Anda di halaman 1dari 3

Nama :

NIM :
Keterangan : Tugas PRD (analisis banjir)

Banjir

A. Latar Belakang
Banjir merupakan bencana dimana terjadinya limpahan air yang merendam akibat
limpahan air di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Adapun beberapa penyebab mengapa
banjir terjadi, yaitu terjadi hujan lebat dalam kurun waktu yang lama, tersumbatnya aliran sungai,
terjadi penurunan muka tanah, hilangnya resapan air di daerah tertentu, dsb. Indonesia memiliki
beberapa wilayah zona merah rawan banjir, seperti Jakarta dan Bandung. Sampai saat ini,
Indonesia belum berhasil melepaskan diri dari permasalahan tersebut. Bila permasalahan tersebut
tidak segera diatasi, maka akan terus berlanjut dan keadaan pun menjadi semakin memburuk.
B. Penyebab Banjir dan Analisnya
Pada data forecasting zona potensi banjir pada bulan Februari - Maret 2020 oleh BMKG
didapatkan bahwa terdapat beberapa provinsi di Indonesia yang memiliki ancaman menengah
hingga tinggi terendam banjir, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Papua. Beberapa diantara provinsi tersebut bahkan 50%
daerahnya terletak pada kelas ancaman potensi tinggi. Tentu saja terjadinya banjir disebabkan
oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor yang dimaksud telah disebutkan pada bagian latar
belakang.
Meskipun tidak sedikit wilayah yang terancam banjir, namun sejatinya faktor yang
menyebabkan banjir di setiap wilayah tidaklah sama. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan
geografis wilayah, seperti Kota Jakarta dan Kota Bandung yang notabene wilayahnya berada di
bawah permukaan air laut. Hal lain yang mempengaruhi adalah tidak adanya resapan air,
drainase yang buruk, atau tersumbatnya sungai, Sekitar sepuluh tahun yang lalu, Kota Surabaya
terkena banjir yang cukup parah. Namun, setelah diadakan perbaikan drainase, penggalian
sungai, serta pembangunan tanggul, Kota Surabaya sudah tidak lagi terkena banjir. Penyebab
lain yang sulit untuk ditekan oleh manusia adalah curah hujan tinggi pada suatu daerah dengan
durasi yang panjang. Disamping keadaan geografis, kebiasaan masyarakat pun turut
berkontribusi dalam memperparah banjir. Tak sedikit masyarakat Indonesia yang membuang
sampah di sungai akibat memiliki pemahaman terbatas mengenai banjir.
C. Dampak Banjir dan Analisisnya
Setelah banjir datang pasti meninggalkan dampak buruk baik bagi lingkungan maupun
masyarakat. Dampak teknis maupun non-teknis sangat mempengaruhi keberlangsungan
kehidupan korban banjir. Dampak non-teknis yang menimpa masyarakat terdiri dari dampak
sosial, psikologi, dan politik.
Dari segi sosial, masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan.
Hal itu secara langsung menyebabkan permasalahn ekonomi. Kerugian yang dialami masyarakat
dan pemerintah tentu tidak sedikit. Dari segi psikologis, terjadinya banjir dapat menimbulan
trauma pada masyarakat. Selain itu, banjir menyebabkan ketidakstabilan politik di wilayah yang
terkena banjir. Tentunya masyarakat dapat kehilangan kepercayaan kepada pemimpinnya bila
banjir besar melanda daerahnya. Tidak sedikit masyarakat yang menyalahkan pemerintah yang
tidak becus mengatasi banjir. Dampak lainnya adalah dari segi kesehatan. Banjir datang
beriringan dengan sumber penyakit, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah pasien maupun
korban jiwa akibat kecelakaan saat banjir.
D. Pencegahan, Penanganan, dan Penanggulangan
Untuk mengatasi bencana banjir, maka perlu diadakan gerakan sebelum, saat, dan
sesudah banjir. Gerakan sebelum banjir disebut pula dengan kegiatan pencegahan atau preventif.
Kegiatan preventif dilakukan dengan memeta lokasi rawan banjir agar dapat diperkirakan
tindakan selanjutnya. Masyarakat perlu dan wajib untuk diberikan edukasi tentang banjir.
Penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat diharapkan dapat mengubah budaya membuang
sampah sembarangan, terutama di sungai serta masyarakat akan lebih kritis terhadap kelestarian
lingkungan. Selain itu, masyarakat akan lebih siaga ketika tiba-tiba banjir datang. Pemerintah
perlu mendirikan pos kesehatan di sekitar wilayah rawan banjir serta lembaga penanggulangan
bencana. Tindakan preventif yang terakhir adalah dengan memperbaiki segala penyebab banjir
secara teknis.
Ketika banjir datang, perlu dilakukan tindakan-tindakan cekatan untuk menyelamatkan
korban. Keberadaan tim evakuasi korban banjir sangatlah krusial. Tindakan pertama yang
diperlukan adalah evakuasi korban banjir. Bagi korban banjir, setidak-tidaknya diberikan tenda
evakuasi yang memenuhi standar kelayakan. Masyarakat dapat saling gotong-royong untuk
memenuhi kebutuhan hidup sementara, seperti pemenuhan dapur umum, pengumpulan donasi
kebutuhan pokok bagi para korban, dsb. Tim medis diharuskan berada di area pengungsian untuk
waktu tertentu agar kondisi jiwa dan raga korban banjir dapat terpantau. Tindakan lainnya yang
perlu juga dilakukan adalah dengan membuat pendataan kerugian, korban jiwa, dll.
Setelah banjir telah reda, masyarakat dan pemerintah dapat bekerja sama untuk recovery
keadaan menjadi seperti semula. Karena banjir membawa air kotor, maka diperlukan perbaikan
kualitas air bersih (kaporisasi, pemberian PAC, aquatab) untuk menjauhkan masyarakat dari
penyakit. Kegiatan antisipasi dari penyakit adalah dengan melakukan desinfeksi, melakukan
pemberantasan sarang nyamuk, dan perbaikan jamban serta sarana pembungan air limbah
(SPAL). Selain itu, hal lain yang perlu dilakukan ialah dilakukan surveilans penyakit,
inventarisasi perbaikan sarana kesehatan, dan evaluasi terhadap kejadian banjir.
E. Ilmu Sosial yang Berhubungan
Penyebab dan penanggulangan banjir sejatinya berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial. Ilmu
tersebut antara lain ialah Geografi/Demografi yang berhubungan dengan tata letak rumah
masyarakat di pinggiran sungai, dimana hal tersebut mengganggu regulasi penataan wilayah.
Bila terjalin kerjasama dan ilmu komunikasi yang baik antar pemerintah daerah, maka
permasalahan banjir dapat ditekan.
Di Indonesia penerapan supremasi hukum masih belum berjalan. Banyak oknum-oknum
yang abai terhadap aturan yang ada, sehingga mereka nekat membuang sampah di sungai.
Seiring dengan kebobrokan hukum di Indonesia, tak sedikit pula pejabat yang mengkorupsi dana
pembangunan daerah yang semestinya digunakan untuk kemajuan daerah. Di samping itu,
banyak masyarakat yang minim edukasi mengenai kerusakan lingkungan. Sehingga mereka tidak
awas mengenai isu-isu lingkungan saat ini.
Sumber :

Prasetyaningtyas, Kukuh. 2020. “Prakiraan Daerah Potensi Banjir Bulan Februari - Maret
2020”. BMKG. https://www.bmkg.go.id/iklim/potensi-banjir.bmkg?p=prakiraan-daerah-potensi-
banjir-bulan-februari-maret-2020&tag=&lang=ID

Ahmad, Sjafii. 2007. “Banjir”. Jakarta. Pusat Penanggulangan Krisis Departemen


Kesehatan R.

Anda mungkin juga menyukai