/1/2/
dapat duduk 3
2 = Membutuhkan sedikit bantuan (verbal atau fisik)
3 = Mandiri
Berjalan di permukaan datar
0 = Immobilisasi atau < 50 yard
1 = Tergantung kursi roda > 50 yard
2 = Berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal atau fisik) > 50 0/1/2/

17
yard 3
3 = Mandiri (tetapi boleh menggunakan alat bantu misalnya
tongkat) >50 yard
*1 yard = 0,91Meter
Menaiki Tangga
0 = Tidak Dapat
1 = Membutuhkan bantuan (verbal, fisik) 0/1/2
2 = Mandiri
Total (0-20)

Keterangan :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
1.4 : Kergantungan Total

Pengkajian Status Fungsional dengan Karz Indeks


Termasuk dalam katagori yang manakah klien
Skor Kriteria
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan
mandi
B Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang
lainnya
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
fungsi yang lain
F Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ketoilet, berpindah
dan satu fungsi yang lain
G Ketergantungan untuk semua fungsi di atas
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
dapat di klasifikasikan sebagai C,D,E,F dan G
Keterangan Mandiri :

18
Mandiri : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi di anggap tidak
melakukan fungsi, meskipun di anggap mampu.
2. Pengkajian Status Kognitif / Afektif (Status Mental)
1. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short
Portable Mental Status (SPMSQ)
Skor

+ -
No Pertanyaan Jawaban
.

01 Tanggal berapa hari ini

02 Hari apa sekarang ini (Hari, tanggal, tahun)

03 Apa nama tempat ini

04 Dimana alamat anda

05 Berapa umur anda

06 Kapan anda lahir ( minimal tahun lahir )

07 Siapa presiden Indonesia sekarang

08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya

09 Siapa nama ibu anda

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3


dari setiap angka baru, semua secara
menurun

∑ ∑
= =

Jumlah Kesalahan Total =

Interpretasi hasil

a. Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh


b. Salah 3-4 : Kerusakan intelektual yang ringan

19
c. Salah 5-7 : Kerusakan intelektual yang sedang
d. Salah 8-10 : Kerusakan Intelektual Berat

Kesimpulan :
2. Identifikasi Aspek Kognitif / Afektif (Status Mental) dengan menggunakan
Mini Mental State Exam (MMSE)
No Aspek kognitif Nilai Nilai Kriteria
maksimal Klien
Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :

 Tahun
 Musim
 Bulan
 Tanggal
 Hari
Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada :
1.
 Negara Indonesia
 Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
 Kota Lhokseumawe/ Kabupaten
Aceh Utara
 Bangunan (Rumah)
 Lantai Bangunan (Kamar)
2. Registrasi 3 Sebutkan nama 3 objek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing objek.
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga objek tadi (untuk disebutkan)

 Objek.......
 Objek.......
 Objek.......
3. Perhatian dan 5 Minta klien untk memulai dari

20
kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali/tingkat

 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat 3 Minta klien untk mengulangi ketiga
objek pada no.2 ( registrasi ) tadi.
Bila benar, 1 poin untuk masing-
masing objek

5 Bahasa 2 Tunjukan pada klien suatu benda


dan tanyakan namanya pada klien

 ( misal jam tangan)


 (misal pensil)
1 Minta kien untk mengulangi kata
berikut

’’Tak ada jika, dan, atau, tetapi”

3 Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah

1. Ambil kertas ini di tangan anda


2. Lipat menjadi dua
3. Taruh dilantai

1 Perintahkan pada klien untuk


membaca dan mengikuti kalimat
berikut

“TUTUP MATA ANDA”

21
1 Minta klien untuk menulis sebuah
kalimat

1 Gambarkan kembali objek berikut

Total 30

Interpretasi Hasil :

a. > 22 : Aspek konitif dari fungsi mental baik


b. 18 – 22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
c. ≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

Kesimpulan :

3. Identifikasi masalah emosional


Pertanyaan tahap 1 Ya Tidak

1. Apakah klien mengalami sukar tidur?


2. Apakah klien sering merasa gelisah?
3. Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
4. Apakah klien seringwas-was dan khawatir?

Lanjutkan ke pertanyaan Tahap 2 jika ≤ 1 jawaban “Ya”

Pertanyaan tahap 2 Ya Tidak

1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali


dalam 1 bulan?
2. Ada masalah atau banyak pikiran?
3. Ada gangguan/masalah dalam keluarga?
4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran

22
dokter?
5. Cenderung mengurung diri?

Bila ≥ 1 jawaban “Ya” berarti masalah emosional (+)


Kesimpulan :
h. Identifikasi tingkat depresi pada lansia dengan Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian
A. Kesedihan

3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat


menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya
1 Saya sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme

3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu


tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke
depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa Kegagalan

3 Saya benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)


2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya
lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan

3 Saya tidak puas dengan segalanya


2 Saya tidak lagimendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah

3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tidak berharga


2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu
yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah

23
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri

3 Saya benci diri saya sendiri


2 Say muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri

3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai


kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai
membahayakan diri sendiri

H. Menarik diri dari sosial

3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
tidak peduli pada mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan

3 Sya tidak dapat membuat keputusan sama sekali


2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambar Diri

3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tamapk menjijikkan


2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tidak tertarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya
K. Kesulitan Kerja

3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali


2 Saya telah mendorong diri saya sendri dengan keras untuk
melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memuali melakukan
sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya

24
L. Keletihan

3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu


2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia

3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali


2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya

Penilaian :
0-4 = Depresi tidak ada atau minimal
0-7 = Depresi ringan
8-15 = Depresi Sedang
>16 = depresi berat
.
4. Identifikasi skala depresi pada lansia dengan Geriatrik Yesavage
Penilaian jika jawaban sesuai dengan jawaban “ya” atau “tidak” sesuai jenis
pertanyaan akan diberi poin 1

No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda Tidak
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan Ya
minat atau kesenangan anda
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Ya
4. Apakah anda sering merasa bosan? Ya
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Tidak
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Ya
anda?
7. Apakah anda merasa bahagia di setiap waktu Tidak
8. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar Ya
dan mengerjakan sesuatu hal baru
9. Apakah anda merasa mempunyai masalah dengan ingatan Ya
anda daripada yang lainnya.
10. Apakah anda berpikir bahwa hidup anda sekarang ini Tidak
menyenangkan
11. Apakah anda merasa sangat tidak berguna dengan keadaan Ya

25
anda sekarang
12. Apakah anda merasa penuh semangat Tidak
13. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada Ya
harapan
14. Apakah anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik Ya
dari pada anda

Interpretasi hasil :
Skor 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
Skor ≥ 10 menunjukkan depresi

3.2 Diagnosa keperawatan

1) kerusakan memori berhubungan dengan degenerasi neuronal dan demensia


progresif.
2) Risiko jatuh berhubungan dengan defisit sensori dan motorik
3) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan konfusi, kehilangan kognitif
dan perilaku disfungsi.
5) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perawatan anggota
keluarga yang mengalami disfungsi.
6) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan kerusakan kognitif &
perilaku disfungsi.
7) Konfusi kronis berhubungan dengan degenerasi progresif korteks serebri
sekunder akibat demensia

3.3 INTERVENSI

1. Diagnosa kerusakan memori

Batasan karakteristik: ketidakmampuan membuat ketrampilan yang telah di


pelajari, ketidakmampuan mengingat informasi faktual, ketidakmampun
mengimgat perilaku tertentu yang pernah di lakukan, tidak mampu mengingat

26
peristiwa yang baru saja terjadi, tidak mampu menyimpan informasi baru,
mudah lupa.

NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, kesadaran


klien terhadap identitas personal, waktu dan tempat meningkat atau baik
dengan indikator/ kriteria hasil:

a) Mengenal kapan klien lahir,


b) Mengenal orang atau hal penting,
c) Mengenal hari bulan tahun dengan benar,
d) Klien mampu memperhatikan dan mendengarkan dengan baik,
e) Klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat,
f) Klien mengenal identitas diri dengan baik dan
g) Klien mengenal identitas orang disekitar dengan tepat Sedangkan

NIC:

a) Stimulasi memori dengan mengulangi pembicaraan secara jelas diahir


pertemuan dengan pasien,
b) Mengenali pengalaman masa lalu dengan pasien,
c) Mennyediaakan gambar untuk mengenal ingatannnya kembali,
d) Kaji kemampuan klien dalam mengenal sesuatu (jam hari tannggal bulan
tahun).
e) Ingatkan kembali pengalaman masa lalu klien dan
f) Kaji kemampuan kemampuan klien memahami dan memproses informasi.
2. Diagnosa Resiko Jatuh
Batasan karakteristik: Faktor risiko: Dewasa: Usia 65 tahun atau lebih,
Riwayat jatuh, Tinggal sendiri, Prosthesis eksremitas bawah. Kognitif :
gangguan fungsi kognitif
NOC:
Kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
klien mmpu untuk:
a) Gerakan terkoordinasi : kemampuan otot untuk bekerjasama secara
volunter untuk melakukan gerakan bertujuan.

27
b) Kejadian jatuh: tidak ada kejadian jatuh.
c) Pengetahuan: pemahaman penjegahan jatuh.
d) Pengetahuan: kemampuan pribadi.
NIC:
a) Mengidentifikasi defisit kognitif atau fisik yang dapat meningkatkan
potensi jatuh dalam lingkungan tertentu.
b) Mengidentifiksi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh.
c) Mendorong pasien untuk menggunakan tongkat atau alat bantu berjalan.
d) Sarankan alas kaki yang aman (tidak licin).
e) Dorong aktifitas fisik pada siang hari.(menyapu, menyiram bunga agar
pasien tidak dapat waktu untuk jalan).
f) Pasang palang pegangan keselamatan kamar mandi.
3. Hambatan Komunikasi Verbal
Batasan Kharateristik: disorientasi orang, ruang, waktu, kesulitan nmemahami
komunikasi, menolak bicara,tidak ada kontak mata, tidak bicara, ketidak
tepatan verbalisasi ketidak mampuan menggunakan ekspresi wajah.
NOC: Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam klien mampu :
a) Berkomunikasi : penerimaan interpretasi dan ekspresi pesan.
b) Lisan, tulisan dan non verbal meningkat,
c) Pengolahan informasi klien mampu untuk memperoleh mengatur,
menggunakan informasi.
d) Mampu memanajemen, kemampuan fisik yang di miliki.
e) Komunikasi ekspresif : (kesulitan berbicara, eksresi, pesan verbal atau non
verbal, yang bermakna.
NIC:
a) Gunakan penerjemah jika diperlukan.
b) Berikan satu kata simpel saat bertemu (selamat pagi)
c) Dorong pasien untuk bicara perlahan.
d) Dengarkan dengan penuh perhatian berdiri didepan pasien.
e) Gunakan kartu baca, gambar, dan lain-lain.
f) Anjurkan untuk berbicara dalam kelompok wisma.

28
g) Anjurkan untuk memberi stimulus komunikasi.

4. Diagnosa Defisit perawatan diri


Batasan karakteristik: ketidakmampuan membasuh tubuh, ketidak
mampuan mengakses kamar mandi, ketidak mampuan mengambil
perlengkapan mandi. Katidakmampuan mengatur air mandi,
ketidakmampuan menjangkau sumber air.
NOC :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan defisit perwatan
diri selama 3 X 24 jam, diharapkan pasien dapat meningkatkn perawatan
diri selama dalam perawatan, dengan kriteria hasil:
a) Mengambil alat/ bahan mandi.
b) Mandi di bak mandi
c) Mandi dengan bersiram dan menggunakan sabun
d) Mencuci badan bagian atas dan bawah
e) Mengeringkan badan menggunakan handuk.
NIC:
a) Mandikan pasien dengan tepat
b) Bantu pasien menyiapkan handuk, sabun dan sampho di kamar mandI
c) Dorong pasien untuk mandi sendiri
d) Berikan bantuan sampai pasien benar- benar mampu merawat dirinya
secara mandiri.
e) Sediakan lingkungan yg teraupetik dengan memastikan kehangatan,
suasana rileks dan nyaman serta menjaga privasi pasien.

3.4 IMPLEMENTASI

Konsep pelaksanaan Demensia Tindakan keperawatan (Implementasi)


adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau
mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan
perawatan untuk tujuan yang berpusat pada klien (Potter & Perry, 2005).

29
Pelaksanaan keperawatan pada Demensia dikembangkan untuk memantau tanda-
tanda vital, melakukan latihan rentang pergerakan sendi aktif dan pasif, meminta
klien untuk mengikuti perintah sederhana, memberikan stimulus terhadap
sentuhan, membantu klien dalam personal hygiene, dan menjelaskan tentang
penyakit, perawatan dan pengobatan Demensia.

3.5 EVALUASI

Evaluasi Keperawata Demensia Menurut Craven dan Hirnle (2000)


evaluasi merpakan keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar
tujuan keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang
ditampilkan.

1. Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana, dan


pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
lansia, maka beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain:
a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan.
c. Mengukur pencapaian tujuan.
d. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan.
e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu.
2. Evaluasi hasil: Evaluasi ini berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons
perilaku lansia merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan
terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Cara membandingkan antara
SOAP (Subjektive-ObjektiveAssesment-Planning) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari lansia
setelah tindakan diberikan.
O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
A (Assessment) adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.

30
P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisi.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau
keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan
interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia
merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara
lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,
persepsi perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi.
Demensia disebabkan oleh Intoksikasi (Obat, termasuk alkohol dan lain-lain),
Infeksi susunan saraf pusat, Gangguan metabolik, gangguan nutrisi, gngguan

31
vaskuler, Lesi desak ruang, hirdosefalus bertekanan normal, depresi (pseudo-
demensia depresif) dan Penyakit degeneratif progresif.
Komplikasi yang dapat terjadi pada lansia dengan demensia yaitu :
peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh yang terdiri dari; ulkus
diabetikus ,infeksi saluran kencing, dan pneumonia, thromboemboli
infarkmiokardium, kejang, kontraktur sendi, kehilangan kemampuan untuk
merawat diri, malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan, dan kesulitan
menggunakan peralatan, kehilangan kemampuan berinteraksi, dan harapan hidup
berkurang. Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain:
Farmakoterapi, Dukungan atau Peran Keluarga, dan terapi simtomatik. Hal yang
dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak
4.2 SARAN
Penyusun berharap makalah ini dapat dijadikan referensi dalam
mengaplikasi asuhan keperawatan lansia dengan demensia, dan dapat
meningkatkn pengetahuan perawat terkait demensia.

DAFTAR PUSTAKA
Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Boedhi,Darmojo.(2009). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta :
FKUI
Kusumawati, 2007, Mengenal Demensia Pada Lanjut Usia, (Online), available
:http:/www.berita iptek online.com, (2009, Agust, 24).
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC
Djibrael, Fictoria Ferderika. (2018). Asuhan Keperawatan Lansia Ny. F.P Dengan
Demensia Di Wisma Teratai Upt Panti Sosial Penyantun Lanjut Usia Budi
Agung Kupang Kupang. [Skripsi]. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kupang Jurusan Keperawatan Prodi D III Keperawatan 2018

32
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC

33

Anda mungkin juga menyukai