Anda di halaman 1dari 20

LABORATORIUM TEKHNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT

FAKULTAS FARMASI

LAPORAN TEKHNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT


“FORMULASI DAN EVALUASI TABLET”

OLEH :

NAMA : LOLY SUBHIATY IDRUS


NIM : F1F1 12 077
KELAS :B
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : WA ODE SITI ZUBAYDAH S.Si., M.Sc.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan
juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa
keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat,
mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan
yang lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan
tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum
digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan
pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada
pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam
keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu.
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan
serangkaian evaluasi atau  pengujian terhadap sediaan tersebut.  Karena
sebagian besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita
gunakan.  Untuk itu beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet perlu
untuk diketahui.
2. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui beberapa parameter-
parameter uji sediaan tablet untuk mengetahui karakteristiknya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori Umum
Tablet adalah sediaan pada kompak, dibuat secara kempacetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok
(Ditjen POM, 1979).
Waktu hancur sediaan tablet sangat berpengaruh dalam biofarmasi
dari obat. Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi
dalam saluran cerna, maka tablet harus hancur dan melepaskannya ke dalam
cairan tubuh untuk dilarutkan (Ansel, 1989).Waktu hancur dipengaruhi oleh
penghancur (jenis dan jumlahnya) dan banyaknya pengikat.Selain itu, tablet
juga harus memiliki kekerasan yang cukup serta keregasan yang sesuai
dengan persyaratan yang ada, karena semakin kecil persentase kehilangan
bobot dari suatu tablet maka semakin baik efek terapi yang di berikan oleh
sediaan obat tersebut terhadap tubuh. Dengan kata lain kekerasan, keregasan,
dan waktu hancur dapat mempengaruhi kecepatan absorpsi obat dalam tubuh.
Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot,
kekerasan, ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain,
tergantung pada penggunaan yang dimaksudkan dan metode pembuatannya.
Tablet biasanya berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau konveks.
Tablet dapat dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan membuat pons dan
lubang kempa (lesung tablet) cetakan yang didesain secara khusus (Siregar,
2010).
Keuntungan dari tablet yaitu beberapa obat tidak dapat dikempa
menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, fokulasi, atau
rendahnya berat jenis. Selain itu, obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut,
dosisnya cukupan atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran
cerna atau setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin
diformulasikan dan diperbaiki dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan
bioavailabilitas obat cukup. Kemudian obat yang rasanya pahit, obat dengan
bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau
kelembapan udara perlu pengapsulan atau penyelubungan sebelum dikempa
(bila mungkin) atau memerlukan penyalutan dulu (Lachman, 2008).
Komposisi tablet terdiri dari bahan pengisi, bahan pengikat, glidant,
bahan penghancur, bahan pelican, anti lekat, bahan pewarna, dan pengaroma
dan pemanis (Swarbrick, 2007). Dalam pembuatan tablet ada tiga metode
yang dapat digunakan yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa
langsung. Langkah dari granulasi basah adalah penimbangan, pencampuaran,
granulasi, pengayakan basah, pengeringan, pengayakan kering, pelincir, dan
pengempaan peralatan tergantung dari uraian atau kualitas atas kandungan
atau zat aktif, pengisi, dan penghancur (Gennaro, 1985).
Pada granulasi kering, saat proses (penekanan) ketidakmungkinan
mencampurkan beberapa bahan untuk tujuan kelembapan menyebabkan
proses pengembangan pengganti granulasi kering yang dikenal sebagai proses
penekanan (Jenkis, 1957). Sedangkan pada kempa langsung terdiri dari
pengempaan tablet secara langsung bahan serbuk tanpa modifikasi sifat fisik
dari bahan itu sendiri. Dahulu pengempaan langsung sebagai metode
pembuatan tablet untuk jumlah kecil dan sifat fisik kimia kristal (Gennaro,
1985).
Masalah-masalah yang sering timbul pada pembuatan tablet yaitu
pitting, capping, dan laminasi. Pitting mengacu pada terjadinya tanda lubang
kecil pada permukaan tablet atau punc yang dihubungkan denganpelicin yang
tidak cukup atau hambatan suatu permukaan yang keras. Sedangkan capping
dan laminasi mengacu pada kelewatan mekanik yang merusak tablet.
Keretakan akibat laminasi bisa terjadi sepanjang langkah produksi (Jones,
2008).
Sifat-sifat tablet yang ideal atau baik yaitu tablet harus memenuhi
spesifikasi keseragaman bobot dan kekerasan, diameter tablet tidak lebih dari
7/16 inci dan tablet diharapkan memberikan penambahan yang baik (Parrot,
1970). Untuk evaluasi yang dilakukan pada tablet yaitu berat tablet, ketebalan
tablet, kekerasan tablet, daya hancur, dan disolusi tablet (Howard, 1985).

2. Uraian Bahan
a. Natrium Diklofenak (USP (United States Pharmacopeia) 2007 :30)
Nama Resmi : Diklofenac Sodium
Sinonim : Natrium Diklofenak
RM/BM : C14H10Cl2NNaO2/ 318.13
Pemerian : Serbuk hablur putih hingga hampir putih, higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam metanol, larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam air, praktis larut dalam kloroform dan
dalam eter.

b. Magnesium Stearat (Ditjen POM, FI Edisi III, 1979 : 354)


Nama resmi : Magnesii stearas
Sinonim : Magnesium stearat
RM/BM : C36H70MgO4/591,24
Pemerian : Serbuk halus; putih; licin dan mudah melekat pada
kulit; bau lemak khas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Antasidum; zat tambahan

c. Talk (Ditjen POM, 1979, Hal : )


Nama Resmi : Talcum
Sinonim : Spekton powder
RM/BM : Mg3S14O16 /1758,44
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih
Kelarutan : Larut dalam asam
Khasiat : Antiadherent
Penyimpnan : Dalam wadah tertutup baik
d. Avicel (HOPE IV )
Nama Resmi : Microcrystallin cellulose
RM : C6H12O5
Pemerian : Serbuk kritstalin, putih, tidak berbau, tidak berasa
Konsentrasi : 4,4-4,5%
Fungsi : Zat tambahan

e. Laktosa (Ditjen POM FI Edisi III, 1979 : 338)


Nama resmi : Lactosum
Sinonim : Laktosa, Seccarum lactis
RM/BM : C12H22O11.H2O/36,30
Pemerian : Serbuk Hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis
Kelarutan : larut dalam 6 bagian air, larut dalam satu bagian air
mendidih; sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis
tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Khasiat : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
BAB III
METODE KERJA
1. Formulasi

a. Ditimbang masing-masing bahan yang digunakan


b. Dicampur semua bahan
c. Dikempa
2. Evaluasi

a. Uji Keseragaman Bobot (Puspita, P.A.P, Dewantara, I.G.N.A, Arisanti,


C.I.S , Formulasi Tablet Parasetamol Kempa Langsung Menggunakan
Eksipien Co-Processing Dari Amilum Singkong Partially Pregelatinized
Dan Gom Akasia)
 Diambil dan ditimbang 20 tablet secara acak
 Dihitung rata-rata dari tablet tersebut
 Ditimbang kembali satu persatu tablet lalu dibandingkan dengan bobot
rata-rata tablet
 Dihitung persentase keseragaman bobotnya
 Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih besar dari 5% dan tidak satu pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10%.

b. Uji Kekerasan Tablet (Menurut Khoerul Anwar dalam Jurnal Sains dan
Terapan Kimia Vol.4, No. 2 (Juli 2010))
 Diambil 1 tablet dan diletakkan secara vertikal pada alat Hardness
Tester
 Ditekan tombol start sehingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai
keadaan awal dengan skala nol (0)
 Diputar sekrup pada ujung yang lain sehingga tablet tertekan yang
dinyatakan sebagai keadaan awal dengan skala pada skala nol (0).
 Diamati skala yang ditujukkan oleh alat Hardness tester sebagai nilai
kekerasan dari tablet
 Dihentikan pemutaran sampai tablet pecah.
 Dilakukan untuk masing-masing 20 tablet dan dihitung rata-ratanya.
 Dilakukan percobaan untuk masing-masing 10 tablet
 Dihitung rata-ratanya
 Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg untuk tablet tidak bersalut

c. Uji Ketebalan Tablet (Menurut Howard C. Ansel dalam Pengantar Bentuk


Sediaan Padat)

 Diambil 1 tablet dan diletakkan secara horisontal pada alat Hardness


Tester
 Ditekan tombol start sehingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai
keadaan awal dengan skala nol (0)
 Ditekan kembali tombol start, hingga tablet kembali tertekan
 Diamati skala yang ditujukkan oleh alat Hardness tester sebagai nilai
ketebalan dari tablet
 Dilakukan percobaan untuk masing-masing 10 tablet
 Dihitung rata-ratanya

d. Uji Diameter Tablet (Menurut Howard C. Ansel dalam Pengantar Bentuk


Sediaan Padat)
 Diambil 1 tablet dan diletakkan secara vertikal pada alat Hardness
Tester
 Ditekan tombol start sehingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai
keadaan awal dengan skala nol (0)
 Ditekan kembali tombol start, hingga tablet kembali tertekan
 Diamati skala yang ditujukkan oleh alat Hardness tester sebagai nilai
diameter dari tablet
 Dilakukan percobaan untuk masing-masing tablet
 Dihitung rata-ratanya

e. Uji Kerapuhan Tablet (Menurut Khoerul Anwar dalam Jurnal Sains dan
Terapan Kimia Vol.4, No. 2 (Juli 2010))
 Dibebas debukan 20 tablet
 Ditimbang dan dimasukkan ke dalam friabilator tester
 Diatur kecepatan putaran sebesar 25 rpm selama 4 menit
 Ditekan tombol start, kemudian ditunggu sampai alat berhenti berputar
 Dibersihkan tablet dari debu tablet yang rapuh
 Ditimbang kembali tablet diuji kerapuhannya
 Dihitung persentase bobot yang hilang

f. Uji Daya Hancur Tablet (Puspita, P.A.P, Dewantara, I.G.N.A, Arisanti,


C.I.S , Formulasi Tablet Parasetamol Kempa Langsung Menggunakan
Eksipien Co-Processing Dari Amilum Singkong Partially Pregelatinized
Dan Gom Akasia)
 Diambil 6 tablet secara acak
 Dimasukkan sebanyak 1 tablet pada masing-masing tabung keranjang
alat Erweka Disintegrator tester ZT X20
 Dimasukkan satu cakram pada tiap tabung.
 Dicelupkan keranjang alat Erweka kedalam gelas kimia yang berisi
akuades, dimana gelas kimia diletakkan diatas penangas air bersuhu
370C.
 Dihitung waktu hancur tablet mulai saat keranjang tercelup sampai
semua tablet hancur sempurna. Persyaratan waktu hancurnya yaitu
tidak lebih dari 15 menit.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

1. Master Formula
No. Kode Bahan Nama Bahan Fungsi Perdosis Batch
1. 01 NAD Natrium Zat aktif 50 mg 50. 000
Diklofenak
2. 02 TLK Talk Zat pelicin 5 mg 5.000
3 03. Magnesium Zat pelicin 2,5 mg 2.500
3. Stearat
4 04 AVC Avicel Zat pengikat 20 mg 20.000
4. Zat penghancur
5. 05 LKT Laktosa Anhidrat Zat pengisi 22,5 mg 22.500
6. 06 HPM HPMCAS Zat penyalut 2 mg 2.000

2. Evaluasi Tablet

a. Keseragaman Bobot

Berat Awal

1,40

1,43

1,35

1,43

1,37

1,36

1,50
1,31

1,34

1,34

∑ = 1,368

Berat tablet yang dibuat = 1000 mg atau 1 gram

Berat tablet rata−rata−Berat tablet


Standar Deviasi = x 100 %
Berat tablet

1,368−1
= x 100 %
1

= 0,368 % (memenuhi persyaratan)

b. Kekerasan Tablet

Tablet Kekerasan Diameter Ketebalan

I 66 x 0,1 N = 6,6 kg 15,5 mm 6,98 mm

Diameter < 3 × tebal tablet


= 15,5 < 3 × 6,98
= 15,5 < 20,94 (memeneuhi keseragaman ukuran)

1
Diameter > 1 × tebal tablet
3
1
= 15,5 > 1 × 6,98
3
= 15,5 > 9,30 (memenuhi keseragaman ukuran)
c. Kerapuhan Tablet

Berat Awal Berat Setelah

1,40 1,34

1,43 1,35

1,35 1,32

1,43 1,42

1,37 1,35

1,36 1,24

1,50 1,30

1,31 1,29

1,34 1,31

1,34 1,27

∑=13,83 ∑=13,19

Berat tablet awal – Berat tablet setelah


Kerapuhan = x 100 %
Berat tablet awal

= 4,6% (tidak memenuhi persyaratan)


d. Uji waktu hancur tablet

Tablet Waktu

2 2 menit 21 detik
( memenuhi

3 persyaratan)

6
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi pada tablet albendazole


dengan metode kempa langsung. Pengujian evaluasi meliputi uji keseragaman
bobot, uji kekerasan, ketebalan, diameter, uji kerapuhan, dan uji waktu alir.

Pengujian keseragaman bobot memilik persyaratan sesuai yang tertera


dalam Farmakope Indonesia sebagai berikut Tablet tidak bersalut harus memenuhi
syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet,
hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih
dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata –
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang
ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet;
tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata
yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang
lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.

Penyimpangan bobot rata-rata (%)


Bobot rata-rata
A B

25 mg atau kurang 15 % 30%

26 mg s/d 150 mg 10 % 20 %

151 s/d 300 mg 7,5 % 15 %

Lebih dari 300 mg 5% 10 %


Pada praktikum ini menggunakan 10 tablet dengan berat 1000 mg yang
ditimbang secara acak. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa satu tablet
menyimpang dari bobot rata-rata yang telah ditetapkan pada kolom A yaitu 9,6%
dan tidak ada satu tablet pun yang menyimpang dari bobot rata-rata yang telah
ditetapkan pada kolom B.

Pada uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet
yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan
memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan
kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Kekerasan adalah parameter yang
menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti
goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan,
pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan.Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester. Alat ini selain
dapat menguji kekerasan juga dapat menguji ketebalan dan diameter tablet.
Pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan meletakkan tablet pada hardness
tester dengan posisi vertikal. Sekrup diputar pada ujung yang lain sehingga tablet
tertekan yang dinyatakan sebagai keadaan awal dengan skala pada skala nol (0).
Pemutaran dihentikan sampai tablet pecah dan diperhatikan skalanya. Percobaan
dilakukan untuk masing masing 10 tablet dan dihitung rata-ratanya. Namun
dalam praktikum ini hanya diuji satu tablet dan didapatkan kekerasannya 6.6 kg,
diameternya 15,5 mm dan ketebalannya 6,98 mm. Kekerasan tablet yang
dipersyaratkan adalah 4-8 kg. Dengan demikian tablet yang diformulasi telah
memenuhi persyaratan.

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur


ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friability tester.
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama
diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran
kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang
digunakan adalah 4 menit.

Tablet yang akan diuji sebanyak 10 tablet, terlebih dahulu dibersihkan


dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4
menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan
tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian
dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet
dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% . Uji kerapuhan berhubungan
dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Dari
hasil pengamatan diperoleh kerapuhan dari 10 tablet mencapai 4,6%. Semakin
besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang
masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet
dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi
kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet. Dengan demikian kerapuhan
tablet tidak memenuhi persyaratan.

Suatu komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam


saluran pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam
cairan tubuh untuk dilarutkan. Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan
sejumlah tablet untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu
melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang
digunakan adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6
tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi dengan
ayakan/screen  no.10 mesh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet


yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.
Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas
dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan
menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang
waktu hancur tablet. Tablet yang memiliki waktu hancur yang sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan dapat memberikan efek terapi yang cepat
Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit dan
persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit,
untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk
tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam,
dan harus segera hancur dalam medium basa.

Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya
merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Pengujian dilakukan dengan
memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu
cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, menggunakan air bersuhu 37º sebagai
media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat
keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Tablet
albendazole hancur semua dalam waktu 2 menit 21 detik yang mengindikasikan
bahwa tablet ini memenuhi syarat waktu hancur.
BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam praktikum kali ini adalah

 Untuk mengetahui karakteristik dari tablet diperlukan beberapa evaluasi


meliputi uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan dan uji waktu
hancur.
 Tablet yang diformulasi hanya memenuhi persyaratan untuk uji
keseragaman bobot, uji kekerasan dan uji waktu hancur, uji diameter
sedangkan tidak memenuhi persyaratan untuk dan uji kerapuhan.

2. Saran
Saran saya agar praktikan lebih memahami prinsip kerja dari tiap alat
untuk mengevaluasi tablet suapaya memeudahkan dalam pengujian serta
bahan yang digunakan disiapkan terlebih dahulu sebelum praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C., 1985, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit
Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Gennaro, Alfonso R., 1985, Remington’s Pharmaceutical Saence, Mack


Publishing, Amerika Serika.

Jenkins, Glenn L., Frackle Don E., Breacht E.A., Sperandio O.J., 1957, The Art
Of Compounding, Mc. Crow Well Book Company Inc, London.

Jones, David., 2008, Pharmaceutical Dosage From and Design, Pharmaceutical


Press, London.

Lachman, Leon, Herbert A.L., Joseph L.K., 2007, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Siregar, Charles J., 2010, Teknologi Farmasi Sediaaan Tabet, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Swarbrick, James., 2007, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology


Pharmaceutical Inc, USA.

Anda mungkin juga menyukai