Dosen Pembimbing :
Angelina A. Sare, S.Pd.,M.Hum
Disusun oleh :
NIM : 2023716153
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ketidakpecayaan Masyarakat Terhadap Virus
Corona” ini tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu
Angelina A. Sare, S.Pd.,M.Hum selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis tentang konspirasi-
konspirasi covid 19 yang beredar di masyarakat dalam masa pandemi sekarang ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Angelina A. Sare, S.Pd.,M.Hum selaku dosen mata
kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas
ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh kerena itu,
saya menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun,
Yohakim Taman
Nim : 2023716153
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………….………………………………………………... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………... 1
BAB II : PEMBAHASAAN
2.1 Pengertian konspirasi ..………………………………………………………. 2
2.2 Dampak Teori Konspirasi……………………………………………………..2
2.3 Teori-teori Konspirasi Covid 19 ...…………………………………………... 3
2.4 Upaya Mengatasi Keyakinan Teori Konspirasi…………………..……..…….5
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………....6
DARTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Warga dunia kini sedang berada di tengah pusaran krisis dampak pandemi Covid-19. Bukan
hanya masalah kesehatan dan ekonomi tapi juga krisis psikologis. Konsekuensi pandemi
punya impak berbeda-beda bagi tiap individu. Tapi ada satu dampak yang sama bagi semua:
ketidakpastian.
Dan orang tidak suka ketidakpastian. Mereka ingin tahu, apa yang akan terjadi kemudian dan
bagaimana? Serta apakah semua hal harus dilakukan secara berbeda dari saat sebelum
pandemi?
Kondisi seperti inilah yang menghidupkan teori konspirasi di saat terjadi krisis. Pasalnya,
teori konspirasi dan berita palsu selalu menawarkan penjelasan yang gampang dicerna terkait
kekacauan dan ketidakpastian yang seolah tanpa akhir.
Di saat normalitas yang dikenal banyak orang serasa makin menjauh dari keseharian,
biasanya orang-orang cenderung mengikuti narasi yang mengklaim tahu apa atau siapa
penyebab krisis.
Bahkan, tidak sedikit masyarakat juga percaya terhadap adanya konspirasi dan tidak percaya
terhadap Covid-19 yang telah menyebabkan jutaan orang terinfeksi.
Beberapa konspirasi yang sedari awal ramai diperbincangkan adalah terkait bocoran
laboratorium biologi di China,pengembangan senjata biologi target peneneman chips di
dalam tubuh, dll.
Dengan banyaknya konspirasi yang beredar di masa pandemi seperti ini saya tertarik
menggali informasi konspirasi Covid-19.
1.3 Tujuan
Memberi pengertian dan pemahaman kepada pembaca mengenai teori-teori konspirasi covid-
19 yang beredar dimasyarakat, yang meliputi dampak, upaya, dan macam-macam teori
konspirasi covid-19yang sudsh beredar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konspiras
Menurut Very Well Mind, teori konspirasi dapat didefinisikan sebagai keyakinan bahwa ada
kelompok yang bertemu secara rahasia untuk merencanakan dan melaksanakan tujuan jahat.
Apa yang menjelaskan kepercayaan yang umum dan seringkali mengakar ini bahwa
kelompok-kelompok kuat, jahat, dan rahasia bersekongkol untuk menipu orang lain, khususnya
di zaman di mana kita memiliki lebih banyak akses ke informasi dan fakta yang mungkin
menyanggah ide-ide ini.
Para peneliti menduga bahwa ada sejumlah mekanisme psikologis, banyak hasil dari proses
evolusi, yang berkontribusi pada kepercayaan ini. Di dunia di mana Anda mungkin merasa tidak
berdaya dan teralienasi, mungkin menarik untuk percaya bahwa ada kekuatan yang berkomplot
melawan Anda dan kepentingan Anda. Setelah kepercayaan ini mengakar, bias kognitif dan
pintasan mental akan memperkuatnya.
Banyak faktor yang sama yang memicu jenis pemikiran bermasalah lainnya, seperti
kepercayaan pada paranormal, juga berkontribusi pada teori konspirasi. Dan walaupun ide-ide
paranoid semacam itu bukanlah hal baru, internet telah membantu mengubah kecepatan dan cara
penyebarannya.
Untuk memahami mengapa orang percaya pada konspirasi ini, penting untuk mengeksplorasi
beberapa penjelasan psikologis dan efek potensial yang dimiliki keyakinan ini. Berikut penyebab
orang mempercayai teori konspirasi
Dilansir dari Goop, orang-orang yang percaya pada teori konspirasi sering tidak mengikuti
saran yang direkomendasikan karena rekomendasi seperti itu sering datang dari pemerintah.
Ini bisa berarti bahwa individu menghindari penggunaan vaksin atau antibiotik, yang dapat
memiliki konsekuensi kesehatan yang nyata. Pada tingkat ekstrim, ini bisa berarti kematian
akibat penyakit yang sepenuhnya dapat dicegah dengan pengobatan modern. Orang-orang ini
dapat memilih untuk mengikuti saran medis alternatif yang tidak terbukti dan tidak efektif.
2
Penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang percaya pada teori konspirasi juga lebih
menerima kekerasan terhadap mereka yang mereka anggap bersekongkol. Jika seseorang sudah
menjadi orang yang agresif atau marah, percaya pada teori konspirasi dapat memprovokasi
mereka lebih lanjut.
Teori konspirasi dapat menjadi perhatian pemerintah, tetapi mereka juga dapat menyangkut
kelompok orang seperti imigran, yang dapat menjadi masalah jika ahli teori konspirasi memilih
untuk menimbulkan kerugian dengan cara bermusuhan dan kekerasan terhadap kelompok
ini berdasarkan informasi yang tidak akurat ini.
Percaya pada teori konspirasi mengikis kepercayaan orang pada pemerintah mereka, pemimpin
mereka, dan institusi mereka. Ini juga mengurangi kepercayaan pada sains dan penelitian itu
sendiri. Ketidakpercayaan ini dapat mencegah orang berpartisipasi dalam dunia sosial
mereka. Mungkin juga menyebabkan orang berhenti melihat diri mereka sebagai kontributor
berharga bagi masyarakat.
Covid-19 bisa jadi merupakan hasil rekayasa genetika. Sejak kemunculannya di Wuhan,
Cina, tidak sedikit kalangan yang menghubungkan virus Corona sebagai senjata biologi yang
sengaja didesain. Hal ini mungkin saja, melihat perang antar beberapa negara yang semakin
parah maupun persaingan ekonomi dan teknologi yang tinggi. Di lain pihak, saat ini senjata
paling kuat di dunia adalah senjata nuklir. Akan tetapi, senjata nuklir dilarang penggunaanya
untuk perang. Akibatnya diciptakanlah suatu senjata yang baru dan tidak dapat dideteksi
sehungga aman penggunaannya.
Terdapat satu konspirasi lain terkait Covid-19. Tidak sedikit orang yang percaya bahwa
virus Corona adalah sebuah rekayasa genetika yang sedang dalam proses pengembangan.
Entah dengan tujuan apa sebenarnya, tetapi terlepas dari semua itu,virus ini tidak sengaja
menyebar keluar akibat kebocoran laboratorium dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Hal
ini bisa saja masuk akal mengingat saat ini belum ada vaksin untuk mengobati Covid-19.
Alasan belum adanya vaksin penangkalnya adalah karena pada saat kemunculannya virus ini
masih dalam proses pengembangan sehingga belum ditemukan vaksinnya.
3
2.3.3 Covid-19 merupakan bagian dari seleksi alam
Berbicara tentang seleksi alam, kita akan melihat hubungan antara adaptasi suatu
individu untuk dapat bertahan hidup. Charles Darwin dalam teori evolusinya mengatakan
bahwa suatu individu yang tidak dapat bertahan hidup dalam suatu proses seleksi alam akan
punah. Individu yang lolos seleksi akan terus tumbuh dan berkembang.
Tidak menutup kemungkinan kemunculan virus Corona ini juga merupakan bagian dari
seleksi alam. Faktanya bahwa orang-orang yang suspect Covid-19 ada yang dinyatakan
sembuh dan ada juga yang meninggal (bandingkan dengan contoh kasus seleksi alam pada
jerapah yang dikemukakan oleh Darwin).
2.3.4 Covid-19 sengaja diciptakan untuk mengeliminasi individu lemah dan menghasilkan
individu yang kuat
Teori ini kedengarannya tidak berperikemanusiaan dan sedikit gila. Tetapi hal ini punya
korelasi dengan teori seleksi alam sebelumnya. Melihat perkembangan dunia dan lompatan
zaman yang cepat maka dunia butuh individu-individu yang kuat tahan terhadap ancaman.
Faktor lainnya adalah bumi semakin penuh akibat membeludaknya angka pertumbuhan
manusia.
Angka kelahiran yang tidak sebanding dengan angka kematian dapat menyebabkan bumi
penuh suatu saat nanti. Selain itu, masalah sosial lainnya seperti kelaparan dan kesehatan yang
tidak kunjung selesai juga dapat menjadi alasan di balik keberadaan virus ini. Alasan-alasan
ini menyebabkan perlunya eliminasi terhadap individu-individu tertentu. Di sisi lain,
pemusnahan manusia secara frontal tidak diperbolehkan karena melanggar hukum dan asas
kemanusiaan. Karena itu diciptakanlah suatu “mesin penyaring” yaitu Covid-19.
Mari kita lihat faktanya. Virus Corona dapat mengakibatkan kematian jika imun tubuh
seseorang lemah. Pada orang yang imun tubuhnya kuat, walaupun terinfeksi virus ini tidak
akan mati dan berpotensi untuk sembuh. Kematian akibat Covid-19 paling tinggi pada rentang
usia 60 tahun ke atas dan juga pada orang yang punya bawaan penyakit lain. Pada usia 60
tahun ke atas adalah usia yang tidak produktif lagi. Selain itu, penyakit juga membuat orang
tidak produktif dalam bekerja. Karena itu virus ini mengeliminasi individu-individu yang
lemah dan menghasilkan individu-individu yang kuat dan produktif
Jika dihubungkan dengan teori bahwa Covid-19 adalah hasil rekayasa genetika dan untuk
mengeliminasi sebagian umat manusia maka sebenarnya vaksin penangkalnya sudah
4
diciptakan dan ada. Siapa pun yang mungkin menciptakan virus Corona sudah tentu dengan
sengaja menahan vaksin penangkalnya.
Lalu di mana vaksin itu berada? Mengapa tidak diproduksi agar digunakan masyarakat?
Jawabannya, belum saatnya. Dengan tujuan mengeliminasi sebagian orang di muka bumi ini
maka sepertinya belum saatnya memproduksi vaksin Covid-19 secara masal.
5
Mereka yang "berfokus pada dukungan" percaya bahwa mereka memiliki kekuatan dan
kontrol untuk membentuk masa depan mereka.
Jadi apa hubungannya dengan keyakinan konspirasi? Para peneliti menemukan bahwa orang
yang berfokus pada dukungan lebih skeptis dan kecil kemungkinannya untuk percaya konspirasi.
Kenapa? Orang yang percaya bahwa masa depan bergantung pada tindakan mereka sendiri
memiliki banyak hak pilihan dan kendali pribadi. Perasaan otonomi dan agensi inilah yang
membuat orang cenderung tidak percaya pada plot rahasia dan rencana jahat.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Itulah beberapa teori konspiratif terkait Covid-19. Banyak teori maupun ide lain yang
mungkin akan muncul. Walaupun terdengar aneh, tidak masuk akal, dan konspiratif, teori-teori
ini dapat dapat membantu menjawab rasa penasaran kita. Selain itu teori-teori ini dapat dijadikan
rujukan atau hipotesis untuk mencari kebenaran terkait pandemi Covid-19. Benar maupun
tidaknya tentu saja belum dapat dipastikan. Semua ini adalah hasil dari sebuah pemikiran
berdarsarkan fakta-fakta yang ada. Apapun opini maupun teori-teori lainnya, saat ini kita
berharap segera ditemukan solusi yang tepat dalam penanganan Covid-19 ini. Lebih jauh lagi
semoga Covid-19 benar-benar adalah sesuatu yang alamiah dan bukan hasil rekayasa untuk
kepentingan kalangan tertentu semata.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/ekribaifeto/5e71b18e097f363f6c7792a
3/ada-apa-di-balik-covid-19-sebuah-teori-konspirasi?page=3
https://www.merdeka.com/sumut/mengenal-teori-konspirasi-dan-
penyebab-orang-bisa-mempercayainya-kln.html?page=6